NAMA :
ANA WAHYU KUSNIATI
PTM :STKIP
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
JURUSAN :
Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia
SKENARIO FILM “SENYUM KARYAMIN”
Diadaptasi dari Cerpen Karya Ahmad Tohari
Penulis: Ana Wahyu Kusniati
SCENE 1
1.
EXT.-TEMPAT PEMECAH BATU DI TEPI SUNGAI-PAGI HARI
PUKUL 10:00 WIB-Pengumpul batu (Joko, paul), karyamin.
Gelak tawa
para pengumpul batu mengibur diri, saat lelah mulai menghampiri. Pagi itu
senyum karyamin menunjukkan kemenangan atas perutnya yang mulai melilit karena
lapar dan mata yang sudah berkunang-kunang.
Joko
“Min, opo seng mbok pikirke?” kok kayane ora
semangat timen?” (dengan logat jawa kental sambil duduk bersila, menikmati
segelas air).
Karyamin
(membalas
dengan senyum)”tidak ada” (jawabnya singkat).
Paul
“hendak
kemana kau min,?”
Karyamin
aku ingin
pulang lebih awal,(menjawab dengan senyum).
Joko
“owalah yo wes nek ngunu, ati-ati min”.
Karyamin
“iya,
(sambil berjalan melempar senyum).
SCENE 2
2. EXT.-
MENYEBRANGI SUNGAI (PELATARAN SUNGAI)-KARYAMIN DAN SI PARUH UDANG.
Karyamin
Melihat pemandangan, si paruh udang yang tak lain adalah burung pemakan ikan
sedang menukik menyambar ikan di sungai. Rasa iri membayangi karyamin, tetapi
ia hanya tersenyum dan sambil melihat ke arah keranjangnya yang kosong.Karyamin
mulai melangkahkan kaki, menuju rumah.
SCENE 3
3.
EXT.- DI JALAN MENUJU RUMAH-PUKUL 10.30
WIB-KARYAMIN,SAIDAH.
Pagi itu,
saidah baru membuka warung pecel miliknya, tak lama maryamin lewat dengan badan
yang terlihat letih,mata sayu dan bibir pucat. Saidah menawari maryamin untuk
makan di warung pecel miliknya, namun maryamin menolak.
Saidah
“min, masih
pagi kok sudah pulang? Tumben!” (Tanya saidah menyelidik).
Karyamin
“tidak ada apa-apa, hanya ingin pulang lebih
awal saja”. (lagi-lagi hanya menjawab sekenanya dan dengan akhiran senyum
simpul dibibir karyamin).
Saidah
“wah, kamu
tidak seperti biasanya, apa kamu sakit min,?” (makin menyelidik)
Karyamin
“tidak, aku
hanya sedikit lelah saja yu”. (dengan
ekspresi menyembunyikan sesuatu).
Saidah
“janganlah berbohong min, itu bibir mu pucat,
tangan mu sudah biru dan mata mu itu lho
wes cekung sayu”. Sini mampirlah, makan lah dulu. (paksa saidah.
Karyamin
“tidak yu
terima kasih, aku tak ingin menambah hutang, beri aku segelas air minum
saja yu” (Pinta karyamin).
Saidah
“iya min, sebentar aku ambilkan (sambil
beranjak mengambil segelas air putih).”Ni Min, air putihnya” (seraya
menyodorkan segelas air minum kepada karyamin).
Karyamin
“terima
kasih yu, (sambil tersenyum).
Saidah
“sudah lah
min. lebih baik kamu makan, tidak usah lah kamu pikirkan masalah bayaran, aku
tidak meminta bayaran mu saat ini. Tenang saja” (memaksa). Lagi pula aku Inggak tega melihat orang kelaparan,
makan ya, biar ku ambilkan” (paksa yu saidah).
Karyamin
“tidak usah
yu, aku ingin segera pulang saja yu”.
Saidah
“owalah, y owes lek ngunu min” aku hanya
tak tega melihat kamu kelaparan. (menampakkan
muka sedih).
Karyamin
“jika kau tak tega melihat ku kelaparan, aku
lebih tak tega melihat lengan mu yang habis karena hutang-hutang ku dan
teman-teman ku”
Saidah
“iya mi, iya, tapi… (terputus karena karyamin, sudah berjalan
meninggalkan warung yu saidah, dilihatlah
dari kejauhan tubuh yang kering kerontang itu kembali menoleh dan tersenyum).
Karyamin
(Menelan
ludah berulang-ulang sambil membayangkan betapa sulitnya hidup ini, ia
membayangkan tumpukan batu yang belum genap satu kubik tetapi, ia harus kembali
ke rumah. Membayangkan keadaan Istri karyamin yang sedang sakit, membayangkan
hutang-hutang yang belum di bayar, membayangkan batu-batu yang belum di bayar
oleh tengkulak). Karyamin meratapi nasibnya, namun ia tetap bersyukur.
SCENE 4
4. INT.-DI
DALAM RUMAH-SIANG HARI- KARYAMIN DAN ISTRI.
Ketika
sudah berada di depan rumah, karyamin membuka pintu,tersirat kepiluan yang
mendalam di wajah karyamin, tidak ada yang bisa di suguhkan sementara sang
istri sedang sakit. Tapi karyamin tetap tersenyum mensyukuri nikmat yang sudah
di berikan oleh Allah kepada karyamin. Setidaknya masih ada segelas air putih
yang menemani.
Karyamin
“dik,
minumlah dulu mas bawakan segelas air
putih untuk mu. (sembari menyodorkan segelas air putih kepada sang istri).
Istri
“terima kasih mas, kok sampean sudah pulang mas?”
Karyamin
“iya, ingin pulang lebih cepat saja, (sambil
tersenyum kepada sang istri). Bagaimana keadaan mu, apakah sudah membaik?
Istri
“Alhamdulillah, sudah membaik mas,”
Karyamin
“Syukurlah
kalau begitu dik,” kamu pasti belum makan ya? (dalam hati karyamin jelas
sudah mengetahui bahwa istrinya belum makan, apa yang hendak di makan? Dalam
diri karyamin bertanya-tanya).
Istri
“iya mas belum.” (menjawab dengan sayu dan
lemas)
Karyamin
“ya sudah,
kamu isirahat dulu ya?” mas carikan
makanan untuk mu” (senyum kepada istrinya.
Istri
“apa batu kita sudah dibayar pak?” (Tanya
istri penuh harap).
Karyamin
“belum dik,
(hanya tersenyum). Sudah sekarang kamu istirahat saja dulu, mas izin keluar sebentar” (lagi-lagi
hanya tersenyum penuh keikhlasan)
Istri
“Iya mas.(membalas senyum sang suami.
Karyamin
“Assalamu’alaikum,”
Istri
“wa’alaikumsalam,” hati-hati mas, dan
jangan lama-lama sebentar lagi musa pulang.
Karyamin
“iya, dik”
SCENE 5
5. INT.-DI
DAPUR YANG SANGAT SEDERHANA-KARYAMIN.
Karyamin
melamun, ketika hendak mengambil golok di dapur. Ia amat iba dengan nasibnya
sendiri, begitu sulit beben penderitaannya, ketidak beradaan dalam hal ekonomi
sangat menghimpitnya. Karyamin sedih, mungkin ia masih bisa menahan rasa lapar
nya sepanjang hai ini meski tubuh yang menopangnya merasa tidak kuat, tapi
pasti karyamin berusaha untuk menguatkan tubuh.
Lalu,
bagaimana dengan musa? Anak semata wayang ku yang sebentar lagi akan pulang
dari sekolah, bagaimana dengan istri ku? Yang sedang terbaring sakit, dan
tentunya membutuhkan energi. Lamunan itu pecah ketika golok yang sudah berada
di tangannya terjatuh, hampir saja mengenai kaki yang tidak beralas sandal.
SCENE
6
6. EXT.-SAMPING
RUMAH-SIANG-KARYAMIN,DAN PAIJO (Tetangga Karyamin).
Maryamin,
tersadar dan ia melangkahkan kaki keluar rumah. Saat hendak menuju rumah pak
Haji, Karyamin melihat di samping rumahnya ada pohon singkong yang sepertinya
sudah berisi. Rasa senang dan gembira terpancar dan terlihat nyata dalam
wajahnya.
Karyamin
“Alhamdulillah ya Allah” (syukur yang
mampu di ucapkan oleh karyamin).(seraya bergegas mendekati pohon singkong itu).
Karyamin tersenyum.
(ketika
sedang mulai mencabut pohon singkong itu, datanglah tetangga Karyamin yaitu
Paijo)
Paijo
“Sedang apa
min,?” (Tanya paijo dengan logat jawanya, sembari menghentikan langkah).
Karyamin
“ini, sedang mencabut singkong, (jawab
karyamin sambil tersenyum)
Paijo
“wah, mau dibuat apa itu min,? enak itu kalau
di rebus kemudian di tumis dengan bumbu kencur dan lada sedikit” (paijo
memberikan masukan).
Karyamin
“Iya jo, benar sekali rencananya akan saya rebus
ini singkongnya, kamu mau jo? Kalau mau ini di bagi dua saja singkongnya,
kebetulan ini banyak.” (imbuh Karyamin).
Paijo
“Iya min bener banget di godok wae yo wes enak.
Singkong kan kejunya orang jawa (paijo tertawa). Waduh min, jadi tidak enak,
sudah tidak usah min, singkongnya untuk kamu saja.
Karyamin
“sudahlah
tidak apa-apa jo, saya tau kamu pingin
makan singkong rebuskan, (Karyamin tersenyum). Seraya mengambilkan beberapa
singkong untuk paijo. “ini jo, (memeberikan singkong kepada paijo).
Paijo
(tersenyum
tidak enak) “wah terima kasih banyak ini min, saya jadi tidak enak”
Karyamin
“iya sama-sama jo, (karyamin tersenyum)”
Paijo
“ya sudah min, saya pulang dulu ya,terima
kasih ini singkongnya (menyeringai senyum)
Karyamin
iya jo,
hati-hati.
SCENE
7
7. EXT/INT.-
DI HALAMAN SEKOLAH, DI PERPUSTAKAAN, RUANG KELAS, RUANGAN PAK RAHMAN,-JAM
ISTIRAHAT,-MUSA, TEMAN-TEMANNYA (BAYU, NIKO DAN ARIF, PETUGAS PERPUSTAKAAN,PAK
RAHMAN DAN IBU GURU.
Saat jam
istirahat, musa diajak oleh teman-temannya ke kantin. Teman-teman dengan berat
hati musa menolak permintaan teman-temannya, jangan kan untk membeli makanan di
kantin, pagi tadi pun musa tidak sarapan hanya segelas air putih dan pisang
goring pemberian tetangga yang menjadi pengganjal di pagi hari.
Bayu
“Dari pada
kita duduk di halaman sekolah mending kita kekantin yuk”(Ajak bayu)
Niko
“Bener yu,
aku setuju” (niko menjawab dengan cepat)
Arif
“Huu, niko
kalau sama makanan cepet banget. Aku ikut
suara terbanyak lah”(sahut arif)
Bayu
“Kamu
gimana mus, yuk kekantin” (ajak bayu)
Musa
“Kalian
duluan aja ya, aku masih mau baca
buku disini” (jawab musa sambil tersenyum).
Niko
”Lah, kan
ini istirahat mu, emang kamu gak laper apa?”
(ayo,
sambil menarik tangan musa)
Musa
“ah, tidak
lah ko, aku masih mau menikmati sejuknya angin
di bawah pohon yang rindang ini” kalian duluan saja ya! (musa tersenyum)
Arif
“Kamu
serius mus, kami tinggal disini gak papa?”
Musa
“iya rif, gak papa (sambil melempar senyum ke pada
tiga temannya itu).
Arif
“ya sudah
kalau begitu, kami kekantin dulu ya?”
Musa
“iya, (sambil tersenyum)
Memanfaatkan
jam istirahat dengan belajar dan belajar adalah keseharian musa.
Musa
Ya Allah hampir lupa, aku belum mengembalikan
buku di perpustakaan. (segera bergegas menuju ruang kelas dan mengembil buku
yang dipinjam lalu menuju keperpustakaan).
Musa
Assalamu’alaikum, Pak ingin mengembalikan buku
(sapa musa)
Petugas
perpus
Wa’alaikumsalam, iya musa. Mau diperpanjang
tidak?
Musa
Tidak pak, mau meminjam buku yang lain. Tapi,
besok saja pak, soalnya sudah mau masuk kelas. (musa tersenyum)
Petugas
perpus
Oh, iya mus besok saja ya, soalnya bapak juga
mau ada urusan keluar. Jadi, perpus mau ditutup dulu. Besok pagi bisa klau mau
pinjam.
Musa
Iya pak oke (musa tertawa kecil)
Dari
belakang rupanya ada pak rahman, guru mata pelajaran Matematika.
Pak rahman
Musa, nanti temui bapak di kantor ya setelah
mata pelajaran terakhir selesai!
Musa
Oh, iya
pak Rahman, siap pak. (jawab musa dengan penuh kecemasan)
Teng teng teng bunyi
lonceng sekolah pertanda masuk kelas. musa segera bergegas menuju kelas, dan
disana sudah ada tida orang temannya.
Arif
Dari mana kamu mus?
Musa
Dari perpustakaan rif, (senyum)
Arif
Owalah kirain kemana, (tertawa kecil)
Lima
menit kemudian, guru masuk dan seluruh siswa sudah siap untuk menerima materi
pelajaran siang itu.
Tidak
terasa jam terakhir berlalu dengan cepat, ditandai dengan suara lonceng.
Teng teng teng teng. Suara kelas
makin pecah dengang berbunyinya lonceng itu.
Ibu Guru
Baik lah anak-anak, ibu akan memberikan tugas
terkait dengan menulis karangan deskripsi. Silahkan anak-anak buat satu
karangan deskripsi tentang benda, hewan, alam atau apapun yang bisa di
deskripsikan. Dengan memperhatikan langkah-langkah penyusunan karangan
deskripsi.
Seluruh siswa
Iya, bu guru. (bersorak dengan bahagia)
Ibu Guru
Baiklah ibu akhiri, Asalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh
Seluruh
siswa
Wa’alaikumsallam
warahmatullahi wabarokatuh
semua teramat senang dan bahagia karena bisa segera
pulang menuju rumah masing-masing. Tetapi tidak dengan musa, ia masih harus
menemui pak rahman guru matematika sekaligus waka kesiswaan.
Perlaham musa jalan menuju ruangan pak rahman,
dengan langkah penuh keyakinan musa memberanikan diri untuk menemui pak rahman,
dalam benak musa bertanya-tanya dan menebak-nebak. “pasti ini karena aku belum
membayar uang sekolah” ahh yang terpenting aku harus menemui pak rahman
sekarang juga (gumam musa dalam hati).
Musa
(Tok tok tok) mengetuk pintu ruangan pak
rahman.Assalamu’alaikum permisi pak,
Pak Rahman
wa’alaikumsalam
masuk
mus, sini masuk
Musa
Iya pak,(sambil masuk kedalam ruangan pak
rahman)
Pak rahman
Silahkan duduk mus,
Musa
Iya pak, terima kasih (sambil menarik kursi
yang sudah disediakan)
Pak rahman
Sudah tahu kenapa kamu bapak panggil keruangan
bapak?
Musa
Iya pak, karena musa belum membayar uang
sekolah ya pak? (jawab polos musa)
Pak Rahman
(Masih memasang muka sangar dan galak) lalu apa
lagi?
Musa
Tidak tahu pak, memangnya ada apalagi ya pak?
Musa belum tahu kecuali itu.
Pak Rahman
Bapak sangat kecewa mus, (semakin menampakkan
muka galak dan sangarnya)kamu tahu apa kesalahan kamu musa?
Musa
Ampun pak, musa tidak tahu. Jangan keluarkan
musa pak. Musa janji nanti secepatnya akan segera di bayar uang sekolahnya pak.
(pinta musa dengan cercahan muka teramat sedih)
Pak Rahman
Bapak kecewa kenapa hanya kamu siswa bapak yang
lolos untuk mengikuti lomba olimpiade matematika tingkat Nasional. Bapak kecewa
mus, (masih menampakkan muka jengkel)
Musa
Maksud bapak bagaimana ya pak, musa belum
mengerti. (penuh harap)
Pak Rahman
Selamat ananda Musa Irawan sudah mengharumkan
nama sekolah tercinta, dan selamat berjuang kembali di Olimpiade tingkat
Nasional.(menyeringai senyum)
Musa
Maksudnya pak, musa lolos untuk ikut olimpiade
Matematika tingkat Nasional? (penuh penasaran).
Pak Rahman
Iya, musa selamat ya, (seraya menjabat tangan
musa)
Musa
Ya Allah terima kasih, (sujud syukur, penuh
haru). Alhamdulillah pak, terima kasih pak , terima kasih (seraya mencium
tangan pak Rahman)
Pak Rahman
Iya musa, kamu anak yang pintar. Jangan merasa
puas ya nak, tetap lah tafakur dan istiqomah harus di tingkatkan kembali agar
dapat meraih hasil yang maksimal di olimpiade tingkat Nasional nanti.
Musa
Iya pak, musa akan belajar pak. Sekali lagi
terima kasih ya pak, dan musa mohon bimbingan bapak.
SCENE
8
8. INT.- DI
RUMAH KARYAMIN, DI DAPUR SEDERHANA-SIANG HARI-ISTRI, ANAKNYA (MUSA), DAN
KARYAMIN.
Di dalam rumah, di dapur yang sangat sederhana,
nyaris tidak ada bumbu-bumbu dapur, yang ada hanya sejumput garam di dalam
toples. Penuh rasa syukur atas nikmat yang telah di berikan Allah. Anak
karyamin pulang, dan satu kelurga ini sangat terlihat damai meski dalam
kesusahan.
Musa
Assalamu’alaikum
pak, bu musa pulang. (sambil mengetuk pintu)
Karyamin
Iya mus,
masuk saja pintunya tidak di kunci bapak sedang di dapur.
Musa
(mencium
tangan karyamin dan menghampiri ibunya yang sedang sakit di kamar)ibu sudah
mendingan bu?
Ibu
iya mus,
ibu sudah enakan, sana kamu bantu bapak mu dulu.
Musa
Iya bu, (beranjak
menuju dapur)membantu bapaknya (karyamin) mnyiapkan makanan.
SCENE
9
9. INT.-DI
RUMAH,- MALAM HARI,-KARYAMIN, ISTRI, DAN ANAK (MUSA).
Malam itu
seperti malam-malam biasanya hanya bertemankan ublik, untungnya keluarga ini terselamatkan dengan adanya keju
jawa, cukup untuk mengganjal perut dan menambah tenaga setelah seharian
beraktivitas. Ibu juga sudah mulai membaik, sudah bisa jalan-jalan melemaskan
otot. Malam ini, musa akan memberikan kabar baik, kepada kedua orang tuanya.
Musa
Pak, ada yang ingin musa ceritakan dengan bapak dan ibu
Karyamin
(Bapak)
Iya musa, mau cerita apa nak? Masalah biaya sekolah lagi ya nak?
(bapak menerka dengan senyum)
Musa
Bukan pak, justru musa akan menyampaiakan kabar baik dengan
bapak dan ibu. Alhamdulillah pak, musa lolos untuk mengikuti Olimpiade Tingkat
Nasional pak,(dengan penuh haru)
Ibu
Alhamdulillah, nak perjuangan mu selama ini tidak sia-sia.
Selamat ya nak (ujar ibu penuh haru dan menitikkan air mata.
Musa
Ibu, kenapa ibu menangis? Ibu tidak bahagia dengan kabar ini?
(musa terenyuh)
Ibu
Ibu sangat bahagia nak, sejak bayi kamu selalu susah. Bahkan
bapak dan ibu tidak pernah bisa membahagiakan mu, tidak pernah mencukupi
keperluan mu, sejak kecil kamu selalu susah nak, harus bersusah payah untuk
dapat melanjutkan pendidikan. Maaf kan ibu mu ini nah, (ibu semakin haru dan
tak tertahakan air mata yang terus mengalir)
Musa
Ibu jangan berkata
seperti itu, musa sangat bahagia dengan apa yang telah kita lalui, musa merasa
cukup dengan apa yang kita miliki saat ini. Inilah nikmat Allah yang tidak
dapat tergantikan dengan apapun. Musa sangat bangga menjadi anak bapak dan ibu,
apa yang sudah bapak dan ibu ajarkan kepada musa, memberikan musa pembelajaran
untuk bisa memaknai sebuah kehidupan.
Karyamin
(Bapak)
(tersenyum penuh haru) bapak bangga dengan mu mus, sebagai orang
tua tentunya bapak dan ibu hanya mampu mendukung dan mendo’akan yang terbaik
untuk mu. (dengan air mata yang mulai berlinang di sudut pola mata)
Musa
Pak, bu. Ini uang pembinaan yang musa dapat saat menang dan
lolos di tingkat provinsi. Ini musa berikan kepada bapak dan ibu, untuk
memperbaiki rumah kita.
Karyamin
Tidak mus, bapak lah orang pertama yang menolak uang itu. Mus
ketahuilah bapak dan ibu mu tidak sama sekali menginginkan hal itu. Cukup
dengan melihat mu sukses jadi orang yang benar bapak dan ibu sangat bangga mus.Gunakanlah
uang itu untuk memenuhi kebutuhan mu, dan membeli segala keperluan mu untuk
menghadapi olompiade tingkat Nasional nanti. Kalau untuk memenuhi kebutuhan
kita insyaAllah besok batu bapak yang
di tengkulak akan di bayar jadi bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup barang membeli bumbu-bumbu dapur ibu mu
(karyamin tersenyum)
Musa
Tidak pak, musa akan tabung saja uang ini, kalau nanti kita
membutuhkan bisa di manfaatkan.(menjawab dengan penuh keyakinan)
Ibu
(memeluk anak sematawayang nya) “ibu bangga pada mu nak, tetap
bersyukur ya nak”
Musa
Iya ibu, musa sayang dengan ibu, terima kasih bu. (memeluk ibu).
musa juga mengucapkan Terima kasih kepada bapak, karena bapak mengajarkan arti
sebuah kesederhanaan, maka musa bisa seperti saat ini.
Karyamin
Bapak yang berterima kasih kepada mu mus, karena kamu
telahmengangkat drajat bapak dan ibu mu. Bapak dan Ibu hanyalah orang yang
tidak berpendidikan, bapak bangga kamu selalu berprestasi. Tidak terasa tahun
depan kamu sudah menginjakkan kaki di univerisitas. Kamu akan melanjutkan
kuliah dimana mus? (Tanya bapak mengalihkan kesedihan)
Musa
Bapak jangan berkata seperti itu, musa sangat beruntung menjadi
anak bapak dan ibu,justru bapak lah yang sangat berjasa, bapak luar biasa
banting tulang berusaha mencukupi kebutuhan musa selama ini, padahal musa tahu
kalau bapak sejujurnya tidak mampu, bapak lelah, bapak pasti capek. Maaf kan
musa ya pak belum bisa membantu bapak.
Karyamin
(hanya tersenyum)itu kewajiban bapak, tugasmu hanya belajar dan
sekolah. Bukan bekerja. (jawabnya singkat)
Musa
Bapak, ayo kita pergi kedokter, (penuh harap)
Karyamin
(kaget) bapak tidak sakit.
Musa
Bapak mungkin bisa menutupi sakit bapak dengan orang lain, tapi
tidak dengan musa pak. Musa tahu bapak sakit sejak lama. Tapi bapak menutupi
sakit bapak, dan berobat alakadarnya. Musa tahu bapak hanya mengandalkan
obat-obatan tradisional saja,musa tahu yang bapak minum godogan daun alpukat yang bapak minta dikebut pak Haji. Musa tahu
bapak selama ini sudah merasa saki, lemas, gemetar. Musa tahu bapak selalu
berbohong, mengaku sudah makan agar musa mau makan, padahal hanya itu
satu-satunya makanan yang tersisa. Tapi bapak dan ibu selalu berkata demikian
agar musa mau makan.
Karyamin
(Semakin pilu, diam dalam
kesedihan)
Musa
Musa tahu pak, belum banyak
hal yang mampu musa berikan kepada bapak dan ibu, maka izinkan musa
mengusahakan kebahagian untuk bapak dan ibu. Masalah melanjutkan kuliah, musa
tidak mungkin meninggalkan bapak dan ibu. Biarlah musa merawat bapak dan ibu.
bapak dan ibu jangan bekerja lagi.
Ibu
(hanya menangis penuh isak
dan pilu)
Musa
Bapak dan ibu sudah semakin tua,
bapak dan ibu hanya memiliki musa, dan musa hanya memiliki bapak dan ibu, tidak
ada keluarga lain. Lalu apa yang akan musa lakukan, tidak pak, musa akan
menggantikan bapak. Tolong di terima pak (sembari menyodorkan amplop yang
berisi uang jutaan rupiah). Musa tidak akan pernah bisa membalas jasa-jasa dan
pengorbanan ibu dan bapak,tidak akan pernah bisa. Tapi izinkan musa
mengusahakan kebahagian untuk bapak dan ibu di sisa hari tua bapak dan ibu.(musa
menangis penuh haru)
SCENE
10
10. INT.-
RUMAH SAKIT, AULA, PAGI, SIANG HARI, MUSA, IBU, DAN KARYAMIN
Musa
Tolong dok
tolong periksa bapak saya (teriak musa cemas)
Suster
Tunggu di
luar saja ya, dokter akan memeriksan pasien.
Musa
iya suster,
tolong bapak saya suster (cemas)
Ibu
Sabar le, bapak baik-baik saja. (menenang
kan)kita do’akan saja ya semoga bapak tidak apa-apa. Mendingan kita sholat dulu
le.
Musa
Iya bu, monggo bu. (menuju mushola)
Setelah
selesai sholat musa menuju ruangan dimana bapaknya di rawat, sedih bercampur
air mata saat memandang wajah yang ternyata semakin mengkriput. Disinya, ada
wanita yang amat berjasa, wanita luar biasa yang sangat hebat. Bapak dan ibu
dua malaikat yang telah Allah berikan untuk menjaga ku, “dik, “ (suara itu
memecahkan lamunan mu seketika di depan pintu)
Musa
Iya dok,
maaf dok saya melamun tadi memandang bapak saya dari balik pintu ini (sambil
menghapus air matanya)
Dokter
Iya dik,
bisa berbicara dengan keluarga pasien?
Musa
Bisa dok,
dengan saya saja dok, soalnya ibu
sedang menemani bapak di dalam.
Dokter
Oh, iya
baik lah kalau begitu. jadi begini dik, bapak adik harus segera di operasi.
Karena penyakitnya sekarang lebih kepada ginjalnya dik. Bapak adik membutuhkan
cangkok ginjal,karena ginjal bapak adik yang kiri sudah tidak berfungsi dengan
baik. Agar kondisi tubuh bapak adik bisa kembali normal maka harus diadakan
operasi.
Musa
Tapi, saya
tidak punya biyaya dok, (sedih dan pilu)
Dokter
Ya, sudah
untuk saat ini mungkin dokter hanya bisa memberikan obat-obat pereda sakit saja
dik, pak dokter hanya menyapaikan saja. Yang sabar ya dik (memegang pundak
musa)
Musa
Iya pak
dokter, terima kasih. (Penuh kesedihan)
Tak lama
setelah itu dokter pergi meniggalkan musa, saat ini hanya musa seorang diri
tertahan di depan pintu, memandangi wajah yang kian hari kian mengkriput.
Ya Rabb
jika memang ada kemampuan di balik kesusahan ini, mudahkanlah hamba mu ini,
berikanlah jalan untuk dapat berbakti kepada kedua orang tua hamba Ya Rabb
(lirih musa dalam hati).
Musa
Bu, (dengan
nada teramat sedih)
Ibu
Iya mus,
ada apa?
Musa
Maafkan
musa ya bu, bapak harus di oprasi, tetapi musa tidak bisa berbuat apa-apa. Musa
tidak bisa mengusahakan kebahagiaan untuk bapak.
Ibu
jangan
berkata seperti itu nak,kamu sudah cukup membahagiakan bapak dan ibu. jangan
berkata seperti itu, bapak pasti tidak akan suka jika mendengarnya.
Karyamin
(tangan
yang sudah tertusuk jarum suntik mulai bergerak)
Musa
Bu , tangan
bpak bergerak bu, bapak sudah sadar bu (musa penuh semangat)musa panggilkan pak
dokter ya bu
Karyamin
Mus,
kemarilah, tidak usah di panggil pak dokter,(cegak karyamin)
Musa
Biar bapak
di periksa oleh pak dokter ya pak,
Karyamin
Ahh, orang
bapak sudah sehat kok, sudah sini lah jangan kamu panggil pak dokternya, nanti
bapak di suntik lagi. Sakit ini tangan bapak di suntik, nanti di suntik lagi
tambah sakit lagi. (karyamin tersenyum)
Musa
Maafkan
musa ya pak, bapak harus sembuh bapak harus sehat.
Karyamin
Mus, kamu
kebahagiaan bapak, tidak ada kesalahan yang kamu perbuat, berhentilah
menyalahkan diri mu sendiri, berhentilah karena itu justru kan menyakiti hati
bapak juga. Bapak teramat menyayangi mu. berjanjilah untuk selalu tersenyum
seperti bapak. (karyamin tersenyum simpul)
Musa
(Memeluk
karyamin, dan menangis sesenggukan)musa sangat menyangi bapak.
Karyamin
Bapak juga
sangat menyayangi mu mus, jadilah seseorang yang bermanfaat bagi orang lain,
sekurang apapun kita, selagi diri mampu berbagi maka berbagilah.ikhlas atas
segala sesuatu yang telah Allah takdirkan kepada kita, yakinlah bahwa ada
takdir yang dapat dirubah. Jangan sesali.
Musa
Iya pak
sekarang musa paham, berbagi dengan sesama bahkan hanya berbagi senyum pun
sudah menjadi sebuah pemberian yang amat luar biasa (musa memeluk karyamin
penuh keharuan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar