MEMEMANTASKAN
SEBUAH PUISI
MAKALAH
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah
SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang “Mementaskan Sebuah Puisi”.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun
penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun, khususnya dari guru mata pelajaran guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi kami untuk lebih baik di
masa yang akan datang.
Pringsewu,
Desember 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………... i
DAFTAR ISI………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….. 1
A. Latar Belakang……………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………... 1
C. Tujuan………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………... 2
A. Pengertian Deklamasi…………...……………………...………….. 2
B. Syarat Mendeklamasikan Puisi……..………………….…………… 2
C. Musikalisasi Puisi…………………………………………………... 6
D. Dramatisasi Puisi…………………………………………………… 9
BAB III PENUTUP…………………………………………………... 11
A. Kesimpulan…………………………………………………………. 11
B. Penutup……………………………………………………………... 11
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………...…. 12
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Deklamasi puisi merupakan suatu yang
banyak dilakukan oleh seorang deklamator. Namun, belum banyak orang yang
mengetahui perbedaan deklamasi dan membaca puisi. Serta unsur-unsur yang
terdapat pada deklamasi puisi anak-anak. Pementasan adalah suatu yang sangat
erat kaitannya dengan karya sastra anak-anak . Dalam mementaskan suatu karya
sastra diperlukan teknik dalam mementaskannya serta penataan artistik yang
tepat.
Materi ini menjadi modal awal bagi Anda
yang ingin menjadi pengajar bahasa Indonesia yang baik di SD, karena dengan
dikuasainya materi ini Anda telah memiliki kemampuan yang dapat mendukung
tugasnya dalam membimbing anak didiknya sehingga semakin mahir mengapresiasi
sastra anak-anak secara produktif. Selain itu, Anda akan semakin luas
wawasannya tentang nilai-nilai pengalaman kemanusiaannya dan semakin tumbuh
sikap positifnya terhadap sastra anak-anak.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan deklamasi?
2. Apa
yang dimaksud musikalisasi puisi?
3. Apa
yang dimaksud dengan dramatisasi puisi?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari deklamasi.
2. Untuk
mengetahui pengertian musikalisasi.
3. Untuk
mengetahui dramatisasi puisi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Deklamasi
Kata “deklamasi“ berasal dari bahasa
Inggris “declamation” yang berarti penyuaraan sesuatu lewat suara. Secara umum,
deklamasi merupakan suatu kegiatan membawakan atau menyampaikan puisi atau
prosa secara lisan disertai mimik, intonasi, dan gerak jasmaniah yang wajar
sesuai konteks makna larik atau yang dituturkan. Aspek-aspek tersebut harus
saling menunjang dan atau saling melengkapi dalam menciptakan suasana deklamasi
yang dapat memukau para penonton.
Junaedi (1989) mengemukakan beberapa
perbedaan antara baca puisi dan deklamasi dari berbagai segi:
a. baca
puisi si pembaca memegang naskah puisi sedang deklamasi tidak memegang naskah
puisi sehingga dapat berkonsentrasi dengan baik melakukan gerak jasmaniah
secara bervariasi,
b. pada
baca puisi, jumlah dan panjang puisi yang dibaca lebih banyak dan panjang
daripada deklamasi,
c. pada
baca puisi faktor suara/intonasi banyak berperan, sedang deklamasi disamping
intonasi juga faktor mimik dan gestur atau gerak jasmaniah,
d. baca
puisi relatif untuk diri sendiri dan orang lain, sedang deklamasi semata-mata
untuk orang lain.
B.
Syarat Mendeklamasikan Puisi
Menurut Ali (1982) syarat yang harus
dipenuhi seorang pembaca/deklamasi puisi adalah sebagai berikut:
a. Mempunyai
kemampuan teknis
Kemampuan teknis yang harus dipenuhi
untuk menjadi seorang pembaca atau deklamator
puisi yang baik adalah suara yang jelas, vokal yang sempurna, mahir
membentuk irama, mampu mengubah warna suara secara dan menarik.
b. Penguasaan
mimik
Seorang deklamator harus memiliki
kemampuan mengubah-ubah raut muka yang alamiah dan wajar sesuai makna larik
atau bait puisi yang dideklamasikan, mimik marah, mimik takut, mimik terharu,
mimik sedih, mimik, heran, dan sebagainya.
c. Penguasaan
gesture
Seorang pembaca atau deklamator
puisi harus memiliki penguasan gerak anggota tubuh (gestur) secara reflek dan
pantas sesuai isi larik puisi yang dideklamasikan. Fungsinya sebagai
komplementer bagi pelafalan dan intonasi larik/baik yang dilantunkan.
d. Penguasaan
memahami puisi dengan tepat
Salah memahami isi suatu sajak yang
dideklamasikan akan berpengaruh terhadap lafal-intonasi, mimik, dan gerak tubuh
yang ditampilkan. Karena itu, seorang pembaca/ deklamator puisi harus memiliki
kemampuan memahami isi, suasana, sikap pengarang yang tersembunyi dalam puisi
yang di deklamasikan
Menilai dan menentukan suatu deklamasi
yang baik perlu memperhatikan berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut, menurut Ali
(1984) meliputi aspek interpretasi dan presentasi. Interpretasi meliputi: visi,
artikulasi, dan intonasi, sedang presentasi meliputi: vokal, gestur atau gerak,
tekanan, volume suara, ekspresi mimik. Sedangkan menuurut Aminuddin (2004)
bahwa aspek-aspek yang diiperhatikan dalam menilai suatu deklamasi adalah:
1) aspek
pemahaman dan penghayatan tentang makna, suasana penuturan, sikap pengarang,
dan intensi pengarang,
2) aspek
pemaparan yang meliputi: kualitas ujaran, tempo, durasi, pelafalan, ekspresi
wajah., kelenturan tubuh, dan konversasi.
Berikut Unsur penilaian deklamasi puisi
:
a. Pelafalan
Pelafalan yang dimaksud adalah
pelafalan bunyi vokal, konsonan secara tepat, misalnya makan tidak diucapkan
makang tetapi makan, cepat tidak dilafalkan cepa’ tetapi cepat, kemana tidak
dilafalkan kEmana tetapi kemana, kiri tidak dilafalkan keri tetapi kiri dan
sebagainya. Di samping itu, pelafalan menyangkut pula dengan masalah kejelasan,
yakni pelafalan bunyi vokal, konsonan, dengan volume suara yang jelas dan
sempurna, misalanya vokal /o/ dilafalkan denga suara yang keras atau jelas
serta dengan bentuk mulut yang tidak setengah bundar.
b. Intonasi
Intonasi yang dimaksud kaitannya
dengan deklamasi puisi bukan hanya berkaitan dengan aspek panjang pendeknya
suara (tempo), tinggi rendahnya suara (nada) melainkan juga termasuk keras
lembutnya suara (tekanan) dan perhentian suara sejenak (jeda) pada saat
mendeklamasikan larik atau bait puisi. Keseluruhan aspek tersebut tentu nampak
secara keseluruhan sebagai suatu komponen yang saling berhubungan secara utuh.
c. Ekspresi
Wajah (mimik)
Mimik adalah perubahan raut wajah
sesuai konteks makna dan suasana puisi atau prosa yang dibaca. Penampakan mimik
yang tepat merupakan cerminan dari tingkat pemahaman dan penghayatan makna dan
suasana penuturan, dan sikap pengarang karya sastra tersebut. Ekspresi wajah
(mimik) dalam deklamasi sastra dapat terdiri atas beberapa macam, antara lain,
mimik sedih, mimik marahh/tegas, mimik gembira, dan sebagainya.
d. Gestur
(kelenturan tubuh)
Yakni kemampuan pembaca menguasai
anggota tubuh dalam menggerakkannya secara lentur, refleks namun kelihatan
wajar dan alamiah sebagai sarana penunjang. Gestur atau gerak jasmaniah harus
selalu sejalan dengan pemaparan intonasi dan perasaan pembaca, misalnya saat
membaca larik puisi gunung yang tinggi, tangan menunjuk ke atas secara lentur
dan refleks, pada saat membaca larik /sungai yang berkelok-kelok/ tangan
bergerak berkelok-kelok secara lentur dan refleks dan sebagainya
e. Konversasi
Berdeklamasi di hadapan khalayak
penonton secara langsung menurut Aminuddin (2004) pada hakikatnya sedang
berkomunikasi dengan penikmat itu sendiri. Olehnya itu, deklamator selayaknya
memperhatikan sikap yang dapat menumbuhkan suasana simpatik dan keakraban
antara dirinya dengan khalayak penonton, misalnya penciptaan kontak lewat
pandangan mata, pengaturan posisi tubuh, pengaturan gerak-gerik tubuh secara
wajar.
Contoh Deklamasi Puisi
Di Kala Kuberdoa
Elviani
Dikala
kuberdoa
Ada
rasa damai di hati
Di kala kuberdoa
Air mata ini jauh
Satu-satu di pipi
Di
kala kuberdoa
Kusadari
siapa diriku
Tidak
putih, Tuhan
Ketika kuberdoa
Kudengar
bisikanmu menyejukkan
Sekan
menghapus keresahan hatiku
Terima
kasih Tuhan
Atau
kasih saying-Mu padaku
Dengan memperhatikan secara kritis puisi
di atas, maka berikut dipaparkan hal hal yang perlu diperhatikan saat membaca
puisi diatas, khususnya dari segi intonasi, mimik, gestur tubuh, dan
konversasi.
1. Pembaca
puisi “Di Kala Kuberdoa” dominan menggunakan intonasi sedih: tempo lambat, nada
rendah, dan tekanan dinamik yang lembut
2. Pembacaan
puisi “Di Kala Kuberdoa” menggunakan mimik sedih pada bait kedua, ketiga,
keempat, dan mimic gembira pada bait pertama dan larik kedua bait ke empat
3. Gerak
refleks anggota tubuh saat mendeklamasikan puisi di atas adalah saat membaca
C.
Musikalisasi Puisi
1.
Pengertian Musikalisasi Puisi
Musikalisasi
puisi adalah puisi yang di nanyikan sehingga seorang pendengar yang kurang paham menjadi paham, yang tidak bisa
menggambarkan sebuah isi puisi bisa tau isi puisi tersebut. Dengan
mengkoloborasikan antara sastra dan musik.
Musikalisasi
puisi, seperti halnya deklamasi atau pembacaan puisi, rampak puisi, dan
dramatisasi puisi, adalah salah satu cara yang digunakan untuk menyampaikan dan
mengekspresikan puisi kepada audien.
Musikalisasi
puisi dapat diartikan melagukan sebuah puisi atau membaca puisi dengan diiringi
musik. Yang diperhatikan dalam musikalisasi puisi adalah makna, suasana, dan
irama puisi. Berikut ini ada beberapa hal yang harus dilakukan agar dapat
memusikalisasi puisi secara baik.
1. Menentukan
puisi yang akan dimusikalisasi.
2. Mengapresiasi
puisi yang telah ditentukan.
3. Memerhatikan
kesusastraan isi puisi dengan suasana yang dibangun.
4. Menentukan
alat musik yang digunakan untuk mengiringi musikalisasi puisi.
5. Menentukan
notasi nada yang akan digunakan
Musikalisasi
puisi sudah menjadi sebagian dari sastra dan seni, Cara proses dari puisi
menjadi musikalisasi puisi
1. Baca
Puisi.
2. Pahami
isi puisi.
3. Jika
sudah mengetahui isi puisi, coba mencari nada sesuai isi puisi (nada sedih,
senang, kemerdekaan dan lain - lain).
4. Setelah
melakukan kedua tersebut satukan puisi yang kita baca dengan musik.
5. Musik
harus sesuai dengan isi puisi agar pendengar paham dengan isi puisi karna
itulah
2.
Jenis-Jenis Musikalisasi Puisi
1. Musikalisasi
Puisi Awal
Musikalisasi puisi yang dibawakan
dengan cara pembacaan puisi yang dilatarbelakangi atau yang diiringi komposisi
musik, baik musik vokal maupun instrumental.
2. Musikalisasi
Puisi Terapan
Musikalisasi puisi yang mana
syair-syair puisi diterapkan menjadi lirik lagu, sebagimana halnya lagu-lagu
popular pada umumnya.
3. Musikalisasi
Puisi Campuran
Musikalisasi puisi yang ditampilkan
dengan cara menyuguhkan komposisi musik, yang di dalamnya ada sebuah puisi
syair-syairnya ada yang dilagukan dan dinarasikan.
3. Membuat Musikalisasi Puisi
Musik memiliki
karakteristik tersendiri. Puisi pun demikian. Dalam musikalisasi puisi, musik
dan puisi ini dipadukan untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan makan puisi.
Agar dapat melakukannya dengan baik, tentulah harus dikuasai teknik-tekniknya.
Selain itu,karena ada dua unsur yang disatukan di dalamnya, yaitu musik dan
puisi, kedua hal ini pun harus dikuasai terlebih dahulu.
Aspek-aspek cara membuat musikalisasi
puisi secara tepat adalah sebagai berikut.
a. Pemusikalisasi
Puisi
Ada dua hal yang harus diperhatikan
oleh seseorang yang ingin membuat musikalisasi puisi. Yang pertama berhubungan
dengan musik, dan yang kedua berhubungan dengan puisi.
Dalam kaitannya dengan hal pertama,
si pemusikalisasi puisi harus sudah mempunyai kemampuan teknis dalam bidang
musik. Artinya, dia harus tidak punya kendala teknis dalam bidangnya sendiri
(musik). Adapun berhubungan dengan hal kedua, seseorang yang akan
memusikalisasi puisi hendaknya sudah memiliki bekal sejumlah pengertian yang
berhubungan dengan puisi itu sendiri.
Juga kemampuan teknis dalam membaca (memahami, menikmati, dan memasuki
unsur-unsur puisi secara lebih mendalam)
b. Menyampaikan
Puisi Melalui Musik
Penyair berusaha mengolah dan
menggali daya tarik dan daya ungkap bahasa dalam puisinya yang berupa bunyi, irama,
dan rima . segala aspek puisi itu hendaknya dapat ditangkap oleh seorang
pemusikalisasi puisi.
Dengan mengkaji dan menangkap
aspek-aspek tersebut, arti puisi pun dapat tertangkap, baik arti berupa pokok
pembicaraan dalam puisi, perasaan dan suasana hati yang terkandung dalam puisi,
nada bicara penyair dalam mengungkapkan puisi, dan maksud atau tujuan yang
ingin dicapai penyair dalam puisi itu. Keempat arti tersebut hendaknya dapat
tertampilkan atau terpresentasikan dalam karya musikalisasi puisi. Artinya,
puisi tidak sekedar memberi warna musik atau irama pada puisi, tapi juga
menampilkan roh puisi yang hendaknya dapat membangkitkan daya tarik, daya
ungkap, dan daya sentuh puisi yang digarap.
c. Penggunaan
Alat Musik untuk Musikalisasi Puisi
Selama ini ada semacam salah tafsir
terhadap apa yang dinamakan musikalisasi puisi. Seperti pernah diungkapkan Putu
Fajar Arcana (kompas, 2005), selama ini musikalisasi puisi cenderung
diidentikkan dengan minimalitas penggunaan alat musik. Banyak yang kemudian
beranggapan musikalisasi puisi harus bernuansa sendu dan sunyi.
Persoalan kejernihan sebuah
musikalisasi puisi, tidak terletak pada penggunaan alat musiknya, tapi pada
keberhasilan pemusikalisasi menerjemahkan tafsiran puisi ke dalam karya
musiknya. Sehingga makan puisi itu terkomunikasikan dengan baik kepada
apresian. Puisi yang mengandung perasaan riang, ceria, misalnya tentunya
menghendaki irama-irama yang riang dan ceria pula, dengan penggunaan alat-alat
musik yang bisa mengeluarkan bunyi-bunyi dan nada-nada riang, serta penampilan
yang riang pula dari penampilan. Puisi yang berisi tentang kekerasan tentunya
membutuhkan instrumen-instrumen musik yang bisa menerjemahkan kekerasan itu.
Setiap jenis puisi memerlukan pemusikalisasian yang berbeda pula. Tidak selalu
harus dalam nuansa sendu. Pemahaman yang lebih terbuka terhadap penggunaan alat
musik dalam musikalisasi puisi tentunya akan membuat jenis kesenian ini lebih
berkembang.
D.
Dramatisasi Puisi
Dramatisasi
puisi dapat diartikan melakukan atau melakonkan sesuatu sehingga makna ataupun
maksud puisi menjadi jelas. Puisi-puisi yang dilakonkan atau didramakan
ditampilkan didepan khalayak ramai sebagai penonton. Dalam pelakonan tersebut
orang yang melakonkan harus sejalan dengan pelakon yang lain dalam artian harus
ada kekompakan.Akibatnya,bentuk dramatisasi puisi Berwujud sebagai fragmen atau
drama dimana kerja kelompok sangat diperlukan (Pamela, 2004 : 14).
Pengertian
dramatisasi ini mengacu kepada bentuk puisi yang didramakan, artinya teks puisi
tersebut diolah dan dikembangkan menjadi sebentuk pementasan drama dengan
karakterisasi sebagaimana naskah drama yang sesungguhnya. Tidak seluruh bentuk
dan jenis puisi dapat didramatisasikan. Puisi yang dapat digubah ke dalam
bentuk dramatisasi puisi hanya terbatas pada bentuk puisi naratif dan
deskriptif. Artinya, bentuk-bentuk puisi yang memiliki slur cerita serta
penokohanlah yang dapat dikembangkan ke dalam bentuk dramatisasi puisi. Hal ini
didasarkan kepada persyaratan drama yang harus memiliki unsur-unsur plot, karakterisasi,
serta unsur pendukung lainnya. Meskipun demikian, tidak tertutup kemungkinan
puisi-puisi prismatic pun dapat dikembangkan menjadi naskah dramatisasi puisi
selama penggarapnya mampu menerjemahkan esensi puisi tersebut ke atas pentas
secara konkret serta apresiator yang mampu mengapresiasi karya tersebut dengan
baik. Sebagai teks drama, dramatisasi puisi memiliki persyaratan yang tidakjauh
berbeda dengan naskah drama biasa karena teks dramatisasi puisi ini
diperuntukkan bagi kepentingan pentas. Artinya, teks dramatisasi puisi harus
ditulis di bawah persyaratan pentas sebagaimana layaknya teks drama.
Dalam Kamus
lstilah Sastra (1986) suntingan Panuti Sudjiman disebutkan bahwa dramatisasi
sepadan dengan istilah “dramaan”. Batasan kedua istilah tersebut adalah
pengalihan karya sastra, baik puisi, cerpen, dan lainnya menjadi drama. Dengan
demikian, dramatisasi puisi dapat berarti “mendramakan puisi”. Dalam hal ini,
puisi mesti tunduk pada kaidah-kaidah drama. Misalnya, apabila dalam konvensi
drama terdapat kramagung/teks samping/petunjuk pengarang dan wawancang/dialog/
cakapan, maka dalam dramatisasi puisi pun demikian. Pendeknya, jika kita akan
menampilkan dramatisasi puisi di atas pentas, syarat utama yang harus kita
lakukan adalah memahami terlebih dahulu konvensi drama pentas sehingga kita
mesti menguasai penataan pentas (skeneri), blocking danacting yang benar.
Dramatisasi
puisi memang mesti bertolak dari puisi. Akan tetapi, agar puisi itu sesuai
dengan kaidah pemanggungan, maka seyogianyalah apabila puisi tersebut
ditransformasikan terlebih dahulu ke dalam drama.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Deklamasi puisi
atau prosa anak-anak merupakan suatu kegiatan penyampaian sajak atau prosa
melalui suara secara langsung atau secara lisan di depan khalayak. Syarat yang
perlu dipenuhi untuk menjadi pembaca puisi yang baik adalah kemampuan teknis,
gestur tubuh yang wajar, penguasaan mimik, dan pemahaman isi sajak.
Unsur-unsur yang
dinilai dalam deklamasi puisi adalah (1) aspek pelafalan atau volume suara yang
sempurna, (2) intonasi yakni penuturan suatu larik atau kalimat yang di
dalamnya merangkaikan secara harmonis antara tempo, nada, tekanan sesuai
konteks makna kalimat/larik yang dilafalkan, (3) mimik yakni perubahan raut
wajah atau ekspresi wajah sesuai konteks makna larik/kalimat yang mendukung
intonasi yang dituturkan, (4) gestur
yakni gerak tubuh secara refleks dan wajar sesuai konteks makna larik/kalimat untuk mendukung mimik yang
dipaparkan, (5) konversasi adalah sikap
deklamator di atas pentas yang dapat menumbukan keakraban dan simpati para penonton.
B.
Saran
Pembelajaran
sastra dianggap tidaklah penting, karena pada jenjang pendidikan umumnya lebih
mengedepankan serta mementingkan pembelajaran yang ilmiah dan bertehnologi.
Padahal dengan adanya pembelajaran sastra dapat turut berperan dalam
pembentukan kepribadian, watak, dan sikap yang tentunya akan lebih baik jika
diterapkan sejak dini. Seharusnya Sastra dapat dioptimalkan pembelajarannya
sehingga dapat diapresiasikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Faisal, M..2009.
Kajian Bahasa Indonesia SD 3 SKS.
Semarang: Seamolec.
Files, Tanjung, S.Sn.
2014. Mencintai Musikalisasi Puisi Dengan
Sederhana. (Online) di: http://www.negerikertas.com/2014/10/makalah-workshop-musikalisasi-puisi.html
Wijaya, Putu.
2011. Pengajaran Sastra. (Online) di:
http://sastra-indonesia.com/2011/03/pengajaran-sastra/.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar