Sabtu, 01 Juni 2024

Membangun Karakter melalui Budaya Positif Wujudkan Murid yang merdeka

 

1.4.a.9.1. Aksi Nyata Modul 1.4-Forum Berbagi Aksi Nyata

 

Judul Modul              : Budaya Positif

Nama                          : Ana Wahyu Kusniati, S.Pd.

Asal                             : SD Negeri 2 Tekad

Fasilitator                   : Bapak Jarwono, S.Kom.

Pengajar Praktik       : Ibu Jumitri, S.Pd., M.Pd.

CGP A 10 Kelas 10.40 B

 

Membangun Karakter melalui Budaya Positif Wujudkan Murid yang merdeka

Budaya sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk lingkungan belajar yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa. Salah satu pendekatan yang semakin diperhatikan dalam pendidikan adalah penerapan budaya positif. Dalam artikel ini, kami akan membahas bagaimana penerapan budaya positif di sekolah dapat menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan yang mendukung serta bagaimana pengembangannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan sosial dan kebutuhan siswa.

Pendidikan bukan hanya tentang mengajar mata pelajaran, tetapi juga tentang membentuk karakter individu. Salah satu faktor penting dalam pembentukan karakter murid adalah budaya sekolah yang positif. Budaya positif mencakup perwujudan nilai-nilai kebajikan universal yang diterapkan dalam lingkungan pendidikan.

Budaya positif diawali dengan perubahan paradigma tentang teori kontrol. Selama ini barangkali kita sebagai guru merasa berkewajiban mengontrol perilaku murid agar memiliki perilaku sesuai yang guru harapkan. Dalam praktiknya, guru sering kali menghukum murid yang melakukan kesalahan dan memberi penghargaan kepada murid yang berprestasi.

Pengaruh budaya positif memainkan peran yang sangat penting dalam proses pendidikan murid. Hal ini terjadi karena murid belajar tidak hanya melalui instruksi formal di dalam kelas, tetapi teladan yang diberikan oleh guru dan teman-teman mereka. Keteladanan yang menekankan kasih sayang dan empati akan membantu menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan sosial dan emosional murid.

Budaya positif memiliki efek yang luar biasa terhadap kinerja akademik murid. Rasa percaya diri yang ditanamkan memungkinkan murid untuk mengatasi tantangan akademik dengan lebih percaya diri, serta merasa nyaman untuk mengajukan pertanyaan dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Dalam atmosfer seperti ini, murid merasa bahwa mereka adalah bagian dari komunitas belajar yang positif, yang memberi dorongan tambahan untuk mencapai potensi mereka yang terbaik.

Sebagai guru perlu menuntun murid sesuai kodratnya, saya sedih karena menemukan murid yang empat dari kebutuhan dasar hidup nya tidak terpenuhi, dari modul ini saya banyak mempelajari hal baru dalam budaya positif motivasi sangat penting. Benar bahwa menurut KI Hajar Dewantara untuk memiliki disiplin diri kita perlu penguasa lain untuk terbentuknya self disiplin itu. 

Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan adalah tempat menyemai benih kebudayaan. Kebudayaan dibentuk dari kebiasaan dan menjadi karakter. Guru harus mampu menciptakan ekosistem pendidikan yang nyaman, manusiawi, dan berkarakter untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, perlu dibangun budaya positif di kelas dengan membuat kesepakatan kelas.

Kesepakatan kelas akan merangkul harapan, impian, dan tujuan seluruh murid serta menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Tidak hanya memuat harapan guru terhadap murid, tetapi juga memuat harapan murid terhadap guru. Kesepakatan harus disusun dengan jelas sehingga murid dapat memahami perilaku apa yang diharapkan dari mereka.

Murid juga Bahagia telah memiliki nilai kebaikan dari dalam dirinya dengan terbentuknya keyakinan kelas. Pada saat berbagi praktik baik, saya bangga rekan guru ternyata bisa mempraktikan segitiga restitusi dari kasus dan konlik yang ada disekolah. Rekan guru juga mulai memahami pentingnya meninjau ulang keyakinan kelas dan kesepakatan kelas dari waktu kewaktu.

Sebelum mencapai kesepakatan, guru harus memahami terlebih dahulu bentuk disiplin yang baik yang akan dilaksanakan. Kesepakatan bersama memuat kaidah-kaidah yang baik, yang salah satunya dituangkan dalam bentuk kalimat afirmatif, mudah dipahami, dapat dilaksanakan dalam praktek, dan dapat diubah apabila tidak memungkinkan untuk dilaksanakan. Pelanggaran terhadap kesepakatan kelas harus ditegakkan sejak awal, adanya konsekuensi apabila kesepakatan tersebut dilanggar atau dilaksanakan.

Guru berharap kesepakatan kelas yang dikembangkan menjadi suatu kebutuhan bagi murid sehingga tidak diperlukan lagi hukuman dan penghargaan dalam pelaksanaannya, serta murid mampu memotivasi dirinya untuk menerapkan disiplin positif dan budaya positif di kelas.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu menumbuhkan budaya positif melalui keyakinan kelas, segitiga restitusi dan hal yang lainnya untuk mewujudkan visi sekolah dengan mengedepankan kolaborasi antar warga sekolah. Budaya Positif sudah mulai diterapkan di SD Negeri 2 Tekad terutama dalam pembuatan keyakinan kelas dan penerapan segitiga restitusi. Diseminasi yang dilakukan oleh Calon Guru Penggerak angkatan 10 yang dalam hal ini adalah saya sendiri, diharapkan telah mampu membuka cakrawala berfikir suluruh dewan guru khususnya di SD Negeri 2 Tekad dan diharapkan diseminasi tersebut dapat menjadi proses pembelajaran, tempat berproses, wadah untuk berdiskusi dan menumbuhkan semangat untuk menggali serta mengembangkan potensi peserta didik yang mandiri dan merdeka agar terwujudnya peserta didik yang sesuai dengan profil pelajar pancasila.

Dapat disimpulkan bahwa, Lingkungan positif yang mencakup perwujudan nilai - nilai kebajikan universal yang diterapkan di lingkungan pendidikan dapat membantu murid menjadi individu yang mempunyai karakter yang kuat. Oleh karena itu, penting bagi lembaga pendidikan untuk fokus pada menciptakan budaya positif yang mendukung perkembangan karakter yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila serta mewujudkan murid yang merdeka.