2.
Fabel Kupu-kupu Berhati Mulia
v Unsur Intrinsik
1. Tokoh :semut,
kupu2
2. Perwatakan :sombong, suka menolong
3. Latar :taman
4. Alur :maju
5. sudut pandang : orang ketiga
6. Tema :moral
7. Amanat :jangan sombong dan saling mengejek karna kita masih membutuhkan orang lain Hikmah atau pelajaran yang dapat kita ambil dari cerita di atas adalah tidak boleh bersikap sombong dan merendahkan orang lain. Kita harus hidup saling membantu dan peduli terhadap orang lain.
2. Perwatakan :sombong, suka menolong
3. Latar :taman
4. Alur :maju
5. sudut pandang : orang ketiga
6. Tema :moral
7. Amanat :jangan sombong dan saling mengejek karna kita masih membutuhkan orang lain Hikmah atau pelajaran yang dapat kita ambil dari cerita di atas adalah tidak boleh bersikap sombong dan merendahkan orang lain. Kita harus hidup saling membantu dan peduli terhadap orang lain.
v Unsur Ekstrinsik
·
Nilai
Moral : nilai-nilai yang menyangkut
masalah kesusilaan, masalah budi, yang erat kaitannya antara manusia dan
makhluk-makhluk lain ciptaan tuhan.
"Tolong, bantu aku , aku mau tenggelam
tolong...tolong...tolong aku!!!"
untunglah
saat itu ada seekor kupu-kupu terbang melintas kemudian kupu-kupu itu
menjulurkan sebuah rangting ke arah semut .
"Semut
peganglah erat-erat ranting itu ,nanti aku akan mengangkat ranting itu "
Lalu si semut memegang erat-erat rangting itu ,dengan sekuat tenaga kupu-kupu
mengankat ranting itu ,lalu kupu-kupu menurunkanya di tempat yang aman .Semut
berterimakasih kepada kupu-kupu karena telah menolong nyawanya.
·
Nilai
Pendidikan : Mengajarkan kepada
anak-anak untuk menumbuhkan rasa tolong-menolong kepada sesama makhluk ciptaan
Tuhan, dan berterim kasih kepada seseorang yang sudah menolong kita. Dalam
kutipan: ”lalu kupu-kupu menurunkannya di temapat yang aman. Semut berterima
kasih kepada kupu-kupu karena telah menolong nyawanya”
·
Nilai
Sosial : awalnya
hubungannya menajdi tidak baik ketika si semut mengejek si kepompong, tetapi
ternyata ke pompong tidak mengungkit dan tetap menolong si semut saat si semut
mengalami kesulitan. Si kupu-kupu tidak mengingat keburukan si semut
terhadapnya dan si kupu-kupu tetap menolongnya.
Dalam kutipan : “Semut peganglah erat-erat ranting
itu, nanti aku akan mengangkat ranting itu”.
·
Nilai
Religius : Tidak boleh
menghina makhluk ciptaan tuhan, karena pada dasarnya setiap makhluk ciptaan Tuhan
memiliki kelebihan.
Dalam Kutipan :
“akhirnya sang semut pun berjanji tidak akan menghina semua makhluk ciptaan
Tuhan yang ada di taman itu.”
4.
Legenda Batu Menangis
v Unsur Intrinsik
1.
Tema : Anak Durhaka
2.
Tokoh :
a) Darmi
Fisik
Tokoh:
·
Darmi
terlihat sangat cantik dengan baju merah mudanya yang terlihat mahal.
Psikologis
Tokoh:
·
“Ibu,
ayo berikan uang padaku! Besok akan ada pesta di desa sebelah, aku harus pergi
dengan memakai baju baru. Bajuku sudah usang semua,” katanya.
·
“Ih,
aku malu berjalan bersama ibu. Apa kata orang nanti. Darmi yang jelita berjalan
dengan seorang nenek yang kumuh,” katanya sambil mencibir.
·
“Hah
aku tidak minta dilahirkan oleh ibu yang miskin sepertimu. Aku tidak pantas
menjadi anak ibu. Lihatlah wajah ibu! Jelek, keriput dan lusuh! Ibu lebih
pantas jadi pembantuku daripada jadi ibuku!”
b) Ibu Kandungnya.
Fisik
Tokoh :
·
ibunya
sudah bungkuk memakai baju lusuh penuh tambalan.
Psikologis
Tokoh:
·
“Ya
sudah kalau kau malu berjalan bersamaku. Ibu akan berjalan di belakangmu,” ujar
ibunya dengan sedih.
3. Perwatakan :
a) Sombong, Pemalas, Manja, Pemaksa, dan Durhaka.
Dikutip dari kalimat
o Darmi memandangi wajahnya lewat cermin yang
tergantung di dinding kamarnya.
o Ah aku memang jelita,” katanya. “Lebih pantas
bagiku untuk tinggal di istana raja daripada di gubuk reot seperti ini.
o Sebaliknya Darmi adalah anak yang manja. Sedikit
pun dia tidak iba melihat ibunya bekerja keras sepanjang hari
o Bahkan dengan teganya dia memaksa ibunya untuk
memberinya uang jika ada sesuatu yang ingin dibelinya.
o “Ibu, ayo berikan uang padaku! Besok akan ada pesta
di desa sebelah, aku harus pergi dengan memakai baju baru. Bajuku sudah usang
semua,” katanya
o “Ih, aku malu berjalan bersama ibu. Apa kata orang
nanti. Darmi yang jelita berjalan dengan seorang nenek yang kumuh,” katanya
sambil mencibir.
o “Oh bukan! Bukan!. Mana mungkin ibuku sejelek itu.
Dia itu cuma pembantuku,” sahut Darmi cepat-cepat.
o “Hah aku tidak minta dilahirkan oleh ibu yang
miskin sepertimu. Aku tidak pantas menjadi anak ibu. Lihatlah wajah ibu! Jelek,
keriput dan lusuh! Ibu lebih pantas jadi pembantuku daripada jadi ibuku!”
b) Baik, Sabar, Pekerja Keras. Dikutip dari kalimat:
o Ibunya hanya seorang janda miskin. Untuk menghidupi
mereka berdua, ibunya bekerja membanting tulang dari pagi hingga malam.
Pekerjaan apapun dia lakukan. Mencari kayu bakar di hutan, menyabit rumput
untuk pakan kambing tetangga, mencucikan baju orang lain, apapun dia kerjakan
untuk bisa memperoleh upah
o “Ya sudah kalau kau malu berjalan bersamaku. Ibu
akan berjalan di belakangmu,” ujar ibunya dengan sedih.
4. Latar :
a.
Latar
Tempat:
·
Kamar.
Dikutip dari kalimat:
Darmi
memandangi wajahnya lewat cermin yang tergantung di dinding kamarnya.
“Ah
aku memang jelita,” katanya. “Lebih pantas bagiku untuk tinggal di istana raja
daripada di gubuk reot seperti ini.”
Matanya
memandang ke sekeliling ruangan. Hanya selembar kasur yang tidak empuk tempat
dia tidur yang mengisi ruangan itu. Tidak ada meja hias yang sangat dia
dambakan. Bahkan lemari untuk pakaian pun hanya sebuah peti bekas. Darmi mengeluh
dalam hati.
·
Di
jalan :
Di
tengah jalan Darmi bertemu dengan teman-temannya dari desa tetangga yang
menyapanya.
“Hai
Darmi, mau pergi kemana kau?” sapa mereka.
“Aku
mau ke pasar,” jawab Darmi.
“Oh,
siapa nenek yang di belakangmu itu? Ibumu?” tanya mereka.
“Oh
bukan! Bukan!. Mana mungkin ibuku sejelek itu. Dia itu cuma pembantuku,” sahut
Darmi cepat-cepat.
Betapa
hancur hati ibunya mendengar anak kesayangannya tidak mau mengakuinya sebagai
ibunya sendiri.
b. Latar Suasana:
·
Mengharukan.
Dikutip dari kalimat:
“Wahai
anakku sebegitu malunyakah kau mengakui aku sebagai ibumu? Aku yang
melahirkanmu ke dunia ini. Apakah ini balasanmu pada ibumu yang menyayangimu?”
Darmi
menoleh dan berkata, “Hah aku tidak minta dilahirkan oleh ibu yang miskin
sepertimu. Aku tidak pantas menjadi anak ibu. Lihatlah wajah ibu! Jelek,
keriput dan lusuh! Ibu lebih pantas jadi pembantuku daripada jadi ibuku!”
·
Menakutkan.
Dikutip dari kalimat:
Tiba-tiba
langit berubah mendung dan kilat menyambar-nyambar diiringi guntur yang menggelegar.
Darmi ketakutan dan hendak berlari ke arah ibunya. Namun dia merasa kakinya
begitu berat. Ketika dia memandang ke bawah dilihatnya kakinya telah menjadi
batu, lalu kini betisnya, pahanya dan terus naik ke atas. Darmi ketakutan, dia
berteriak meminta pertolongan pada ibunya. Tapi ibunya hanya memandangnya
dengan berderai air mata.
·
Marah.
Dikutip dari kalimat:
“Alah
itu kan urusan ibu buat cari uang lagi. Baju yang kemarin itu kan sudah aku
pakai, malu dong pakai baju yang itu-itu lagi. Nanti apa kata orang! Sudahlah
ayo berikan uangnya sekarang!” kata Darmi dengan kasar.
c. Latar Waktu:
·
Pagi
hari. Dikutip dari kalimat:
Suatu
hari Darmi meminta ibunya untuk membelikannya bedak di pasar. Tapi ibunya tidak
tahu bedak apa yang dimaksud.
“Sebaiknya
kau ikut saja ibu ke pasar, jadi kau bisa memilih sendiri,” kata ibunya.
“Ih,
aku malu berjalan bersama ibu. Apa kata orang nanti. Darmi yang jelita berjalan
dengan seorang nenek yang kumuh,” katanya sambil mencibir.
“Ya
sudah kalau kau malu berjalan bersamaku. Ibu akan berjalan di belakangmu,” ujar
ibunya dengan sedih.
“Baiklah,
ibu janji ya! Selama perjalanan ibu tidak boleh berjalan di sampingku dan tidak
boleh berbicara padaku!” katanya.
5.
Alur : adalah alur maju, karena di mulai
dengan memperkenalkan tokoh, mulai muncul masalah, dan mencapai klimaks/puncak
permasalahan.
·
Darmi
berjalan dengan ibunya ke pasar
dipertengahan jalan dia bertemu
dengan pemuda. Saat ditanya apakah itu Ibunya, Darmi tidak mengakuinya
karena penampilan ibunya compang-camping.
Ibunya sedih, dan berdoa meminta keadilan pada Tuhan. akhirnya badai petir
menyambar gadis itu berlahan Ia pun menjadi batu, gadis itu menangis memohon
ampun, namun semua terlambat.
6. Sudut
Pandang : Orang ketiga (Serba tahu ).
Dikutip dari kalimat:
·
Darmi
memandangi wajahnya lewat cermin yang tergantung di dinding kamarnya.
“Ah
aku memang jelita,” katanya. “Lebih pantas bagiku untuk tinggal di istana raja
daripada di gubuk reot seperti ini.”
Matanya
memandang ke sekeliling ruangan. Hanya selembar kasur yang tidak empuk tempat
dia tidur yang mengisi ruangan itu. Tidak ada meja hias yang sangat dia
dambakan. Bahkan lemari untuk pakaian pun hanya sebuah peti bekas. Darmi
mengeluh dalam hati.
·
Tiba-tiba
langit berubah mendung dan kilat menyambar-nyambar diiringi guntur yang
menggelegar. Darmi ketakutan dan hendak berlari ke arah ibunya. Namun dia
merasa kakinya begitu berat. Ketika dia memandang ke bawah dilihatnya kakinya
telah menjadi batu, lalu kini betisnya, pahanya dan terus naik ke atas. Darmi
ketakutan, dia berteriak meminta pertolongan pada ibunya. Tapi ibunya hanya
memandangnya dengan berderai air mata.
7. Amanat :
Jangan
pernah menyakiti hati kedua orang tua ,terutama ibu karena doa seorang ibu
sangat diijabahi Tuhan. Jangan melupakan ibu dan durhaka kepadanya,
sesungguhnya beliau lah yang telah melahirkan dan membesarkan kita.
8. Gaya
Bahasa
Gaya
bahasa adalah tingkah laku pengarang menggunakan bahasa. Dalam cerita ini
menggunakan majas personifikasi. Yaitu majas yang menjelaskan benda mati
seolah-oleh hidup, contoh dalam cerita diatas yaitu batu menangis, disini
diartikan bahwa batu sebagai benda mati yang seolah-oleh dapat seperti manusia
yang menangis.
v Unsur ekstrinsik
·
Nilai
Moral : nilai-nilai yang menyangkut masalah kesusilaan, masalah budi, yang erat
kaitannya antara manusia dan makhluk-makhluk lain ciptaan tuhan.
Contoh dalam kalimat:
Darmi
memang bukan anak orang kaya. Ibunya hanya seorang janda miskin. Untuk
menghidupi mereka berdua, ibunya bekerja membanting tulang dari pagi hingga
malam. Pekerjaan apapun dia lakukan. Mencari kayu bakar di hutan, menyabit
rumput untuk pakan kambing tetangga, mencucikan baju orang lain, apapun dia
kerjakan untuk bisa memperoleh upah. Sebaliknya Darmi adalah anak yang manja.
Sedikit pun dia tidak iba melihat ibunya bekerja keras sepanjang hari. Bahkan
dengan teganya dia memaksa ibunya untuk memberinya uang jika ada sesuatu yang
ingin dibelinya.
Ibunya
Darmi sambil bercucuran air mata mengadukan dukanya kepada Tuhan. Wajahnya
menengadah ke langit dan dari mulutnya keluarlah kutukan
Tiba-tiba
langit berubah mendung dan kilat menyambar-nyambar diiringi guntur yang
menggelegar. Darmi ketakutan dan hendak berlari ke arah ibunya. Namun dia
merasa kakinya begitu berat. Ketika dia memandang ke bawah dilihatnya kakinya
telah menjadi batu, lalu kini betisnya, pahanya dan terus naik ke atas. Darmi
ketakutan, dia berteriak meminta pertolongan pada ibunya. Tapi ibunya hanya
memandangnya dengan berderai air mata.
Pesan
moral diatas adalah jangan pernah menyakiti hati orang tua terutama seorang
ibu. Karena doa ibu sangat di ijabahi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Perkataan yang
di ucapkan oleh ibu akan menjadi kenyataan. Dan jangan pernah menjadi anak
seperti Darmi yang mendurhakai ibunya.
·
Nilai
Ekonomi : keberadaan sang ibu
yang serba kekurangan, sampai harus rela banting tulang untuk memenuhi
kebutuhan dan hanya demi sesuap nasi. Kemiskinan ini menjadi problematika, dima
anak gadis nya bukan membantu melainkan menyusahkan dengan meminta segala hal
yang harus dipenuhi oleh sang ibu, hal ini membuat ibu miskin tersebut sangat
kesulitan.
Dalam kutipan :
“segala permintaannya harus dituruti setiap kali ia meminta sesuatu kepada
ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap
hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi”
·
Nilai
Religius : dalam hal ini si
anak tidak berbakti kepada ibu nya dia bahkan durhaka kepada ibu kandungnya
sendiri. Padahal dalam Agama Islam Khususnya Allah sangat mengandkat drajat
seorang ibu tiga tingkat lebih tinggi di bandingkan Ayah, dapat diartikan
bahwasanya seorang ibu itu wajib untuk di hormati, di sayang, bukan untuk
durharka kepada beliau, karena Do’a ibu adalah do’a yang paling mujarap
terkabul oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kutipan
“Ya Tuhan, Hamba tak kuat menahan hinaan ini, anak
kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya Tuhan
hukumlah anak durhaka ini ! Hukumlah dia!”
“atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan
gadis durhaka itu berubah menjadi batu “
·
Nilai
Pendidikan : memberika pendidikan
kepada anak-anak agar senantiasa untuk selalu membantu pekerjaan orangtua,
bekerja membantu ibu saat ibu sedang membutuhkan bantuan. Mendidik anak-anak
yang membaca agar senantiasa hormat kepada seoarang ibu dan menyayangi ibu.
·
Nilai
budaya : nilai budaya yang
terkandung dalam legenda batu menangis yaitu hingga saat ini masyarakat
setempat masih sangat mempercayai bahwa kisa itu benar-benar pernah terjadi.
Barang siapa yang mendurhakai ibu kandung yang telah melahirkannya dan
membesarkannya, pasti perbuatan laknatnya akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang
Maha Esa.
·
Nilai
sosial : ketika mereka
memasuki desa, orang-orang desan menadangi mereka. Mereka begitu terpesona
melihat kecantikan anak gadis itu, namun ketika melihat orang yang berjalan
dibelakang gadis itu, sungguh kontrasnya berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar