PUISI
RELIGI:
PUISI
LAMA, BARU, DAN KONTEMPORER
MAKALAH
DISUSUN
OLEH :
ARDI HERNAWAN 14040026
MARLIANA 14040018
SRI AYU SEPTIANINGSIH 14040014
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah
SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang “Puisi Religi: Puisi Lama, Baru, Dan Kontemporer”.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun
penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun, khususnya dari guru mata pelajaran guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi kami untuk lebih baik di
masa yang akan datang.
Pringsewu,
Desember 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………... i
DAFTAR ISI………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….. 1
A. Latar Belakang……………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………... 1
C. Tujuan………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………... 2
A. Puisi Religi…………...…………………………………………….. 2
B. Puisi Lama, Baru, Dan Kontemporer………………….…………… 6
BAB III PENUTUP…………………………………………………... 11
A. Kesimpulan…………………………………………………………. 11
B. Penutup……………………………………………………………... 11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………...…. 12
BAB.I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat tahun 70-an
puisi sangat digemari para pujangga. Pembuktianya pun ada, contohnya pada zaman
dulu ada lagu yang liriknya dari puisi. Pada saat masa kejayaan puisi, puisi
tidak hanya sebagai ungkapan cinta terhadap lawan jenis tapi juga ada sebagai
kritik atas pemeritah, untuk seseorang yang berjasa, atau pun seseorang yang
mereka benci. Tapi sekarang puisi tidak terlalu digemari lagi itu dikarenakan
perbandingan kemajuan teknologi tidak sebanding dengan pemikiran dan perasaan
masyarakat sehingga seseorang lebih mengutamakan keinstalan dari pada suatu
perosesnya. Karena perbandingan tak seimbang tadi sehingga masyarakat terutama
para remaja tidak lagi terlalu tertarik kepada puisi, bukan itu saja puisi yang
sangat terkenal pun sudah mulai dilupakan. Makin lama masyarakat akan makin
lupa tentang puisi seperti : jenis –
jenisnya, setrukturnya, perbedaannya, dan lain-lain.
Untuk itu saya membuat
makalah ini berjudul “Puisi Religi:
Puisi Lama, Baru, dan Kontemporer” agar kita dapat mengingatnya,
mempelajarinya, dan juga memahami perbedaannya, dan strukturnya lebih jelas
sehingga kita dapat membuat puisi sendiri. Apa bila kita sudah bisa membuat
puisi dan lebih mengerti perbedaan juga strukturnya Sehingga kita generasi baru
dapat mempopulerkan puisi kembali.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan puisi religi?
2. Bagiaman
periodisasi puisi di Indonesia?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian puisi religi.
2. Untuk
mengetahui periodisasi puisi di Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Puisi Religi
Puisi religi lebih
banyak menceritakan hubungan secara vertical antara seorang hamba dan Tuhannya.
Puisi religi bisa mengandung arti yang terkesan mistis karena dimensi ruang dan
waktu yang di suguhkan terkadang hanya bisa dirasakannya sendiri tanpa melibatkan
orang-orang tertentu.
Puisi religi ini disatu
sisi bisa begitu sangat sensitive tapi di lain sisi juga mengandung pesan-pesan
yang sifatnya universal. Hubungan antara Tuhan dan hambanya adalah hubungan
yang tidak bisa dipaksakan dan biasanya dilakukan dengan kerelaan hati dan
kesadaran yang benar-benar terjaga.
Meskipun telah
disinggung diatas bahwa puisi religi cenderung berisi hubungan antara Tuhan dan
hambanya tapi sebenarnya puisi religi juga bisa berupa hubungan antar makhluk
hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Puisi religi semestinya
lah mengandung pesan moral bagi yang membacanya. Selengkapnya mari kita simak
yuk puisi religi dibawah ini
Aku Mencintaimu Karena Allah
Cinta
sejati
Cinta
yang melibatkan dirimu,
orang
yang engkau cintai, dan Allah yang Maha Mencintai
La
tahzan kawan……. Allah bersama kita
Cukuplah
tiang pancang laila haillallah sebagai penderu debu dunia
Kemudian
shalat lah dhuha
Dan
jangan tinggalkan berpikir tentang serangan kematian yang tiba-tiba
Penyesalan
dan cobaan adalah hal biasa
Beribadah
dengan tidak ingat maut
itu
tidak ada pengaruhnya
cinta
kita semoga karenaNya
sebab
dunia gelap tak berarti tanpa nur ilahi
jangan
pula dunia kau lepas begitu saja
karena
ia dariNya untuk kita kelola
Buah
pena melukiskan dahaga
Mereguk
dalam-dalam cinta yang suci
Tahta
raja adalah singgasanaNya
Berhias
ke-MAHA-an segala daya
--------
Puisi religi menekankan
akan makna kehidupan yang telah di gariskan Ilahi Rabbi. Manusia adalah
khalifah di bumi ini, dan sepatutnya lah sebagai khalifah kita menjaga karunia
tak berbatas yang Ia limpahkan kepada kita.
A A Navis berkata bahwa
sastra Islam adalah sesuatu yang utopis saat ini. Sementara itu, Putu Arya
Tietawirya dalam buku Antologi Esai dan Kritik Sastra (1982) menulis, Sastra
adalah sastra saudaraku, tak perlu dikotak-kotakkan. Tidak usah membuat kepala
pening. Muhammad Ali, penulis Ihwal Dunia Sastra: Kumpulan Esai, mengatakan
label sastra Islam itu sungguh penuh kekaburan. Sebaliknya, Abdul Hadi W M
berkata bahwa sastra Islami itu ada dan eksis di Indonesia sejak abad 14,
bersamaan dengan meluasnya pengaruh Islam di Nusantara.
Teeuw sebagai sarjana
yang mula-mula merujuk asal usul syair Melayu pada puisi yang ditulis oleh
Hamzah Fansuri pada abad ke 16 M berpendapat bahwa syair/puisi religi dimulai
oleh Hamzah Fansuri (A. Teeuw. The Malay Syair: Problem of Origin and Tradition
dalam BTLV, no. 122. 1966., hlm. 429-446). Pendapat Teeuw ini kemudian didukung
oleh Winsted (R.O. Winsted. A History af Classical Malay Literature. Kuala Lumpur:
Oxford University Press, 1972., hlm. 105).
Karya-karya bercorak
mistik yang dihasilkan oleh Hamzah Fansuri diantara tahun 1550 – 1600 M
merupakan diantara penulisan terawal dalam kesusastraan Melayu. Pengaruh
kesusastraan Sufi dari Arab dan Persia telah menolong Hamzah Fansuri menggubah
(mengarang) puisi dalam bahasa Melayu. (S.M. Naquib al-Atas. The Origin of
Malay Shair. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan
Malaysia, 1978., hlm. 15). Contoh:
Raja
Haqq dengan Ada-Nya
Da’im
bermain dengan hamba-Nya
Oleh-Nya
nyata dengan asma-Nya
Terlalu
ghaib dengan Muka-Nya.
(Dipetik dari syair Hamzah Fansuri. Sya’ir Jawi Fasal Fiy Bayan ‘Ilmu al-Suluk
wa al-Tauhid. Ms Jak. Mal. No. 83 dan Cod. Or. Leiden 2016)
Sedang
dalam Syair Perahu. Hamzah Fansuri menuliskan:
Wahai
muda kenali dirimu
Ialah
perahu tamsil tubuhmu
Tiada
berapa lama hidupmu
Ke
akhirat jua kekal diammu
Hai
muda arif budiman
Hasilkan
kemudi dengan pedoman
Alat
perauhumu jua kerjakan
Itulah
jalan membetuli insane
Dari syair ini kita
dapat memetik pandangan seperti berikut:
a. Puisi
merupakan sarana transendensi atau tempat berpindah ke alam keabadian;
b. karangan
yang indah ditulis setelah kalbu pengarang tersucikan, yaitu setelah
membentulkan aqidah dan iktikadnya;
c. Karya
seni atau puisi yang baik merupakan proyeksi zikir;
d. Keindahan
Tuhan dan hakikat Tauhid hanya dapat disaksikan di ‘medan yang qadim’, yaitu di
alam keabadian, yang hanya bisa disaksikan melalui perenungan yang dalam
(musyahadah);
e. Penyair
mengharap pembaca menjadikan puisi sebagai tangga naik menuju hakikat dirinya
yang sejati.
Lebih lanjut, Abdul
Hadi W.M., menyebutkan: Tokoh-tokoh sastra Islami berawal adalah Hamzah
Fansuri, Bukhari al-Jauhari, Syamsudin Sumatrani, Nuruddin al-Raniri, dan
lain-lain. Khusus di Riau bermunculan Úlama-Syu’ara hingga menjelang abab ke
20. Diantaranya yang terkemuka adalah Raja Ali Haji dan Syekh Abdurrahman
Shiddiq. Keberadaan Syekh Abdurrahman Shiddiq sebagai seorang penyair diakui
oleh UU Hamidy yang menyatakan bahwa Syekh Abdurrahman Shiddiq adalah penyair besar dari Kerajaan Indragiri
(UU. Hamidy., Abdurrahman Shiddiq Penyair dari Kerajaan Indreagiri. Pekanbaru:
Majalah Budaya SAGANG, no. 2, Vol I, November 1998., hlm. 10). Selain itu, M. Arrafie
Abduh juga menilai Syekh Abdurrahman Shiddiq sebagai penyair kondang pertama
yang memperkenalkan tasawuf melalui media syair di Riau. (M. Arrafie Abduh.
Corak Tasawuf Abdurrahman Shiddiq dalam Syair-syairnya. Jakarta: Disertasi PPs
IAIN Syarif Hidayatullah, 1998., hlm. 1).
Dalam perkembangan
selanjutnya cukup banyak sastrawan muslim yang memberi istilah sendiri pada
karya sastra yang dibuatnya yang mengarah pada “sastra Islami” dan “puisi
religi”. Istilah-istilah tersebut berakar pada wacana keimanan atau
religiusitas yang dibawanya. Ada yang menyebutnya sastra pencerahan (Danarto),
sastra profetik (Kuntowijoyo), sastra sufistik (Abdul Hadi WM), sastra zikir
(Taufiq Ismail), sastra terlibat dengan dunia dalam (M. Fudoli Zaini), sastra
transenden (Sutardji Calzoum Bachri), dan sebagainya.
Karya-karya berupa
puisi religi di Riau bersambung dari Sutardji Calzoum Bachri dari generasi ke
generasi tanpa putus seperti: Ibrahim Sattah, Idrus Tintin, Taufik Efendi Aria,
Husnu Abadi, A. Aris Abeba, Dasri al-Mubary, Hasmiruddin Lahatin Aisyah, Taufik
Ikram Jamil, Fachrunnas MA Jabbar, Damri Mors, Tengku Ubaydillah, Temul Amsal,
Sayafruddin Saleh Seui Gergaji, Hafney Maulana, Herman Rante, Mosthamir Thalib,
Abul Kadir Ibrahim, Syaukani al-Karim. Begitu pula apabila kita mendalam renung
dalam suasana bathinyah yang objektif, kesan dan pesan religiositas tatkala
membaca karya: Norham Wahab, Edi Ahmad RM, Kafrawi, Murparsaulian, Kunni
Masrohanti, Herlela Ningsih, hingga penulis pemula Riau lainnya akan kita
dapati lintasan cahaya yang mencerahkan bathin.
Pesan-pesan religi
biasanya berada dalam satu paradigma berbuat baik dan menghindari kejahatan.
Akan tetapi dalam karya sastra persoalan keagamaan bisa saja ditampilkan secara
terbalik. Artinya karya sastra dapat saja menceritakan tentang kejahatan, keburukan,
keangkara murkaan untuk dicarna oleh membaca secara negative agar tidak
berkelakuaan seperti tokoh tersebut. Hal ini berbeda dengan wacana religius
dalam aktifitas keagaamaan. Dalam aktivitas keagamaan lebih banyak menyatakan
pesan kegamaan yang berkaitan dengan kebenaran, kebaikan, ketaqwaan dan
keshalehan. Hal ini menunjukan bahwa risalah keagamaan berbeda dengan karya
sastra.
B. Puisi Lama, Baru,
Dan Kontemporer
Dalam pembagian puisi kita juga
sering mengenal yang berdasarkan waktu atau periodisasinya yaitu, Puisi lama,
puisi baru, puisi bebas, dan puisi kontemporer. Keempat pembagian puisi ini
akan kami jelaskan sebagai berikut.
1. Puisi Lama
Puisi lama dipahami
sebagai bagian kebudayaan lama, yang sekaligus sebagai pancaran masyarakat
lama. Adapun macam-macam puisi lama yaitu :
a) Mantra
Mantra
merupakan salah satu puisi lama yang tertua dan tidak mempunyai syarat-syarat
seperti dalam pantun. Puisi ini berhubungan dengan kepercayaan. Kebanyakan isi
mantra merupakan pujaan, kutuk, dan larangan. Orang yang berwenang mengucapkan
mantra adalah pawang.
b) Bidal
Bidal
termasuk jenis puisi lama yang tertua. Dalam bidal biasanya digunakan
kalimat-kalimat singkat yang mengnadung pengertian sindiran dan kiasan serta
mengandung metrum dan irama tertentu. Adapun bidal dalam karya sastra lama
dibagi 4 :
·
Peribahasa : kiasan
·
Pepatah : kalimat pendek yang digunakan
untuk mematahkan ucapan orang lain.
·
Kata Arif : kata yang mengandung arti
bijaksana
·
Pemeo : kalimat-kalimat pendek yang
digunakan sebagai semboyan.
c) Pantun
Menurut
sebagian ahli kata pantun berasal dari Vtun. Akar kata tersebut berasal dari
bahasa Kawi tuntun atau atuntun yang berarti mengatur. Adapun ciri-ciri pantun
sebagai berikut :
·
Tiap baris empat suku kata
·
Tiap baris empat bait
·
Dua baris pertama disebut sampiran
·
Dua baris kedua disebut isi
·
Pantun bersajak a-b-a-d
d) Talibun
Talibun
ialah bentuk puisi semacam pantun yang tiap bait terdiri lebih empat baris.
Kalau terdiri enam baris maka tiap baris bersajak a-b-c a-b-c. Kalau terdiri 8
baris tiap baris bersajak a-b-c-d a-b-c-d.
e) Gurindam
Durindam
berasal dari kesusastraan Hindu. Dalam bahasa Tamil gurindam disebut kirandam.
Gurindam mempunyai arti misal atau perumpamaan. Ju lah barisnya hanya dua dan
merupakan kalimat majemuk. Jumlah suku katanya tidak tentu dan iramanya pun
tidak tentu atau tidak tetap.
f) Karmina
Karmina
dipergunakan untuk mencurahkan isi hati. Biasanya karmina disebut pantun kilat
karena sajak, baris, dan sampiran serupa dengan pantun. Perbedaan dengan pantun
hanya mengenal jumlah suku kata.
g) Teka-teki
Teka-teki
merupakan bentuk sastra lama yang sederhana. Contahnya : Keras-keras perak.
Teka-teki ini menggambarkan tabiat seseorang yang mula-mula keras kemudian
lunak karena mendengar nasehat, pikiran atau hal-hal lain.
h) Seloka
Seloka
merupakan salah satu bentuk puisi India yang masuk kesusastraan Melayu. Seloka
di India terdiri dari 4x8 suku kata dan tidak bersasjak. Sedangkan dalam
kesusastraan Melayu, seloka adalah puisi yang terdiri 4 baris tiuapbaris dan
tiap bait terdiri 8-11 kata serta bersajak a-a-a-a. Baris pertama dan kedua
merupakan lukisan alam sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi.
i) Syair
Syair
berasal dari kesusuastraan Arab. Secara etimologis kata syair berasal dari
“syiir” = sajak yang berarti puisi. Syair merupakan puisi yang bersajak
a-a-a-a, tiap bait 4 baris, satu baris terdiri 8-12 suku kata, keempat baris
kalimatnya mempunyai hubungan arti dan isinya berupa nasihat, cerita,dsb.
j) Masnawi
Jenis
puisi ini merupakan hasil pengaruh kesusastraan Arab. Masnawi berisi
puji-pujian untuk orang besar atau perbuatan yang penting, bersajak kembar sdan
suku kjatanya 10,12 sampai 14.
k) Rubai
Puisi
ini terdiri 4 baris. Kadang-kadang bersajak pada dua baris berturut-turut.
Panjang barisnya dan isinya tak tentu.
l) Nazam
Puisi
jenis ini terdiri 12 baris, bersajak kembar/dua-dua dan kadang-kadang pada 4
baris.
m) Gazal
Gazal
merupakan puisi yang berasal dari Parsi. Tiap baris terdiri 20 atau 22 suku
kata dan tiap baris berakhir dengan kata yang sama. Sajaknya terdapat pada
baris kedua dari belakang. Jenis puisi ini terdiri 8 baris.
2.
Puisi Baru
Istialah puisi baru
merupakan penanda yang membedakan dengan puisi lama. Pengertian puisi baru
mencakup adanya unsur pengaruh yang baru yaitu kesusastraan lama. Oleh sebab
itu istilah tersebut implisit penemuan baru yang berbeda dengan tradisi
sebelumnya. Puisi baru yang masuk ke dalam kesusastraan Indonesia adalah :
a)
Soneta
Soneta
merupakan jenis puisi yang lahir di Italia sekitar pertengahan pertama abad
XIII dan terkenal sesudah Dante. Kata soneta berasal dari bahasa Italia
“Soneta” derivasi kata sono yang berarti suara. Dengan demikian soneta
diartikan puisi yang bersuara. Soneta sebenarnya puisi untuk mencurahkan isi
hati kepada seorang kekasih.
b)
Distichon: sajak 2 seuntai
Terzina : sajak 3 seuntai
Quaqtrain :
sajak 4 seuntai
Quint : sajak 5 seuntai
Sextet :
sajak 6 seuntai
Septina : sajak 7 seuntai
Stanza/Octaaf :
sajak 8 seuntai
3.
Puisi Bebas
Puisi bebas merupakan
fakta yang membuktikan bahwa penyair-penyair Indonesia memiliki kepekaan
berpikir dalam mengejar kemjuan yang setraf dengan dunia luar. Di samping itu
juga membuktikan bahwa penyair Indonesia memiliki nilai kepribadian dalam
rangka memperjuangkan kebebasab kreatifitas khusunya dalam mencipta puisi.
Puisi bebas adalah
puisi yang tidak terikat oleh bait, jumlah suku kata dalam satu baris dan
persajakan. Di Indonesia bentuk puisi ini berkembang dengan pesat. Proses
awalnya berkembang pada angkatan pujangga baru dan berkembang pada angkatan 45
sampai sekarang.
4.
Puisi Kontemporer
Abad XX adalah abad ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengaruh abad ini sangat besar terhadap manusia. Akibat langsung dirasakan
ialah terjadinya krisis sosial-politik, ekonomi dan nilai. Gerakan sastra
kontemporer mencoba melihat kembali nilai dan sistem estetika. Oleh karena
puisi berhubungan dengan bahsa maka persoalan pokok adalah bahasa.
Istilah kontemporer
berarti dewasa ini. Puisi kontemporer adalah puisi Indonesia yang
inkonvensional, yang juga disebut puisi aneh-aneh, puisi lugu, puisi beling.
Drs. Sumardi dalam makalahnya “Mengintip Puisi Indonesia Kontemporer”
mengemukakan ciri-ciri puisi kontemporer adalah sbb :
a. Puisi
yang menolak sama sekali kata sebagai media ekspresinya
b. Puisi
yang bertumpu pada simbol-simbol non kata, dan menampilkan kata seminimal
mungkin sebagai intinya.
c. Puisi
yang bebas memasukkan unsur-unsur bahasa asing atau daerah.
d. Puisi
yang memakai kata-kata supra, kata-kata konvensional yang dijungkir balikkan
dan belum dikenal masyarakat umum.
e. Puisi
yang menganggap tipografi secara cermat sebagai bagian dari daya atau alat
ekspresi.
f. Puisi
yang berpijak pada bahasa konvensional, tetpai diberi tenaga baru dengan cara
menciptakan idiom-idiom baru.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
W.H Hudson menyatakan
adanya puisi sebyektif dan puisi obyektif (1959:96). Cleanth Brooks menyebut
adanya puisi naratif dan puisi deskriptif (1979:335-356). David Daiches
menyebut adanya puisi fisik, platonic, dan metafisik (1948:145). X.J. Kennedy
menyebut adanya puisi konkret dan balada (1071:116-226). Dalam kumpulan puisi
Rendra, kita mengenal judul-judul: balada, romansa, stanza, serenada, dan
sebagainya. Ada juga parable atau alegori. Sedangkan istilah ode, himne, puisi
kamar, dan puisi auditorium juga sering kita jumpai.
Dalam pembagian puisi
kita juga sering mengenal yang berdasarkan waktu atau periodisasinya yaitu,
Puisi lama, puisi baru, puisi bebas, dan puisi kontemporer. Keempat pembagian
puisi ini akan kami jelaskan sebagai berikut :
B.
Saran
Semoga makalah ini
bermanfaat bagi para mahasiswa maupun masyarakat dan menjadi tambahan ilmu
pengetahuan. Kami berharap makalah ini dapat menjadi referensi dan bermanfaat
bagi kita semua dalam memahami pembagian/klasifikasin puisi, sehingga dapat
diterapkan kepada anak didik di sekolah. Semoga makalah ini dapat memperluas
wawasan kita tentang pengajaran sastra.
Saran dan kritik dari
bapak dosen sebagai penanggungjawab mata ku.liah ini serta dari teman-teman
sangat kami harapkan karena makalah ini jauh dari kesempurnaan, sehingga kami
dapat memperbaiki makalah kami kedepannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Agni, Binar. 2009. Sastra Indonesia Lengkap. Jakarta: Hi-Fest Publishing.
Arifin, Zaenal E. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akedemika Pressindo.
Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Presinfo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar