ANALISIS
UNSUR INTRINSTIK
DALAM
NASKAH DRAMA ’’TITIK-TITIK HITAM’’
Karya:
Nasyah Djamin
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Kajian Drama
Dosen Pengampu : Ibu Siti Fitriyati, M.Pd.
Disusun oleh:
Prodi: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
1.
ANA WAHYU KUSNIATI :
14040004
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Segala Puji bagi
Allah yang telah memberikan Kami kemudahan sehingga Kami dapat menyelesaikan Makalah
ini tepat pada waktu yang ditentukan. Tanpa pertolongan- Nya mungkin Penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Tidak lupa Sholawat serta
Salam Senantiasa Tercurahkan Kepada Junjungan Kita Nabi Agung, Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa kita dari Zaman Jahiliah ke Zaman yang terang benderang
ini.
Makalah ini berisi mengenai ’’Analisis unsur-unsur intrinstik dalam
naskah drama titi-titik hitam’’
Tidak lupa Kami
mengucapkan Terimakasih Kepada Dosen Pengampu yang telah mengarahkan Kami dalam
menyusun Makalah analisis ini.
Kami juga mengucapkan Terimakasih Kepada Teman-teman Mahasiswa yang juga sudah
memberi Konstribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah
ini.
Semoga Makalah ini dapat memberikan Pengetahuan yang lebih luas
kepada Pembaca. Penyusun
membutuhkan Kritik dan saran dari Pembaca yang bersifat membangun, guna
Terciptanya Makalah yang lebih baik di masa yang akan datang. Terimakasih.
Wassalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh.
Pringsewu, 07 Mei 2016
Penyusun
Kelompok 14
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bangsa Indonesia yang di dalamnya meliputi
berbagai macam suku telah mencerminkan keanekaragaman budaya kelompok yang
merupakan sub budaya dari kebudayaan nasional yang perlu dilestarikan. Karya sastra sebagai hasil budaya yang sejak dulu tumbuh dan
berkembang di setiap daerah Indonesia. Karya sastra merupakan cerita berupa
tafsiran atau imajinasi pengarang tentang peristiwa yang pernah terjadi serta
mengandung unsur kehidupan yang menimbulkan rasa senang, nikmat, terharu,
menarik perhatian dan menyegarkan perasaan penikmatnya. Di dalam karya sastra
dilukiskan keadaan dan kehidupan sosial suatu masyarakat, peristiwa-peristiwa,
ide, dan gagasan serta nilai-nilai yang diamanatkan pencipta lewat tokoh-tokoh
cerita.
Karya sastra biasanya membicarakan manusia dengan bermacam-macam
aspeknya, sehingga karya sastra menjadi sangat penting untuk mengenal manusia
dan zamannya. Pada dasarnya karya sastra adalah pencerminan atau peniruan
realitas yang dapat dipandang sebagai dokumen sosial, serta karya sastra banyak
mengandung unsur sosial yang sangat berharga bagi kehidupan manusia sebagai
pelaku sosial.
Karya sastra merupakan tulisan yang memberi makna pada hal-hal yang
hakiki dan dapat dibuktikan pada berbagai karakter naskah drama di sejumlah
teater. Karakter unsur intrinsic dalam setiap naskah menjadi inspirasi bagi
pengarang-pengarang sastra seperti pada naskah drama “Titik-Titik Hitam” karya
Nasyah Djamin.
Drama “Titik-Titik Hitam” menggambarkan ketetapan pendirian tokoh-tokohnya
yang tidak mau mengalah satu sama lain dan masalah yang selalu ditutup-tutupi
hingga akhirnya menjatuhkan korban sendiri, meskipun akhirnya telah
terselesaikan. Nilai-nilai moral yang terkandung dalam drama “Titik-Titik
Hitam” akan bermanfaat sebagai ajaran moral dan panutan dalam hidup dan
kehidupan ini.
Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk menganalisis drama
“Titik-Titik Hitam” yang telah disebutkan di atas. Dalam telaah prosa, analisis
struktur adalah sesuatu yang utama sebagaimana yang telah dikatakan oleh Hill
(1996 : 6) bahwa sebuah karya sastra perlu terlebih dahulu dianalisis
strukturnya yang kompleks.
Unsur-unsur yang membangun cerita dalam drama merupakan satu
kesatuan yang padu. Analisis terhadap karya sastra secara umum dapat di dekati
dari unsur-unsur dalam dan unsur-unsur luar. Unsur dalam (intrinsik) merupakan
unsur yang membangun cerita itu sendiri yang bersumber dari dalam cerita drama
sebagai teks naratif sebuah karya sastra. Yang secara garis besarnya terdiri
atas unsur alur, tokoh, latar, gaya bahasa, sedangkan tema dan amanat merupakan
unsur intelektual yang dapat dipahami setelah membaca keseluruhan cerita drama
tersebut. Unsur luar ( ekstrinsik) adalah segala macam unsur yang berada di
luar karya cerita itu sendiri, tetapi ikut mempengaruhi keberadaan karya cerita
sebagai karya sastra tersebut. Unsur ekstrinsik itu berupa masalah budaya,
sosial, filsafat dan sebagainya.
Penggambaran unsur intrinsik dalam karya sastra akan memberikan
nilai dan manfat tersendiri bagi penikmat dan pencinta karya sastra, sebab
dengan penggambaran terhadap unsur intrinsik yang berupa alur, tokoh, latar, gaya bahasa serta tema
dan amanat, penikmat dan pencinta karya itu akan memahami struktur batin yang
dapat membangun cerita drama dalam sebuah karya sastra.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Drama
Sebagai
suatu genre sastra drama mempunyai kekhusuan dibanding dengan genre pusi atau
genre fiksi. Kesan dan kesadaran terhadap drama lebih difokuskan kepada bentuk
karya yang bereaksi langsung secara kongkrit. Ketika membaca fiksi, cerpen atau
novel pembaca berhadapan dengan satu dunia rekaan yang dibentuk berdasarkan
proses imajinatif yang kemudian dipaparkan secara naratif oleh pengarangnya.
Kekhususan drama disebabkan tujuan drama ditulis pengarangnya tidak hanya
berhenti sampai pada tahap pembeberan peristiwa untuk dinikmati secara artistic
imajinatif oleh para pembacanya, namun mesti diteruskan untuk kemungkinan dapat
dipertontonkan dalam suatu penampilan gerak dan perilaku kongkret yang dapat
disaksikan.
Pengertian
drama yang dikenal selama ini, misalnya dengan menyebut bahwa drama adalah
cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan tidak salah. Hal ini
disebabkan jika ditinjau dari makna kata drama itu sendiri, pengertian tentang
drama diatas dianggap tepat. Kata drama berasal dari kata Yunani draomai
(Haryamawan, 1988, 1) yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan
sebagainya, jadi drama berarti perbuatan atau tindakan.
Menurut
Ferdinand Brunetiere dan Balthazar Verhagen, drama adalah kesenian yang
melukiskan sikap dan sifat manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan
action dan perilaku. Sedangkan pengertian drama menurut Moulton adalah hidup
yang dilukiskan dengan gerak, drama adalah menyaksikan kehidupan manusia yang
diekspresiakn secara langsung. Menurut Brander Mathews, drama adalah konflik
dari sifat manusia merupakan sumber
pokok drama.
Dari
beberapa pengertian drama yang telah diungkapkan tersebut tidak terlihat
rumusan yang mengarahkan pengerian drama kepada dimensi sastranya, melainkan
hanya kepada dimensi seni lakonnya saja. Padahal meskipun drama ditulis dengan
tujuan untuk dipentaskan tidak berarti semua karya drama yang ditulis harus
selalu dipentaskan. Tanpa dipentaskan sekalipun, karya drama dapat dipahami,
dimengerti, dan dinikmati. Tentulah pemahaman dan kenikmatan atas karya drama
tersebut lebih pada aspek cerita sebagai ciri genre sastra, dan bukan sebagai
karya seni lakon.
1. Unsur intrinsik
Unsur
instrinsik ialah unsur yang membangun suatu drama. Dapat dikatakan, unsur ini
ialah komponen yang terdapat di dalam suatu drama. Bagan- bagian yang membangun
suatu drama.
Adapun
komponen- komponen yang membangun suatu drama yang dikatakan sebagai unsur
instrinsik ialah:
a.
Judul
Judul
merupakan nama suatu drama, atau hal apapun. Dalam karya seni, judul memiliki
peranan penting yang dapat menunjukkan isi cerita secara singkat. Selain itu,
dengan melihat judul, kita akan mengetahui beberapa hal atau jalan cerita dari
suatu drama. Judul dapat menunjukkan siapa tokoh utama dalam drama tersebut,
alur cerita, dan sebagainya.
Setidaknya,
dari judul mampu membuat penasaran (red:
rasa ketertarikan) penonton meningkat. Oleh karena itu, judul merupakan unsur
kunci dalam suatu drama atau seni ainnya (buku, novel, dan lain-lain).
b.
Tema
Tema
merupakan keseluruhan dari cerita yang dibuat tema adalah ide pokok yang
menjadi dasar atau pokok utama dari drama. Dapat dikatakan tema sebagai “akar”
pada suatu drama. Dengan bertolakkan dari tema, unsur-unsur instrinsik drama
dikembangkan dan dikarang sedemikian rupa mengikuti tema yang telah ditentukan,
seperti alur, pertokohan, latar, gaya bahasa, judul, dan lainya.
c.
Plot atau Alur
Plot
atau Alur disebut juga sebagai jalan cerita yang disusun sedemikian rupa dari
tahapan-tahaapan peristiwa sehingga membentuk rangkaian cerita. Tahapan-tahapan
dalam alur meliputi
·
tahapan awal,
pada tahapan awal ini merupakan tahapan pengenalan tokoh- tokoh cerita serta
perwatakan, latar, dan lain sebaginya.
·
pemunculan
konflik, tahap selanjutnya penonton diajak pada pengenalan konflik. Pada tahap
ini, konflik yang merupakan bumbu agar suatu drama lebih menarik akan terjadi.
Konflik- konflik ini tentunya melibatkan semua pemain (tokoh). Dalam tahap ini
pula penonton akan mengenal alur dari cerita yang dibuat.
·
komplikasi,
tahap komplikasi atau tahap peningkatan konflik, semaki banyak insiden-insiden
terjadi. Beberapa konflik pendukung akan terjadi untuk menguatkan konflik utama
pada alur cerita.
·
Klimaks,
merupakan tahapan puncak dari konflik yang ada. Ditahapan ini merupakan tahap
puncak dari ketegangan yang terjadi mulai dari awal cerita.
·
Resolusi,
merupakan tahap yang menujukan jalan keluar dari setiap konflik yang ada. Teka
teki pada setiap konflik yang terjadi pada awal- awal cerita akan terungkap
pada tahap ini. Sering kali, perwatakan yang aseli dari setiap tokoh akan
muncul di tahapan ini.
·
Akhir, pada
tahap ini adalahbagian the ending of the story, dalam tahap ini semua konfiks
telah terpecahkan dan merupakan akhir dari cerita.
Macam-macam
plot dalam suatu cerita yaitu:
·
Alur maju
(prograsif), set cerita berjalan maju, mulai dari masa kini ke masa yang akan
datang.
·
Alur mundur
(regreasif), kebalikan dari alur progresif. Set cerita berjalan mundur, yang
mana masa kini adalah sebuah hasil dari konflik-konflik yang terjadi pada masa
lalu.
·
Alur campuran,
alur cerita yang mencampurkan masa kini dengan masa lalu dan juga dengan masa
depan. Di sebut juga alur bolak- balik. Cerita dengan alur ini mengungkakpakn
konflik yang belum selesai dari masa lalu, masa sekarang, dan penyelesaian di
masa depan. Saling terkait satu sama lain.
d.
Tokoh cerita/ perwatakan
Tokoh
cerita meriupakan individu- individuyang memainkan peran, terlibat dalam cerita
atau konflik pada sebuah drma. Macam-macam tokoh dalam sebuah cerita:
·
Berdasarkan
peran: tokoh utama (central) merupakan tokoh yang dikuatkan atau tokoh utama
dalam sebuah cerita atau drama. Sedangkan tokoh tambahan (figuran) merupakan
tokoh yang membantu atau mendukung cerita. Dalam cerita, dapat memiliki
beberapa tokoh utama, yang dapat dikenali dengan sering munculnya dalam cerita.
Sedangkan tokoh figuran hanya muncul beberapa scene, kehadirannya hanya untuk
menunjang cerita dari tokoh utama.
·
Berdasarkan
watak, tokoh antagonis adalah tokoh yang digambarkan sebagai sosok yang penuh
keliciikan, jahat dan penyebab munculnya suatu konflik. Sedangkan tokoh
protagonis, merupakan tokoh yang mengalami konflik bersama tokoh antagonis.
·
Berdasarkan
perkembangan, tokoh statis yaitu tokoh yang relative tetp tidak megalami
perubahan dari mulai cerita sampai akhir. Sedangkan tokoh yang berkembang ialah
tokoh yang mengalami perubahan seiring dengan konflik- konflik yang terjadi
pada alur cerita.
e.
Dialog
Dialog
merupakan serangkaian percakapan dalam cerita. Teknik dialog amat penting bagi
sebuah cerita. Masign-masing tokoh sangat dikuatkan denga dialog yang diucapkan
serta gaya atau mimik wajah.
f.
Konflik
Konflik
merupakan masalah, pertikaian, pertentangan yang terjadi pada suatu drama.
Konflik ini dialami oleh tokoh utama dengan dibantu oleh tokoh-tokoh penunjang.
Setiap drama atau cerita memliki konflik yang berbeda- beda. Konflik sebuah
drama akan menambah ketertarikan para penonton. Bahkan sebaiknya mampu mengajak
penonton seolah-olah larut dalam pertikaian yang terjadi antar tokoh (red:
merasakan). Konflik antar tokoh menyimpan teka-teki yang membuat penonton
semakin pensaran dengan kelanjutan cerita dan bagaimana endingnya.
g.
Latar atau setting
Merupakan
tempat terjadinya setiap peristiwa yang berlangsung dalam alur cerita. Tak
hanya itu, latar mencakup peralatan, waktu, pakaian, budaya, serta yang
berhubungan dengan kehidupan para tokoh dalam cerita.
h.
Amanat
Tentu
dalam sebuah cerita ingin menyampaikan sebuah pesan-pesan moral kepada
penonton. Amanat ini disampaikan secara tersirat artinya tidak tertulis dalam
naskah namun dapat diambil hikmah dari alur, konflik cerita. Ini merupakan
bagian amat penting dan tidak boleh dilupakan dalam sebuah drama.
i.
Bahasa
Bahasa
yang digunakan dalam sebuah drama memiliki kekhasan yang mengacu pada budaya,
kehidupan sehari-hari, sosial budaya, serta pendidikan. Bahasa digunakan untuk
menghidupkan cerita, agar cerita senantiasa komunikatif.
2. Unsur ekstrinsik
Merupakan
unsur yang datang dari luar namun mempengaruhi sebuah cerita yang disajikan.
Artinya, unsur-unsur ekstrinsik tidak terlibat pada jalannya certa, namun
keberadaan unsur ini sangat mempengaruhi perkembangan sebuah cerita. Oleh
karena itu, dapat dijumpai kasus sebuah drama yang terbengkalai dikarenakan
oleh faktor ini. Yang termasuk unsur ekstrinsik sebuah drama yaitu:
-
Faktor ekonomi,
-
Faktor politik
-
Faktor sosial- budaya
-
Faktor pendidikan
-
Faktor kesehatan
-
Faktor psikologis pemain dan kru
-
Kebijakan pemerintah, dan lain sebagainya.
BAB III
PEMBAHASAN
Sinopsis
Naskah Drama Titik-titik Hitam
karya
Nasyah Djamin
Drama
Titik-titik Hitam ini menceritakan tentang Hartati (Tati) yang jatuh sakit.
Menurut dr. Gun, Hartati tidak akan sembuh bila ia tidak mau. Hal ini
menyebabkan Adang (Suami Hartati) gelisah. Kegelisahan Adang semakin bertambah
karena ibu Hartati bagi Adang selalu mebuat “fitnah”.
“Fitnah”
Ibu bukan tanpa alasan, mengingat Adang yang sering pergi lama dinas ke luar
kota. Namun adang enggan untuk percaya pada fitnah ibu yang terkesan tidak
gamblang menyebutkan apa yang sebenarnya terjadi di rumah tangga Adang. Mereka
berdua kemudian terlibat adu mulut hingga dr. Gun datang dan menenangkan mereka.
dr. Gun
keluar dari kamar Hartati dan bertanya tentang keberadaan Rahayu (Ayu) yang
sejak tadi ingin Hartati temui. Karena ia belum juga bertemu Rahayu, maka dr.
Gun pun masuk kembali menuju kamar Hartati. Setelah dipastikan Hartati sama
sekali tidak hendak menemuinya, Adang pergi keluar rumah.
Ibu
kemudian ditinggal sendiri dan saat dr. Gun kembali keluar dari kamar mereka
berbincang-bincang. Di tengah perbincangan mereka, dr. Gun sempat menyinggung
bahwa Hartati kini sedang hamil satu bulan. Hamil yang pertama sejak lima tahun
berumah tangga.
Ibu
akhirnya dipanggil Hartati masuk ke kamar dan saat ibu berada di kamar, Rahayu
tiba. Rahayu kemudian berbincang-bincang dengan dr. Gun. Perbincangan mereka
memanas saat dr. Gun mencoba menasehati Rahayu agar hidupnya jangan terlalu
bebas. Rahayu marah dan mulai mengungkit kejadian dua tahun lalu saat dia
meminta dr. Gun untuk mengaborsi kandungannya. Rahayu pun mengklaim bahwa dosa
itu dosa mereka berdua yang telah membunuh seorang manusia (janin). Pada
perbincangan ini pun Rahayu mengatakan bahwa mereka saat ini sedang bertengkar
untuk memperebutkan seseorang.
Pada
adegan akhir drama ini, ibu keluar dari kamar Hartati. Ia meminta dr. Gun masuk
ke kamar dan memeriksa Hartati yang tidak sadarkan diri. Setelah dr. Gun masuk,
terjadilah perbincangan antara Ibu dan Rahayu. Dari perbincagan Ibu dan Rahayu
dapat diketahuhi bahwa Hartati sakit sejak Trisno dan Rahayu pergi dari rumah.
Mereka berdua pergi ke gunung. Rahayu mengakui bahwa ia mencintai Trisno dan
tidak akan melepasnya. Perbincangan pun berakhir kala Ibu meminta Rahayu masuk
ke kamar dan menemui Hartati.
Analisis
Unsur Intrinstik
Dalam
Naskah Drama ’’Titik-Titik Hitam’’
Karya:
Nasyah Djamin.
1. JUDUL
Judul Naskah drama yang kelompok kami analisis adalah ’’Titik-Titik
Hitam’’ karya: Nasyah Djamin.
2. ALUR
Pembahasan alur dalam drama “Titik-Titik Hitam” akan ditempuh
dengan jalan menentukan alur yang terdapat dalam setiap sekuen cerita. Oleh
karena itu, dalam drama “Titik-Titik Hitam” pengarang menyajikan alur secara
kronologis yakni sebuah peristiwa yang terjadi dalam sebuah keluarga.
Alur dalam drama “Titik-Titik Hitam” berawal dari salah satu lelaki
yang bernama Adang sedang mondar-mandir memikirkan sesuatu. Cerita diawali
dengan pendeskripsian kondisi sebuah kelurga yang sedang ditimpa masalah
(adegan I). Adegan tersebut seolah-olah masalah selalu ditujukan pada pelaku
utama yaitu Adang. Masalah yang ditujukan oleh ibu pada Adang selalu membuat
kondisi setempat menjadi panas. Seorang ibu telah melampiaskan kemarahannya
yang besar pada Adang. Ia tidak menginginkan kalau anak perempuannya mengalami
sesuatu yang tidak diinginkan seperti meninggal dunia. Tetapi, dari masalah
tersebut seorang ibu menginginkan satu hal dan ia tidak menampakkan semua itu
pada tokoh lain. Ia memilih tujuan lain yaitu kehancuran perkawinan anaknya.
Adegan I diikuti dengan adegan II yang masih memiliki hubungan
dengan adegan-adegan lain terutama pada adegan I. adegan ini menandakan dengan
munculnya pemeran lain sebagai dokter. Ia bernama Dr.Gun. ia merupakan salah
seorang yang selalu setia membantu dan merawat istri Adang yang bernama
Hartati. Di alur sekuen ini telah menggambarkan keadaan mulai tenang dan
berlangsung reda tanpa ada pertengkaran lagi antara ibu dan Adang. Hal tersebut
diakibatkan setelah munculnya Dr.Gun yang memberi harapan bahwa istri Adang
masih bisa disembuhkan. Menurut Dr.Gun Hartati harus bangkit dari
keterpurukannya.
adegan III digambarkan dengan kondisi Hartati yang selalu memanggil
adiknya yang bernama Rahayu. Keadaan tersebut sempat membuat Adang dan ibu
menjadi cemas dan mereka berpikiran bahwa dengan hadirnya Rahayu, maka akan
memberi harapan atau mengembalikan kondisi Hartati menjadi pulih kembali. Adang
pun mulai mempunyai inisiatif lain untuk segera cepat-cepat mencari Rahayu yang
sempat pergi dari rumah.
Adegan IV menggambarkan dengan terjadinya beberapa dialog antara
Dr.Gun bersama ibu Hartati. Seorang dokter yang menjelaskan kondisi pasiennya
kepada ibu kandung pasien. Ia pun memandang sesuatu berupa kenang-kenangan dari
sang pasien. Banyak hal yang dilakukan oleh seorang dokter dengan mengisi
waktunya dan selalu memberi semangat dan dorongan kepada sang ibu untuk tidak pasrah kepada
anaknya.
Adegan V menggambarkan munculnya adik kandung pasien yang bernama
Rahayu. Pada adegan ini terjadi beberapa dialog dan pertengkaran antara Rahayu
bersama Dr.Gun. Dimana seorang dokter
mengingatkan Rahayu untuk tidak mengulang kembali hal-hal yang pernah
dilakukan tempo dulu. Ia juga menginginkan Rahayu untuk selalu menghormati
orang tua.
Adegan VI menggambarkan pertemuan antara seorang ibu dengan anaknya
Rahayu. Setelah keduanya bertemu, ia juga tidak segan-segan menasehati anaknya
untuk tidak mengulang kelakuan yang pernah dilakukan yaitu hamil di luar nikah.
Dan dalam sekuen ini seorang ibu mulai sadar begitupun dengan Rahayu yang mulai
meminta maaf kepada ibunya tentang kelakuan-kelakuan yang pernah dilakukan dan
mengakibatkan masalah timbul dalam keluarganya.
3.
TOKOH
Tokoh-tokoh dimunculkan denga watak dan karakter yang berbeda-beda
sesuai dengan intansi pengarang.
Dalam drama “Titik-Titik Hitam” tokoh yang pertama dijumpai adalah
Adang. Tokoh Adang dikenal sebagai lelaki yang penuh perhatian pada semua tokoh
lain terutama pada istrinya. Walaupun Adang dikenal sebagai tokoh yang keras,
tetapi ia tetap berusaha dan mencari jalan keluar untuk menyelamatkan istrinya.
Ia tetap tabah meskipun masalah selalu dilemparkan pada dia. Ia juga selalu
mencari pembelaan karena menurutnya bukan dia yang menyebabkan istrinya
terbaring sakit. Walaupun sempat bertengkar pada mertuanya, tetapi ia tidak
menyimpan rasa dendam. Ia selalu menonjolkan sifatnya yang betul-betul peduli
pada setiap anggota keluarganya, sehingga mertuanya tidak membecinya lagi.
Selain tokoh Adang, digambarkan pula tokoh ibu Hartati. Tokoh ini
dikenal sebagai ibu yang berwatak keras. Ia selalu mencari jalan lain untuk
memisahkan anaknya bersama menantunya. Ia tidak memikirkan bahwa betapa besar
rasa cinta yang dibangun antara tokoh Adang bersama Hartati. Ia bahkan mengadu
domba dan memanas-manasi tokoh Hartati, bahwa seolah-olah Adang merupakan
lelaki yang tidak bertanggungjawab dan tidak perhatian pada keluarga. Tetapi,
dibalik perbuatannya tersebut akhirnya sampai menjatuhkan korban yaitu anaknya
sendiri yang menjadi sasaran. Walaupun ia berwatak keras, tetapi pada akhirnya
ia juga menjadi luluh setelah melihat kondisi anaknya yang bernama Hartati. Ia
langsung sadar dengan perbuatan-perbuatan yang pernah dilakukannya.
Selanjutnya, digambarkan pula tokoh Hartati. Tokoh Hartati dikenal
sebagai perempuan yang berwatak lemah. Ia tidak bisa melawan ibu kandungnya
yang selalu memojokkan suaminya. Ia
menerima apa saja yang selalu dikatakan ibunya hingga pada akhirnya ia jatuh
sakit. Ia selalu memendam masalah sendiri dan semua perkataan yang telah
dituturkan ibunya. Ia juga tidak bisa berbagi dengan suaminya untuk
menyelesaikan masalah yang ada dalam keluarganya. Dibalik kelemahannya, Hartati
juga tidak mau mengalah sama adik kandungnya yang bernama Rahayu. Ia ingin
merampas semua yang dimiliki oleh adiknya yaitu merampas Trisno dari tangan
Rahayu. Hingga akhirnya terjadi pertengkaran antara Hartati bersama Rahayu. Hal
itu pula yang membuat Hartati jatuh sakit.
Kemudian digambarkan tokoh Rahayu. Rahayu dikenal sebagai perempuan
yang selalu mengalah. Ia selalu mengalah pada kakaknya, hingga akhirnya ia
pergi dari rumah dengan memilih jalan yaitu kehidupan yang merdeka. Walaupun
sebenarnya ia sempat melakukan perbuatan yang kotor yaitu hamil di luar nikah,
tetapi ia mulai sadar setelah dinasehati oleh Dr.Gun.Ia pun bertekad untuk
selalu menghormati orang tua karena ia
tidak ingin durhaka pada ibu kandungnya dan kakaknya.
Selanjutnya yang terakhir penggambaran dari tokoh Dr.Gun. Ia
dikenal sebagai dokter yang baik dan selalu bersedia disetiap saat dalam
merawat pasiennya. Dengan profesi sebagai dokter, ia selalu memberi harapan
besar berupa kesembuhan pada orang tua pasien seperti pada ibu Hartati.
Menurutnya merupakan kehilafan belaka dengan membantu Rahayu yang menggugurkan
kandungannya. Ia tidak ingin mengulang kembali perbuatan dosa tersebut karena
nantinya akan menghancurkan profesinya sendiri. Ia pun mengingatkan Rahayu
untuk tidak mengulang perbuatan pahit tersebut dan selalu menasehatinya untuk
tetap patut dan hormat pada orang tua. Adapun para tokoh yaitu:
Adang , Hartati (
istri Adang), Trisno(Adik Adang), ibu( ibu hartati dan rahayu) dan Dr. Gun.
4. LATAR
Dalam drama “Titik-Titik Hitam” seluruh peristiwa terjadi di ruang
depan rumah Adang dan sasaran penempatannya menunjukkan kalau si penghuni
memahami selera modern, sederhana dan bersih. Latar dalam drama “Titik-Titik
Hitam” terjadi pada beberapa tempat, mulai dari tempat terbuka yaitu di ruang
keluarga depan kamar Hartati dirawat. Hal ini ditandai dengan pada saat Adang
mondar-mandir dan kesal memikirkan sesuatu. Di ruang tersebut merupakan tempat
pertama ibu Hartati duduk. Di ruang itulah yang menyebabkan Adang dan ibu
Hartati bertengkar. Dan di ruang keluarga itu merupakan tempat pertemuan antara
Rahayu bersama ibunya. Selain itu, tempat itu pula merupakan tempat terjadinya
dialog antara ibu Hartati bersama Dr.Gun. Di ruang tersebut telah terpampang
sebuah potret lukisan Hartati di atas standar. Hal ini ditandai dengan pada
saat Dr.Gun memandang potret Hartati. Seorang dokter memandang potret tersebut
dan berkata bahwa ia tidak menemukan kebahagiaan lagi pada pasiennya (Hartati)
sesuai dengan apa yang ada dalam potret. Dalam potret menggambarkan kesenangan
yang cukup luar biasa. Selain di ruang keluarga, latar terjadi di dalam kamar.
Hal ini ditandai dengan pada saat Hartati dirawat oleh Dr.Gun. Tempat tersebut
merupakan tempat pembaringan dan peristirahatan Hartati yang sakit keras.
Selanjutnya latar suasana terjadi pada saat setelah sebuah keluarga
sedang ditimpa sebuah masalah. Suasana tersebut sempat membuat panik keadaan
setempat karena telah terjadi perdebatan antara Dr.Gun bersama Rahayu. Suasana
itu pula kembali damai ketika ibu Hartati menyadari semua kesalahannya dan
setelah memaafkan Rahayu yang sempat pergi dari rumahnya.
5. GAYA BAHASA
Dalam drama “Titik-Titik Hitam” banyak menggunakan gaya bahasa
personifikasi yaitu gaya bahasa yang menggambarkan benda-benda yang tidak
bernyawa atau benda mati menjadi seolah-olah hidup seperti manusia. Hal ini
ditandai dengan beberapa dialog diantaranya pada sekuen pertama yaitu
menganggap bahwa kehidupan yang dialami Adang bersama Hartati pada saat itu
bagaikan puing. Puing ini bisa diartikan sebagai kehidupan yang sudah mengalami
kehancuran. Apabila dibiarkan secara terus-menerus puing tersebut tidak bisa
dipersatukan kembali. Seperti yang dialami oleh Adang bersama keluarganya, jika
salah satunya tidak mencari jalan keluar, maka perselisihan mereka akan
bertambah besar. Selain itu, penggunaan bahasa personifikasi lain seperti
perkataan Adang pada ibu mertuanya yang mengungkapkan bahwa “Jangan bikin aku
seperti kucing” . Maksudnya adalah seolah-olah Adang seperti kucing yang
gampang marah kapan saja. Perpaduan antara manusia dengan binatang yang
sebenarnya memiliki sifat yang berbeda.
6. TEMA
Tema yang dipaparkan yakni sebagai ide utama pada suatu karya
sastra, maka dalam drama “Titik-Titik Hitam” penulis mengangkat tema yaitu kisah
percintaan yang selalu ditutup-tutupi. Maksudnya disini adalah walaupun
Hartati sudah berkeluarga dan bersuamikan Adang, tetapi ia masih mencintai adik
dari suaminya yaitu Trisno. Percintaan tersebut tidak diketahui oleh suaminya
dan yang mengetahuinya adalah hanya adiknya sendiri yaitu Rahayu. Tetapi,
Rahayu mempertahankan Trisni karena ia juga mencintainya. Untuk itu terjadi perdebatan dalam
memperebutkan Trisno. Rahayu mengalah dan memilih pergi dari rumah. Dengan
kepergiannya tersebut Hartati merasa bersalah hingga ia jatuh sakit.
7. AMANAT
Amanat yang bisa disampaikan penulis yaitu janganlah kita selalu memperebutkan
sesuatu yang bukan milik kita seutuhnya, walaupun kita sudah mempunyai
sesuatunya yang lain dan kita sebagai kakak harus selalu mengalah dan menirukan
hal-hal yang bersifat positif kepada sang adik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar