Senin, 15 Januari 2018

ANALISIS UNSUR INTRINSTIK DALAM NASKAH DRAMA ’’TITIK-TITIK HITAM’’

ANALISIS UNSUR INTRINSTIK
DALAM NASKAH DRAMA ’’TITIK-TITIK HITAM’’
Karya: Nasyah Djamin
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Kajian Drama

Dosen Pengampu : Ibu Siti Fitriyati, M.Pd.


Disusun oleh:
Prodi: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

1.      ANA WAHYU KUSNIATI                   : 14040004
2.      INTAN SITI SOLEHA                          : 14040023



 












SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2016



KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

            Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan Kami kemudahan sehingga Kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktu yang ditentukan. Tanpa pertolongan- Nya mungkin Penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Tidak lupa Sholawat serta Salam Senantiasa Tercurahkan Kepada Junjungan Kita Nabi Agung, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari Zaman Jahiliah ke Zaman yang terang benderang ini.
Makalah ini berisi mengenai ’’Analisis unsur-unsur intrinstik dalam naskah drama titi-titik hitam’’
            Tidak lupa Kami mengucapkan Terimakasih Kepada Dosen Pengampu yang telah mengarahkan Kami dalam menyusun Makalah analisis ini. Kami juga mengucapkan Terimakasih Kepada Teman-teman Mahasiswa yang juga sudah memberi Konstribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Semoga Makalah ini dapat memberikan Pengetahuan yang lebih luas kepada Pembaca. Penyusun membutuhkan Kritik dan saran dari Pembaca yang bersifat membangun, guna Terciptanya Makalah yang lebih baik di masa yang akan datang. Terimakasih.

Wassalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh.



                                                                                                            Pringsewu, 07 Mei 2016
                                                                                                            Penyusun


Kelompok 14



BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bangsa Indonesia yang di dalamnya meliputi berbagai macam suku telah mencerminkan keanekaragaman budaya kelompok yang merupakan sub budaya dari kebudayaan nasional yang perlu dilestarikan. Karya sastra sebagai hasil budaya yang sejak dulu tumbuh dan berkembang di setiap daerah Indonesia. Karya sastra merupakan cerita berupa tafsiran atau imajinasi pengarang tentang peristiwa yang pernah terjadi serta mengandung unsur kehidupan yang menimbulkan rasa senang, nikmat, terharu, menarik perhatian dan menyegarkan perasaan penikmatnya. Di dalam karya sastra dilukiskan keadaan dan kehidupan sosial suatu masyarakat, peristiwa-peristiwa, ide, dan gagasan serta nilai-nilai yang diamanatkan pencipta lewat tokoh-tokoh cerita.
Karya sastra biasanya membicarakan manusia dengan bermacam-macam aspeknya, sehingga karya sastra menjadi sangat penting untuk mengenal manusia dan zamannya. Pada dasarnya karya sastra adalah pencerminan atau peniruan realitas yang dapat dipandang sebagai dokumen sosial, serta karya sastra banyak mengandung unsur sosial yang sangat berharga bagi kehidupan manusia sebagai pelaku sosial.
Karya sastra merupakan tulisan yang memberi makna pada hal-hal yang hakiki dan dapat dibuktikan pada berbagai karakter naskah drama di sejumlah teater. Karakter unsur intrinsic dalam setiap naskah menjadi inspirasi bagi pengarang-pengarang sastra seperti pada naskah drama “Titik-Titik Hitam” karya Nasyah Djamin.
Drama “Titik-Titik Hitam” menggambarkan ketetapan pendirian tokoh-tokohnya yang tidak mau mengalah satu sama lain dan masalah yang selalu ditutup-tutupi hingga akhirnya menjatuhkan korban sendiri, meskipun akhirnya telah terselesaikan. Nilai-nilai moral yang terkandung dalam drama “Titik-Titik Hitam” akan bermanfaat sebagai ajaran moral dan panutan dalam hidup dan kehidupan ini.
Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk menganalisis drama “Titik-Titik Hitam” yang telah disebutkan di atas. Dalam telaah prosa, analisis struktur adalah sesuatu yang utama sebagaimana yang telah dikatakan oleh Hill (1996 : 6) bahwa sebuah karya sastra perlu terlebih dahulu dianalisis strukturnya yang kompleks.
Unsur-unsur yang membangun cerita dalam drama merupakan satu kesatuan yang padu. Analisis terhadap karya sastra secara umum dapat di dekati dari unsur-unsur dalam dan unsur-unsur luar. Unsur dalam (intrinsik) merupakan unsur yang membangun cerita itu sendiri yang bersumber dari dalam cerita drama sebagai teks naratif sebuah karya sastra. Yang secara garis besarnya terdiri atas unsur alur, tokoh, latar, gaya bahasa, sedangkan tema dan amanat merupakan unsur intelektual yang dapat dipahami setelah membaca keseluruhan cerita drama tersebut. Unsur luar ( ekstrinsik) adalah segala macam unsur yang berada di luar karya cerita itu sendiri, tetapi ikut mempengaruhi keberadaan karya cerita sebagai karya sastra tersebut. Unsur ekstrinsik itu berupa masalah budaya, sosial, filsafat dan sebagainya.
Penggambaran unsur intrinsik dalam karya sastra akan memberikan nilai dan manfat tersendiri bagi penikmat dan pencinta karya sastra, sebab dengan penggambaran terhadap unsur intrinsik yang berupa  alur, tokoh, latar, gaya bahasa serta tema dan amanat, penikmat dan pencinta karya itu akan memahami struktur batin yang dapat membangun cerita drama dalam sebuah karya sastra.












