Minggu, 12 Februari 2023

SKENARIO FILM “SENYUM KARYAMIN” Diadaptasi dari Cerpen Karya Ahmad Tohari Penulis: Ana Wahyu Kusniati pada Pekan Seni Mahasiswa UMJ

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

NAMA      : ANA WAHYU KUSNIATI

PTM       :STKIP MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

JURUSAN   : Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SKENARIO FILM “SENYUM KARYAMIN”

Diadaptasi dari Cerpen Karya Ahmad Tohari

Penulis: Ana Wahyu Kusniati

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SCENE 1

1. EXT.-TEMPAT PEMECAH BATU DI TEPI SUNGAI-PAGI HARI PUKUL 10:00 WIB-Pengumpul batu (Joko, paul), karyamin.

 

Gelak tawa para pengumpul batu mengibur diri, saat lelah mulai menghampiri. Pagi itu senyum karyamin menunjukkan kemenangan atas perutnya yang mulai melilit karena lapar dan mata yang sudah berkunang-kunang.

 

Joko

“Min, opo seng mbok pikirke?” kok kayane ora semangat timen?” (dengan logat jawa kental sambil duduk bersila, menikmati segelas air).

 

Karyamin

(membalas dengan senyum)”tidak ada” (jawabnya singkat).

 

Paul

“hendak kemana kau min,?”

 

Karyamin

aku ingin pulang lebih awal,(menjawab dengan senyum).

 

Joko

owalah yo wes nek ngunu, ati-ati min”.

 

Karyamin

“iya, (sambil berjalan melempar senyum).

 

SCENE 2

2. EXT.- MENYEBRANGI SUNGAI (PELATARAN SUNGAI)-KARYAMIN DAN SI PARUH UDANG.

 

Karyamin Melihat pemandangan, si paruh udang yang tak lain adalah burung pemakan ikan sedang menukik menyambar ikan di sungai. Rasa iri membayangi karyamin, tetapi ia hanya tersenyum dan sambil melihat ke arah keranjangnya yang kosong.Karyamin mulai melangkahkan kaki, menuju rumah.

 

SCENE 3

 

3. EXT.- DI JALAN MENUJU RUMAH-PUKUL 10.30 WIB-KARYAMIN,SAIDAH.

 

Pagi itu, saidah baru membuka warung pecel miliknya, tak lama maryamin lewat dengan badan yang terlihat letih,mata sayu dan bibir pucat. Saidah menawari maryamin untuk makan di warung pecel miliknya, namun maryamin menolak.

 

Saidah

“min, masih pagi kok sudah pulang? Tumben!” (Tanya saidah menyelidik).

 

 

Karyamin

 “tidak ada apa-apa, hanya ingin pulang lebih awal saja”. (lagi-lagi hanya menjawab sekenanya dan dengan akhiran senyum simpul dibibir karyamin).

 

Saidah

“wah, kamu tidak seperti biasanya, apa kamu sakit min,?” (makin menyelidik)

 

Karyamin

“tidak, aku hanya sedikit lelah saja yu”. (dengan ekspresi menyembunyikan sesuatu).

 

Saidah

 “janganlah berbohong min, itu bibir mu pucat, tangan mu sudah biru dan mata mu itu lho wes cekung sayu”. Sini mampirlah, makan lah dulu. (paksa saidah.

 

Karyamin

 “tidak yu terima kasih, aku tak ingin menambah hutang, beri aku segelas air minum saja yu” (Pinta karyamin).

 

Saidah

 “iya min, sebentar aku ambilkan (sambil beranjak mengambil segelas air putih).”Ni Min, air putihnya” (seraya menyodorkan segelas air minum kepada karyamin).

Karyamin

“terima kasih yu, (sambil tersenyum).

 

Saidah

“sudah lah min. lebih baik kamu makan, tidak usah lah kamu pikirkan masalah bayaran, aku tidak meminta bayaran mu saat ini. Tenang saja” (memaksa). Lagi pula aku Inggak tega melihat orang kelaparan, makan ya, biar ku ambilkan” (paksa yu saidah).

 

Karyamin

“tidak usah yu, aku ingin segera pulang saja yu”.

 

Saidah

owalah, y owes lek ngunu min” aku hanya tak tega melihat kamu kelaparan. (menampakkan muka sedih).

 

Karyamin

 “jika kau tak tega melihat ku kelaparan, aku lebih tak tega melihat lengan mu yang habis karena hutang-hutang ku dan teman-teman ku”

 

Saidah

“iya mi, iya, tapi… (terputus karena karyamin, sudah berjalan meninggalkan warung yu saidah, dilihatlah dari kejauhan tubuh yang kering kerontang itu kembali menoleh dan tersenyum).

Karyamin

(Menelan ludah berulang-ulang sambil membayangkan betapa sulitnya hidup ini, ia membayangkan tumpukan batu yang belum genap satu kubik tetapi, ia harus kembali ke rumah. Membayangkan keadaan Istri karyamin yang sedang sakit, membayangkan hutang-hutang yang belum di bayar, membayangkan batu-batu yang belum di bayar oleh tengkulak). Karyamin meratapi nasibnya, namun ia tetap bersyukur.

 

SCENE 4

4. INT.-DI DALAM RUMAH-SIANG HARI- KARYAMIN DAN ISTRI.

 

Ketika sudah berada di depan rumah, karyamin membuka pintu,tersirat kepiluan yang mendalam di wajah karyamin, tidak ada yang bisa di suguhkan sementara sang istri sedang sakit. Tapi karyamin tetap tersenyum mensyukuri nikmat yang sudah di berikan oleh Allah kepada karyamin. Setidaknya masih ada segelas air putih yang menemani.

 

Karyamin

“dik, minumlah dulu mas bawakan segelas air putih untuk mu. (sembari menyodorkan segelas air putih kepada sang istri).

 

Istri

 “terima kasih mas, kok sampean sudah pulang mas?”

Karyamin

 “iya, ingin pulang lebih cepat saja, (sambil tersenyum kepada sang istri). Bagaimana keadaan mu, apakah sudah membaik?

Istri

Alhamdulillah, sudah membaik mas,”

 

Karyamin

 Syukurlah kalau begitu dik,” kamu pasti belum makan ya? (dalam hati karyamin jelas sudah mengetahui bahwa istrinya belum makan, apa yang hendak di makan? Dalam diri karyamin bertanya-tanya).

 

Istri

“iya mas belum.” (menjawab dengan sayu dan lemas)

 

Karyamin

“ya sudah, kamu isirahat dulu ya?” mas carikan makanan untuk mu” (senyum kepada istrinya.

 

Istri

 “apa batu kita sudah dibayar pak?” (Tanya istri penuh harap).

 

Karyamin

“belum dik, (hanya tersenyum). Sudah sekarang kamu istirahat saja dulu, mas izin keluar sebentar” (lagi-lagi hanya tersenyum penuh keikhlasan)

 

 

Istri

“Iya mas.(membalas senyum sang suami.

 

Karyamin

Assalamu’alaikum,”

 

Istri

wa’alaikumsalam,” hati-hati mas, dan jangan lama-lama sebentar lagi musa pulang.

 

Karyamin

“iya, dik”

 

SCENE 5

5. INT.-DI DAPUR YANG SANGAT SEDERHANA-KARYAMIN.

 

Karyamin melamun, ketika hendak mengambil golok di dapur. Ia amat iba dengan nasibnya sendiri, begitu sulit beben penderitaannya, ketidak beradaan dalam hal ekonomi sangat menghimpitnya. Karyamin sedih, mungkin ia masih bisa menahan rasa lapar nya sepanjang hai ini meski tubuh yang menopangnya merasa tidak kuat, tapi pasti karyamin berusaha untuk menguatkan tubuh.

 

Lalu, bagaimana dengan musa? Anak semata wayang ku yang sebentar lagi akan pulang dari sekolah, bagaimana dengan istri ku? Yang sedang terbaring sakit, dan tentunya membutuhkan energi. Lamunan itu pecah ketika golok yang sudah berada di tangannya terjatuh, hampir saja mengenai kaki yang tidak beralas sandal.

 

SCENE 6

6. EXT.-SAMPING RUMAH-SIANG-KARYAMIN,DAN PAIJO (Tetangga Karyamin).

Maryamin, tersadar dan ia melangkahkan kaki keluar rumah. Saat hendak menuju rumah pak Haji, Karyamin melihat di samping rumahnya ada pohon singkong yang sepertinya sudah berisi. Rasa senang dan gembira terpancar dan terlihat nyata dalam wajahnya.

 

Karyamin

Alhamdulillah ya Allah” (syukur yang mampu di ucapkan oleh karyamin).(seraya bergegas mendekati pohon singkong itu). Karyamin tersenyum.

(ketika sedang mulai mencabut pohon singkong itu, datanglah tetangga Karyamin yaitu Paijo)

 

Paijo

“Sedang apa min,?” (Tanya paijo dengan logat jawanya, sembari menghentikan langkah).

 

Karyamin

 “ini, sedang mencabut singkong, (jawab karyamin sambil tersenyum)

 

Paijo

 “wah, mau dibuat apa itu min,? enak itu kalau di rebus kemudian di tumis dengan bumbu kencur dan lada sedikit” (paijo memberikan masukan).

 

Karyamin

 “Iya jo, benar sekali rencananya akan saya rebus ini singkongnya, kamu mau jo? Kalau mau ini di bagi dua saja singkongnya, kebetulan ini banyak.” (imbuh Karyamin).

 

Paijo

“Iya min bener banget di godok wae yo wes enak. Singkong kan kejunya orang jawa (paijo tertawa). Waduh min, jadi tidak enak, sudah tidak usah min, singkongnya untuk kamu saja.

 

Karyamin

“sudahlah tidak apa-apa jo, saya tau kamu pingin makan singkong rebuskan, (Karyamin tersenyum). Seraya mengambilkan beberapa singkong untuk paijo. “ini jo, (memeberikan singkong kepada paijo).

 

Paijo

(tersenyum tidak enak) “wah terima kasih banyak ini min, saya jadi tidak enak”

Karyamin

 “iya sama-sama jo, (karyamin tersenyum)”

Paijo

 “ya sudah min, saya pulang dulu ya,terima kasih ini singkongnya (menyeringai senyum)

 

Karyamin

iya jo, hati-hati.

 

SCENE 7

 

7. EXT/INT.- DI HALAMAN SEKOLAH, DI PERPUSTAKAAN, RUANG KELAS, RUANGAN PAK RAHMAN,-JAM ISTIRAHAT,-MUSA, TEMAN-TEMANNYA (BAYU, NIKO DAN ARIF, PETUGAS PERPUSTAKAAN,PAK RAHMAN DAN IBU GURU.

 

Saat jam istirahat, musa diajak oleh teman-temannya ke kantin. Teman-teman dengan berat hati musa menolak permintaan teman-temannya, jangan kan untk membeli makanan di kantin, pagi tadi pun musa tidak sarapan hanya segelas air putih dan pisang goring pemberian tetangga yang menjadi pengganjal di pagi hari.

 

Bayu

“Dari pada kita duduk di halaman sekolah mending kita kekantin yuk”(Ajak bayu)

 

 

Niko 

“Bener yu, aku setuju” (niko menjawab dengan cepat)

 

 

Arif

“Huu, niko kalau sama makanan cepet banget. Aku ikut suara terbanyak lah”(sahut arif)

 

 

Bayu

“Kamu gimana mus, yuk kekantin” (ajak bayu)

 

Musa

“Kalian duluan aja ya, aku masih mau baca buku disini” (jawab musa sambil tersenyum).

 

 

Niko

”Lah, kan ini istirahat mu, emang kamu gak laper apa?”

(ayo, sambil menarik tangan musa)

 

 

Musa

“ah, tidak lah ko, aku masih mau menikmati sejuknya angin  di bawah pohon yang rindang ini” kalian duluan saja ya! (musa tersenyum)

 

 

Arif

“Kamu serius mus, kami tinggal disini gak papa?”

 

 

Musa

“iya rif, gak papa (sambil melempar senyum ke pada tiga temannya itu).

 

 

Arif

“ya sudah kalau begitu, kami kekantin dulu ya?”

 

 

Musa

“iya, (sambil tersenyum)

 

Memanfaatkan jam istirahat dengan belajar dan belajar adalah keseharian musa.

 

 

Musa

Ya Allah hampir lupa, aku belum mengembalikan buku di perpustakaan. (segera bergegas menuju ruang kelas dan mengembil buku yang dipinjam lalu menuju keperpustakaan).

 

 

 

Musa

Assalamu’alaikum, Pak ingin mengembalikan buku (sapa musa)

 

 

Petugas perpus

Wa’alaikumsalam, iya musa. Mau diperpanjang tidak?

 

 

Musa

Tidak pak, mau meminjam buku yang lain. Tapi, besok saja pak, soalnya sudah mau masuk kelas. (musa tersenyum)

 

 

Petugas perpus

Oh, iya mus besok saja ya, soalnya bapak juga mau ada urusan keluar. Jadi, perpus mau ditutup dulu. Besok pagi bisa klau mau pinjam.

 

 

Musa

Iya pak oke (musa tertawa kecil)

 

Dari belakang rupanya ada pak rahman, guru mata pelajaran Matematika.

 

 

Pak rahman

Musa, nanti temui bapak di kantor ya setelah mata pelajaran terakhir selesai!

 

 

Musa

 Oh, iya pak Rahman, siap pak. (jawab musa dengan penuh kecemasan)

 

Teng teng teng bunyi lonceng sekolah pertanda masuk kelas. musa segera bergegas menuju kelas, dan disana sudah ada tida orang temannya.

 

 

Arif

Dari mana kamu mus?

 

Musa

Dari perpustakaan rif, (senyum)

 

 

Arif

Owalah kirain kemana, (tertawa kecil)

 

Lima menit kemudian, guru masuk dan seluruh siswa sudah siap untuk menerima materi pelajaran siang itu.

 

Tidak terasa jam terakhir berlalu dengan cepat, ditandai dengan suara lonceng.

Teng teng teng teng. Suara kelas makin pecah dengang berbunyinya lonceng itu.

 

 

Ibu Guru

Baik lah anak-anak, ibu akan memberikan tugas terkait dengan menulis karangan deskripsi. Silahkan anak-anak buat satu karangan deskripsi tentang benda, hewan, alam atau apapun yang bisa di deskripsikan. Dengan memperhatikan langkah-langkah penyusunan karangan deskripsi.

 

 

Seluruh siswa

Iya, bu guru. (bersorak dengan bahagia)

 

 

Ibu Guru

Baiklah ibu akhiri, Asalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh

 

 

Seluruh siswa

Wa’alaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh

 

semua teramat senang dan bahagia karena bisa segera pulang menuju rumah masing-masing. Tetapi tidak dengan musa, ia masih harus menemui pak rahman guru matematika sekaligus waka kesiswaan.

 

Perlaham musa jalan menuju ruangan pak rahman, dengan langkah penuh keyakinan musa memberanikan diri untuk menemui pak rahman, dalam benak musa bertanya-tanya dan menebak-nebak. “pasti ini karena aku belum membayar uang sekolah” ahh yang terpenting aku harus menemui pak rahman sekarang juga (gumam musa dalam hati).

 

 

Musa

(Tok tok tok) mengetuk pintu ruangan pak rahman.Assalamu’alaikum permisi pak,

 

 

Pak Rahman

wa’alaikumsalam masuk mus, sini masuk

 

 

Musa

Iya pak,(sambil masuk kedalam ruangan pak rahman)

 

 

Pak rahman

Silahkan duduk mus,

 

 

Musa

Iya pak, terima kasih (sambil menarik kursi yang sudah disediakan)

 

 

Pak rahman

Sudah tahu kenapa kamu bapak panggil keruangan bapak?

 

 

Musa

Iya pak, karena musa belum membayar uang sekolah ya pak? (jawab polos musa)

 

 

Pak Rahman

(Masih memasang muka sangar dan galak) lalu apa lagi?

 

 

Musa

Tidak tahu pak, memangnya ada apalagi ya pak? Musa belum tahu kecuali itu.

 

Pak Rahman

Bapak sangat kecewa mus, (semakin menampakkan muka galak dan sangarnya)kamu tahu apa kesalahan kamu musa?

 

 

Musa

Ampun pak, musa tidak tahu. Jangan keluarkan musa pak. Musa janji nanti secepatnya akan segera di bayar uang sekolahnya pak. (pinta musa dengan cercahan muka teramat sedih)

 

 

Pak Rahman

Bapak kecewa kenapa hanya kamu siswa bapak yang lolos untuk mengikuti lomba olimpiade matematika tingkat Nasional. Bapak kecewa mus, (masih menampakkan muka jengkel)

 

 

Musa

Maksud bapak bagaimana ya pak, musa belum mengerti. (penuh harap)

 

 

Pak Rahman

Selamat ananda Musa Irawan sudah mengharumkan nama sekolah tercinta, dan selamat berjuang kembali di Olimpiade tingkat Nasional.(menyeringai senyum)

 

 

Musa

Maksudnya pak, musa lolos untuk ikut olimpiade Matematika tingkat Nasional? (penuh penasaran).

 

 

Pak Rahman

Iya, musa selamat ya, (seraya menjabat tangan musa)

 

 

Musa

Ya Allah terima kasih, (sujud syukur, penuh haru). Alhamdulillah pak, terima kasih pak , terima kasih (seraya mencium tangan pak Rahman)

 

Pak Rahman

Iya musa, kamu anak yang pintar. Jangan merasa puas ya nak, tetap lah tafakur dan istiqomah harus di tingkatkan kembali agar dapat meraih hasil yang maksimal di olimpiade tingkat Nasional nanti.

 

 

Musa

Iya pak, musa akan belajar pak. Sekali lagi terima kasih ya pak, dan musa mohon bimbingan bapak.

 

SCENE 8

 

8. INT.- DI RUMAH KARYAMIN, DI DAPUR SEDERHANA-SIANG HARI-ISTRI, ANAKNYA (MUSA), DAN KARYAMIN.

 

Di dalam rumah, di dapur yang sangat sederhana, nyaris tidak ada bumbu-bumbu dapur, yang ada hanya sejumput garam di dalam toples. Penuh rasa syukur atas nikmat yang telah di berikan Allah. Anak karyamin pulang, dan satu kelurga ini sangat terlihat damai meski dalam kesusahan.

 

 

Musa

Assalamu’alaikum pak, bu musa pulang. (sambil mengetuk pintu)

 

 

Karyamin

Iya mus, masuk saja pintunya tidak di kunci bapak sedang di dapur.

 

 

Musa

(mencium tangan karyamin dan menghampiri ibunya yang sedang sakit di kamar)ibu sudah mendingan bu?

 

 

Ibu

iya mus, ibu sudah enakan, sana kamu bantu bapak mu dulu.

 

Musa

Iya bu, (beranjak menuju dapur)membantu bapaknya (karyamin) mnyiapkan makanan.

 

SCENE 9

9. INT.-DI RUMAH,- MALAM HARI,-KARYAMIN, ISTRI, DAN ANAK (MUSA).

Malam itu seperti malam-malam biasanya hanya bertemankan ublik, untungnya keluarga ini terselamatkan dengan adanya keju jawa, cukup untuk mengganjal perut dan menambah tenaga setelah seharian beraktivitas. Ibu juga sudah mulai membaik, sudah bisa jalan-jalan melemaskan otot. Malam ini, musa akan memberikan kabar baik, kepada kedua orang tuanya.

 

Musa

Pak, ada yang ingin musa ceritakan dengan bapak dan ibu

 

 

Karyamin (Bapak)

Iya musa, mau cerita apa nak? Masalah biaya sekolah lagi ya nak? (bapak menerka dengan senyum)

 

 

Musa

Bukan pak, justru musa akan menyampaiakan kabar baik dengan bapak dan ibu. Alhamdulillah pak, musa lolos untuk mengikuti Olimpiade Tingkat Nasional pak,(dengan penuh haru)

 

Ibu

Alhamdulillah, nak perjuangan mu selama ini tidak sia-sia. Selamat ya nak (ujar ibu penuh haru dan menitikkan air mata.

 

Musa

Ibu, kenapa ibu menangis? Ibu tidak bahagia dengan kabar ini? (musa terenyuh)

 

 

Ibu

Ibu sangat bahagia nak, sejak bayi kamu selalu susah. Bahkan bapak dan ibu tidak pernah bisa membahagiakan mu, tidak pernah mencukupi keperluan mu, sejak kecil kamu selalu susah nak, harus bersusah payah untuk dapat melanjutkan pendidikan. Maaf kan ibu mu ini nah, (ibu semakin haru dan tak tertahakan air mata yang terus mengalir)

 

 

Musa

 Ibu jangan berkata seperti itu, musa sangat bahagia dengan apa yang telah kita lalui, musa merasa cukup dengan apa yang kita miliki saat ini. Inilah nikmat Allah yang tidak dapat tergantikan dengan apapun. Musa sangat bangga menjadi anak bapak dan ibu, apa yang sudah bapak dan ibu ajarkan kepada musa, memberikan musa pembelajaran untuk bisa memaknai sebuah kehidupan.

 

 

Karyamin (Bapak)

(tersenyum penuh haru) bapak bangga dengan mu mus, sebagai orang tua tentunya bapak dan ibu hanya mampu mendukung dan mendo’akan yang terbaik untuk mu. (dengan air mata yang mulai berlinang di sudut pola mata)

 

 

 

Musa

Pak, bu. Ini uang pembinaan yang musa dapat saat menang dan lolos di tingkat provinsi. Ini musa berikan kepada bapak dan ibu, untuk memperbaiki rumah kita.

 

 

Karyamin

Tidak mus, bapak lah orang pertama yang menolak uang itu. Mus ketahuilah bapak dan ibu mu tidak sama sekali menginginkan hal itu. Cukup dengan melihat mu sukses jadi orang yang benar bapak dan ibu sangat bangga mus.Gunakanlah uang itu untuk memenuhi kebutuhan mu, dan membeli segala keperluan mu untuk menghadapi olompiade tingkat Nasional nanti. Kalau untuk memenuhi kebutuhan kita insyaAllah besok batu bapak yang di tengkulak akan di bayar jadi bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup barang membeli bumbu-bumbu dapur ibu mu (karyamin tersenyum)

 

 

Musa

Tidak pak, musa akan tabung saja uang ini, kalau nanti kita membutuhkan bisa di manfaatkan.(menjawab dengan penuh keyakinan)

 

 

Ibu

(memeluk anak sematawayang nya) “ibu bangga pada mu nak, tetap bersyukur ya nak”

 

 

Musa

Iya ibu, musa sayang dengan ibu, terima kasih bu. (memeluk ibu). musa juga mengucapkan Terima kasih kepada bapak, karena bapak mengajarkan arti sebuah kesederhanaan, maka musa bisa seperti saat ini.

 

 

Karyamin

Bapak yang berterima kasih kepada mu mus, karena kamu telahmengangkat drajat bapak dan ibu mu. Bapak dan Ibu hanyalah orang yang tidak berpendidikan, bapak bangga kamu selalu berprestasi. Tidak terasa tahun depan kamu sudah menginjakkan kaki di univerisitas. Kamu akan melanjutkan kuliah dimana mus? (Tanya bapak mengalihkan kesedihan)

 

 

Musa

Bapak jangan berkata seperti itu, musa sangat beruntung menjadi anak bapak dan ibu,justru bapak lah yang sangat berjasa, bapak luar biasa banting tulang berusaha mencukupi kebutuhan musa selama ini, padahal musa tahu kalau bapak sejujurnya tidak mampu, bapak lelah, bapak pasti capek. Maaf kan musa ya pak belum bisa membantu bapak.

 

 

Karyamin

(hanya tersenyum)itu kewajiban bapak, tugasmu hanya belajar dan sekolah. Bukan bekerja. (jawabnya singkat)

 

 

Musa

Bapak, ayo kita pergi kedokter, (penuh harap)

 

Karyamin

(kaget) bapak tidak sakit.

 

Musa

Bapak mungkin bisa menutupi sakit bapak dengan orang lain, tapi tidak dengan musa pak. Musa tahu bapak sakit sejak lama. Tapi bapak menutupi sakit bapak, dan berobat alakadarnya. Musa tahu bapak hanya mengandalkan obat-obatan tradisional saja,musa tahu yang bapak minum godogan daun alpukat yang bapak minta dikebut pak Haji. Musa tahu bapak selama ini sudah merasa saki, lemas, gemetar. Musa tahu bapak selalu berbohong, mengaku sudah makan agar musa mau makan, padahal hanya itu satu-satunya makanan yang tersisa. Tapi bapak dan ibu selalu berkata demikian agar musa mau makan.

 

 

Karyamin

(Semakin pilu, diam dalam kesedihan)

 

Musa

Musa tahu pak, belum banyak hal yang mampu musa berikan kepada bapak dan ibu, maka izinkan musa mengusahakan kebahagian untuk bapak dan ibu. Masalah melanjutkan kuliah, musa tidak mungkin meninggalkan bapak dan ibu. Biarlah musa merawat bapak dan ibu. bapak dan ibu jangan bekerja lagi.

 

Ibu

(hanya menangis penuh isak dan pilu)

 

Musa

Bapak dan ibu sudah semakin tua, bapak dan ibu hanya memiliki musa, dan musa hanya memiliki bapak dan ibu, tidak ada keluarga lain. Lalu apa yang akan musa lakukan, tidak pak, musa akan menggantikan bapak. Tolong di terima pak (sembari menyodorkan amplop yang berisi uang jutaan rupiah). Musa tidak akan pernah bisa membalas jasa-jasa dan pengorbanan ibu dan bapak,tidak akan pernah bisa. Tapi izinkan musa mengusahakan kebahagian untuk bapak dan ibu di sisa hari tua bapak dan ibu.(musa menangis penuh haru)

 

SCENE 10

10.  INT.- RUMAH SAKIT, AULA, PAGI, SIANG HARI, MUSA, IBU, DAN KARYAMIN

Musa

Tolong dok tolong periksa bapak saya (teriak musa cemas)

 

Suster 

Tunggu di luar saja ya, dokter akan memeriksan pasien.

 

Musa

iya suster, tolong bapak saya suster (cemas)

 

Ibu

Sabar le, bapak baik-baik saja. (menenang kan)kita do’akan saja ya semoga bapak tidak apa-apa. Mendingan kita sholat dulu le.

 

Musa

Iya bu, monggo bu. (menuju mushola)

Setelah selesai sholat musa menuju ruangan dimana bapaknya di rawat, sedih bercampur air mata saat memandang wajah yang ternyata semakin mengkriput. Disinya, ada wanita yang amat berjasa, wanita luar biasa yang sangat hebat. Bapak dan ibu dua malaikat yang telah Allah berikan untuk menjaga ku, “dik, “ (suara itu memecahkan lamunan mu seketika di depan pintu)

 

Musa

Iya dok, maaf dok saya melamun tadi memandang bapak saya dari balik pintu ini (sambil menghapus air matanya)

 

Dokter

Iya dik, bisa berbicara dengan keluarga pasien?

 

Musa

Bisa dok, dengan saya saja dok, soalnya ibu sedang menemani bapak di dalam.

 

Dokter

Oh, iya baik lah kalau begitu. jadi begini dik, bapak adik harus segera di operasi. Karena penyakitnya sekarang lebih kepada ginjalnya dik. Bapak adik membutuhkan cangkok ginjal,karena ginjal bapak adik yang kiri sudah tidak berfungsi dengan baik. Agar kondisi tubuh bapak adik bisa kembali normal maka harus diadakan operasi.

 

 

Musa

Tapi, saya tidak punya biyaya dok, (sedih dan pilu)

 

Dokter

Ya, sudah untuk saat ini mungkin dokter hanya bisa memberikan obat-obat pereda sakit saja dik, pak dokter hanya menyapaikan saja. Yang sabar ya dik (memegang pundak musa)

 

Musa

Iya pak dokter, terima kasih. (Penuh kesedihan)

 

Tak lama setelah itu dokter pergi meniggalkan musa, saat ini hanya musa seorang diri tertahan di depan pintu, memandangi wajah yang kian hari kian mengkriput.

Ya Rabb jika memang ada kemampuan di balik kesusahan ini, mudahkanlah hamba mu ini, berikanlah jalan untuk dapat berbakti kepada kedua orang tua hamba Ya Rabb (lirih musa dalam hati).

 

Musa

Bu, (dengan nada teramat sedih)

 

Ibu

Iya mus, ada apa?

 

Musa

Maafkan musa ya bu, bapak harus di oprasi, tetapi musa tidak bisa berbuat apa-apa. Musa tidak bisa mengusahakan kebahagiaan untuk bapak.

 

Ibu

jangan berkata seperti itu nak,kamu sudah cukup membahagiakan bapak dan ibu. jangan berkata seperti itu, bapak pasti tidak akan suka jika mendengarnya.

 

Karyamin

(tangan yang sudah tertusuk jarum suntik mulai bergerak)

 

Musa

Bu , tangan bpak bergerak bu, bapak sudah sadar bu (musa penuh semangat)musa panggilkan pak dokter ya bu

 

Karyamin

Mus, kemarilah, tidak usah di panggil pak dokter,(cegak karyamin)

 

Musa

Biar bapak di periksa oleh pak dokter ya pak,

 

Karyamin

Ahh, orang bapak sudah sehat kok, sudah sini lah jangan kamu panggil pak dokternya, nanti bapak di suntik lagi. Sakit ini tangan bapak di suntik, nanti di suntik lagi tambah sakit lagi. (karyamin tersenyum)

 

Musa

Maafkan musa ya pak, bapak harus sembuh bapak harus sehat.

 

Karyamin

Mus, kamu kebahagiaan bapak, tidak ada kesalahan yang kamu perbuat, berhentilah menyalahkan diri mu sendiri, berhentilah karena itu justru kan menyakiti hati bapak juga. Bapak teramat menyayangi mu. berjanjilah untuk selalu tersenyum seperti bapak. (karyamin tersenyum simpul)

 

Musa

(Memeluk karyamin, dan menangis sesenggukan)musa sangat menyangi bapak.

 

Karyamin

Bapak juga sangat menyayangi mu mus, jadilah seseorang yang bermanfaat bagi orang lain, sekurang apapun kita, selagi diri mampu berbagi maka berbagilah.ikhlas atas segala sesuatu yang telah Allah takdirkan kepada kita, yakinlah bahwa ada takdir yang dapat dirubah. Jangan sesali.

 

 

Musa

Iya pak sekarang musa paham, berbagi dengan sesama bahkan hanya berbagi senyum pun sudah menjadi sebuah pemberian yang amat luar biasa (musa memeluk karyamin penuh keharuan)

 

  

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar