1.4.a.9.1. Aksi Nyata Modul 1.4-Forum Berbagi Aksi Nyata
Judul Modul : Budaya Positif
Nama : Ana Wahyu Kusniati, S.Pd.
Asal : SD Negeri 2 Tekad
Fasilitator : Bapak Jarwono, S.Kom.
Pengajar Praktik : Ibu Jumitri, S.Pd., M.Pd.
CGP A 10 Kelas 10.40 B
Membangun
Karakter melalui Budaya Positif Wujudkan Murid yang merdeka
Budaya sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk lingkungan belajar yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan
siswa. Salah satu pendekatan yang semakin diperhatikan dalam pendidikan adalah
penerapan budaya positif. Dalam artikel ini, kami akan membahas bagaimana
penerapan budaya positif di sekolah dapat menjadi kunci dalam menciptakan
lingkungan yang mendukung serta bagaimana pengembangannya dapat disesuaikan
dengan kebutuhan sosial dan kebutuhan siswa.
Pendidikan bukan hanya
tentang mengajar mata pelajaran, tetapi juga tentang membentuk karakter
individu. Salah satu faktor penting dalam pembentukan karakter murid adalah
budaya sekolah yang positif. Budaya positif mencakup perwujudan nilai-nilai
kebajikan universal yang diterapkan dalam lingkungan pendidikan.
Budaya positif diawali
dengan perubahan paradigma tentang teori kontrol. Selama ini barangkali kita
sebagai guru merasa berkewajiban mengontrol perilaku murid agar memiliki
perilaku sesuai yang guru harapkan. Dalam praktiknya, guru sering kali
menghukum murid yang melakukan kesalahan dan memberi penghargaan kepada murid
yang berprestasi.
Pengaruh budaya positif
memainkan peran yang sangat penting dalam proses pendidikan murid. Hal ini
terjadi karena murid belajar tidak hanya melalui instruksi formal di dalam
kelas, tetapi teladan yang diberikan oleh guru dan teman-teman mereka.
Keteladanan yang menekankan kasih sayang dan empati akan membantu menciptakan
lingkungan yang mendukung perkembangan sosial dan emosional murid.
Budaya positif memiliki
efek yang luar biasa terhadap kinerja akademik murid. Rasa percaya diri yang
ditanamkan memungkinkan murid untuk mengatasi tantangan akademik dengan lebih
percaya diri, serta merasa nyaman untuk mengajukan pertanyaan dan berpartisipasi
aktif dalam pembelajaran. Dalam atmosfer seperti ini, murid merasa bahwa mereka
adalah bagian dari komunitas belajar yang positif, yang memberi dorongan
tambahan untuk mencapai potensi mereka yang terbaik.
Sebagai guru perlu
menuntun murid sesuai kodratnya, saya sedih karena menemukan murid yang empat
dari kebutuhan dasar hidup nya tidak terpenuhi, dari modul ini saya banyak
mempelajari hal baru dalam budaya positif motivasi sangat penting. Benar bahwa
menurut KI Hajar Dewantara untuk memiliki disiplin diri kita perlu penguasa
lain untuk terbentuknya self disiplin itu.
Filosofi pendidikan Ki
Hajar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan adalah tempat menyemai benih
kebudayaan. Kebudayaan dibentuk dari kebiasaan dan menjadi karakter. Guru harus
mampu menciptakan ekosistem pendidikan yang nyaman, manusiawi, dan berkarakter
untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, perlu dibangun budaya
positif di kelas dengan membuat kesepakatan kelas.
Kesepakatan kelas akan
merangkul harapan, impian, dan tujuan seluruh murid serta menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan. Tidak hanya memuat harapan guru terhadap
murid, tetapi juga memuat harapan murid terhadap guru. Kesepakatan harus
disusun dengan jelas sehingga murid dapat memahami perilaku apa yang diharapkan
dari mereka.
Murid juga Bahagia
telah memiliki nilai kebaikan dari dalam dirinya dengan terbentuknya keyakinan
kelas. Pada saat berbagi praktik baik, saya bangga rekan guru ternyata bisa
mempraktikan segitiga restitusi dari kasus dan konlik yang ada disekolah. Rekan
guru juga mulai memahami pentingnya meninjau ulang keyakinan kelas dan
kesepakatan kelas dari waktu kewaktu.
Sebelum mencapai
kesepakatan, guru harus memahami terlebih dahulu bentuk disiplin yang baik yang
akan dilaksanakan. Kesepakatan bersama memuat kaidah-kaidah yang baik, yang
salah satunya dituangkan dalam bentuk kalimat afirmatif, mudah dipahami, dapat
dilaksanakan dalam praktek, dan dapat diubah apabila tidak memungkinkan untuk
dilaksanakan. Pelanggaran terhadap kesepakatan kelas harus ditegakkan sejak
awal, adanya konsekuensi apabila kesepakatan tersebut dilanggar atau
dilaksanakan.
Guru berharap
kesepakatan kelas yang dikembangkan menjadi suatu kebutuhan bagi murid sehingga
tidak diperlukan lagi hukuman dan penghargaan dalam pelaksanaannya, serta murid
mampu memotivasi dirinya untuk menerapkan disiplin positif dan budaya positif
di kelas.
Berdasarkan uraian di
atas maka perlu menumbuhkan budaya positif melalui keyakinan kelas, segitiga
restitusi dan hal yang lainnya untuk mewujudkan visi sekolah dengan
mengedepankan kolaborasi antar warga sekolah. Budaya Positif sudah mulai diterapkan
di SD Negeri 2 Tekad terutama dalam pembuatan keyakinan kelas dan penerapan
segitiga restitusi. Diseminasi yang dilakukan oleh Calon Guru Penggerak
angkatan 10 yang dalam hal ini adalah saya sendiri, diharapkan telah mampu
membuka cakrawala berfikir suluruh dewan guru khususnya di SD Negeri 2 Tekad
dan diharapkan diseminasi tersebut dapat menjadi proses pembelajaran, tempat
berproses, wadah untuk berdiskusi dan menumbuhkan semangat untuk menggali serta
mengembangkan potensi peserta didik yang mandiri dan merdeka agar terwujudnya
peserta didik yang sesuai dengan profil pelajar pancasila.
Dapat disimpulkan
bahwa, Lingkungan positif yang mencakup perwujudan nilai - nilai kebajikan
universal yang diterapkan di lingkungan pendidikan dapat membantu murid menjadi
individu yang mempunyai karakter yang kuat. Oleh karena itu, penting bagi
lembaga pendidikan untuk fokus pada menciptakan budaya positif yang mendukung
perkembangan karakter yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila serta mewujudkan
murid yang merdeka.