BAB II
LANDASAN TEORITIS

A.  Pengertian Drama
Sebagai suatu genre sastra drama mempunyai kekhusuan dibanding dengan genre pusi atau genre fiksi. Kesan dan kesadaran terhadap drama lebih difokuskan kepada bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkrit. Ketika membaca fiksi, cerpen atau novel pembaca berhadapan dengan satu dunia rekaan yang dibentuk berdasarkan proses imajinatif yang kemudian dipaparkan secara naratif oleh pengarangnya. Kekhususan drama disebabkan tujuan drama ditulis pengarangnya tidak hanya berhenti sampai pada tahap pembeberan peristiwa untuk dinikmati secara artistic imajinatif oleh para pembacanya, namun mesti diteruskan untuk kemungkinan dapat dipertontonkan dalam suatu penampilan gerak dan perilaku kongkret yang dapat disaksikan.
Pengertian drama yang dikenal selama ini, misalnya dengan menyebut bahwa drama adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan tidak salah. Hal ini disebabkan jika ditinjau dari makna kata drama itu sendiri, pengertian tentang drama diatas dianggap tepat. Kata drama berasal dari kata Yunani draomai (Haryamawan, 1988, 1) yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya, jadi drama berarti perbuatan atau tindakan.
Menurut Ferdinand Brunetiere dan Balthazar Verhagen, drama adalah kesenian yang melukiskan sikap dan sifat manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku. Sedangkan pengertian drama menurut Moulton adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak, drama adalah menyaksikan kehidupan manusia yang diekspresiakn secara langsung. Menurut Brander Mathews, drama adalah konflik dari sifat manusia merupakan  sumber pokok drama.
Dari beberapa pengertian drama yang telah diungkapkan tersebut tidak terlihat rumusan yang mengarahkan pengerian drama kepada dimensi sastranya, melainkan hanya kepada dimensi seni lakonnya saja. Padahal meskipun drama ditulis dengan tujuan untuk dipentaskan tidak berarti semua karya drama yang ditulis harus selalu dipentaskan. Tanpa dipentaskan sekalipun, karya drama dapat dipahami, dimengerti, dan dinikmati. Tentulah pemahaman dan kenikmatan atas karya drama tersebut lebih pada aspek cerita sebagai ciri genre sastra, dan bukan sebagai karya seni lakon.

1. Unsur intrinsik
Unsur instrinsik ialah unsur yang membangun suatu drama. Dapat dikatakan, unsur ini ialah komponen yang terdapat di dalam suatu drama. Bagan- bagian yang membangun suatu drama.
Adapun komponen- komponen yang membangun suatu drama yang dikatakan sebagai unsur instrinsik ialah:
a. Judul
Judul merupakan nama suatu drama, atau hal apapun. Dalam karya seni, judul memiliki peranan penting yang dapat menunjukkan isi cerita secara singkat. Selain itu, dengan melihat judul, kita akan mengetahui beberapa hal atau jalan cerita dari suatu drama. Judul dapat menunjukkan siapa tokoh utama dalam drama tersebut, alur cerita, dan sebagainya.
Setidaknya, dari judul mampu  membuat penasaran (red: rasa ketertarikan) penonton meningkat. Oleh karena itu, judul merupakan unsur kunci dalam suatu drama atau seni ainnya (buku, novel, dan lain-lain).
b. Tema
Tema merupakan keseluruhan dari cerita yang dibuat tema adalah ide pokok yang menjadi dasar atau pokok utama dari drama. Dapat dikatakan tema sebagai “akar” pada suatu drama. Dengan bertolakkan dari tema, unsur-unsur instrinsik drama dikembangkan dan dikarang sedemikian rupa mengikuti tema yang telah ditentukan, seperti alur, pertokohan, latar, gaya bahasa, judul, dan lainya.
c. Plot atau Alur
Plot atau Alur disebut juga sebagai jalan cerita yang disusun sedemikian rupa dari tahapan-tahaapan peristiwa sehingga membentuk rangkaian cerita. Tahapan-tahapan dalam alur meliputi
·         tahapan awal, pada tahapan awal ini merupakan tahapan pengenalan tokoh- tokoh cerita serta perwatakan, latar, dan lain sebaginya.
·         pemunculan konflik, tahap selanjutnya penonton diajak pada pengenalan konflik. Pada tahap ini, konflik yang merupakan bumbu agar suatu drama lebih menarik akan terjadi. Konflik- konflik ini tentunya melibatkan semua pemain (tokoh). Dalam tahap ini pula penonton akan mengenal alur dari cerita yang dibuat.
·         komplikasi, tahap komplikasi atau tahap peningkatan konflik, semaki banyak insiden-insiden terjadi. Beberapa konflik pendukung akan terjadi untuk menguatkan konflik utama pada alur cerita.
·         Klimaks, merupakan tahapan puncak dari konflik yang ada. Ditahapan ini merupakan tahap puncak dari ketegangan yang terjadi mulai dari awal cerita.
·         Resolusi, merupakan tahap yang menujukan jalan keluar dari setiap konflik yang ada. Teka teki pada setiap konflik yang terjadi pada awal- awal cerita akan terungkap pada tahap ini. Sering kali, perwatakan yang aseli dari setiap tokoh akan muncul di tahapan ini. 
·         Akhir, pada tahap ini adalahbagian the ending of the story, dalam tahap ini semua konfiks telah terpecahkan dan merupakan akhir dari cerita.
Macam-macam plot dalam suatu cerita yaitu:
·         Alur maju (prograsif), set cerita berjalan maju, mulai dari masa kini ke masa yang akan datang.
·         Alur mundur (regreasif), kebalikan dari alur progresif. Set cerita berjalan mundur, yang mana masa kini adalah sebuah hasil dari konflik-konflik yang terjadi pada masa lalu.
·         Alur campuran, alur cerita yang mencampurkan masa kini dengan masa lalu dan juga dengan masa depan. Di sebut juga alur bolak- balik. Cerita dengan alur ini mengungkakpakn konflik yang belum selesai dari masa lalu, masa sekarang, dan penyelesaian di masa depan. Saling terkait satu sama lain.
d. Tokoh cerita/ perwatakan
Tokoh cerita meriupakan individu- individuyang memainkan peran, terlibat dalam cerita atau konflik pada sebuah drma. Macam-macam tokoh dalam sebuah cerita:
·         Berdasarkan peran: tokoh utama (central) merupakan tokoh yang dikuatkan atau tokoh utama dalam sebuah cerita atau drama. Sedangkan tokoh tambahan (figuran) merupakan tokoh yang membantu atau mendukung cerita. Dalam cerita, dapat memiliki beberapa tokoh utama, yang dapat dikenali dengan sering munculnya dalam cerita. Sedangkan tokoh figuran hanya muncul beberapa scene, kehadirannya hanya untuk menunjang cerita dari tokoh utama.
·         Berdasarkan watak, tokoh antagonis adalah tokoh yang digambarkan sebagai sosok yang penuh keliciikan, jahat dan penyebab munculnya suatu konflik. Sedangkan tokoh protagonis, merupakan tokoh yang mengalami konflik bersama tokoh antagonis.
·         Berdasarkan perkembangan, tokoh statis yaitu tokoh yang relative tetp tidak megalami perubahan dari mulai cerita sampai akhir. Sedangkan tokoh yang berkembang ialah tokoh yang mengalami perubahan seiring dengan konflik- konflik yang terjadi pada alur cerita.
e. Dialog
Dialog merupakan serangkaian percakapan dalam cerita. Teknik dialog amat penting bagi sebuah cerita. Masign-masing tokoh sangat dikuatkan denga dialog yang diucapkan serta gaya atau mimik wajah.
f. Konflik
Konflik merupakan masalah, pertikaian, pertentangan yang terjadi pada suatu drama. Konflik ini dialami oleh tokoh utama dengan dibantu oleh tokoh-tokoh penunjang. Setiap drama atau cerita memliki konflik yang berbeda- beda. Konflik sebuah drama akan menambah ketertarikan para penonton. Bahkan sebaiknya mampu mengajak penonton seolah-olah larut dalam pertikaian yang terjadi antar tokoh (red: merasakan). Konflik antar tokoh menyimpan teka-teki yang membuat penonton semakin pensaran dengan kelanjutan cerita dan bagaimana endingnya.
g. Latar atau setting
Merupakan tempat terjadinya setiap peristiwa yang berlangsung dalam alur cerita. Tak hanya itu, latar mencakup peralatan, waktu, pakaian, budaya, serta yang berhubungan dengan kehidupan para tokoh dalam cerita. 
h. Amanat
Tentu dalam sebuah cerita ingin menyampaikan sebuah pesan-pesan moral kepada penonton. Amanat ini disampaikan secara tersirat artinya tidak tertulis dalam naskah namun dapat diambil hikmah dari alur, konflik cerita. Ini merupakan bagian amat penting dan tidak boleh dilupakan dalam sebuah drama.
i. Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam sebuah drama memiliki kekhasan yang mengacu pada budaya, kehidupan sehari-hari, sosial budaya, serta pendidikan. Bahasa digunakan untuk menghidupkan cerita, agar cerita senantiasa komunikatif.
 2. Unsur ekstrinsik
Merupakan unsur yang datang dari luar namun mempengaruhi sebuah cerita yang disajikan. Artinya, unsur-unsur ekstrinsik tidak terlibat pada jalannya certa, namun keberadaan unsur ini sangat mempengaruhi perkembangan sebuah cerita. Oleh karena itu, dapat dijumpai kasus sebuah drama yang terbengkalai dikarenakan oleh faktor ini. Yang termasuk unsur ekstrinsik sebuah drama yaitu:
- Faktor ekonomi,
- Faktor politik
- Faktor sosial- budaya
- Faktor pendidikan
- Faktor kesehatan
- Faktor psikologis pemain dan kru
- Kebijakan pemerintah, dan lain sebagainya.







BAB III
PEMBAHASAN
Sinopsis Naskah Drama Titik-titik Hitam 
karya Nasyah Djamin

Drama Titik-titik Hitam ini menceritakan tentang Hartati (Tati) yang jatuh sakit. Menurut dr. Gun, Hartati tidak akan sembuh bila ia tidak mau. Hal ini menyebabkan Adang (Suami Hartati) gelisah. Kegelisahan Adang semakin bertambah karena ibu Hartati bagi Adang selalu mebuat “fitnah”.
“Fitnah” Ibu bukan tanpa alasan, mengingat Adang yang sering pergi lama dinas ke luar kota. Namun adang enggan untuk percaya pada fitnah ibu yang terkesan tidak gamblang menyebutkan apa yang sebenarnya terjadi di rumah tangga Adang. Mereka berdua kemudian terlibat adu mulut hingga dr. Gun datang dan menenangkan mereka.
dr. Gun keluar dari kamar Hartati dan bertanya tentang keberadaan Rahayu (Ayu) yang sejak tadi ingin Hartati temui. Karena ia belum juga bertemu Rahayu, maka dr. Gun pun masuk kembali menuju kamar Hartati. Setelah dipastikan Hartati sama sekali tidak hendak menemuinya, Adang pergi keluar rumah.
Ibu kemudian ditinggal sendiri dan saat dr. Gun kembali keluar dari kamar mereka berbincang-bincang. Di tengah perbincangan mereka, dr. Gun sempat menyinggung bahwa Hartati kini sedang hamil satu bulan. Hamil yang pertama sejak lima tahun berumah tangga.
Ibu akhirnya dipanggil Hartati masuk ke kamar dan saat ibu berada di kamar, Rahayu tiba. Rahayu kemudian berbincang-bincang dengan dr. Gun. Perbincangan mereka memanas saat dr. Gun mencoba menasehati Rahayu agar hidupnya jangan terlalu bebas. Rahayu marah dan mulai mengungkit kejadian dua tahun lalu saat dia meminta dr. Gun untuk mengaborsi kandungannya. Rahayu pun mengklaim bahwa dosa itu dosa mereka berdua yang telah membunuh seorang manusia (janin). Pada perbincangan ini pun Rahayu mengatakan bahwa mereka saat ini sedang bertengkar untuk memperebutkan seseorang.
Pada adegan akhir drama ini, ibu keluar dari kamar Hartati. Ia meminta dr. Gun masuk ke kamar dan memeriksa Hartati yang tidak sadarkan diri. Setelah dr. Gun masuk, terjadilah perbincangan antara Ibu dan Rahayu. Dari perbincagan Ibu dan Rahayu dapat diketahuhi bahwa Hartati sakit sejak Trisno dan Rahayu pergi dari rumah. Mereka berdua pergi ke gunung. Rahayu mengakui bahwa ia mencintai Trisno dan tidak akan melepasnya. Perbincangan pun berakhir kala Ibu meminta Rahayu masuk ke kamar dan menemui Hartati.

Analisis Unsur Intrinstik
Dalam Naskah Drama ’’Titik-Titik Hitam’’
Karya: Nasyah Djamin.
1. JUDUL
Judul Naskah drama yang kelompok kami analisis adalah ’’Titik-Titik Hitam’’ karya: Nasyah Djamin.
2. ALUR
Pembahasan alur dalam drama “Titik-Titik Hitam” akan ditempuh dengan jalan menentukan alur yang terdapat dalam setiap sekuen cerita. Oleh karena itu, dalam drama “Titik-Titik Hitam” pengarang menyajikan alur secara kronologis yakni sebuah peristiwa yang terjadi dalam sebuah keluarga.
Alur dalam drama “Titik-Titik Hitam” berawal dari salah satu lelaki yang bernama Adang sedang mondar-mandir memikirkan sesuatu. Cerita diawali dengan pendeskripsian kondisi sebuah kelurga yang sedang ditimpa masalah (adegan I). Adegan tersebut seolah-olah masalah selalu ditujukan pada pelaku utama yaitu Adang. Masalah yang ditujukan oleh ibu pada Adang selalu membuat kondisi setempat menjadi panas. Seorang ibu telah melampiaskan kemarahannya yang besar pada Adang. Ia tidak menginginkan kalau anak perempuannya mengalami sesuatu yang tidak diinginkan seperti meninggal dunia. Tetapi, dari masalah tersebut seorang ibu menginginkan satu hal dan ia tidak menampakkan semua itu pada tokoh lain. Ia memilih tujuan lain yaitu kehancuran perkawinan anaknya.
Adegan I diikuti dengan adegan II yang masih memiliki hubungan dengan adegan-adegan lain terutama pada adegan I. adegan ini menandakan dengan munculnya pemeran lain sebagai dokter. Ia bernama Dr.Gun. ia merupakan salah seorang yang selalu setia membantu dan merawat istri Adang yang bernama Hartati. Di alur sekuen ini telah menggambarkan keadaan mulai tenang dan berlangsung reda tanpa ada pertengkaran lagi antara ibu dan Adang. Hal tersebut diakibatkan setelah munculnya Dr.Gun yang memberi harapan bahwa istri Adang masih bisa disembuhkan. Menurut Dr.Gun Hartati harus bangkit dari keterpurukannya.
adegan III digambarkan dengan kondisi Hartati yang selalu memanggil adiknya yang bernama Rahayu. Keadaan tersebut sempat membuat Adang dan ibu menjadi cemas dan mereka berpikiran bahwa dengan hadirnya Rahayu, maka akan memberi harapan atau mengembalikan kondisi Hartati menjadi pulih kembali. Adang pun mulai mempunyai inisiatif lain untuk segera cepat-cepat mencari Rahayu yang sempat pergi dari rumah.
Adegan IV menggambarkan dengan terjadinya beberapa dialog antara Dr.Gun bersama ibu Hartati. Seorang dokter yang menjelaskan kondisi pasiennya kepada ibu kandung pasien. Ia pun memandang sesuatu berupa kenang-kenangan dari sang pasien. Banyak hal yang dilakukan oleh seorang dokter dengan mengisi waktunya dan selalu memberi semangat dan dorongan kepada  sang ibu untuk tidak pasrah  kepada  anaknya.
Adegan V menggambarkan munculnya adik kandung pasien yang bernama Rahayu. Pada adegan ini terjadi beberapa dialog dan pertengkaran antara Rahayu bersama Dr.Gun. Dimana seorang dokter  mengingatkan Rahayu untuk tidak mengulang kembali hal-hal yang pernah dilakukan tempo dulu. Ia juga menginginkan Rahayu untuk selalu menghormati orang tua.
Adegan VI menggambarkan pertemuan antara seorang ibu dengan anaknya Rahayu. Setelah keduanya bertemu, ia juga tidak segan-segan menasehati anaknya untuk tidak mengulang kelakuan yang pernah dilakukan yaitu hamil di luar nikah. Dan dalam sekuen ini seorang ibu mulai sadar begitupun dengan Rahayu yang mulai meminta maaf kepada ibunya tentang kelakuan-kelakuan yang pernah dilakukan dan mengakibatkan masalah timbul dalam keluarganya.
3. TOKOH
Tokoh-tokoh dimunculkan denga watak dan karakter yang berbeda-beda sesuai dengan intansi pengarang.
Dalam drama “Titik-Titik Hitam” tokoh yang pertama dijumpai adalah Adang. Tokoh Adang dikenal sebagai lelaki yang penuh perhatian pada semua tokoh lain terutama pada istrinya. Walaupun Adang dikenal sebagai tokoh yang keras, tetapi ia tetap berusaha dan mencari jalan keluar untuk menyelamatkan istrinya. Ia tetap tabah meskipun masalah selalu dilemparkan pada dia. Ia juga selalu mencari pembelaan karena menurutnya bukan dia yang menyebabkan istrinya terbaring sakit. Walaupun sempat bertengkar pada mertuanya, tetapi ia tidak menyimpan rasa dendam. Ia selalu menonjolkan sifatnya yang betul-betul peduli pada setiap anggota keluarganya, sehingga mertuanya tidak membecinya lagi.
Selain tokoh Adang, digambarkan pula tokoh ibu Hartati. Tokoh ini dikenal sebagai ibu yang berwatak keras. Ia selalu mencari jalan lain untuk memisahkan anaknya bersama menantunya. Ia tidak memikirkan bahwa betapa besar rasa cinta yang dibangun antara tokoh Adang bersama Hartati. Ia bahkan mengadu domba dan memanas-manasi tokoh Hartati, bahwa seolah-olah Adang merupakan lelaki yang tidak bertanggungjawab dan tidak perhatian pada keluarga. Tetapi, dibalik perbuatannya tersebut akhirnya sampai menjatuhkan korban yaitu anaknya sendiri yang menjadi sasaran. Walaupun ia berwatak keras, tetapi pada akhirnya ia juga menjadi luluh setelah melihat kondisi anaknya yang bernama Hartati. Ia langsung sadar dengan perbuatan-perbuatan yang pernah dilakukannya.
Selanjutnya, digambarkan pula tokoh Hartati. Tokoh Hartati dikenal sebagai perempuan yang berwatak lemah. Ia tidak bisa melawan ibu kandungnya yang  selalu memojokkan suaminya. Ia menerima apa saja yang selalu dikatakan ibunya hingga pada akhirnya ia jatuh sakit. Ia selalu memendam masalah sendiri dan semua perkataan yang telah dituturkan ibunya. Ia juga tidak bisa berbagi dengan suaminya untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam keluarganya. Dibalik kelemahannya, Hartati juga tidak mau mengalah sama adik kandungnya yang bernama Rahayu. Ia ingin merampas semua yang dimiliki oleh adiknya yaitu merampas Trisno dari tangan Rahayu. Hingga akhirnya terjadi pertengkaran antara Hartati bersama Rahayu. Hal itu pula yang membuat Hartati jatuh sakit.
Kemudian digambarkan tokoh Rahayu. Rahayu dikenal sebagai perempuan yang selalu mengalah. Ia selalu mengalah pada kakaknya, hingga akhirnya ia pergi dari rumah dengan memilih jalan yaitu kehidupan yang merdeka. Walaupun sebenarnya ia sempat melakukan perbuatan yang kotor yaitu hamil di luar nikah, tetapi ia mulai sadar setelah dinasehati oleh Dr.Gun.Ia pun bertekad untuk selalu  menghormati orang tua karena ia tidak ingin durhaka pada ibu kandungnya dan kakaknya.
Selanjutnya yang terakhir penggambaran dari tokoh Dr.Gun. Ia dikenal sebagai dokter yang baik dan selalu bersedia disetiap saat dalam merawat pasiennya. Dengan profesi sebagai dokter, ia selalu memberi harapan besar berupa kesembuhan pada orang tua pasien seperti pada ibu Hartati. Menurutnya merupakan kehilafan belaka dengan membantu Rahayu yang menggugurkan kandungannya. Ia tidak ingin mengulang kembali perbuatan dosa tersebut karena nantinya akan menghancurkan profesinya sendiri. Ia pun mengingatkan Rahayu untuk tidak mengulang perbuatan pahit tersebut dan selalu menasehatinya untuk tetap patut dan hormat pada orang tua. Adapun para tokoh yaitu:
Adang             , Hartati ( istri Adang), Trisno(Adik Adang), ibu( ibu hartati dan rahayu) dan Dr. Gun.

4. LATAR
Dalam drama “Titik-Titik Hitam” seluruh peristiwa terjadi di ruang depan rumah Adang dan sasaran penempatannya menunjukkan kalau si penghuni memahami selera modern, sederhana dan bersih. Latar dalam drama “Titik-Titik Hitam” terjadi pada beberapa tempat, mulai dari tempat terbuka yaitu di ruang keluarga depan kamar Hartati dirawat. Hal ini ditandai dengan pada saat Adang mondar-mandir dan kesal memikirkan sesuatu. Di ruang tersebut merupakan tempat pertama ibu Hartati duduk. Di ruang itulah yang menyebabkan Adang dan ibu Hartati bertengkar. Dan di ruang keluarga itu merupakan tempat pertemuan antara Rahayu bersama ibunya. Selain itu, tempat itu pula merupakan tempat terjadinya dialog antara ibu Hartati bersama Dr.Gun. Di ruang tersebut telah terpampang sebuah potret lukisan Hartati di atas standar. Hal ini ditandai dengan pada saat Dr.Gun memandang potret Hartati. Seorang dokter memandang potret tersebut dan berkata bahwa ia tidak menemukan kebahagiaan lagi pada pasiennya (Hartati) sesuai dengan apa yang ada dalam potret. Dalam potret menggambarkan kesenangan yang cukup luar biasa. Selain di ruang keluarga, latar terjadi di dalam kamar. Hal ini ditandai dengan pada saat Hartati dirawat oleh Dr.Gun. Tempat tersebut merupakan tempat pembaringan dan peristirahatan Hartati yang sakit keras.
Selanjutnya latar suasana terjadi pada saat setelah sebuah keluarga sedang ditimpa sebuah masalah. Suasana tersebut sempat membuat panik keadaan setempat karena telah terjadi perdebatan antara Dr.Gun bersama Rahayu. Suasana itu pula kembali damai ketika ibu Hartati menyadari semua kesalahannya dan setelah memaafkan Rahayu yang sempat pergi dari rumahnya.
5. GAYA BAHASA
Dalam drama “Titik-Titik Hitam” banyak menggunakan gaya bahasa personifikasi yaitu gaya bahasa yang menggambarkan benda-benda yang tidak bernyawa atau benda mati menjadi seolah-olah hidup seperti manusia. Hal ini ditandai dengan beberapa dialog diantaranya pada sekuen pertama yaitu menganggap bahwa kehidupan yang dialami Adang bersama Hartati pada saat itu bagaikan puing. Puing ini bisa diartikan sebagai kehidupan yang sudah mengalami kehancuran. Apabila dibiarkan secara terus-menerus puing tersebut tidak bisa dipersatukan kembali. Seperti yang dialami oleh Adang bersama keluarganya, jika salah satunya tidak mencari jalan keluar, maka perselisihan mereka akan bertambah besar. Selain itu, penggunaan bahasa personifikasi lain seperti perkataan Adang pada ibu mertuanya yang mengungkapkan bahwa “Jangan bikin aku seperti kucing” . Maksudnya adalah seolah-olah Adang seperti kucing yang gampang marah kapan saja. Perpaduan antara manusia dengan binatang yang sebenarnya memiliki sifat yang berbeda.
6. TEMA
Tema yang dipaparkan yakni sebagai ide utama pada suatu karya sastra, maka dalam drama “Titik-Titik Hitam” penulis mengangkat tema yaitu kisah percintaan yang selalu ditutup-tutupi. Maksudnya disini adalah walaupun Hartati sudah berkeluarga dan bersuamikan Adang, tetapi ia masih mencintai adik dari suaminya yaitu Trisno. Percintaan tersebut tidak diketahui oleh suaminya dan yang mengetahuinya adalah hanya adiknya sendiri yaitu Rahayu. Tetapi, Rahayu mempertahankan Trisni karena ia juga mencintainya.  Untuk itu terjadi perdebatan dalam memperebutkan Trisno. Rahayu mengalah dan memilih pergi dari rumah. Dengan kepergiannya tersebut Hartati merasa bersalah hingga ia jatuh sakit.
7. AMANAT
Amanat yang bisa disampaikan penulis yaitu janganlah kita selalu memperebutkan sesuatu yang bukan milik kita seutuhnya, walaupun kita sudah mempunyai sesuatunya yang lain dan kita sebagai kakak harus selalu mengalah dan menirukan hal-hal yang bersifat positif kepada sang adik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar