ANALISIS
UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA
“TITIK-TITIK
HITAM”
KARYA
NASYAH DJAMIN
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Kajian Drama
Dosen Pengampu : Siti Fitriyati, M.Pd.
Disusun oleh:
Kelompok 2
Prodi: Bahasa dan Sastra Indonesia
1.
ANA WAHYU KUSNIATI :
14040004
2.
DWI RUANDINI :
14040016
3.
HENGKI IRAWAN :
14040011
4.
SENDI APRILIAWAN :
14040035
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Segala Puji bagi Allah yang telah
memberikan Kami kemudahan sehingga Kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat
pada waktu yang ditentukan. Tanpa pertolongan- Nya mungkin Penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikannya dengan baik. Tidak lupa Sholawat serta Salam
Senantiasa Tercurahkan Kepada Junjungan Kita Nabi Agung, Nabi Muhammad SAW,
yang telah membawa kita dari Zaman Jahiliah ke Zaman yang terang benderang ini.
Makalah
ini memuat materi tentang “Validitas Tes”.
Tidak lupa Kami mengucapkan
Terimakasih Kepada Dosen Pengampu yang telah memngarahkan Kami dalam menyusun Makalah ini. Kami juga mengucapkan Terimakasih Kepada Teman-teman Mahasiswa
yang juga sudah memberi Konstribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.
Semoga
Makalah ini dapat memberikan Pengetahuan yang lebih luas kepada Pembaca. Penyusun
membutuhkan Kritik dan saran dari Pembaca yang bersifat membangun, guna
Terciptanya Makalah yang lebih baik di masa yang akan datang. Terimakasih.
Wassalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh.
Pringsewu, Maret 2016
Penyusun
Kelompok 2
PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia yang di dalamnya meliputi berbagai macam suku
telah mencerminkan keanekaragaman budaya kelompok yang merupakan sub budaya
dari kebudayaan nasional yang perlu dilestarikan. Karya sastra sebagai hasil
budaya yang sejak dulu tumbuh dan berkembang di setiap daerah Indonesia. Karya
sastra merupakan cerita berupa tafsiran atau imajinasi pengarang tentang
peristiwa yang pernah terjadi serta mengandung unsur kehidupan yang menimbulkan
rasa senang, nikmat, terharu, menarik perhatian dan menyegarkan perasaan
penikmatnya. Di dalam karya sastra dilukiskan keadaan dan kehidupan sosial
suatu masyarakat, peristiwa-peristiwa, ide, dan gagasan serta nilai-nilai yang
diamanatkan pencipta lewat tokoh-tokoh cerita.
Karya sastra biasanya membicarakan manusia dengan bermacam-macam
aspeknya, sehingga karya sastra menjadi sangat penting untuk mengenal manusia
dan zamannya. Pada dasarnya karya sastra adalah pencerminan atau peniruan
realitas yang dapat dipandang sebagai dokumen sosial, serta karya sastra banyak
mengandung unsur sosial yang sangat berharga bagi kehidupan manusia sebagai
pelaku sosial.
Karya sastra merupakan tulisan yang memberi makna pada hal-hal yang
hakiki dan dapat dibuktikan pada berbagai karakter naskah drama di sejumlah
teater. Karakter unsur intrinsic dalam setiap naskah menjadi inspirasi bagi
pengarang-pengarang sastra seperti pada naskah drama “Titik-Titik Hitam” karya
Nasyah Djamin.
Drama “Titik-Titik Hitam” menggambarkan ketetapan pendirian
tokoh-tokohnya yang tidak mau mengalah satu sama lain dan masalah yang selalu
ditutup-tutupi hingga akhirnya menjatuhkan korban sendiri, meskipun akhirnya
telah terselesaikan. Nilai-nilai moral yang terkandung dalam drama “Titik-Titik
Hitam” akan bermanfaat sebagai ajaran moral dan panutan dalam hidup dan
kehidupan ini.
Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk menganalisis drama
“Titik-Titik Hitam” yang telah disebutkan di atas. Dalam telaah prosa, analisis
struktur adalah sesuatu yang utama sebagaimana yang telah dikatakan oleh Hill
(1996 : 6) bahwa sebuah karya sastra perlu terlebih dahulu dianalisis
strukturnya yang kompleks.
Unsur-unsur yang membangun cerita dalam drama merupakan satu
kesatuan yang padu. Analisis terhadap karya sastra secara umum dapat di dekati
dari unsur-unsur dalam dan unsur-unsur luar. Unsur dalam (intrinsik) merupakan
unsur yang membangun cerita itu sendiri yang bersumber dari dalam cerita drama
sebagai teks naratif sebuah karya sastra. Yang secara garis besarnya terdiri
atas unsur alur, tokoh, latar, gaya bahasa, sedangkan tema dan amanat merupakan
unsur intelektual yang dapat dipahami setelah membaca keseluruhan cerita drama
tersebut. Unsur luar ( ekstrinsik) adalah segala macam unsur yang berada di
luar karya cerita itu sendiri, tetapi ikut mempengaruhi keberadaan karya cerita
sebagai karya sastra tersebut. Unsur ekstrinsik itu berupa masalah budaya,
sosial, filsafat dan sebagainya.
Penggambaran unsur intrinsik dalam karya sastra akan memberikan
nilai dan manfat tersendiri bagi penikmat dan pencinta karya sastra, sebab
dengan penggambaran terhadap unsur intrinsik yang berupa alur, tokoh, latar, gaya bahasa serta tema
dan amanat, penikmat dan pencinta karya itu akan memahami struktur batin yang
dapat membangun cerita drama dalam sebuah karya sastra.
PEMBAHASAN
• Alur
Berbicara mengenai konsep alur telah dikemukakan oleh para ahli,
satu diantaranya dikemukakan oleh Foster (Esten, 1978 : 88) menyatakan bahwa
alur adalah penceritaan sebuah peristiwa yang menekankan hubungan sebab-akibat.
Alur juga menceritakan tentang kisah atau kejadian-kejadian dengan hubungan
sebab-akibat, dijalin dengan melibatkan konflik atau masalah yang pada akhirnya
diberi peleraian. Pembahasan alur dalam drama “Titik-Titik Hitam” akan ditempuh
dengan jalan menentukan alur yang terdapat dalam setiap sekuen cerita. Oleh
karena itu, dalam drama “Titik-Titik Hitam” pengarang menyajikan alur secara
kronologis yakni sebuah peristiwa yang terjadi dalam sebuah keluarga.
Alur dalam drama “Titik-Titik Hitam” berawal dari salah satu lelaki
yang bernama Adang sedang mondar-mandir memikirkan sesuatu. Cerita diawali
dengan pendeskripsian kondisi sebuah kelurga yang sedang ditimpa masalah
(sekuen I). sekuen tersebut seolah-olah masalah selalu ditujukan pada pelaku
utama yaitu Adang. Masalah yang ditujukan oleh ibu pada Adang selalu membuat
kondisi setempat menjadi panas. Seorang ibu telah melampiaskan kemarahannya
yang besar pada Adang. Ia tidak menginginkan kalau anak perempuannya mengalami
sesuatu yang tidak diinginkan seperti meninggal dunia. Teapi, dari masalah
tersebut seorang ibu menginginkan satu hal dan ia tidak menampakkan semua itu
pada tokoh lain. Ia memilih tujuan lain yaitu kehancuran perkawinan anaknya.
Sekuen I diikuti dengan sekuen II yang masih memiliki hubungan
dengan sekuen-sekuen lain terutama pada sekuen I. sekuen ini menandakan dengan
munculnya pemeran lain sebagai dokter. Ia bernama Dr.Gun. ia merupakan salah
seorang yang selalu setia membantu dan merawat istri Adang yang bernama
Hartati. Di alur sekuen ini telah menggambarkan keadaan mulai tenang dan
berlangsung reda tanpa ada pertengkaran lagi antara ibu dan Adang. Hal tersebut
diakibatkan setelah munculnya Dr.Gun yang memberi harapan bahwa istri Adang
masih bisa disembuhkan. Menurut Dr.Gun Hartati harus bangkit dari
keterpurukannya.
Sekuen III digambarkan dengan kondisi Hartati yang selalu memanggil
adiknya yang bernama Rahayu. Keadaan tersebut sempat membuat Adang dan ibu
menjadi cemas dan mereka berpikiran bahwa dengan hadirnya Rahayu, maka akan
memberi harapan atau mengembalikan kondisi Hartati menjadi pulih kembali. Adang
pun mulai mempunyai inisiatif lain untuk segera cepat-cepat mencari Rahayu yang
sempat pergi dari rumah.
Sekuen IV menggambarkan dengan terjadinya beberapa dialog antara
Dr.Gun bersama ibu Hartati. Seorang dokter yang menjelaskan kondisi pasiennya
kepada ibu kandung pasien. Ia pun memandang sesuatu berupa kenang-kenangan dari
sang pasien. Banyak hal yang dilakukan oleh seorang dokter dengan mengisi
waktunya dan selalu memberi semangat dan dorongan kepada sang ibu untuk tidak pasrah kepada
anaknya.
Sekuen V menggambarkan munculnya adik kandung pasien yang bernama
Rahayu. Pada sekuen ini terjadi beberapa dialog dan pertengkaran antara Rahayu
bersama Dr.Gun. Dimana seorang dokter
mengingatkan Rahayu untuk tidak mengulang kembali hal-hal yang pernah
dilakukan tempo dulu. Ia juga menginginkan Rahayu untuk selalu menghormati
orang tua.
Sekuen VI menggambarkan pertemuan antara seorang ibu dengan anaknya
Rahayu. Setelah keduanya bertemu, ia juga tidak segan-segan menasehati anaknya
untuk tidak mengulang kelakuan yang pernah dilakukan yaitu hamil di luar nikah.
Dan dalam sekuen ini seorang ibu mulai sadar begitupun dengan Rahayu yang mulai
meminta maaf kepada ibunya tentang kelakuan-kelakuan yang pernah dilakukan dan
mengakibatkan masalah timbul dalam keluarganya.
• Tokoh dan Karakter Tokoh
Dalam suatu cerita drama, tokoh diwujudkan dalam gerak para pelaku
atau tokoh cerita. Peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam suatu pementasan
drama merupakan suatu akibat gerak dan dinamika serta pergolakan
tokoh-tokohnya. Oleh karena itu, penghadirkan karakter tokoh harus sinkron
dengan dasar ceritanya. Tokoh-tokoh dimunculkan denga watak dan karakter yang
berbeda-beda sesuai dengan intansi pengarang.
Dalam drama “Titik-Titik Hitam” tokoh yang pertama dijumpai adalah
Adang. Tokoh Adang dikenal sebagai lelaki yang penuh perhatian pada semua tokoh
lain terutama pada istrinya. Walaupun Adang dikenal sebagai tokoh yang keras,
tetapi ia tetap berusaha dan mencari jalan keluar untuk menyelamatkan istrinya.
Ia tetap tabah meskipun masalah selalu dilemparkan pada dia. Ia juga selalu mencari
pembelaan karena menurutnya bukan dia yang menyebabkan istrinya terbaring
sakit. Walaupun sempat bertengkar pada mertuanya, tetapi ia tidak menyimpan
rasa dendam. Ia selalu menonjolkan sifatnya yang betul-betul peduli pada setiap
anggota keluarganya, sehingga mertuanya tidak membecinya lagi.
Selain tokoh Adang,
digambarkan pula tokoh ibu Hartati. Tokoh ini dikenal sebagai ibu yang berwatak
keras. Ia selalu mencari jalan lain untuk memisahkan anaknya bersama
menantunya. Ia tidak memikirkan bahwa betapa besar rasa cinta yang dibangun
antara tokoh Adang bersama Hartati. Ia bahkan mengadu domba dan memanas-manasi
tokoh Hartati, bahwa seolah-olah Adang merupakan lelaki yang tidak
bertanggungjawab dan tidak perhatian pada keluarga. Tetapi, dibalik perbuatannya
tersebut akhirnya sampai menjatuhkan korban yaitu anaknya sendiri yang menjadi
sasaran. Walaupun ia berwatak keras, tetapi pada akhirnya ia juga menjadi luluh
setelah melihat kondisi anaknya yang bernama Hartati. Ia langsung sadar dengan
perbuatan-perbuatan yang pernah dilakukannya.
Selanjutnya, digambarkan pula tokoh Hartati. Tokoh Hartati dikenal
sebagai perempuan yang berwatak lemah. Ia tidak bisa melawan ibu kandungnya
yang selalu memojokkan suaminya. Ia
menerima apa saja yang selalu dikatakan ibunya hingga pada akhirnya ia jatuh
sakit. Ia selalu memendam masalah sendiri dan semua perkataan yang telah
dituturkan ibunya. Ia juga tidak bisa berbagi dengan suaminya untuk
menyelesaikan masalah yang ada dalam keluarganya. Dibalik kelemahannya, Hartati
juga tidak mau mengalah sama adik kandungnya yang bernama Rahayu. Ia ingin
merampas semua yang dimiliki oleh adiknya yaitu merampas Trisno dari tangan
Rahayu. Hingga akhirnya terjadi pertengkaran antara Hartati bersama Rahayu. Hal
itu pula yang membuat Hartati jatuh sakit.
Kemudian digambarkan tokoh Rahayu. Rahayu dikenal sebagai perempuan
yang selalu mengalah. Ia selalu mengalah pada kakaknya, hingga akhirnya ia
pergi dari rumah dengan memilih jalan yaitu kehidupan yang merdeka. Walaupun
sebenarnya ia sempat melakukan perbuatan yang kotor yaitu hamil di luar nikah,
tetapi ia mulai sadar setelah dinasehati oleh Dr.Gun.Ia pun bertekad untuk
selalu menghormati orang tua karena ia
tidak ingin durhaka pada ibu kandungnya dan kakaknya.
Selanjutnya yang terakhir penggambaran dari tokoh Dr.Gun. Ia
dikenal sebagai dokter yang baik dan selalu bersedia disetiap saat dalam
merawat pasiennya. Dengan profesi sebagai dokter, ia selalu memberi harapan
besar berupa kesembuhan pada orang tua pasien seperti pada ibu Hartati.
Menurutnya merupakan kehilafan belaka dengan membantu Rahayu yang menggugurkan
kandungannya. Ia tidak ingin mengulang kembali perbuatan dosa tersebut karena
nantinya akan menghancurkan profesinya sendiri. Ia pun mengingatkan Rahayu
untuk tidak mengulang perbuatan pahit tersebut dan selalu menasehatinya untuk
tetap patut dan hormat pada orang tua.
• Latar
Latar atau landasan tumpu cerita adalah lingkungan tempat peristiwa
terjadi. Unsur latar dalam cerita mencerminkan hubungan cerita dalam drama
dengan kehidupan manusia sehari-hari. Sebagaimana kejadian dalam kehidupan
manusia yang mempunyai latar, demikian pula yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam
sebuah drama.
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan
dengan watak, ruang dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra.
Latar dapat berupa penggambaran geografis, pemandangan perincian sebuah
ruangan, lingkungan sosial tokoh, dan lain-lain.
Dalam drama “Titik-Titik Hitam” seluruh peristiwa terjadi di ruang
depan rumah Adang dan sasaran penempatannya menunjukkan kalau si penghuni
memahami selera modern, sederhana dan bersih. Latar dalam drama “Titik-Titik
Hitam” terjadi pada beberapa tempat, mulai dari tempat terbuka yaitu di ruang
keluarga depan kamar Hartati dirawat. Hal ini ditandai dengan pada saat Adang
mondar-mandir dan kesal memikirkan sesuatu. Di ruang tersebut merupakan tempat
pertama ibu Hartati duduk. Di ruang itulah yang menyebabkan Adang dan ibu
Hartati bertengkar. Dan di ruang keluarga itu merupakan tempat pertemuan antara
Rahayu bersama ibunya. Selain itu, tempat itu pula merupakan tempat terjadinya
dialog antara ibu Hartati bersama Dr.Gun. Di ruang tersebut telah terpampang
sebuah potret lukisan Hartati di atas standar. Hal ini ditandai dengan pada
saat Dr.Gun memandang potret Hartati. Seorang dokter memandang potret tersebut
dan berkata bahwa ia tidak menemukan kebahagiaan lagi pada pasiennya (Hartati)
sesuai dengan apa yang ada dalam potret. Dalam potret menggambarkan kesenangan
yang cukup luar biasa. Selain di ruang keluarga, latar terjadi di dalam kamar.
Hal ini ditandai dengan pada saat Hartati dirawat oleh Dr.Gun. Tempat tersebut
merupakan tempat pembaringan dan peristirahatan Hartati yang sakit keras.
Selaanjutnya latar suasana terjadi pada saat setelah sebuah
keluarga sedang ditimpa sebuah masalah. Suasana tersebut sempat membuat panik
keadaan setempat karena telah terjadi perdebatan antara Dr.Gun bersama Rahayu.
Suasana itu pula kembali damai ketika ibu Hartati menyadari semua kesalahannya
dan setelah memaafkan Rahayu yang sempat pergi dari rumahnya.
• Gaya Bahasa
Dalam drama “Titik-Titik Hitam” banyak menggunakan gaya bahasa
personifikasi yaitu gaya bahasa yang menggambarkan benda-benda yang tidak
bernyawa atau benda mati menjadi seolah-olah hidup seperti manusia. Hal ini
ditandai dengan beberapa dialog diantaranya pada sekuen pertama yaitu
menganggap bahwa kehidupan yang dialami Adang bersama Hartati pada saat itu
bagaikan puing. Puing ini bisa diartikan sebagai kehidupan yang sudah mengalami
kehancuran. Apabila dibiarkan secara terus-menerus puing tersebut tidak bisa
dipersatukan kembali. Seperti yang dialami oleh Adang bersama keluarganya, jika
salah satunya tidak mencari jalan keluar, maka perselisihan mereka akan
bertambah besar. Selain itu, penggunaan bahasa personifikasi lain seperti
perkataan Adang pada ibu mertuanya yang mengungkapkan bahwa “Jangan bikin aku
seperti kucing” . Maksudnya adalah seolah-olah Adang seperti kucing yang
gampang marah kapan saja. Perpaduan antara manusia dengan binatang yang
sebenarnya memiliki sifat yang berbeda.
• Tema dan Amanat
Tema yang dipaparkan yakni sebagai ide utama pada suatu karya
sastra, maka dalam drama “Titik-Titik Hitam” penulis mengangkat tema yaitu
kisah percintaan yang selalu ditutup-tutupi. Maksudnya disini adalah walaupun
Hartati sudah berkeluarga dan bersuamikan Adang, tetapi ia masih mencintai adik
dari suaminya yaitu Trisno. Percintaan tersebut tidak diketahui oleh suaminya
dan yang mengetahuinya adalah hanya adiknya sendiri yaitu Rahayu. Tetapi,
Rahayu mempertahankan Trisni karena ia juga mencintainya. Untuk itu terjadi perdebatan dalam
memperebutkan Trisno. Rahayu mengalah dan memilih pergi dari rumah. Dengan
kepergiannya tersebut Hartati merasa bersalah hingga ia jatuh sakit.
Amanat yang bisa disampaikan penulis yaitu janganlah kita selalu
memperebutkan sesuatu yang bukan milik kita seutuhnya, walaupun kita sudah
mempunyai sesuatunya yang lain dan kita sebagai kakak harus selalu mengalah dan
menirukan hal-hal yang bersifat positif kepada sang adik.
PENUTUP
Dari uraian pembahasan penulis menyimpulkan bahwa segala sesuatu
yang kita miliki harus dijaga dan dikokohkan dengan baik. Kita tidak boleh
terpancing dengan setiap kata-kata kotor yang kita dengar, karena belum tentu
semuanya itu benar. Apabila kita cepat mempercayainya, maka kita sendiri yang
terjerumus di dalamnya. Karena itu kita harus bangkit dan mengatasi semua
masalah secara bersama-sama dengan pikiran yang jernih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar