Minggu, 12 Februari 2023

Makalah Penerbitan Sekolah

 

PENERBITAN SEKOLAH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Pembinaan Majalah Sekolah

 

 

Dosen Pengampu : Rr. Dwi Astuti, M.Pd.

 

 

 

Disusun oleh:

Kelompok 1

Prodi: Bahasa dan Sastra Indonesia

 

1.      Ana Wahyu Kusniati                  : 14040004

2.      Intan Siti Soleha                          : 14040023

3.      Rosita Oktavia Sari                     : 14040032

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

2016

 


KATA PENGANTAR

 

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

 

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul  “Penerbitan Sekolah”. Kemudian shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah menyampaikan pedoman hidup yakni Alqur’an dan As-sunnah bagi seluruh umat manusia.

 

Tidak lupa kami mengucapkan Terima kasih Kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Pembinaan majalah sekolah ibu Rr. Dwi Astuti, M.Pd. yang telah mengarahkan kami dalam menyusun Makalah ini. Terima kasih juga tidak lupa kami ucapkan kepada teman-teman Mahasiswa yang juga sudah memberi Konstribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

 

Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik dan benar. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah ini dapat memberikan manfaat secara optimal bagi diri penulis sendiri dan bagi para pembaca.

Wassalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh.

 

 

 

Pringsewu, September 2016

Penyusun,

 

 

 

Kelompok 1

 

 

 

DAFTAR ISI

 

 

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

KATA PENGANTAR..................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

 

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang..................................................................................... 1

B.     Rumusan Masalah................................................................................. 1

C.     Tujuan Pembahasan.............................................................................. 2

 

BAB II PEMBAHASAN

A.      Pengertian Penerbitan media di sekolah............................................... 3

B.       Manfaat Penerbitan sekolah.................................................................. 8

 

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan........................................................................................... 15

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

Media massa sebagai alat komunikasi telah memberikan kontribusi yang besar dalam peradaban manusia, tidak terkecuali bidang pendidikan, media massa dapat memicu seseorang untuk giat berprestasi, media massa mempopulerkan orang–orang yang sukses di bidangnya sehingga dapat menjadi inspirasi bagi orang lain. Kegiatan mengelola media massa juga bagian dari pendidikan karena itu pengelolaan media massa dapat dimulai dari sekolah.

 

Media massa di sekolah sebagai sarana penunjang siswa mengembangkan bakat dan kreatifitas seperti majalah dinding, buletin, artikel dan mungkin juga majalah sekolah, karena itu kegiatan tersebut dikembangkan dalam rangka melatih kreatifitas siswa dan jiwa jurnalistik.

 

Mengingat masih kurangnya bakat menulis di Indonesia baik di kalangan akademis maupun non akademis maka dirasa perlu untuk menumbuhkan bakat menulis sedini mungkin. berkaitan dengan hal itu penyusun akan terfokus terhadap permasalahan mengenai penerbitan sekolah, untuk apa harus ada penerbitan sekolah? Agar dapat lebih memahami apa itu sebenarnya penerbitan sekolah? Dan untuk apa penerbitan sekolah itu sendiri.

 

B.       Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1.      apa itu yang dimaksud dengan penerbitan media di sekolah dan macam-macamnya?

2.      untuk apa penerbitan media sekolah?

 

 

 

C.      Tujuan Pembahasan

1.      sebagai salah satu tugas mata kuliah pembinaan majalah sekolah

2.      agar mengetahui  apa saja yang termasuk penerbitan media di sekolah

3.      agar mengetahui manfaat adanya perbitan media sekolah

 

 

 


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      Pengertian Penerbitan media di sekolah

Media sebagai sarana penyampai dalam dunia jurnalistik di sekolah khususnya bisa berbentuk tulisan ataupun elektronik. Media yang lazim dan dengan biaya murah bisa ditemukan dalam bentuk tertulis. Setidaknya ada 3 macam media yang digunakan sebagai penyampai informasi, yakni majalah dinding, buletin, dan majalah sekolah.

Macam-macam media penerbitan Sekolah:

a.       Majalah Dinding

Pernah membuat majalah dinding? Majalah dinding yang memang menempel di dinding adalah salah satu bentuk kegiatan jurnalistik. Media ini boleh jadi bentuk kegiatan jurnalistik yang paling sederhana. Pembuatannya tidak terlalu rumit dengan materi yang juga sangat terbatas. Biasanya, media ini kita temukan di sekolah, mesjid, atau pun kampus perguruan tinggi.

 

Sebuah majalah dinding yang baik haruslah memenuhi standar. Dalam berbagai kegiatan lomba majalah dinding (biasa disingkat mading), tingkat standardisasi inilah yang menjadi acuan.

 

Pada waktu mesin ketik atau komputerisasi belum semarak sekarang, majalah dinding dikerjakan dengan menggunakan bentuk tulisan tangan. Para penulis yang bentuk tulisannya bagus menjadi penulis andalan dalam pengerjaan majalah dinding. Akan tetapi, kalau dalam ajang lomba ada yang mengatakan bahwa sebuah majalah dinding harus menggunakan tulisan tangan, maka pemikiran seperti itu harus dibuang jauh-jauh. Majalah dinding sebagai sarana komunikasi harus bisa mengikuti perkembangan teknologi, termasuk tidak diharamkannya penulisan majalah dinding dengan sistem komputerisasi.

Sebagaimana halnya surat kabar, majalah dinding perlu ditata agar terlihat menarik. Penulisan dengan menggunakan kolom-kolom seperti surat kabar memungkinkan akan lebih menarik ketimbang menulisnya tanpa kolom. Untuk berikutnya juga ditata penempatan dari bagian-bagiannya.

 

Bagian-bagian Majalah Dinding

Sebelum penataan bagian-bagiannya, terlebih dahulu kita lihat dulu bagian-bagian (isi) sebuah majalah dinding, khususnya yang diterbitkan di sekolah. Bagian-bagian itu secara lengkap adalah sebagai berikut:

1.      Nama majalah dinding, lengkap dengan motto/visinya, alamat dan nomor edisinya.

2.      Redaksional

3.      Daftar isi

4.      Pengantar Redaksi

5.      Tajuk rencana

6.      Berita sekolah

7.      Reportase

8.      Feature

9.      Karya sastra (cerpen, cerber, puisi, pantun, dsb)

10.  Artikel, tips, dsb

11.  Opini

12.  Pojok

13.  Kartun, karikatur, ilustrasi, vignyet, foto-foto, gambar

 

Nama sebuah majalah dinding ditentukan dalam rapat redaksi. Redaksi merupakan orang-orang yang berperan dalam pembuatan majalah dinding. Apabila nama mading sudah ada, diikuti kemudian dengan motto/visi majalah dinding tersebut. Penetapan nama majalah dinding bisa dilakukan dengan melibatkan pembinanya.

 

Sebelum mengerjakan majalah dinding, terlebih dahulu juga harus dipikirkan peralatan/bahan yang dibutuhkan. Peralatan/bahan harus disediakan sejak awal dan disimpan rapi. Dalam hal ini termasuk terbitan-terbitan yang sudah dihasilkan, harus diarsipkan secara rapi.

Peralatan/bahan yang diperlukan dalam membuat majalah dinding adalah sebagai berikut:

1.      Tempat/box penempatan majalah dinding

2.      Kotak karya, untuk menaruh karya para siswa yang ingin dimuat di majalah dinding

3.      Kertas landasan, biasanya manila putih atau berwarna, dengan ukuran 110 X 80 cm. Bisa pula menggunakan kertas asturo.

4.      Kertas HVS (sebaiknya berwarna, bisa pula menggunakan kertas asturo)

5.      Spidol ukuran besar dan ukuran biasa

6.      Pensil dan penghapus

7.      Lem

8.      Gunting, pisau cutter

9.      Penggaris panjang dan pendek

10.  Komputer dengan tinta warna

 

Redaksional

Sebuah majalah dinding akan berjalan lancar apabila mempunyai awak redaksi yang benar-benar menyukai kegiatan tulis-menulis. Di samping peran pembina dalam menyemangati dan membimbing para siswa amat penting. Secara umum redaksional meliputi:

1.                Pimpinan Umum (biasanya kepala sekolah)

2.                Pembina/Penanggung Jawab (biasanya guru yang mengenal seluk-beluk jurnalistik)

3.                Pimpinan redaksi

4.                Wakil Pimpinan Redaksi

5.                Sekretaris Redaksi

6.                Redaksi/Reporter

7.                Penata Letak

 

Berikut penjelasan tugas masing-masingnya (di luar pimpinan umum dan pembina):

Pimpinan Redaksi

1.      Bertanggung jawab terhadap kerja suatu penerbitan

2.      Melakukan koordinasi dalam perencanaan penerbitan majalah dinding

3.      Melakukan konsolidasi dengan pembina tentang kebutuhan dan kesulitan dalam penerbitan

4.      Mengatasi dan mencari pemecahan masalah yang dialami tim redaksi

5.      Memimpin rapat redaksi

 

Wakil Pimpinan Redaksi

1.      Menggantikan tugas pimpinan redaksi apabila berhalangan

2.      Membantu pimpinan redaksi dalam pengecekan kelengkapan penerbitan

 

Sekretaris Redaksi\

1.       Mengelola administrasi keredaksian (surat-menyurat, honorarium, biaya operasional redaksi)

2.       memeriksa kesiapan redaksi

3.       mempertanggungjawabkan administrasi kepada pimpinan redaksi

 

Reporter/Redaksi

1.      Melakukan reportase (peliputan) sesuai dengan kebijakan redaksi

2.      Membuat tulisan dari liputan dan diselesaikan sesuai dengan tenggat (deadline) terbit

3.      Mempertanggungjawabkan hasil kerja kepada pimpinan redaksi

 

 

Penata Letak

1.      Merencanakan tata letak visual teks dan gambar media

2.      Menata letak teks dan gambar sesuai dengan kebijakan redaksi

3.      Mempertanggungjawabkan hasil kerjanya pada pimpinan redaksi

 

Selain bagian-bagian dari suatu redaksional seperti yang dikemukakan di atas, masih ada bagian-bagian lain yang bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari media bersangkutan, misalnya fotografer, ilustrator, distributor (untuk majalah sekolah), dsb.

 

b.      Buletin

Membuat buletin juga membutuhkan keahlian dalam merancang bentuknya. Buletin bentuk media tulis yang bisa dibawa dan dibaca di tempat yang kita suka. Hal ini berbeda dengan majalah dinding yang menempel di dinding.

 

Munculnya teknologi komputer mempermudah dalam merancang bentuknya. Beberapa program seperti microsoft word, coreldraw, photoshop, dan sebagainya bisa dimanfaatkan.

 

Isi buletin hampir sama dengan majalah dinding. Selain itu nama buletin dan redaksionalnya perlu dicantumkan. Apabila menggunakan microsoft word, gunakan bentuk tulisan columns dan pinggirnya diberi hiasan bingkai.

 

c.       Majalah Sekolah

Membuat majalah sekolah gampang-gampang mudah. Yang dibutuhkan di sini adalah keseriusan dan dukungan finansial dari sekolah. Untuk majalah sekolah yang sederhana, sampul (cover) bisa menggunakan hasil sablonan, sedangkan isi dalamnya bisa difotokopi.

Namun bila menggunakan bentuk yang lebih luks, bisa menggunakan percetakan/offset. Namun untuk ini dibutuhkan biaya yang lebih mahal.

 

 Isi dari majalah tidak berbeda jauh dengan majalah dinding. Selain itu juga diperlukan redaksional. Khusus untuk majalah (dan buletin) diperlukan editor yang lebih teliti dan bisa diambilkan dari Bapak/Ibu Guru, karena beredar di luar sekolah.

 

B.       Manfaat Penerbitan sekolah

Penerbitan sekolah tentunya memiliki banyak manfaat diantaranya:

1.      Media Pemberdayaan Potensi Menulis

Jika suatu saat kamu mendapat ajakan dari teman untuk membuat penerbitan entah itu majalah, bulletin, atau tabloid mungkin kamu akan bertanya balik: untuk apa? Ini adalah pertanyaan yang wajar.

 

Teman kamu mungkin akan menjawab,  ’’Sekarang ini adalah era informasi. Siapa yang menguasai informasi , dialah yang menguasai dunia. Melalui penerbitan , kita akan berusaha mencari informasi , mengolahnya, lalu menyajikannya dalam bentuk informasi, kita dapat membentuk opini yang dapat mempengaruhi pembaca.’’

 

Jawaban diatas barangkali memang sangat normative dan abstrak. Ada jawaban yang lebih mudah. Misalnya, penerbitan sekolah bias digunakan untuk latihan menulis, atau menyalurkan uneg-uneg terhadap kebijakan sekolah, dan sebagainya.

 

Setiap orang memiliki potensi , salah satunya adalah menulis. Hanya saja, ada orang yang mau mengasahnya dan ada yang tidak berminat mengasahnya.

Potensi artinya kemampuan dasar yang masih tersembunyi. Kemampuan itu harus dikembangkan, dilatih, atau diasah supaya terwujud menjadi kemampuan nyata, tidak tersembunyi lagi. Begitu pula potensi menulis. Potensi itu baru akan berkembang menjadi keterampilan menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan jika telah melalui serangkaian latihan teru menerus. Penerbitan sekolah merupakan salah satu wadah penyaluran minat untuk mengasah potensi menulis.

 

Selain itu, penerbit sekolah lebih dekat dengan realitas kita sehari-hari. Kamu bisa menulis berita seputar pristiwa di sekolah, tentang teman, atau tentang guru. Begitu juga dalam menulis artikel. Kamu dapat mengangkat problem nyata yang langsung menyentuh masalah-masalah di sekolah kamu sendiri. Pendek kata, penerbitan sekolah memungkinkan untuk mengangkat tema tulisan dengan muatan lokal yang sangat kental.

 

Dengan adanya media sekolah, teman-teman yang berminat menjadi penulis, meski baru pada tahap pemula, akan memiliki peluang besar tulisannya terakomasi. Kadang, ada orang ingin menjadi penulis, tapi karena tidak ada media yang cukup akomodatif terhadap keterbatasan kemampuannya, akhirnya orang itu urung menjadi penulis. Pasalnya, tiap kali tulisannya dikirim ke penerbit umum, tiap kali pula tulisan itu ditolak, alias tidak pernah muncul dimedia massa.

 

Andaikan ada penerbitan sekolah, barang kali bibit-bibit itu memiliki ruang untuk tumbuh, belajar, dan mengasah keterampilan sehingga suatu saat mampu bersaing di media yang lebih kompetitif. Pendek kata, penerbitan sekolah bias berperan sebagai ladang persemaian bagi bibit-bibit calon penulis.

 

2.      Penyalur Aspirasi

Penerbitan sekolah juga bias berperan sebagai penyalur aspirasi. Misalkan, kamu mempunyai uneg-uneg tentang lapangangan basket yang perlu diperbaiki. Tulis saja usulan kepada kepala sekolah dalam bentuk surat pembaca. Atau kamu melihat pengelolaan perpustakaan yang kurang professional di sekoalah, kamu bias menulis artikal tentang peran penting perpustakaan sebagai pelayan kebutuhan pustaka bagi siswa dan guru dalam konteks pembelajaran berbasis kompetensi. Mungkin juga kamu tidak nyaman dengan adanya guru yang killer, suka main kekerasan dan sebagainya. Kamu bias menumpahkan perasaan kamu lewat puisi maupun cerpen.

 

Aspirasi memang bisa diungkapkan dengan secara lisan. Akan tetapi, kadang aspirasi itu akan efektif diterima jika disampaikan dengan tulisan. Melalui tulisan, pikiran dan uneg-uneg bias disajikan dengan bahasa yang sistematis, teratur, dan menyeluruh. Tulisan juga memungkinkan kita bias mengungkapkan sebuah kritik dengan bahasa yang halus dan menyentuh, bahkan dengan bahasa sindiran. Misalnya dengan anekdot atau kartun. 

 

Dalam hal ini, jika penerbitan sekolah bias memainkan peran sebagai penyalur aspirasi segenap warga sekolah, tidak aka nada lagi aksi-aksi anarki. Tidak akan ada lagi aksi corat-coret di dinding kelas atau bangku. Tidak aka nada lagi umpatan-umpatan kotor di dinding kamar kecil. Semua uneg-uneg tersalur lewat media yang semestinya. Dan pihak yang bersangkutan pun akan menangkapnya sebagai sebuah pesan secara efektif.

 

3.      Media Komunikasi

Sekolah dapat dikatakan sebagai sebuah sistem. Didalamnya terdapat guru, siswa, karyawan, kepala sekolah, pembantu kepala sekolah, dan secara tidak langsung orang tua atau wali murid. Sebagai sebuah sistem, segenap unsur yang ada di sekolah tersebut harus memainkan fungsi masing-masing secara sinergis, saling mengisi, dan tidak saling kontra diksi. Artinya, setiap komponen harus berjalan berdasarkan satu visi misi, satu cita-cita dan satu tujuan. Katakanlah, tujuannya adalah meningkatkan Kualitas Sumber daya Manusia (SDM).

 

Agar semua unsur, baik kepala sekolah pembantu kepala sekolah, dan secara tidak langsung orang tua atau wali murid, merasa terikat dalam satu satu visi misi, satu cita-cita dan satu tujuan, mereka harus selalu berkomunikasi. Pernerbitan sekolah bisa berperan sebagai media komunikasi yang bersifat masal, efesien, menyeluruh, praktis, dan multiarah.

 

4.      Media Pembelajaran Berbasis Baca Tulis

Pembelajaran akan lebih efektif jika siswa menyediakan waktu yang memadai untuk berpikir mandiri. Konkritnya, siswa harus mau banyak membaca dan menuliskan hasil pemahaman atas bacaaannya dalam bentuk tulisan. dalam konsep hernowo, penulis buku Andaikan Buku Sepotong Pizza, teknik belajar yang demikian disebut dengan teknik ’’Mengikat Makna’’. Dengan hal lain disebutkan sebagai pembelajaran berbasis baca tulis, yaitu pembelajaran yang dinilai dengan membaca, lalu ditindaklanjuti dengan menuliskan makna yang telah dipahami dalam benduk karya tulis. Membaca dalam konteks ini pengertiannya luas. Tidak hanya membaca buku, melainkan juga membaca alam sekitar, membaca lingkungan sosial, dan membaca peristiwa-peristiwa keseharian. Sebagai seorang guru yang sampai sekarang masih terus bertindak sebagai insane ’’Pembelajar’’, sangat meyakini efektivitas sistem pembelajaran ini.

 

Dalam konsep ini, belajar tidak lagi cukup dengan hanya mendengarkan penjelasan guru, lalu mencatat dan menghafalkan. Perjumpaan dengan guru harus ditindaklanjuti dengan kemauan melakukan eksplorasi, membaca masalah-masalah sekitar, membaca buku dan tak kalah pentingnya adalah menuliskan hasilnya dalam bentuk publikasi. Dalam hal ini sekali lagi, penerbitan sekolah menempati posisinya yang sangat penting. Penerbitan sekolah memberi ruang kepada siswa untuk mempublikasikan pikiran-pikirannya sebagai hasil reaksi atas segala hal yang telah dibaca dan dipahaminya.

 

5.      Media Belajar Organisasi

Bagi pengelola penerbitan sekolah, terutama tim dewan redaksi, kegiatan penerbitan sekolah merupakan media untuk belajar berorganisasi dengan pendekatan praktik. Mereka bisa belajar cara-cara membuat perencanaan (planning), mengidentifikasi tugas-tugas dan mengorganisasikannya (organizing), membagi tugas-tugas itu (distributing), dan mengevaluasi ketercapaian tujuan dari kegiatan (evaluating). Semua itu merupakan poin-poin kemampuan seorang manager sebuah organisasi.

 

Lebih kongkritnya begini. Misalnya kamu adalah seorang pemimpin redaksi. Kamu harus mampu membuat konsep penerbitan. Apakah bentuknya majalah, tabloid, atau cukup bulletin. Kamu juga harus bisa merancang rubrik. Dari rubrik yang ada, kamu dituntut mampu membagi pekerjaan kepada segenap tim redaksi begitu seterusnya. Kamu harus mampu menciptakan semangat kerja sama kepada seluruh anggota tim hingga tercapai tujuan, yaitu terbitnya sebuah majalah, tabloid atau buletin.

 

Barangkali, saat kamu memimpin proses penerbitan media sekolah, kamu tidak merasa sedang belajar berorganisasi. Akan tetapi pada hakekatnya, kamu telah secara langsung belajar ilmu organisasi dan manajemen dalam praktik. Dan kamu tidak perlu terkejut kalau dari kesuksesan mengelola penerbitan sekolah, suatu saat kamu sukses juga dalam  me- manage  suatu organisasi. Itu semua terjadi karena kamu telah banyak bergulat dalam manajemen organisasi saat kamu mengelola penerbitan sekolah.

 

6.      Penyemai Demokrasi

Fungsi penerbitan sekolah yang ini barangkali terlalu muluk-muluk. Sejak diberlalukan kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Dalam hal ini tiap sekolah boleh dan memang harus mengatur segala proses pendidikan di sekolahnya secara mandiri. Ini artinya harus ada mekanisme demokrasi, transparan (keterbukaan) dan akuntabilitas (pertanggungjawaban) di dalamnya.

 

Jika konsep ini diterapkan, segenap warga sekolah harus terlibat dalam keseluruhan pengambilan kebijakan sekolah. Ketika sekolah membuat kebijakan tentang penambahan lokal sekolah yang berdampak pada pungutan dana ke orang tua misalnya, orang tua harus terlibat dalam kesepakatan, minimal diberitahu. Saat ada kenaikan uang sekolah (SPP) misalnya, kepala sekolah harus meminta persetujuan komite sekolah. Juga ketika sekolah membuat peraturan yang tegas tentang kedisiplinan bagi siswa, osis melalui pengurusnya harus diajak bicara.

 

Penerbitan sekolah bisa berperan sebagai media kontrol terhadap gejala-gejala penyimpangan terhadap mekanisme demokrasi. Melalui media sekolah, orang tua, guru dan siswa bisa ’’berteriak’’ saat rambu-rambu kesepakatan dilanggar. Bisa melaui artikel, bisa melalui surat pembaca, atau yang lain.

 

Selain itu, media sekolah bisa memerankan diri sebagai pembentuk opini massa. Ketika kegiatan ekstrakurikuler kurang mendapat perhatian dari manajemen sekolah misalnya, dengan membuat laporan utama tentang pendapat para siswa dan guru yang menekankan pentingnya kegiatan ekstrakurikuler. Dapat pula mengutip pernyataan betapa fasilitas dan dana kegiatan ekstrakurikuler sangat mini, dan sebagainya.

 

Memang, fungsi ini terkesan sangat ideal. Jika penerbitan sekolah bisa menjalankan fungsi ini, sungguh penerbitan sekolah itu bisa menempati posisi sebagai salah satu pilar demokrasi. Efeknya bagi siswa pun sungguh sangat berharga, yaitu diperolehnya pengalaman nyata tentang bagaimana menyampaikan pikiran dalam suatu sistem demokratis dengan cara yang konstruktif dan bermartabat.

 

7.      Media Promosi

Isi media sekolah dalam bentuk majalah, tabloid, atau bulletin merupakan gambaran dari aktivitas, kebijakan, dan pemikiran yang berkembang disuatu sekolah.

 

Sekolah yang sistemnya bagus dengan pemikiran guru dan siswanya yang kritis dan cerdas dapat terbaca dalam sebuah penerbitan. Dengan begitu, sekolah tersebut secara otomatis akan terpromosikan. Tanpa iklan, tanpa reklame dan tanpa poster dipinggir jalan, masyarakat akan bisa mengetahui keberadaan sekolah yang bersangkutan dan mengetahui sejauh mana kualitasnya. Pendek kata, penerbitan bisa sekaligus bisa berfungsi sebagai media promosi sekolah.

 

 


 

BAB III

PENUTUP

 

A.      Kesimpuan

Ada 3 macam media yang digunakan sebagai penyampai informasi, yakni majalah dinding, buletin, dan majalah sekolah. Untuk itu sangat lah penting jika media penerbitan sekolah ini dapat dijalankan dengan baik. Selain sebagi sarana menyampaikan informasi, media atau penerbitan sekolah ini memiliki beberapa manfaat lain yang dampak positifnya akan secara nyata dirasakan bagai siswa maupun guru. Beberapa manfaat lain dari penerbitan sekolah ini yaitu: dapat menjadi media pemberdayaan potensi menulis, penyalur Aspirasi, media komunikasi, media pembelajaran berbasis baca tulis, media belajar organisasi, penyemai organisasi, dan media promosi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Mulyoto. 2007. Hari Gini Gak Punya Majalah sekolah?. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET

 

http://vidensapuin.blogspot.co.id/2014/10/contoh-proposal-penerbitan-majalah.html dikutip pada tanggal 7 september 2016

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar