Rabu, 20 September 2017

PUISI RELIGI: PUISI LAMA, BARU, DAN KONTEMPORER


PUISI RELIGI:
PUISI LAMA, BARU, DAN KONTEMPORER


MAKALAH








SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG 2015



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Puisi Religi: Puisi Lama, Baru, Dan Kontemporer”.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
    
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari guru mata pelajaran guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik  di masa yang akan datang.
    

    Pringsewu, Desember 2015



                                                                                       Penyusun












DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………...                  i
DAFTAR ISI…………………………………………………………..                   ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..                  1
A. Latar Belakang……………………………………………………...        1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………...       1
C. Tujuan……………………………………………………………….       1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………...                   2
A. Puisi Religi…………...……………………………………………..        2
B. Puisi Lama, Baru, Dan Kontemporer………………….……………        6
BAB III PENUTUP…………………………………………………...                   11
A. Kesimpulan………………………………………………………….       11
B. Penutup……………………………………………………………...       11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………...….                  12













BAB.I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada saat tahun 70-an puisi sangat digemari para pujangga. Pembuktianya pun ada, contohnya pada zaman dulu ada lagu yang liriknya dari puisi. Pada saat masa kejayaan puisi, puisi tidak hanya sebagai ungkapan cinta terhadap lawan jenis tapi juga ada sebagai kritik atas pemeritah, untuk seseorang yang berjasa, atau pun seseorang yang mereka benci. Tapi sekarang puisi tidak terlalu digemari lagi itu dikarenakan perbandingan kemajuan teknologi tidak sebanding dengan pemikiran dan perasaan masyarakat sehingga seseorang lebih mengutamakan keinstalan dari pada suatu perosesnya. Karena perbandingan tak seimbang tadi sehingga masyarakat terutama para remaja tidak lagi terlalu tertarik kepada puisi, bukan itu saja puisi yang sangat terkenal pun sudah mulai dilupakan. Makin lama masyarakat akan makin lupa tentang puisi seperti :  jenis – jenisnya, setrukturnya, perbedaannya, dan lain-lain.
Untuk itu saya membuat makalah ini berjudul  “Puisi Religi: Puisi Lama, Baru, dan Kontemporer” agar kita dapat mengingatnya, mempelajarinya, dan juga memahami perbedaannya, dan strukturnya lebih jelas sehingga kita dapat membuat puisi sendiri. Apa bila kita sudah bisa membuat puisi dan lebih mengerti perbedaan juga strukturnya Sehingga kita generasi baru dapat mempopulerkan puisi kembali.

B. Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan puisi religi?
2.      Bagiaman periodisasi puisi di Indonesia?

C. Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian puisi religi.
2.      Untuk mengetahui periodisasi puisi di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Puisi Religi

Puisi religi lebih banyak menceritakan hubungan secara vertical antara seorang hamba dan Tuhannya. Puisi religi bisa mengandung arti yang terkesan mistis karena dimensi ruang dan waktu yang di suguhkan terkadang hanya bisa dirasakannya sendiri tanpa melibatkan orang-orang tertentu.
Puisi religi ini disatu sisi bisa begitu sangat sensitive tapi di lain sisi juga mengandung pesan-pesan yang sifatnya universal. Hubungan antara Tuhan dan hambanya adalah hubungan yang tidak bisa dipaksakan dan biasanya dilakukan dengan kerelaan hati dan kesadaran yang benar-benar terjaga.
Meskipun telah disinggung diatas bahwa puisi religi cenderung berisi hubungan antara Tuhan dan hambanya tapi sebenarnya puisi religi juga bisa berupa hubungan antar makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Puisi religi semestinya lah mengandung pesan moral bagi yang membacanya. Selengkapnya mari kita simak yuk puisi religi dibawah ini

Aku Mencintaimu Karena Allah

Cinta sejati
Cinta yang melibatkan dirimu,
orang yang engkau cintai, dan Allah yang Maha Mencintai

La tahzan kawan……. Allah bersama kita
Cukuplah tiang pancang laila haillallah sebagai penderu debu dunia
Kemudian shalat lah dhuha
Dan jangan tinggalkan berpikir tentang serangan kematian yang tiba-tiba
Penyesalan dan cobaan adalah hal biasa


Beribadah dengan tidak ingat maut
itu tidak ada pengaruhnya

cinta kita semoga karenaNya
sebab dunia gelap tak berarti tanpa nur ilahi
jangan pula dunia kau lepas begitu saja
karena ia dariNya untuk kita kelola

Buah pena melukiskan dahaga
Mereguk dalam-dalam cinta yang suci
Tahta raja adalah singgasanaNya
Berhias ke-MAHA-an segala daya
--------

Puisi religi menekankan akan makna kehidupan yang telah di gariskan Ilahi Rabbi. Manusia adalah khalifah di bumi ini, dan sepatutnya lah sebagai khalifah kita menjaga karunia tak berbatas yang Ia limpahkan kepada kita.
A A Navis berkata bahwa sastra Islam adalah sesuatu yang utopis saat ini. Sementara itu, Putu Arya Tietawirya dalam buku Antologi Esai dan Kritik Sastra (1982) menulis, Sastra adalah sastra saudaraku, tak perlu dikotak-kotakkan. Tidak usah membuat kepala pening. Muhammad Ali, penulis Ihwal Dunia Sastra: Kumpulan Esai, mengatakan label sastra Islam itu sungguh penuh kekaburan. Sebaliknya, Abdul Hadi W M berkata bahwa sastra Islami itu ada dan eksis di Indonesia sejak abad 14, bersamaan dengan meluasnya pengaruh Islam di Nusantara.
Teeuw sebagai sarjana yang mula-mula merujuk asal usul syair Melayu pada puisi yang ditulis oleh Hamzah Fansuri pada abad ke 16 M berpendapat bahwa syair/puisi religi dimulai oleh Hamzah Fansuri (A. Teeuw. The Malay Syair: Problem of Origin and Tradition dalam BTLV, no. 122. 1966., hlm. 429-446). Pendapat Teeuw ini kemudian didukung oleh Winsted (R.O. Winsted. A History af Classical Malay Literature. Kuala Lumpur: Oxford University Press, 1972., hlm. 105).
Karya-karya bercorak mistik yang dihasilkan oleh Hamzah Fansuri diantara tahun 1550 – 1600 M merupakan diantara penulisan terawal dalam kesusastraan Melayu. Pengaruh kesusastraan Sufi dari Arab dan Persia telah menolong Hamzah Fansuri menggubah (mengarang) puisi dalam bahasa Melayu. (S.M. Naquib al-Atas. The Origin of Malay Shair. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1978., hlm. 15). Contoh:

Raja Haqq dengan Ada-Nya
Da’im bermain dengan hamba-Nya
Oleh-Nya nyata dengan asma-Nya
Terlalu ghaib dengan Muka-Nya.

(Dipetik dari syair Hamzah Fansuri. Sya’ir Jawi Fasal Fiy Bayan ‘Ilmu al-Suluk wa al-Tauhid. Ms Jak. Mal. No. 83 dan Cod. Or. Leiden 2016)

Sedang dalam Syair Perahu. Hamzah Fansuri menuliskan:

Wahai muda kenali dirimu
Ialah perahu tamsil tubuhmu
Tiada berapa lama hidupmu
Ke akhirat jua kekal diammu

Hai muda arif budiman
Hasilkan kemudi dengan pedoman

Alat perauhumu jua kerjakan
Itulah jalan membetuli insane

Dari syair ini kita dapat memetik pandangan seperti berikut:
a.       Puisi merupakan sarana transendensi atau tempat berpindah ke alam keabadian;
b.      karangan yang indah ditulis setelah kalbu pengarang tersucikan, yaitu setelah membentulkan aqidah dan iktikadnya;
c.       Karya seni atau puisi yang baik merupakan proyeksi zikir;
d.      Keindahan Tuhan dan hakikat Tauhid hanya dapat disaksikan di ‘medan yang qadim’, yaitu di alam keabadian, yang hanya bisa disaksikan melalui perenungan yang dalam (musyahadah);
e.       Penyair mengharap pembaca menjadikan puisi sebagai tangga naik menuju hakikat dirinya yang sejati.
Lebih lanjut, Abdul Hadi W.M., menyebutkan: Tokoh-tokoh sastra Islami berawal adalah Hamzah Fansuri, Bukhari al-Jauhari, Syamsudin Sumatrani, Nuruddin al-Raniri, dan lain-lain. Khusus di Riau bermunculan Úlama-Syu’ara hingga menjelang abab ke 20. Diantaranya yang terkemuka adalah Raja Ali Haji dan Syekh Abdurrahman Shiddiq. Keberadaan Syekh Abdurrahman Shiddiq sebagai seorang penyair diakui oleh UU Hamidy yang menyatakan bahwa Syekh Abdurrahman Shiddiq  adalah penyair besar dari Kerajaan Indragiri (UU. Hamidy., Abdurrahman Shiddiq Penyair dari Kerajaan Indreagiri. Pekanbaru: Majalah Budaya SAGANG, no. 2, Vol I, November 1998., hlm. 10). Selain itu, M. Arrafie Abduh juga menilai Syekh Abdurrahman Shiddiq sebagai penyair kondang pertama yang memperkenalkan tasawuf melalui media syair di Riau. (M. Arrafie Abduh. Corak Tasawuf Abdurrahman Shiddiq dalam Syair-syairnya. Jakarta: Disertasi PPs IAIN Syarif Hidayatullah, 1998., hlm. 1).
Dalam perkembangan selanjutnya cukup banyak sastrawan muslim yang memberi istilah sendiri pada karya sastra yang dibuatnya yang mengarah pada “sastra Islami” dan “puisi religi”. Istilah-istilah tersebut berakar pada wacana keimanan atau religiusitas yang dibawanya. Ada yang menyebutnya sastra pencerahan (Danarto), sastra profetik (Kuntowijoyo), sastra sufistik (Abdul Hadi WM), sastra zikir (Taufiq Ismail), sastra terlibat dengan dunia dalam (M. Fudoli Zaini), sastra transenden (Sutardji Calzoum Bachri), dan sebagainya.
Karya-karya berupa puisi religi di Riau bersambung dari Sutardji Calzoum Bachri dari generasi ke generasi tanpa putus seperti: Ibrahim Sattah, Idrus Tintin, Taufik Efendi Aria, Husnu Abadi, A. Aris Abeba, Dasri al-Mubary, Hasmiruddin Lahatin Aisyah, Taufik Ikram Jamil, Fachrunnas MA Jabbar, Damri Mors, Tengku Ubaydillah, Temul Amsal, Sayafruddin Saleh Seui Gergaji, Hafney Maulana, Herman Rante, Mosthamir Thalib, Abul Kadir Ibrahim, Syaukani al-Karim. Begitu pula apabila kita mendalam renung dalam suasana bathinyah yang objektif, kesan dan pesan religiositas tatkala membaca karya: Norham Wahab, Edi Ahmad RM, Kafrawi, Murparsaulian, Kunni Masrohanti, Herlela Ningsih, hingga penulis pemula Riau lainnya akan kita dapati lintasan cahaya yang mencerahkan bathin.
Pesan-pesan religi biasanya berada dalam satu paradigma berbuat baik dan menghindari kejahatan. Akan tetapi dalam karya sastra persoalan keagamaan bisa saja ditampilkan secara terbalik. Artinya karya sastra dapat saja menceritakan tentang kejahatan, keburukan, keangkara murkaan untuk dicarna oleh membaca secara negative agar tidak berkelakuaan seperti tokoh tersebut. Hal ini berbeda dengan wacana religius dalam aktifitas keagaamaan. Dalam aktivitas keagamaan lebih banyak menyatakan pesan kegamaan yang berkaitan dengan kebenaran, kebaikan, ketaqwaan dan keshalehan. Hal ini menunjukan bahwa risalah keagamaan berbeda dengan karya sastra.

B. Puisi Lama, Baru, Dan Kontemporer

            Dalam pembagian puisi kita juga sering mengenal yang berdasarkan waktu atau periodisasinya yaitu, Puisi lama, puisi baru, puisi bebas, dan puisi kontemporer. Keempat pembagian puisi ini akan kami jelaskan sebagai berikut.

1. Puisi Lama

Puisi lama dipahami sebagai bagian kebudayaan lama, yang sekaligus sebagai pancaran masyarakat lama. Adapun macam-macam puisi lama yaitu :
a) Mantra
Mantra merupakan salah satu puisi lama yang tertua dan tidak mempunyai syarat-syarat seperti dalam pantun. Puisi ini berhubungan dengan kepercayaan. Kebanyakan isi mantra merupakan pujaan, kutuk, dan larangan. Orang yang berwenang mengucapkan mantra adalah pawang.
b) Bidal
Bidal termasuk jenis puisi lama yang tertua. Dalam bidal biasanya digunakan kalimat-kalimat singkat yang mengnadung pengertian sindiran dan kiasan serta mengandung metrum dan irama tertentu. Adapun bidal dalam karya sastra lama dibagi 4 :
·         Peribahasa : kiasan
·         Pepatah : kalimat pendek yang digunakan untuk mematahkan ucapan orang lain.
·         Kata Arif : kata yang mengandung arti bijaksana
·         Pemeo : kalimat-kalimat pendek yang digunakan sebagai semboyan.
c) Pantun
Menurut sebagian ahli kata pantun berasal dari Vtun. Akar kata tersebut berasal dari bahasa Kawi tuntun atau atuntun yang berarti mengatur. Adapun ciri-ciri pantun sebagai berikut :
·         Tiap baris empat suku kata
·         Tiap baris empat bait
·         Dua baris pertama disebut sampiran
·         Dua baris kedua disebut isi
·         Pantun bersajak a-b-a-d
d) Talibun
Talibun ialah bentuk puisi semacam pantun yang tiap bait terdiri lebih empat baris. Kalau terdiri enam baris maka tiap baris bersajak a-b-c a-b-c. Kalau terdiri 8 baris tiap baris bersajak a-b-c-d a-b-c-d.
e) Gurindam
Durindam berasal dari kesusastraan Hindu. Dalam bahasa Tamil gurindam disebut kirandam. Gurindam mempunyai arti misal atau perumpamaan. Ju lah barisnya hanya dua dan merupakan kalimat majemuk. Jumlah suku katanya tidak tentu dan iramanya pun tidak tentu atau tidak tetap.
f) Karmina
Karmina dipergunakan untuk mencurahkan isi hati. Biasanya karmina disebut pantun kilat karena sajak, baris, dan sampiran serupa dengan pantun. Perbedaan dengan pantun hanya mengenal jumlah suku kata.
g) Teka-teki
Teka-teki merupakan bentuk sastra lama yang sederhana. Contahnya : Keras-keras perak. Teka-teki ini menggambarkan tabiat seseorang yang mula-mula keras kemudian lunak karena mendengar nasehat, pikiran atau hal-hal lain.
h) Seloka
Seloka merupakan salah satu bentuk puisi India yang masuk kesusastraan Melayu. Seloka di India terdiri dari 4x8 suku kata dan tidak bersasjak. Sedangkan dalam kesusastraan Melayu, seloka adalah puisi yang terdiri 4 baris tiuapbaris dan tiap bait terdiri 8-11 kata serta bersajak a-a-a-a. Baris pertama dan kedua merupakan lukisan alam sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi.
i)  Syair
Syair berasal dari kesusuastraan Arab. Secara etimologis kata syair berasal dari “syiir” = sajak yang berarti puisi. Syair merupakan puisi yang bersajak a-a-a-a, tiap bait 4 baris, satu baris terdiri 8-12 suku kata, keempat baris kalimatnya mempunyai hubungan arti dan isinya berupa nasihat, cerita,dsb.
j)  Masnawi
Jenis puisi ini merupakan hasil pengaruh kesusastraan Arab. Masnawi berisi puji-pujian untuk orang besar atau perbuatan yang penting, bersajak kembar sdan suku kjatanya 10,12 sampai 14.
k) Rubai
Puisi ini terdiri 4 baris. Kadang-kadang bersajak pada dua baris berturut-turut. Panjang barisnya dan isinya tak tentu.
l)  Nazam
Puisi jenis ini terdiri 12 baris, bersajak kembar/dua-dua dan kadang-kadang pada 4 baris.
m)  Gazal
Gazal merupakan puisi yang berasal dari Parsi. Tiap baris terdiri 20 atau 22 suku kata dan tiap baris berakhir dengan kata yang sama. Sajaknya terdapat pada baris kedua dari belakang. Jenis puisi ini terdiri 8 baris.


2. Puisi Baru

Istialah puisi baru merupakan penanda yang membedakan dengan puisi lama. Pengertian puisi baru mencakup adanya unsur pengaruh yang baru yaitu kesusastraan lama. Oleh sebab itu istilah tersebut implisit penemuan baru yang berbeda dengan tradisi sebelumnya. Puisi baru yang masuk ke dalam kesusastraan Indonesia adalah :
a)    Soneta
Soneta merupakan jenis puisi yang lahir di Italia sekitar pertengahan pertama abad XIII dan terkenal sesudah Dante. Kata soneta berasal dari bahasa Italia “Soneta” derivasi kata sono yang berarti suara. Dengan demikian soneta diartikan puisi yang bersuara. Soneta sebenarnya puisi untuk mencurahkan isi hati kepada seorang kekasih.
b)    Distichon: sajak 2 seuntai
Terzina                             : sajak 3 seuntai
Quaqtrain                         : sajak 4 seuntai
Quint                                : sajak 5 seuntai
Sextet                               : sajak 6 seuntai
Septina                             : sajak 7 seuntai
Stanza/Octaaf                  : sajak 8 seuntai

3. Puisi Bebas

Puisi bebas merupakan fakta yang membuktikan bahwa penyair-penyair Indonesia memiliki kepekaan berpikir dalam mengejar kemjuan yang setraf dengan dunia luar. Di samping itu juga membuktikan bahwa penyair Indonesia memiliki nilai kepribadian dalam rangka memperjuangkan kebebasab kreatifitas khusunya dalam mencipta puisi.
Puisi bebas adalah puisi yang tidak terikat oleh bait, jumlah suku kata dalam satu baris dan persajakan. Di Indonesia bentuk puisi ini berkembang dengan pesat. Proses awalnya berkembang pada angkatan pujangga baru dan berkembang pada angkatan 45 sampai sekarang.
4. Puisi Kontemporer

Abad XX  adalah abad ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengaruh abad ini sangat besar terhadap manusia. Akibat langsung dirasakan ialah terjadinya krisis sosial-politik, ekonomi dan nilai. Gerakan sastra kontemporer mencoba melihat kembali nilai dan sistem estetika. Oleh karena puisi berhubungan dengan bahsa maka persoalan pokok adalah bahasa.
Istilah kontemporer berarti dewasa ini. Puisi kontemporer adalah puisi Indonesia yang inkonvensional, yang juga disebut puisi aneh-aneh, puisi lugu, puisi beling. Drs. Sumardi dalam makalahnya “Mengintip Puisi Indonesia Kontemporer” mengemukakan ciri-ciri puisi kontemporer adalah sbb :
a.       Puisi yang menolak sama sekali kata sebagai media ekspresinya
b.      Puisi yang bertumpu pada simbol-simbol non kata, dan menampilkan kata seminimal mungkin sebagai intinya.
c.       Puisi yang bebas memasukkan unsur-unsur bahasa asing atau daerah.
d.      Puisi yang memakai kata-kata supra, kata-kata konvensional yang dijungkir balikkan dan belum dikenal masyarakat umum.
e.       Puisi yang menganggap tipografi secara cermat sebagai bagian dari daya atau alat ekspresi.
f.       Puisi yang berpijak pada bahasa konvensional, tetpai diberi tenaga baru dengan cara menciptakan idiom-idiom baru.







BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

W.H Hudson menyatakan adanya puisi sebyektif dan puisi obyektif (1959:96). Cleanth Brooks menyebut adanya puisi naratif dan puisi deskriptif (1979:335-356). David Daiches menyebut adanya puisi fisik, platonic, dan metafisik (1948:145). X.J. Kennedy menyebut adanya puisi konkret dan balada (1071:116-226). Dalam kumpulan puisi Rendra, kita mengenal judul-judul: balada, romansa, stanza, serenada, dan sebagainya. Ada juga parable atau alegori. Sedangkan istilah ode, himne, puisi kamar, dan puisi auditorium juga sering kita jumpai.
Dalam pembagian puisi kita juga sering mengenal yang berdasarkan waktu atau periodisasinya yaitu, Puisi lama, puisi baru, puisi bebas, dan puisi kontemporer. Keempat pembagian puisi ini akan kami jelaskan sebagai berikut :

B. Saran

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa maupun masyarakat dan menjadi tambahan ilmu pengetahuan. Kami berharap makalah ini dapat menjadi referensi dan bermanfaat bagi kita semua dalam memahami pembagian/klasifikasin puisi, sehingga dapat diterapkan kepada anak didik di sekolah. Semoga makalah ini dapat memperluas wawasan kita tentang pengajaran sastra.
Saran dan kritik dari bapak dosen sebagai penanggungjawab mata ku.liah ini serta dari teman-teman sangat kami harapkan karena makalah ini jauh dari kesempurnaan, sehingga kami dapat memperbaiki makalah kami kedepannya.




DAFTAR PUSTAKA

Agni, Binar. 2009. Sastra Indonesia Lengkap. Jakarta: Hi-Fest Publishing.

Arifin, Zaenal E. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akedemika Pressindo.


Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Presinfo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar