Rabu, 20 September 2017

ANALISIS UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA “TITIK-TITIK HITAM” KARYA NASYAH DJAMIN

ANALISIS UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA
“TITIK-TITIK HITAM”
KARYA NASYAH DJAMIN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Kajian Drama

Dosen Pengampu : Siti Fitriyati, M.Pd.


Disusun oleh:
Kelompok 2
Prodi: Bahasa dan Sastra Indonesia

1.      ANA WAHYU KUSNIATI                   : 14040004
2.      DWI RUANDINI                                                : 14040016
3.      HENGKI IRAWAN                               : 14040011
4.      SENDI APRILIAWAN                         : 14040035

 














SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2016






KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

            Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan Kami kemudahan sehingga Kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktu yang ditentukan. Tanpa pertolongan- Nya mungkin Penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Tidak lupa Sholawat serta Salam Senantiasa Tercurahkan Kepada Junjungan Kita Nabi Agung, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari Zaman Jahiliah ke Zaman yang terang benderang ini.
Makalah ini memuat materi tentang “Validitas Tes”.
            Tidak lupa Kami mengucapkan Terimakasih Kepada Dosen Pengampu yang telah memngarahkan Kami dalam menyusun Makalah ini. Kami juga mengucapkan Terimakasih Kepada Teman-teman Mahasiswa yang juga sudah memberi Konstribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Semoga Makalah ini dapat memberikan Pengetahuan yang lebih luas kepada Pembaca. Penyusun membutuhkan Kritik dan saran dari Pembaca yang bersifat membangun, guna Terciptanya Makalah yang lebih baik di masa yang akan datang. Terimakasih.

Wassalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh.



                                                                                                Pringsewu, Maret 2016
                                                                                                            Penyusun


Kelompok 2









PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia yang di dalamnya meliputi berbagai macam suku telah mencerminkan keanekaragaman budaya kelompok yang merupakan sub budaya dari kebudayaan nasional yang perlu dilestarikan. Karya sastra sebagai hasil budaya yang sejak dulu tumbuh dan berkembang di setiap daerah Indonesia. Karya sastra merupakan cerita berupa tafsiran atau imajinasi pengarang tentang peristiwa yang pernah terjadi serta mengandung unsur kehidupan yang menimbulkan rasa senang, nikmat, terharu, menarik perhatian dan menyegarkan perasaan penikmatnya. Di dalam karya sastra dilukiskan keadaan dan kehidupan sosial suatu masyarakat, peristiwa-peristiwa, ide, dan gagasan serta nilai-nilai yang diamanatkan pencipta lewat tokoh-tokoh cerita.
Karya sastra biasanya membicarakan manusia dengan bermacam-macam aspeknya, sehingga karya sastra menjadi sangat penting untuk mengenal manusia dan zamannya. Pada dasarnya karya sastra adalah pencerminan atau peniruan realitas yang dapat dipandang sebagai dokumen sosial, serta karya sastra banyak mengandung unsur sosial yang sangat berharga bagi kehidupan manusia sebagai pelaku sosial.
Karya sastra merupakan tulisan yang memberi makna pada hal-hal yang hakiki dan dapat dibuktikan pada berbagai karakter naskah drama di sejumlah teater. Karakter unsur intrinsic dalam setiap naskah menjadi inspirasi bagi pengarang-pengarang sastra seperti pada naskah drama “Titik-Titik Hitam” karya Nasyah Djamin.
Drama “Titik-Titik Hitam” menggambarkan ketetapan pendirian tokoh-tokohnya yang tidak mau mengalah satu sama lain dan masalah yang selalu ditutup-tutupi hingga akhirnya menjatuhkan korban sendiri, meskipun akhirnya telah terselesaikan. Nilai-nilai moral yang terkandung dalam drama “Titik-Titik Hitam” akan bermanfaat sebagai ajaran moral dan panutan dalam hidup dan kehidupan ini.
Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk menganalisis drama “Titik-Titik Hitam” yang telah disebutkan di atas. Dalam telaah prosa, analisis struktur adalah sesuatu yang utama sebagaimana yang telah dikatakan oleh Hill (1996 : 6) bahwa sebuah karya sastra perlu terlebih dahulu dianalisis strukturnya yang kompleks.
Unsur-unsur yang membangun cerita dalam drama merupakan satu kesatuan yang padu. Analisis terhadap karya sastra secara umum dapat di dekati dari unsur-unsur dalam dan unsur-unsur luar. Unsur dalam (intrinsik) merupakan unsur yang membangun cerita itu sendiri yang bersumber dari dalam cerita drama sebagai teks naratif sebuah karya sastra. Yang secara garis besarnya terdiri atas unsur alur, tokoh, latar, gaya bahasa, sedangkan tema dan amanat merupakan unsur intelektual yang dapat dipahami setelah membaca keseluruhan cerita drama tersebut. Unsur luar ( ekstrinsik) adalah segala macam unsur yang berada di luar karya cerita itu sendiri, tetapi ikut mempengaruhi keberadaan karya cerita sebagai karya sastra tersebut. Unsur ekstrinsik itu berupa masalah budaya, sosial, filsafat dan sebagainya.
Penggambaran unsur intrinsik dalam karya sastra akan memberikan nilai dan manfat tersendiri bagi penikmat dan pencinta karya sastra, sebab dengan penggambaran terhadap unsur intrinsik yang berupa  alur, tokoh, latar, gaya bahasa serta tema dan amanat, penikmat dan pencinta karya itu akan memahami struktur batin yang dapat membangun cerita drama dalam sebuah karya sastra.

PEMBAHASAN
•    Alur
Berbicara mengenai konsep alur telah dikemukakan oleh para ahli, satu diantaranya dikemukakan oleh Foster (Esten, 1978 : 88) menyatakan bahwa alur adalah penceritaan sebuah peristiwa yang menekankan hubungan sebab-akibat. Alur juga menceritakan tentang kisah atau kejadian-kejadian dengan hubungan sebab-akibat, dijalin dengan melibatkan konflik atau masalah yang pada akhirnya diberi peleraian. Pembahasan alur dalam drama “Titik-Titik Hitam” akan ditempuh dengan jalan menentukan alur yang terdapat dalam setiap sekuen cerita. Oleh karena itu, dalam drama “Titik-Titik Hitam” pengarang menyajikan alur secara kronologis yakni sebuah peristiwa yang terjadi dalam sebuah keluarga.
Alur dalam drama “Titik-Titik Hitam” berawal dari salah satu lelaki yang bernama Adang sedang mondar-mandir memikirkan sesuatu. Cerita diawali dengan pendeskripsian kondisi sebuah kelurga yang sedang ditimpa masalah (sekuen I). sekuen tersebut seolah-olah masalah selalu ditujukan pada pelaku utama yaitu Adang. Masalah yang ditujukan oleh ibu pada Adang selalu membuat kondisi setempat menjadi panas. Seorang ibu telah melampiaskan kemarahannya yang besar pada Adang. Ia tidak menginginkan kalau anak perempuannya mengalami sesuatu yang tidak diinginkan seperti meninggal dunia. Teapi, dari masalah tersebut seorang ibu menginginkan satu hal dan ia tidak menampakkan semua itu pada tokoh lain. Ia memilih tujuan lain yaitu kehancuran perkawinan anaknya.
Sekuen I diikuti dengan sekuen II yang masih memiliki hubungan dengan sekuen-sekuen lain terutama pada sekuen I. sekuen ini menandakan dengan munculnya pemeran lain sebagai dokter. Ia bernama Dr.Gun. ia merupakan salah seorang yang selalu setia membantu dan merawat istri Adang yang bernama Hartati. Di alur sekuen ini telah menggambarkan keadaan mulai tenang dan berlangsung reda tanpa ada pertengkaran lagi antara ibu dan Adang. Hal tersebut diakibatkan setelah munculnya Dr.Gun yang memberi harapan bahwa istri Adang masih bisa disembuhkan. Menurut Dr.Gun Hartati harus bangkit dari keterpurukannya.
Sekuen III digambarkan dengan kondisi Hartati yang selalu memanggil adiknya yang bernama Rahayu. Keadaan tersebut sempat membuat Adang dan ibu menjadi cemas dan mereka berpikiran bahwa dengan hadirnya Rahayu, maka akan memberi harapan atau mengembalikan kondisi Hartati menjadi pulih kembali. Adang pun mulai mempunyai inisiatif lain untuk segera cepat-cepat mencari Rahayu yang sempat pergi dari rumah.
Sekuen IV menggambarkan dengan terjadinya beberapa dialog antara Dr.Gun bersama ibu Hartati. Seorang dokter yang menjelaskan kondisi pasiennya kepada ibu kandung pasien. Ia pun memandang sesuatu berupa kenang-kenangan dari sang pasien. Banyak hal yang dilakukan oleh seorang dokter dengan mengisi waktunya dan selalu memberi semangat dan dorongan kepada  sang ibu untuk tidak pasrah  kepada  anaknya.
Sekuen V menggambarkan munculnya adik kandung pasien yang bernama Rahayu. Pada sekuen ini terjadi beberapa dialog dan pertengkaran antara Rahayu bersama Dr.Gun. Dimana seorang dokter  mengingatkan Rahayu untuk tidak mengulang kembali hal-hal yang pernah dilakukan tempo dulu. Ia juga menginginkan Rahayu untuk selalu menghormati orang tua.
Sekuen VI menggambarkan pertemuan antara seorang ibu dengan anaknya Rahayu. Setelah keduanya bertemu, ia juga tidak segan-segan menasehati anaknya untuk tidak mengulang kelakuan yang pernah dilakukan yaitu hamil di luar nikah. Dan dalam sekuen ini seorang ibu mulai sadar begitupun dengan Rahayu yang mulai meminta maaf kepada ibunya tentang kelakuan-kelakuan yang pernah dilakukan dan mengakibatkan masalah timbul dalam keluarganya.

•    Tokoh dan Karakter Tokoh
Dalam suatu cerita drama, tokoh diwujudkan dalam gerak para pelaku atau tokoh cerita. Peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam suatu pementasan drama merupakan suatu akibat gerak dan dinamika serta pergolakan tokoh-tokohnya. Oleh karena itu, penghadirkan karakter tokoh harus sinkron dengan dasar ceritanya. Tokoh-tokoh dimunculkan denga watak dan karakter yang berbeda-beda sesuai dengan intansi pengarang.
Dalam drama “Titik-Titik Hitam” tokoh yang pertama dijumpai adalah Adang. Tokoh Adang dikenal sebagai lelaki yang penuh perhatian pada semua tokoh lain terutama pada istrinya. Walaupun Adang dikenal sebagai tokoh yang keras, tetapi ia tetap berusaha dan mencari jalan keluar untuk menyelamatkan istrinya. Ia tetap tabah meskipun masalah selalu dilemparkan pada dia. Ia juga selalu mencari pembelaan karena menurutnya bukan dia yang menyebabkan istrinya terbaring sakit. Walaupun sempat bertengkar pada mertuanya, tetapi ia tidak menyimpan rasa dendam. Ia selalu menonjolkan sifatnya yang betul-betul peduli pada setiap anggota keluarganya, sehingga mertuanya tidak membecinya lagi.
 Selain tokoh Adang, digambarkan pula tokoh ibu Hartati. Tokoh ini dikenal sebagai ibu yang berwatak keras. Ia selalu mencari jalan lain untuk memisahkan anaknya bersama menantunya. Ia tidak memikirkan bahwa betapa besar rasa cinta yang dibangun antara tokoh Adang bersama Hartati. Ia bahkan mengadu domba dan memanas-manasi tokoh Hartati, bahwa seolah-olah Adang merupakan lelaki yang tidak bertanggungjawab dan tidak perhatian pada keluarga. Tetapi, dibalik perbuatannya tersebut akhirnya sampai menjatuhkan korban yaitu anaknya sendiri yang menjadi sasaran. Walaupun ia berwatak keras, tetapi pada akhirnya ia juga menjadi luluh setelah melihat kondisi anaknya yang bernama Hartati. Ia langsung sadar dengan perbuatan-perbuatan yang pernah dilakukannya.
Selanjutnya, digambarkan pula tokoh Hartati. Tokoh Hartati dikenal sebagai perempuan yang berwatak lemah. Ia tidak bisa melawan ibu kandungnya yang  selalu memojokkan suaminya. Ia menerima apa saja yang selalu dikatakan ibunya hingga pada akhirnya ia jatuh sakit. Ia selalu memendam masalah sendiri dan semua perkataan yang telah dituturkan ibunya. Ia juga tidak bisa berbagi dengan suaminya untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam keluarganya. Dibalik kelemahannya, Hartati juga tidak mau mengalah sama adik kandungnya yang bernama Rahayu. Ia ingin merampas semua yang dimiliki oleh adiknya yaitu merampas Trisno dari tangan Rahayu. Hingga akhirnya terjadi pertengkaran antara Hartati bersama Rahayu. Hal itu pula yang membuat Hartati jatuh sakit.
Kemudian digambarkan tokoh Rahayu. Rahayu dikenal sebagai perempuan yang selalu mengalah. Ia selalu mengalah pada kakaknya, hingga akhirnya ia pergi dari rumah dengan memilih jalan yaitu kehidupan yang merdeka. Walaupun sebenarnya ia sempat melakukan perbuatan yang kotor yaitu hamil di luar nikah, tetapi ia mulai sadar setelah dinasehati oleh Dr.Gun.Ia pun bertekad untuk selalu  menghormati orang tua karena ia tidak ingin durhaka pada ibu kandungnya dan kakaknya.
Selanjutnya yang terakhir penggambaran dari tokoh Dr.Gun. Ia dikenal sebagai dokter yang baik dan selalu bersedia disetiap saat dalam merawat pasiennya. Dengan profesi sebagai dokter, ia selalu memberi harapan besar berupa kesembuhan pada orang tua pasien seperti pada ibu Hartati. Menurutnya merupakan kehilafan belaka dengan membantu Rahayu yang menggugurkan kandungannya. Ia tidak ingin mengulang kembali perbuatan dosa tersebut karena nantinya akan menghancurkan profesinya sendiri. Ia pun mengingatkan Rahayu untuk tidak mengulang perbuatan pahit tersebut dan selalu menasehatinya untuk tetap patut dan hormat pada orang tua.
•    Latar
Latar atau landasan tumpu cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Unsur latar dalam cerita mencerminkan hubungan cerita dalam drama dengan kehidupan manusia sehari-hari. Sebagaimana kejadian dalam kehidupan manusia yang mempunyai latar, demikian pula yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam sebuah drama.
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan watak, ruang dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra. Latar dapat berupa penggambaran geografis, pemandangan perincian sebuah ruangan, lingkungan sosial tokoh, dan lain-lain.
Dalam drama “Titik-Titik Hitam” seluruh peristiwa terjadi di ruang depan rumah Adang dan sasaran penempatannya menunjukkan kalau si penghuni memahami selera modern, sederhana dan bersih. Latar dalam drama “Titik-Titik Hitam” terjadi pada beberapa tempat, mulai dari tempat terbuka yaitu di ruang keluarga depan kamar Hartati dirawat. Hal ini ditandai dengan pada saat Adang mondar-mandir dan kesal memikirkan sesuatu. Di ruang tersebut merupakan tempat pertama ibu Hartati duduk. Di ruang itulah yang menyebabkan Adang dan ibu Hartati bertengkar. Dan di ruang keluarga itu merupakan tempat pertemuan antara Rahayu bersama ibunya. Selain itu, tempat itu pula merupakan tempat terjadinya dialog antara ibu Hartati bersama Dr.Gun. Di ruang tersebut telah terpampang sebuah potret lukisan Hartati di atas standar. Hal ini ditandai dengan pada saat Dr.Gun memandang potret Hartati. Seorang dokter memandang potret tersebut dan berkata bahwa ia tidak menemukan kebahagiaan lagi pada pasiennya (Hartati) sesuai dengan apa yang ada dalam potret. Dalam potret menggambarkan kesenangan yang cukup luar biasa. Selain di ruang keluarga, latar terjadi di dalam kamar. Hal ini ditandai dengan pada saat Hartati dirawat oleh Dr.Gun. Tempat tersebut merupakan tempat pembaringan dan peristirahatan Hartati yang sakit keras.
Selaanjutnya latar suasana terjadi pada saat setelah sebuah keluarga sedang ditimpa sebuah masalah. Suasana tersebut sempat membuat panik keadaan setempat karena telah terjadi perdebatan antara Dr.Gun bersama Rahayu. Suasana itu pula kembali damai ketika ibu Hartati menyadari semua kesalahannya dan setelah memaafkan Rahayu yang sempat pergi dari rumahnya.

•    Gaya Bahasa
Dalam drama “Titik-Titik Hitam” banyak menggunakan gaya bahasa personifikasi yaitu gaya bahasa yang menggambarkan benda-benda yang tidak bernyawa atau benda mati menjadi seolah-olah hidup seperti manusia. Hal ini ditandai dengan beberapa dialog diantaranya pada sekuen pertama yaitu menganggap bahwa kehidupan yang dialami Adang bersama Hartati pada saat itu bagaikan puing. Puing ini bisa diartikan sebagai kehidupan yang sudah mengalami kehancuran. Apabila dibiarkan secara terus-menerus puing tersebut tidak bisa dipersatukan kembali. Seperti yang dialami oleh Adang bersama keluarganya, jika salah satunya tidak mencari jalan keluar, maka perselisihan mereka akan bertambah besar. Selain itu, penggunaan bahasa personifikasi lain seperti perkataan Adang pada ibu mertuanya yang mengungkapkan bahwa “Jangan bikin aku seperti kucing” . Maksudnya adalah seolah-olah Adang seperti kucing yang gampang marah kapan saja. Perpaduan antara manusia dengan binatang yang sebenarnya memiliki sifat yang berbeda.


•    Tema dan Amanat
Tema yang dipaparkan yakni sebagai ide utama pada suatu karya sastra, maka dalam drama “Titik-Titik Hitam” penulis mengangkat tema yaitu kisah percintaan yang selalu ditutup-tutupi. Maksudnya disini adalah walaupun Hartati sudah berkeluarga dan bersuamikan Adang, tetapi ia masih mencintai adik dari suaminya yaitu Trisno. Percintaan tersebut tidak diketahui oleh suaminya dan yang mengetahuinya adalah hanya adiknya sendiri yaitu Rahayu. Tetapi, Rahayu mempertahankan Trisni karena ia juga mencintainya.  Untuk itu terjadi perdebatan dalam memperebutkan Trisno. Rahayu mengalah dan memilih pergi dari rumah. Dengan kepergiannya tersebut Hartati merasa bersalah hingga ia jatuh sakit.
Amanat yang bisa disampaikan penulis yaitu janganlah kita selalu memperebutkan sesuatu yang bukan milik kita seutuhnya, walaupun kita sudah mempunyai sesuatunya yang lain dan kita sebagai kakak harus selalu mengalah dan menirukan hal-hal yang bersifat positif kepada sang adik.

PENUTUP

Dari uraian pembahasan penulis menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang kita miliki harus dijaga dan dikokohkan dengan baik. Kita tidak boleh terpancing dengan setiap kata-kata kotor yang kita dengar, karena belum tentu semuanya itu benar. Apabila kita cepat mempercayainya, maka kita sendiri yang terjerumus di dalamnya. Karena itu kita harus bangkit dan mengatasi semua masalah secara bersama-sama dengan pikiran yang jernih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar