PENERBITAN
SEKOLAH
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Pembinaan Majalah Sekolah
Dosen Pengampu : Rr. Dwi Astuti, M.Pd.
Disusun oleh:
Kelompok 1
Prodi: Bahasa dan Sastra Indonesia
1.
Ana Wahyu Kusniati :
14040004
2.
Intan Siti Soleha :
14040023
3.
Rosita Oktavia Sari :
14040032
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Segala
puji bagi Allah swt yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Penerbitan Sekolah”. Kemudian
shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah menyampaikan
pedoman hidup yakni Alqur’an dan As-sunnah bagi seluruh umat manusia.
Tidak
lupa kami mengucapkan Terima kasih Kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Pembinaan
majalah sekolah ibu Rr. Dwi Astuti, M.Pd. yang telah mengarahkan kami dalam
menyusun Makalah ini. Terima kasih juga tidak lupa kami
ucapkan kepada teman-teman Mahasiswa yang juga sudah memberi Konstribusi baik
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
sudah berusaha semaksimal mungkin menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
baik dan benar. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik yang
membangun dari para pembaca agar makalah ini dapat memberikan manfaat secara
optimal bagi diri penulis sendiri dan bagi para pembaca.
Wassalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh.
Pringsewu, September 2016
Penyusun,
Kelompok 1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................. 1
C.
Tujuan
Pembahasan.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Penerbitan media di sekolah............................................... 3
B. Manfaat Penerbitan sekolah.................................................................. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Media massa sebagai alat komunikasi
telah memberikan kontribusi yang besar dalam peradaban manusia, tidak
terkecuali bidang pendidikan, media massa dapat memicu seseorang untuk giat
berprestasi, media massa mempopulerkan orang–orang yang sukses di bidangnya
sehingga dapat menjadi inspirasi bagi orang lain. Kegiatan mengelola media
massa juga bagian dari pendidikan karena itu pengelolaan media massa dapat
dimulai dari sekolah.
Media massa di sekolah sebagai
sarana penunjang siswa mengembangkan bakat dan kreatifitas seperti majalah
dinding, buletin, artikel dan mungkin juga majalah sekolah, karena itu kegiatan
tersebut dikembangkan dalam rangka melatih kreatifitas siswa dan jiwa
jurnalistik.
Mengingat masih kurangnya bakat
menulis di Indonesia baik di kalangan akademis maupun non akademis maka dirasa
perlu untuk menumbuhkan bakat menulis sedini mungkin. berkaitan dengan hal itu
penyusun akan terfokus terhadap permasalahan mengenai penerbitan sekolah, untuk
apa harus ada penerbitan sekolah? Agar dapat lebih memahami apa itu sebenarnya penerbitan
sekolah? Dan untuk apa penerbitan sekolah itu sendiri.
B.
Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.
apa itu yang
dimaksud dengan penerbitan media di sekolah dan macam-macamnya?
2. untuk apa penerbitan media sekolah?
C.
Tujuan
Pembahasan
1.
sebagai salah
satu tugas mata kuliah pembinaan majalah sekolah
2. agar mengetahui apa saja
yang termasuk penerbitan media di sekolah
3. agar mengetahui manfaat adanya perbitan media sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Penerbitan media di sekolah
Media sebagai sarana penyampai dalam
dunia jurnalistik di sekolah khususnya bisa berbentuk tulisan ataupun
elektronik. Media yang lazim dan dengan biaya murah bisa ditemukan dalam bentuk
tertulis. Setidaknya ada 3 macam media yang digunakan sebagai penyampai
informasi, yakni majalah dinding, buletin, dan majalah sekolah.
Macam-macam media penerbitan
Sekolah:
a.
Majalah Dinding
Pernah membuat majalah dinding?
Majalah dinding yang memang menempel di dinding adalah salah satu bentuk
kegiatan jurnalistik. Media ini boleh jadi bentuk kegiatan jurnalistik yang
paling sederhana. Pembuatannya tidak terlalu rumit dengan materi yang juga
sangat terbatas. Biasanya, media ini kita temukan di sekolah, mesjid, atau pun
kampus perguruan tinggi.
Sebuah majalah dinding yang baik
haruslah memenuhi standar. Dalam berbagai kegiatan lomba majalah dinding (biasa
disingkat mading), tingkat standardisasi inilah yang menjadi acuan.
Pada waktu mesin ketik atau
komputerisasi belum semarak sekarang, majalah dinding dikerjakan dengan
menggunakan bentuk tulisan tangan. Para penulis yang bentuk tulisannya bagus
menjadi penulis andalan dalam pengerjaan majalah dinding. Akan tetapi, kalau
dalam ajang lomba ada yang mengatakan bahwa sebuah majalah dinding harus
menggunakan tulisan tangan, maka pemikiran seperti itu harus dibuang jauh-jauh.
Majalah dinding sebagai sarana komunikasi harus bisa mengikuti perkembangan
teknologi, termasuk tidak diharamkannya penulisan majalah dinding dengan sistem
komputerisasi.
Sebagaimana halnya surat kabar,
majalah dinding perlu ditata agar terlihat menarik. Penulisan dengan
menggunakan kolom-kolom seperti surat kabar memungkinkan akan lebih menarik ketimbang
menulisnya tanpa kolom. Untuk berikutnya juga ditata penempatan dari
bagian-bagiannya.
Bagian-bagian Majalah Dinding
Sebelum penataan bagian-bagiannya,
terlebih dahulu kita lihat dulu bagian-bagian (isi) sebuah majalah dinding,
khususnya yang diterbitkan di sekolah. Bagian-bagian itu secara lengkap adalah
sebagai berikut:
1.
Nama majalah
dinding, lengkap dengan motto/visinya, alamat dan nomor edisinya.
2.
Redaksional
3.
Daftar isi
4.
Pengantar
Redaksi
5.
Tajuk rencana
6.
Berita sekolah
7.
Reportase
8.
Feature
9.
Karya sastra
(cerpen, cerber, puisi, pantun, dsb)
10.
Artikel, tips,
dsb
11.
Opini
12.
Pojok
13.
Kartun,
karikatur, ilustrasi, vignyet, foto-foto, gambar
Nama sebuah majalah dinding
ditentukan dalam rapat redaksi. Redaksi merupakan orang-orang yang berperan
dalam pembuatan majalah dinding. Apabila nama mading sudah ada, diikuti
kemudian dengan motto/visi majalah dinding tersebut. Penetapan nama majalah
dinding bisa dilakukan dengan melibatkan pembinanya.
Sebelum mengerjakan majalah dinding,
terlebih dahulu juga harus dipikirkan peralatan/bahan yang dibutuhkan.
Peralatan/bahan harus disediakan sejak awal dan disimpan rapi. Dalam hal ini
termasuk terbitan-terbitan yang sudah dihasilkan, harus diarsipkan secara rapi.
Peralatan/bahan yang diperlukan
dalam membuat majalah dinding adalah sebagai berikut:
1.
Tempat/box
penempatan majalah dinding
2.
Kotak karya,
untuk menaruh karya para siswa yang ingin dimuat di majalah dinding
3.
Kertas
landasan, biasanya manila putih atau berwarna, dengan ukuran 110 X 80 cm. Bisa
pula menggunakan kertas asturo.
4.
Kertas HVS
(sebaiknya berwarna, bisa pula menggunakan kertas asturo)
5.
Spidol ukuran
besar dan ukuran biasa
6.
Pensil dan
penghapus
7.
Lem
8.
Gunting, pisau
cutter
9.
Penggaris
panjang dan pendek
10.
Komputer dengan
tinta warna
Redaksional
Sebuah majalah dinding akan berjalan lancar apabila mempunyai awak
redaksi yang benar-benar menyukai kegiatan tulis-menulis. Di samping peran
pembina dalam menyemangati dan membimbing para siswa amat penting. Secara umum
redaksional meliputi:
1.
Pimpinan Umum
(biasanya kepala sekolah)
2.
Pembina/Penanggung
Jawab (biasanya guru yang mengenal seluk-beluk jurnalistik)
3.
Pimpinan
redaksi
4.
Wakil Pimpinan
Redaksi
5.
Sekretaris
Redaksi
6.
Redaksi/Reporter
7.
Penata Letak
Berikut penjelasan tugas masing-masingnya (di luar pimpinan umum
dan pembina):
Pimpinan Redaksi
1.
Bertanggung
jawab terhadap kerja suatu penerbitan
2.
Melakukan
koordinasi dalam perencanaan penerbitan majalah dinding
3.
Melakukan
konsolidasi dengan pembina tentang kebutuhan dan kesulitan dalam penerbitan
4.
Mengatasi dan
mencari pemecahan masalah yang dialami tim redaksi
5.
Memimpin rapat
redaksi
Wakil Pimpinan Redaksi
1.
Menggantikan
tugas pimpinan redaksi apabila berhalangan
2.
Membantu
pimpinan redaksi dalam pengecekan kelengkapan penerbitan
Sekretaris Redaksi\
1.
Mengelola
administrasi keredaksian (surat-menyurat, honorarium, biaya operasional
redaksi)
2.
memeriksa
kesiapan redaksi
3.
mempertanggungjawabkan
administrasi kepada pimpinan redaksi
Reporter/Redaksi
1.
Melakukan
reportase (peliputan) sesuai dengan kebijakan redaksi
2.
Membuat tulisan
dari liputan dan diselesaikan sesuai dengan tenggat (deadline) terbit
3.
Mempertanggungjawabkan
hasil kerja kepada pimpinan redaksi
Penata Letak
1.
Merencanakan
tata letak visual teks dan gambar media
2.
Menata letak
teks dan gambar sesuai dengan kebijakan redaksi
3.
Mempertanggungjawabkan
hasil kerjanya pada pimpinan redaksi
Selain bagian-bagian dari suatu redaksional seperti yang
dikemukakan di atas, masih ada bagian-bagian lain yang bisa disesuaikan dengan
situasi dan kondisi dari media bersangkutan, misalnya fotografer, ilustrator,
distributor (untuk majalah sekolah), dsb.
b.
Buletin
Membuat buletin juga membutuhkan
keahlian dalam merancang bentuknya. Buletin bentuk media tulis yang bisa dibawa
dan dibaca di tempat yang kita suka. Hal ini berbeda dengan majalah dinding
yang menempel di dinding.
Munculnya teknologi komputer
mempermudah dalam merancang bentuknya. Beberapa program seperti microsoft word,
coreldraw, photoshop, dan sebagainya bisa dimanfaatkan.
Isi buletin hampir sama dengan
majalah dinding. Selain itu nama buletin dan redaksionalnya perlu dicantumkan.
Apabila menggunakan microsoft word, gunakan bentuk tulisan columns dan
pinggirnya diberi hiasan bingkai.
c.
Majalah Sekolah
Membuat majalah sekolah
gampang-gampang mudah. Yang dibutuhkan di sini adalah keseriusan dan dukungan
finansial dari sekolah. Untuk majalah sekolah yang sederhana, sampul (cover)
bisa menggunakan hasil sablonan, sedangkan isi dalamnya bisa difotokopi.
Namun bila menggunakan bentuk yang
lebih luks, bisa menggunakan percetakan/offset. Namun untuk ini dibutuhkan
biaya yang lebih mahal.
Isi dari majalah tidak berbeda jauh dengan
majalah dinding. Selain itu juga diperlukan redaksional. Khusus untuk majalah
(dan buletin) diperlukan editor yang lebih teliti dan bisa diambilkan dari
Bapak/Ibu Guru, karena beredar di luar sekolah.
B.
Manfaat
Penerbitan sekolah
Penerbitan sekolah tentunya memiliki
banyak manfaat diantaranya:
1.
Media Pemberdayaan
Potensi Menulis
Jika suatu saat kamu mendapat ajakan
dari teman untuk membuat penerbitan entah itu majalah, bulletin, atau tabloid
mungkin kamu akan bertanya balik: untuk apa? Ini adalah pertanyaan yang wajar.
Teman kamu mungkin akan
menjawab, ’’Sekarang ini adalah era
informasi. Siapa yang menguasai informasi , dialah yang menguasai dunia.
Melalui penerbitan , kita akan berusaha mencari informasi , mengolahnya, lalu
menyajikannya dalam bentuk informasi, kita dapat membentuk opini yang dapat
mempengaruhi pembaca.’’
Jawaban diatas barangkali memang
sangat normative dan abstrak. Ada jawaban yang lebih mudah. Misalnya,
penerbitan sekolah bias digunakan untuk latihan menulis, atau menyalurkan uneg-uneg
terhadap kebijakan sekolah, dan sebagainya.
Setiap orang memiliki potensi ,
salah satunya adalah menulis. Hanya saja, ada orang yang mau mengasahnya dan
ada yang tidak berminat mengasahnya.
Potensi artinya kemampuan dasar yang
masih tersembunyi. Kemampuan itu harus dikembangkan, dilatih, atau diasah
supaya terwujud menjadi kemampuan nyata, tidak tersembunyi lagi. Begitu pula
potensi menulis. Potensi itu baru akan berkembang menjadi keterampilan
menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan jika telah melalui serangkaian latihan
teru menerus. Penerbitan sekolah merupakan salah satu wadah penyaluran minat
untuk mengasah potensi menulis.
Selain itu, penerbit sekolah lebih
dekat dengan realitas kita sehari-hari. Kamu bisa menulis berita seputar
pristiwa di sekolah, tentang teman, atau tentang guru. Begitu juga dalam
menulis artikel. Kamu dapat mengangkat problem nyata yang langsung menyentuh
masalah-masalah di sekolah kamu sendiri. Pendek kata, penerbitan sekolah
memungkinkan untuk mengangkat tema tulisan dengan muatan lokal yang sangat
kental.
Dengan adanya media sekolah,
teman-teman yang berminat menjadi penulis, meski baru pada tahap pemula, akan
memiliki peluang besar tulisannya terakomasi. Kadang, ada orang ingin menjadi
penulis, tapi karena tidak ada media yang cukup akomodatif terhadap
keterbatasan kemampuannya, akhirnya orang itu urung menjadi penulis. Pasalnya,
tiap kali tulisannya dikirim ke penerbit umum, tiap kali pula tulisan itu
ditolak, alias tidak pernah muncul dimedia massa.
Andaikan ada penerbitan sekolah,
barang kali bibit-bibit itu memiliki ruang untuk tumbuh, belajar, dan mengasah
keterampilan sehingga suatu saat mampu bersaing di media yang lebih kompetitif.
Pendek kata, penerbitan sekolah bias berperan sebagai ladang persemaian bagi
bibit-bibit calon penulis.
2.
Penyalur
Aspirasi
Penerbitan sekolah juga bias berperan
sebagai penyalur aspirasi. Misalkan, kamu mempunyai uneg-uneg tentang
lapangangan basket yang perlu diperbaiki. Tulis saja usulan kepada kepala
sekolah dalam bentuk surat pembaca. Atau kamu melihat pengelolaan perpustakaan
yang kurang professional di sekoalah, kamu bias menulis artikal tentang peran
penting perpustakaan sebagai pelayan kebutuhan pustaka bagi siswa dan guru
dalam konteks pembelajaran berbasis kompetensi. Mungkin juga kamu tidak nyaman
dengan adanya guru yang killer, suka main kekerasan dan sebagainya. Kamu
bias menumpahkan perasaan kamu lewat puisi maupun cerpen.
Aspirasi memang bisa diungkapkan
dengan secara lisan. Akan tetapi, kadang aspirasi itu akan efektif diterima
jika disampaikan dengan tulisan. Melalui tulisan, pikiran dan uneg-uneg
bias disajikan dengan bahasa yang sistematis, teratur, dan menyeluruh. Tulisan
juga memungkinkan kita bias mengungkapkan sebuah kritik dengan bahasa yang
halus dan menyentuh, bahkan dengan bahasa sindiran. Misalnya dengan anekdot
atau kartun.
Dalam hal ini, jika penerbitan
sekolah bias memainkan peran sebagai penyalur aspirasi segenap warga sekolah,
tidak aka nada lagi aksi-aksi anarki. Tidak akan ada lagi aksi corat-coret di
dinding kelas atau bangku. Tidak aka nada lagi umpatan-umpatan kotor di dinding
kamar kecil. Semua uneg-uneg tersalur lewat media yang semestinya. Dan
pihak yang bersangkutan pun akan menangkapnya sebagai sebuah pesan secara
efektif.
3.
Media Komunikasi
Sekolah dapat dikatakan sebagai
sebuah sistem. Didalamnya terdapat guru, siswa, karyawan, kepala sekolah,
pembantu kepala sekolah, dan secara tidak langsung orang tua atau wali murid.
Sebagai sebuah sistem, segenap unsur yang ada di sekolah tersebut harus
memainkan fungsi masing-masing secara sinergis, saling mengisi, dan tidak
saling kontra diksi. Artinya, setiap komponen harus berjalan berdasarkan satu
visi misi, satu cita-cita dan satu tujuan. Katakanlah, tujuannya adalah
meningkatkan Kualitas Sumber daya Manusia (SDM).
Agar semua unsur, baik kepala
sekolah pembantu kepala sekolah, dan secara tidak langsung orang tua atau wali
murid, merasa terikat dalam satu satu visi misi, satu cita-cita dan satu
tujuan, mereka harus selalu berkomunikasi. Pernerbitan sekolah bisa berperan
sebagai media komunikasi yang bersifat masal, efesien, menyeluruh, praktis, dan
multiarah.
4.
Media
Pembelajaran Berbasis Baca Tulis
Pembelajaran akan lebih efektif jika
siswa menyediakan waktu yang memadai untuk berpikir mandiri. Konkritnya, siswa
harus mau banyak membaca dan menuliskan hasil pemahaman atas bacaaannya dalam
bentuk tulisan. dalam konsep hernowo, penulis buku Andaikan Buku Sepotong
Pizza, teknik belajar yang demikian disebut dengan teknik ’’Mengikat
Makna’’. Dengan hal lain disebutkan sebagai pembelajaran berbasis baca tulis,
yaitu pembelajaran yang dinilai dengan membaca, lalu ditindaklanjuti dengan
menuliskan makna yang telah dipahami dalam benduk karya tulis. Membaca dalam
konteks ini pengertiannya luas. Tidak hanya membaca buku, melainkan juga
membaca alam sekitar, membaca lingkungan sosial, dan membaca
peristiwa-peristiwa keseharian. Sebagai seorang guru yang sampai sekarang masih
terus bertindak sebagai insane ’’Pembelajar’’, sangat meyakini efektivitas sistem
pembelajaran ini.
Dalam konsep ini, belajar tidak lagi
cukup dengan hanya mendengarkan penjelasan guru, lalu mencatat dan
menghafalkan. Perjumpaan dengan guru harus ditindaklanjuti dengan kemauan melakukan
eksplorasi, membaca masalah-masalah sekitar, membaca buku dan tak kalah
pentingnya adalah menuliskan hasilnya dalam bentuk publikasi. Dalam hal ini
sekali lagi, penerbitan sekolah menempati posisinya yang sangat penting.
Penerbitan sekolah memberi ruang kepada siswa untuk mempublikasikan
pikiran-pikirannya sebagai hasil reaksi atas segala hal yang telah dibaca dan
dipahaminya.
5.
Media Belajar
Organisasi
Bagi pengelola penerbitan sekolah,
terutama tim dewan redaksi, kegiatan penerbitan sekolah merupakan media untuk
belajar berorganisasi dengan pendekatan praktik. Mereka bisa belajar cara-cara
membuat perencanaan (planning), mengidentifikasi tugas-tugas dan
mengorganisasikannya (organizing), membagi tugas-tugas itu (distributing),
dan mengevaluasi ketercapaian tujuan dari kegiatan (evaluating).
Semua itu merupakan poin-poin kemampuan seorang manager sebuah organisasi.
Lebih kongkritnya begini. Misalnya
kamu adalah seorang pemimpin redaksi. Kamu harus mampu membuat konsep
penerbitan. Apakah bentuknya majalah, tabloid, atau cukup bulletin. Kamu juga
harus bisa merancang rubrik. Dari rubrik yang ada, kamu dituntut mampu membagi
pekerjaan kepada segenap tim redaksi begitu seterusnya. Kamu harus mampu
menciptakan semangat kerja sama kepada seluruh anggota tim hingga tercapai
tujuan, yaitu terbitnya sebuah majalah, tabloid atau buletin.
Barangkali, saat kamu memimpin
proses penerbitan media sekolah, kamu tidak merasa sedang belajar
berorganisasi. Akan tetapi pada hakekatnya, kamu telah secara langsung belajar
ilmu organisasi dan manajemen dalam praktik. Dan kamu tidak perlu terkejut
kalau dari kesuksesan mengelola penerbitan sekolah, suatu saat kamu sukses juga
dalam me- manage suatu organisasi. Itu semua terjadi karena
kamu telah banyak bergulat dalam manajemen organisasi saat kamu mengelola
penerbitan sekolah.
6.
Penyemai
Demokrasi
Fungsi penerbitan sekolah yang ini
barangkali terlalu muluk-muluk. Sejak diberlalukan kebijakan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS). Dalam hal ini tiap sekolah boleh dan memang harus mengatur
segala proses pendidikan di sekolahnya secara mandiri. Ini artinya harus ada
mekanisme demokrasi, transparan (keterbukaan) dan akuntabilitas
(pertanggungjawaban) di dalamnya.
Jika konsep ini diterapkan, segenap
warga sekolah harus terlibat dalam keseluruhan pengambilan kebijakan sekolah.
Ketika sekolah membuat kebijakan tentang penambahan lokal sekolah yang
berdampak pada pungutan dana ke orang tua misalnya, orang tua harus terlibat
dalam kesepakatan, minimal diberitahu. Saat ada kenaikan uang sekolah (SPP)
misalnya, kepala sekolah harus meminta persetujuan komite sekolah. Juga ketika
sekolah membuat peraturan yang tegas tentang kedisiplinan bagi siswa, osis
melalui pengurusnya harus diajak bicara.
Penerbitan sekolah bisa berperan
sebagai media kontrol terhadap gejala-gejala penyimpangan terhadap mekanisme
demokrasi. Melalui media sekolah, orang tua, guru dan siswa bisa ’’berteriak’’
saat rambu-rambu kesepakatan dilanggar. Bisa melaui artikel, bisa melalui surat
pembaca, atau yang lain.
Selain itu, media sekolah bisa
memerankan diri sebagai pembentuk opini massa. Ketika kegiatan ekstrakurikuler
kurang mendapat perhatian dari manajemen sekolah misalnya, dengan membuat
laporan utama tentang pendapat para siswa dan guru yang menekankan pentingnya kegiatan
ekstrakurikuler. Dapat pula mengutip pernyataan betapa fasilitas dan dana
kegiatan ekstrakurikuler sangat mini, dan sebagainya.
Memang, fungsi ini terkesan sangat
ideal. Jika penerbitan sekolah bisa menjalankan fungsi ini, sungguh penerbitan
sekolah itu bisa menempati posisi sebagai salah satu pilar demokrasi. Efeknya
bagi siswa pun sungguh sangat berharga, yaitu diperolehnya pengalaman nyata
tentang bagaimana menyampaikan pikiran dalam suatu sistem demokratis dengan cara
yang konstruktif dan bermartabat.
7.
Media Promosi
Isi media sekolah dalam bentuk
majalah, tabloid, atau bulletin merupakan gambaran dari aktivitas, kebijakan,
dan pemikiran yang berkembang disuatu sekolah.
Sekolah yang sistemnya bagus dengan
pemikiran guru dan siswanya yang kritis dan cerdas dapat terbaca dalam sebuah
penerbitan. Dengan begitu, sekolah tersebut secara otomatis akan terpromosikan.
Tanpa iklan, tanpa reklame dan tanpa poster dipinggir jalan, masyarakat akan
bisa mengetahui keberadaan sekolah yang bersangkutan dan mengetahui sejauh mana
kualitasnya. Pendek kata, penerbitan bisa sekaligus bisa berfungsi sebagai
media promosi sekolah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpuan
Ada 3 macam media yang digunakan
sebagai penyampai informasi, yakni majalah dinding, buletin, dan majalah
sekolah. Untuk itu sangat lah penting jika media penerbitan sekolah ini dapat
dijalankan dengan baik. Selain sebagi sarana menyampaikan informasi, media atau
penerbitan sekolah ini memiliki beberapa manfaat lain yang dampak positifnya
akan secara nyata dirasakan bagai siswa maupun guru. Beberapa manfaat lain dari
penerbitan sekolah ini yaitu: dapat menjadi media pemberdayaan potensi menulis,
penyalur Aspirasi, media komunikasi, media pembelajaran berbasis baca tulis,
media belajar organisasi, penyemai organisasi, dan media promosi.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyoto. 2007. Hari Gini Gak Punya Majalah sekolah?.
Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET
http://vidensapuin.blogspot.co.id/2014/10/contoh-proposal-penerbitan-majalah.html
dikutip pada tanggal 7 september 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar