HAKIKAT
MENULIS
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi
Salah Satu Tugas
Mata
Kuliah Menulis Puisi
Dosen
Pengampu : Ibu Amy Sabila, M.Pd.
Disusun
Oleh: Kelompok 1
1.
Ana
Wahyu Kusniati NPM 14040004
2.
Intan
Siti Soleha NMP 14040023
3.
Rahmat
Mahardika NPM 14040017
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2017
KATA
PENGANTAR
Segala
puji dan syukur hanya diperuntukkan kepada Sang Maha Pencipta dan Pemilik jiwa
dan ruh seluruh makhluk dan telah menjadikan Muhammad, Rasulullah saw sebagai
teladan dan anutan bagi seluruh umat manusia di dunia dan akhirat. Shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi termulia, Muhammad saw, segenap
keluarganya, sahabat-sahabat, dan umat yang senantiasa memegang teguh ajarannya
sampai hari berbangkit. penyusun doakan semoga kita semua berada dalam rahmat
dan ridho-Nya, sehingga tak sedikitpun ruang dan waktu, melainkan memberikan
manfaat untuk umat dalam keseharian kita, Aamiin.
Dengan
terselesaikannya makalah dengan Judul “Hakikat Menulis”, ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak, oleh karena penyusun mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
Ibu Amy
Sabila, M.Pd. Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Menulis Puisi. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, ’’tidak ada jalan yang tidak berlubang’’ maka
tidak ada manusia yang sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan makalah dimasa yang akan
datang. Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun
dan bagi semua pihak yang telah membaca makalah ini.
Pringsewu,
Fenruari 2017
Penyusun,
Kelompok 1
DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menulis
merupakan hal yang sangat penting bagi kita, terutama bagi seorang mahasiswa.
Dalam perjalanan kami menjadi seorang mahasiswa, keterampilan berbahasa yang
satu ini selalu diperlukan selama kita menjadi seorang mahasiswa dan
sampai menjadi seorang pendidik. Sebagai contoh dalam menulis makalah untuk
tugas mata kuliah dan menulis skripsi, menulis sangat berperan penting sebagai
bekal kami untuk menyampaikan pikiran dan gagasan mahasiswa pada saat kami
kuliah maupun ketika kelak kami menjadi seorang pendidik. Menulis itu sangat
penting karena setiap hari kita pasti akan melakukan yang namanya menulis.
Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai
penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan
pembaca sebagai penerima pesan. Sebagai suatuketerampilan berbahasa, menulis
merupakan kegiatan yang kompleks karena penulis dituntut untuk dapat menyusun
dan mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya dalam formulasi ragam
bahasa tulis dan konvensi penulisan lainnya.
Penguasaan bahasa dan penguasaan menulis dalam penulisan
merupakan faktor penting yang harus diketahui sejak awal. Aspek bahasa dalam
menulis terkait dengan sikap, pembaca, dan tujuan. Sikap, pembaca, dan tujuan
akan mempengaruhi bagaimana menulis kalimat, pilihan kata, dan gaya bahasa.
Penguasaan bahasa dan penguasaan menulis yang baik akan mempermudah memilih
yang akan digunakan sebagai media tulisannya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
yang dimaksud hakikat menulis?
2. Apa
saja manfaat menulis?
3. Apa
saja ragam menulis?
4. Apa
saja mitos tentang menulis dan pembelajarannya ?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
hakikat menulis
2. Mengetahui
manfaat menulis
3. Mengetahui
ragam menulis
4. Mengetahui
berbagai mitos tentang menulis dan pembelajarannya
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Menulis
Menulis
ialah
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang
grafik yang
menggambarkan
suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafik tersebut
yang di dalamnya mengandung pesan yang dibawa penulis. Pesan yang dibawa oleh penulis melalui
gambar huruf-huruf
disebut karangan. Karangan sebagai ekspresi pikiran, gagasan, pendapat, pengalaman
disusun secara sistematis
dan logis (Sutari, 1997:26).
Seseorang yang terampil menulis tanpa
terampil mengarang tidak mempunyai arti
sebab tidak ada yang dinikmati pembaca. Sebaliknya, terampil mengarang belum tentu terampil menulis karena dalam mengarang yang terlibat hanya ekspresi atau
imajinasi. Hal tersebut dapat dilakukan baik melalui bahasa lisan maupun
tulis. Akan
tetapi, jika terampil menulis berarti harus terampil mengarang karena ada karangan
yang dihasilkan sebagai ekspresi pikiran dan perasaan. Dengan kata lain, mengararang merupakan bagian dari menulis. Keduanya saling melengkapi.
B.
Pengertian
menulis
Menulis
adalah sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang
diungkapkan dalam bahasa tulis. Dalam pengertian yang lain, menulis adalah
kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang
diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi
secara tidak langsung. Dengan demikian, dapat kita tegaskan bahwa pengertian
menulis adalah kegiatan seseorang untuk menyampaikan gagasan kepada pembaca
dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh pembaca.
Menulis merupakan
keterampilan berbahasa yang harus dipelajari secara terus menerus. Tulisan yang
baik adalah tulisan yang dapat memberikan informasi kepada pembaca secara
jelas. Menurut Tarigan (2008: 22) menulis adalah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafis yang menghasilkan
suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafis tersebut dan dapat memahami bahasa dan grafis itu.
Menurut Suparno dan
Yunus (2003: 13) aktivitas menulis melibatkan beberapa unsur, yaitu penulis
sebagai penyampaian pesan, isi tulisan, saluran atau media, dan pembaca.
Menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.
Menurut Widyamartaya
(1991: 9) mengemukakan pengertian menulis sebagai proses kegiatan pikiran
manusia yang hendak mengungkapkan kandungan jiwanya kepada orang lain atau
kepada diri sendiri dalam bentuk tulisan.
Berdasarkan uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan
suatu proses aktivitas gagasan, pikiran, perasaan yang ingin disampaikan
kepada orang lain melalui media bahasa yang berupa tulisan. Sebagai alat
komonikasi tidak langsung melalui tulisan penulis dapat mendeskripsikan sesuatu
kepada orang lain sehingga pembaca dapat melukiskan apa yang disampaikan.
Semakin baik tulisan yang disampaikan semakin baik pula pesan yang diterima
oleh orang lain.
C.
Manfaat
Menulis
Graves
(dalam Akhadiah dkk., 1998:1.4) berkaitan dengan manfaat menulis mengemukakan
bahwa:
1. menulis
menyumbang kecerdasan,
2. menulis
mengem-bangkan daya inisiatif dan kreativitas,
3. menulis
menumbuhkan keberanian, dan
4. menulis
mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
1. Menulis
Mengasah Kecerdasan
Menulis
adalah suatu aktivitas yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada
tuntutan kemampuan mengharmonikan berbagai aspek. Aspek-aspek itu meliputi:
a) pengetahuan
tentang topik yang akan dituliskan,
b) penuangan
pengetahuan itu ke dalam racikan bahasa yang jernih, yang disesuaikan dengan
corak wacana dan kemampuan pembacanya, dan
c) penyajiannya
selaras dengan konvensi atau aturan penulisan. Untuk sampai pada kesanggupan
seperti itu, seseorang perlu memiliki kekayaan dan keluwesan pengungkapan,
kemampuan mengendalikan emosi, serat menata dan mengembangkan daya nalarnya
dalam berbagai level berfikir, dari tingkat mengingat sampai evaluasi.
2. Menulis
Mengembangkan Daya Inisiatif dan Kreativitas
Dalam
menulis, seseorang mesti menyiapkan dan mensuplai sendiri segala sesuatunya.
Segala sesuatu itu adalah:
a) unsur
mekanik tulisan yang benar seperti pungtuasi, ejaan, diksi, pengalimatan, dan
pewacanaan,
b) bahasa
topik, dan
c) pertanyaan
dan jawaban yang harus diajukan dan dipuaskannya sendiri.
Agar hasilnya enak
dibaca, maka apa yang dituliskan harus ditata dengan runtut, jelas dan menarik.
3. Menulis
Menumbuhkan Keberanian
Ketika
menulis, seorang penulis harus berani menampilkan kediriannya, ter-masuk
pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta menawarkannya kepada publik.
Kon-sekuensinya, dia harus siap dan mau melihat dengan jernih penilaian dan
tanggapan apa pun dari pembacanya, baik yang bersifat positif ataupun negatif.
4. Menulis
Mendorong Kemauan dan Kemampuan Mengumpulkan Informasi
Seseorang
menulis karena mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu hal yang menurutnya
perlu disampaikan dan diketahui orang lain. Tetapi, apa yang disampaikannya itu
tidak selalu dimilikinya saat itu. Padahal, tak akan dapat me-nyampaikan banyak
hal dengan memuaskan tanpa memiliki wawasan atau pengeta-huan yang memadai
tentang apa yang akan dituliskannya. Kecuali, kalau memang apa yang
disampaikannya hanya sekedarnya.
Kondisi
ini akan memacu seseorang untuk mencari, mengumpulkan, dan me-nyerap informasi
yang diperlukannya. Untuk keperluan itu, ia mungkin akan membaca, menyimak, mengamati,
berdiskusi, berwawancara. Bagi penulis, pemero-lehan informasi itu dimaksudkan
agar dapat memahami dan mengingatnya dengan baik, serta menggunakannya kembali
untuk keperluannya dalam menulis. Implikasi-nya, dia akan berusaha untuk
menjaga sumber informasi itu serta memelihara dan mengorganisasikannya sebaik
mungkin. Upaya ini dilakukan agar ketika diperlukan, informasi itu dapat dengan
mudah ditemukan dan dimanfaatkan. Motif dan perilaku seperti ini akan
mempengaruhi minat dan kesungguhan dalam mengumpulkan infor-masi serta strategi
yang ditempuhnya.
Menulis
banyak memberikan manfaat, di antaranya:
a) wawasan
tentang topik akan bertambah, karena dalam menulis berusaha mencari sumber
tentang topik yang akan ditulis,
b) berusaha
belajar, berpikir, dan bernalar tentang sesuatu misalnya menjaring informasi,
menghubung-hubungkan, dan menarik simpulan,
c) dapat
menyusun gagasan secara tertib dan sistematis,
d) akan
berusaha menuangkan gagasan ke atas kertas walaupun gagasan yang tertulis me-mungkinkan
untuk direvisi,
e) menulis
memaksa untuk belajar secara aktif, dan
f) menulis
yang terencana akan membisakan berfikir secara tertib dan sistematis.
D.
Apa
Hubungan Menulis dengan Keterampilan Berbahasa yang lain
Apa Hubungan Menulis
dengan Keterampilan Berbahasa yang lain?
Menulis sebagai
aktivitas berbahasa tidak dapat dilepaskan dari kegiatan berbahasa lainnya. Apa
yang diperoleh melalui menyimak, membaca dan berbicara, akan memberinya masukan
berharga untuk kegiatan menulis. Meskipun demikian, menulis sebagai suatu aktivitas
berbahasa tulis memiliki perbedaan, terutama dengan kegiatan berbahasa lisan.
Perbedaan itu menyangkut kecaraan serta konteks dan hubungan antar unsur yang
terlibat, yang berimplikasi pada ragam bahasa yang digunakan.
Karangan dapat
disajikan dalam lima bentuk atau ragam wacana. Yakni: deskripsi, narasi,
eksposisi, argumentasi, dan persuasi. .Deskripsi adalah ragam wacana yang
melukiskan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan
perasaan penulisnya. Narasi adalah ragam yang menceritakan proses kejadian
suatu peristiwa. Eksposisi adalah menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan
sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan
pembacanya. Argumentasi dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran
yang disampaikan oleh penulisnya. Adapun persuasi ditujukan untuk mempengaruhi
sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya.
Ada beberapa pendapat yang berkaitan dengan pembelajaran
menulis seperti yang dilontarkan oleh pendekatan frekuensi, gramatikal, koreksi
dan formal. Pendekatan-pendekatan itu tidak sepenuhnya salah. Namun,
beberapa pendekatan itu tidak menyentuh
aktivitas menulis sebagai proses.
Menulis sebagai suatu
proses , menulis melibatkan serangkaian kegiatan yang terbagi atas tahap
prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Fase prapenulisan merupakan tahap
persiapan yang mencakup kegiatan pemilihan topik, penentuan tujuan, penentuan
pembaca dan corak karangan, pengumpulan
informasi atau bahan tulisan, serta penyusunan kerangka karangan.
Berdasar kerangka itu,
maka pengembangan karangan pun dimulai. Inilah fase penulisan. Setiap butir ide
yang telah direncanakan dikembangkan secara bertahap dengan memperhatikan jenis
informasi yang disajikan, pola pengembangan, pembahasan, dan sebagainya.
Setelah fase ini selesai, maka penulis membaca kembali, memeriksa dan
memperbaiki karangan, dan fase inilah yang disebut dengan tahap pascapenulisan. Di sini
merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang dihasilkan. Kegiatan
ini bisa terjadi beberapa kali.
E.
Berbagai
Mitos tentang Menulis dan Pembelajarannya
Menulis
adalah suatu sarana mengekspresikan
perasaan dan pemikiran kita. Selain itu,
menulis juga merupakan media berbagi pengalaman dan berbagi ilmu pengetahuan.
Namun banyak muncul berbagai mitos atau pendapat yang keliru tentang menulis
sehingga sering menghalangi kita untuk memulai menulis.
Aylia (2012) mengatakan ada banyak mitos yang bisa
menghalangi sesorang untuk menulis. Mitos seringkali sangat mempengaruhi pola
pikir seseorang. Padahal belum tentu sebuah mitos itu seratus persen benar.
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa mitos menulis. Diantaranya, yaitu:
1. Menulis
itu Mudah
Ada
mitos yang mengatakan bahwa menulis itu mudah namun kenyataannya yang mudah itu
adalah teori menulis atau mengarang. Karena menulis bukanlah sekadar teori,
melainkan keterampilan. Teori atau pengetahuan menulis hanyalah sekadar alat
untuk mempercepat dan mempertinggi pemerolehan kemampuan seseorang dalam mengarang.
Karena tanpa dilibatkan langsung dalam kegiatan dan latihan menulis, seseorang
tidak akan pernah mampu menulis dengan baik. Ia harus mencoba dan berlatih
berulang kali, memilih topik, menentukan tujuan, mengenali pembaca, mencari
informasi pendukung, menyusun kerangka karangan, serta menata dan menuangkan
ide-idenya secara runtut dan tuntas dalam racikan bahasa yang terpahami.
2. Menulis
itu Harus Sekali Jadi
Mitos
tentang menulis harus sekali jadi ini dapat memfrustasikan dan menggagalkan
orang yang menulis terutama orang yang baru mulai menulis. Karena bisa membuat
tulisannya tidak pernah selesai. Seseorang
menulis, tetapi ketika sudah beberapa alinea dibuatnya, ia banyak
menemukan ketidakcocokan atau kekurangan. Ia membuang tulisannya dan mulai
menulis kembali. Dibaca lagi, ternyata masih banyak ketidaksesuaian. Lalu
mengganti dan menulis lagi. Begitulah seterusnya. Ini akan membuat tulisannya
tidak pernah jadi karena ia ingin tulisannya sempurna dalam sekali jadi.
Keinginan itu sebenarnya wajar dan bagus tetapi mitos itu malah menjadi
bumerang bagi dirinya.
Tidak
banyak orang yang dapat menulis sekali jadi. Bahkan, penulis profesional sekali
pun. Menulis merupakan sebuah proses. Sebagai proses, menulis melibatkan
beberapa tahap sebelum tulisan itu final. Tahap-tahap itu adalah fase
prapenulisan, penulisan, serta penyuntingan, perbaikan, dan penyempurnaan.
3. Orang
yang Tidak Menyukai dan Tidak Pernah Menulis Dapat Mengajarkan Menulis.
Siapa
pun yang mengajar menulis atau mengarang ia harus menyukai dan memiliki
pengalaman serta keterampilan mengarang. Karena ia harus dapat menunjukkan kepada muridnya manfaat dan nikmatnya
menulis. Ia pun harus mampu mendemonstrasikan apakah mengarang itu dan
bagaimana melakukannya. Seorang guru yang takut dan tidak suka menulis,
bagaimana dapat melakukan hal itu. Padahal murid belajar menulis berdasarkan
apa yang diajarkan gurunya.
4. Kemampuan
Menggunakan Unsur Mekanik Tulisan merupakan Inti dari Menulis.
Di
dalam menulis atau mengarang, seseorang memang perlu memiliki keterampilan
menggunakan unsur-unsur mekanik seperti penggunaan ejaan, pemilihan kata,
pengkalimatan, pengalineaan, dan pewacanaan. Namun, tidak hanya sebatas itu. Di
dalam karangan atau tulisan harus terkandung sesuatu atau isi yang akan
disampaikan. Isi itu dapat berupa ide, gagasan, perasaan, atau informasi yang
akan diungkapan penulis kepada orang lain. Unsur mekanik merupakan alat atau
sarana yang digunakan untuk mengemas dan menyajikan isi karangan agar dapat
dipahami dengan baik oleh pembacanya.
Baik
isi atau unsur mekanik karangan atau tulisan sama pentingnya. Oleh karena itu,
ketika mengarang atau belajar mengarang, fokus perhatian tidak boleh hanya
ditunjukkan kepada salah satunya saja, tetapi kepada keduanya secara seimbang.
5. Menulis
Membutuhkan Banyak Waktu
Hal
ini sangat mengganggu terutama untuk orang yang baru mencoba menulis. Orang
yang sangat sibuk tentu akan bingung membagi waktunya untuk menulis. Mitos ini
bisa menyebabkan orang enggan menulis, karena membayangkan harus menulis
sebegitu tebal, berapa lama waktunya, kapan selesainya. Ada benarnya menulis
itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Beberapa penulis membutuhkan waktu
bertahun-tahun untuk menghasilkan tulisannya. Tetapi kita bisa membagi waktu
yang sangat lama itu dalam waktu yang singkat tapi bertahap dan kontinu. Kita
dapat meluangkan waktu sedikit saja untuk menulis. Dengan waktu yang pendek
tapi terus-menerus maka kita akan dapat menyelesaikan tulisan kita dengan baik.
6. Harus
Menulis Sesuatu yang Spektakular
Banyak
orang enggan menulis karena ada mitos yang beranggapan jika ingin menulis,
harus menulis sesuatu yang sensasional, dan tidak boleh yang kacangan. Mungkin
ini ada kaitannya dengan gengsi. Pada dasarnya, setiap orang bebas menulis apa
saja. Tidak harus menulis sesuatu yang sangat rumit. Jika kita menulis sesuatu
yang sederhana pun, tidak menjadi masalah. Bila kita bisa menuliskan dengan
baik dan menarik, maka topik yang paling sederhana pun akan menjadi cerita yang
menakjubkan.
7. Menulis
Memerlukan Bakat
Beberapa
ahli mengungkapakan bahwa untuk menjadi seorang penulis, bakat bukanlah syarat
mutlak untuk menjadi seorang penulis. Keterampilan menulis diawali oleh minat,
kreativitas, latihan dan penalaran yang tajam akan fenomena sosial yang ada,
dan tidak kalah pentingnya adalah kebiasaan
membaca sebagai sumber bacaan. Karena ada keterkaitan yang sangat kuat antara
membaca dan menulis. Dengan banyak membaca dapat memperluas wawasan dan
memperkaya tulisan.
8. Menulis
Membutuhkan Kondisi Semacam Kesurupan
Ada
mitos yang menyatakan bahwa untuk dapat menulis dengan baik dibutuhkan kondisi
semacam kesurupan. Yakni di mana sang penulis tidak sadar seperti orang yang
mengalami kesurupan saat ia mulai menulis. Namun mitos menulis membutuhkan
kondisi semacam kesurupan itu tidak benar. Karena menulis merupakan sebuah
kemampuan, kemahiran, dan kepiawaian seorang dalam menyampaikan gagasannya ke
dalam sebuah tulisan agar dapat diterima oleh pembaca. Seseorang menulis dalam
keadaan sadar. Baik apa yang sedang ditulisnya maupun lingkungan (tempat) yang
mendukungnya untuk menulis.
Sebenarnya,
kondisi yang sedang dialami oleh penulis bukanlah sebuah kondisi di mana
penulis tidak sadar atau semacam kesurupan, melainkan terkadang penulis terlalu
menghayati dan terbawa dalam tulisannya sehingga terlihat tidak peduli akan
lingkungan sekitarnya. Namun perlu ditegaskan bahwa penulis tetap dalam keadaan
sadar saat ia menulis.
F.
Metode
Pembelajaran Menulis
Dalam
pembelajaran menulis, dipergunakan beberapa metode, yaitu:
1. Metode
langsung
Metode pengajaran langsung
dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah. Dalam metode langsung, terdapat lima fase
yang penting: fase persiapan dan motivasi, fase demonstrasi, fase pembimbingan,
fase pengecekan, dan fase pelatihan lanjutan.
Sebagai contoh: guru menunjukkan gambar banjir yang melanda suatu sebuah
desa atau melihat langsung peristiwa banjir di sebuah desa. Dari gambar tersebut, siswa dapat membuat
tulisan secara runtut dan logis berdasarkan gambar.
2. Metode
Komunikatif
Desain yang bermuatan
metode komunkatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke dalam
pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikasikan ke dalam tujuan kongkret
yang merupakan produk akhir. Sebagai
contoh: metode komunikatif dapat dilakukan dengan teknik menulis dialog. Siswa menulis dialog tentang yang mereka
lakukan dalam sebuah aktivitas. Kegiatan
ini dapat dilaksanakan perseorangan ataupun kelompok.
3. Metode
Integratif
Integratif berarti
menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses.
Integrtif terbagi menjadi dua bagian: interbidang studi dan antarbidang
studi. Interbidang studi artinya beberapa
aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan.
Sebagai contoh: menulis diintegrasikan
dengan berbicara dan membaca.
Adapun antarbidang studi artinya pengintegrasian bahan dari beberapa
bidang studi. Sebagai contoh: antara
bahasa Indonesia dengan matematika atau
dengan bidang studi lain.
4. Metode
Tematik
Dalam metode tematik,
semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam
satu unit pertemuan. Tema yang telah
ditentukan harus diolah sesuai dengan perkembangan dan lingkungan siswa. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau
dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.
5. Metode
Konstruktivistik
Asumsi sentral metode
konstruktivistik adalah belajar itu menemukan.
Artinya, meskipun guru menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka
melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi itu agar informasi
tersebut masuk ke dalam pemahaman mereka.
Konstruktivistik dimulai dari masalah yang sering muncul dari siswa
sendiri dan selanjutnya membantu siswa menyelesaikan dan menemukan
langkah-langkah pemecahan masalah tersebut.
6. Metode
Kontekstual
Pembelajaran dengan menggunakan
metode ini akan mempermudah dalam pembelajaran menulis, yakni konsepsi
pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi
dunia nyata dengan kehidupan pembelajaran yang memotivasi siswa agar
menghubungkan pengetahuan dan penerapannya dengan kehidupan sehari-hari. Metode ini dapat diterapkan dalam salah satu
pembelajaran menulis deskripsi. Siswa
dapat belajar dalam situasi dunia nyata,
tidak dalam dunia awang-awang.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Menulis
adalah sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang
diungkapkan dalam bahasa tulis. Dalam pengertian yang lain, menulis adalah
kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang
diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi
secara tidak langsung.
Manfaat
menulis mengemukakan bahwa: menulis menyumbang kecerdasan, menulis
mengem-bangkan daya inisiatif dan kreativitas, menulis menumbuhkan keberanian,
dan menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Menulis
sebagai aktivitas berbahasa tidak dapat dilepaskan dari kegiatan berbahasa
lainnya. Apa yang diperoleh melalui menyimak, membaca dan berbicara, akan
memberinya masukan berharga untuk kegiatan menulis. Meskipun demikian, menulis
sebagai suatu aktivitas berbahasa tulis memiliki perbedaan, terutama dengan
kegiatan berbahasa lisan. Perbedaan itu menyangkut kecaraan serta konteks dan
hubungan antar unsur yang terlibat, yang berimplikasi pada ragam bahasa yang
digunakan.
Ada
banyak mitos yang bisa menghalangi sesorang untuk menulis. Mitos seringkali
sangat mempengaruhi pola pikir seseorang. Padahal belum tentu sebuah mitos itu
seratus persen benar.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah,
S., Maidar, G.A., dan Sakura, H.R. (1998). Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Tarigan,
Henry Guntur. (2008). Menulis Sebagai
Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Sutari,
Ice. (1997). Dasar-dasar Kemampuan
Menulis. Bandung : FPBS IKIP Bandung.
Suparno dan M. Yunus. (2003). Keterampilan Dasar Menulis.
Jakarta: Pusat.
Widyamartaya. 1991. Menulis Narasi dan Deskripsi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Aylia. Tersedia [Online]. http://slalubeningdihatiaylia.blogspot.co.id/2012/01/mitos-mitos-menulis.html. diunduh pada tanggal 2 Februari 2017.
(http://mgmpbindobogor.wordpress.com/2009/10/16/metode-pembelajaran-menulis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar