PUISI PARADENAI
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Sastra Lampung
Dosen Pengampu : Drs. Muntazir, M.M., M.Pd.
Disusun oleh:
Prodi: Bahasa dan Sastra Indonesia
1.
ANA WAHYU KUSNIATI :
14040004
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2016
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN
OBSERVASI
Disusun
Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sastra Lampung
Program
Studi : Pendidikan Bahasa Dan
Sastra Indonesia
Disusun
Oleh : Semester 4 A
NO
|
NAMA
|
NPM
|
TTD
|
1
|
Ana
Wahyu Kusniati
|
14040004
|
|
2
|
Tri
Mai Ningsih
|
14040003
|
|
3
|
Evi
Risky
|
14040005
|
|
4
|
Dian
Zunia Ningrum
|
14040006
|
|
5
|
Cindra
Nuri Fransiska
|
14040007
|
Disahkan Oleh Dosen Pengampu,
Mata Kuliah Sastra Lampung
Drs. Muntazir, M.M., M.Pd.
IDENTITAS NARASUMBER
Narasumber
1
Nama : Ahmad Siaruddin
Ttl : Pertiwi, 08 April 1961
Alamat : suka negeri jaya kec. Talang
padang
Agama : Islam
Jabatan : Kepala Pekon
Gelar : Batin Satiya Marga Tama
Status : Kepala Pekon suka negeri jaya
Narasumber
2
Nama : Iskandar Muda
Ttl : Way Jaha, 19 Oktober1971
Alamat : Way Jaha
Agama : Islam
Jabatan : Kepala Pekon
Gelar : Khadin Perdana Kusuma Jaya
Iskandar Muda
Status : Kepala Pekon Way Jaha
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikm
Wr. Wb.
Alhamdulillah
dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang maha pengasih dan
penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada kami,
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang ’’Puisi
Paradenai’’
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan
kepada kami dalam rangka pengembangan dasar ilmu bahasa indonesia yang
berkaitan dengan Sastra Lampung. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah
ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan Bahasa secara meluas dan
sastra secara lebih luas khususnya sastra lampung. Sehingga besar harapan
kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi konstribusi positif bagi
pengembang wawasan bahasa dan sastra.
Akhirnya
kami menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran agar
penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih. Semoga makalah ini memberi
manfaat bagi banyak pihak. Aamiin.
Wassalamu’alikum
Wr. Wb.
Pringsewu,
25 April 2016.
Penyusun,
kelompok
1
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... .
i
HALAMAN
PENGESAHAN....................................................................... ii
IDENTITAS
SUMBER…………………………………………………..... iii
KATA PENGANTAR...................................................................................
iiii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iiiii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..........................................................................................
B.
Tujuan dan Kegunaan...............................................................................
C.
Ruang lingkup penelitian...........................................................................
BAB II LAPORAN HASIL SURVE
A. Pengertian
Paradenai.................................................................................
B. Tujuan
dan Kegunaan...............................................................................
C. Ruang
lingkup penggunaan.................................................................. ....
D. Proses
pelaksanaan acara ………………………………………….
E. Contoh
bentuk Paradenai………………………………………….
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
C. Lampiran……………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Munculnya
sastrawan-sastrawan muda dari berbagai daerah yang ada di Indonesia--dengan karya-karya
mereka yang semakin berkembang dan berwarna--menunjukkan bahwa karya sastra dan
sastrawan menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan. Karya sastra dan sastrawan
sama-sama memberikan kontribusi yang besar dalam perkembangan dunia sastra.
Tema-tema berani yang berisikan kritik banyak memberi warna baru dalam karya
para sastrawan muda. Di samping itu, para sastrawan senior pun masih
menunjukkan kekonsistenannya dalam menghasilkan karya sastra. Hal itu berarti
makin berwarnalah khazanah kesusastraan di Indonesia.
Lampung sebagai
provinsi yang secara geografis terletak di ujung selatan pulau Sumatra tidak
hanya kaya akan sumber daya alam, tetapi juga kaya dengan sumber daya
manusianya. Puluhan sastrawan telah lahir di Sai Bumi Ruwa Jurai, negeri yang dihuni
oleh dua jenis penduduk, pribumi dan pendatang. Dalam memajukan sastra
Indonesia, tidak sedikit sastrawan Lampung yang memberikan kontribusinya
terhadap perkembangan sastra, seperti Motinggo Busye, Isbedy Stiawan ZS.,
Inggit Putria Marga, dan Ari Pahala Hutabarat dan tidak sedikit pula
karya-karya mereka yang dijadikan perbincangan oleh para kritikus sastra.
Puisi yang
sering kita sebut kata-kata indah yang bermakna dan mengandung pesan kerap kali
hadir dalam kehidupan kita sehari-hari. Memang pemahaman tentang puisi secara
baik jarang kita temui pada masyarakat umum dan bahkan pada anak sekolah atau
pelajar. Mereka sering sekali mengatakan puisi hanya sebatas kata-kata indah,
padahal sejatinya puisi ada yang mengandung kata-kata kasar, serapah, dan mengutuk.
Oleh karena
itu, penulis menyusun makalah ini yang berisi materi penjelasan salah satu
jenis puisi lampung yaitu puisi Paradenai agar pembaca mengetahui dan memiliki
pemahaman yang baik tentang puisi paradenai yang menjadi salah satu sastra lampung
yang harus kita ketahui, pahami, serta menambah wawasan kita mengenai sastra
lampung agar puisi lampung ini tidak lenyap ditelan zaman.
A. Rumusan
Masalah
1. Apa yang
dimaksud puisi paradenai ?
2. Apa tujuan
dan kegunaan dari puisi paradenai ?
3. Bagaimana
Proses Pelaksanaannya?
4. Bagaimana
Contoh Bentuk Puisi Paradenai?
B. Tujuan dan
Kegunaan
Tujuan dan
kegunaan penulis membuat makalah ini yaitu:
1. sebagai
salah satu tugas mata kuliah sastra lampung
2. Agar megetahui apa yang dimaksud dengan puisi
paradenai
3. Agar mengetahui tujuan dari puisi paradenai
4. Agar
mengetahui bagaimana proses pelaksanaan puisi paradenai
5. Mengetahui
contoh puisi paradenai
BAB II
LAPORAN HASIL SURVE
A. Pengertian
Puisi Paradenai
Puisi
Paradenai adalah salah satu sastra lampung yang berbentuk puisi lampung yang
ducapkan saat upacara penyambutan tamu pada upacara pernikahan secara adat.
(narasumber 1).
Puisi
paradenai ini adalah puisi yang digunakan untuk menyambut tamu pada upacara
pernikahan secara adat. (narasumber 2).
Berdasarkan observasi dari kedua narasumber maka dapat kami
simpulkan bahwa, Paradinei/paghadini adalah
puisi tradisi Lampung yang biasa digunakan dalam upacara penyambutan tamu pada
saat berlangsungnya perta pernikahan secara adat. Paradinei/paghadini diucapkan
jurubicara masing-masing pihak, baik pihak yang datang maupun yang didatangi.
Secara umum, isi paradinei/paghadini berupa tanya jawab tentang maksud atau
tujuan kedatangan.
Istilah paradinei dikenal di lingkungan masyarakat Lampung dialek
O. Di lingkungan masyarakat Lampung dialek A dikenal dengan istilah paghadini
(di lingkungan masyarakat Lampung dialek A Sebatin dikenal dengan istilah
tetangguh). Puisi jenis ini digunakan dalam upacara penyambutan tamu pada saat
berlangsungnya pesta pernikahan secara adat.
Pada saat berlangsungnya pesta pernikahan secara adat, sebelum
rombongan tamu (yang terdiri atas arak-arakan) menginjakkan kaki di kediaman
tuan rumah, mereka dihadang oleh pihak tuan rumah (yang terdiri atas
arak-arakan pula). Acara penghadangan itu dikenal dengan istilah nebak appeng
(dialek O) atau nebak appong (dialek A) yang bermakna 'menutup gapura'. Dalam
acara penghadangan itu digunakanlah sastra lisan jenis paradinei sebagai media
untuk berkomunikasi.
Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan
pikiran dan perasaan seseorang secara imajinatif dan disusun dengan
mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik
dan struktur batin. Struktur fisik terdiri atas diksi, pengimajian, kata
konkret, majas, versifikasi (rima, ritma, dan metrum), dan tipografi puisi.
Struktur batin terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat. Kedua struktur
itu terjalin dan terkombinasi secara utuh yang membentuk dan memungkinkan
sebuah puisi memantulkan makna, keindahan, dan imajinasi bagi penikmatnya (A.
Effendi Sanusi, 1996)
Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan
perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua
kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batin.
Struktur fisik terdiri atas diksi, pengimajian, kata konkret, majas,
versifikasi (rima, ritma, dan metrum), dan tipografi puisi. Struktur batin
terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat. Kedua struktur itu terjalin dan
terkombinasi secara utuh yang membentuk dan memungkinkan sebuah puisi
memantulkan makna, keindahan, dan imajinasi bagi penikmatnya. Dibandingkan
dengan bentuk karya sastra yang lain, bahasa puisi lebih bersifat konotatif.
Bahasanya lebih banyak memiliki kemungkinan makna.
Berdasarkan
fungsinya, puisi Lampung dapat dibedakan atas lima jenis:
1.
paradinei/paghadini/tetangguh
2.
pepaccur/pepaccogh/wawancan
3.
pattun/segata/adi-adi
4. bebandung
5.
ringget/pisaan/highing-highing/wayak/ngehahaddo/hahi-wang
Paradinei terdiri atas sejumlah bait yang bersajak. Akan tetapi,
jumlah baris pada setiap bait tidak harus sama. Jumlah baris pada setiap bait
paradinei sama dengan jumlah baris suatu paragraf pada karangan berbentuk prosa
(yang tidak harus sama). Perbedaannya, kalimat dalam paradinei terikat dua-dua
(seperti ikatan kalimat dalam pantun), sedangkan dalam karangan berbentuk prosa
tidak demikian.
Paradinei diucapkan oleh juru bicara masing-masing pihak, baik
pihak tamu maupun pihak tuan rumah. Di kiri kanan juru bicara terdapat dua
orang laki-laki berpakaian adat yang dikenal dengan istilah huleubalang
'hulubalang'. Secara umum, isi paradinei berupa tanya jawab tentang maksud dan
tujuan kedatangan (tamu).
Upacara nebak appeng/nebak appong 'menutup gapura' ini mencerminkan
bahwa masyarakat Lampung dalam bertindak (terutama yang berpengaruh terhadap
orang banyak) tidak gegabah. Sebelum bertindak, perlu didengarkan dulu
keterangan dari pihak yang bersangkutan.
B. Tujuan dan Kegunaan
Berdasarkan hasil observasi dari kedua narasumber maka disimpulkan
a. Tujuan Puisi Paradenai adalah:
1. tanya jawab pada saat berlangsungnya upacara penyambutan tamu
secara adat
2. untuk melestarikan bahasa dan sastra Lampung
3. untuk mendidik masyarakat Lampung agar menghargai sastra daerah.
Di bawah ini dikemukakan contoh paradinei yang lazim digunakan dalam acara
nebak appeng 'menutup gapura'.
4. untuk menyambut tamu, dan berupa pertanyaan kepada tamu yang
diajukan oleh juru bicara. Atau diucapkan saat upacara penyambutan tamu pada
upacara pernikahan secara adat.
5. kemudian tamu akan menjawab maksud kedatangannya tersebut
b. Kegunaan Puisi Paradenai adalah:
1. Berguna sebagai salah satu bentuk atau budaya suku lampung
ketika akan melaksanakan upacara adat pernikahan.
2. Sebagai salah satu warisan budaya masyarakat lampung
3. Sebagai tonggak untuk mempertahankan budaya atau ciri khas
masyarakat lampung, agar tetap terjaga keaslian dan kemurniannya.
4. Mendidik masyarakat agar menghargai sastra daerah.
C. Proses Pelaksanaan Acara Pernikahan
Karena puisi paradenai adalah puisi yang digunakan untuk menyambut
tamu dalam rangka acara pernikahan adat lampung, demikian kami akan
menyampaikan bagaimana proses pelaksanaan acara pernikahan dalam adat lampung
yang menggunakan puisi paradenai sebagai salah satu penyambutannya.
a. Sebelum Pernikahan
Rangkaian Prosesi Pernikahan Nindai / Nyubuk Ini merupakan proses
dimana pihak keluarga calon pengantin pria akan meneliti atau menilai apakah
calon istri anaknya. Yang dinilai adalah dari segi fisik & perilaku sang
gadis. Pada Zaman dulu saat upacara begawei (cacak pepaduan) akan dilakukan
acara cangget pilangan yaitu sang gadis diwajibkan mengenakan pakaian adat
& keluarga calon pengantin pria akan melakuakn nyubuk / nindai yang
diadakan di balai adat.
Be Ulih – ulihan (bertanya) Apabila proses nindai telah selesai dan
keluarga calon pengantin pria berkenan terhadap sang gadis maka calon pengantin
pria akan mengajukan pertanyaan apakah gadis tersebut sudah ada yang punya atau
belum, termasuk bagaimana dengan bebet, bobot, bibitnya. Jika dirasakan sudah
cocok maka keduanya akan melakukan proses pendekatan lebih lanjut.
Bekado Yaitu proses dimana keluarga calon pengantin pria pada hari
yang telah disepakati mendatangi kediaman calon pengantin wanita sambil membawa
berbagai jenis makanan & minuman untuk mengutarakan isi hati &
keinginan pihak keluarga. Nunang (melamar) Pada hari yang disepakati kedua
belah pihak, calon pengantin pria datang melamar dengan membawa berbagai barang
bawaan secara adat berupa makanan, aneka macam kue, dodol, alat untuk merokok,
peralatan nyireh ugay cambia (sirih pinang). Jumlah dalam satu macam barang
bawaan akan disesuaikan dengan status calon pengantin pria berdasarkan tingkatan
marga (bernilai 24), tiyuh (bernilai 12), dan suku (berniali 6).
Dalam kunjungan ini akan disampaikan maksud keluarga untuk meminang
anak gadis tersebut. Nyirok (ngikat) Acara ini biasa juga dilakukan bersaman
waktunya dengan acara lamaran. Biasanya calon pengantin pria akan memberikan
tanda pengikat atau hadiah istimewa kepada gadis yang ditujunya berupa barang
perhiasan, kain jung sarat atau barang lainnya. Hal ini sebagai symbol ikatan
batin yang nantinya akan terjalin diantara dua insan tersebut. Acara nyirok ini
dilakukan dengan cara orang tua calon pengantin pria mengikat pinggang sang
gadis dengan benang lutan (benang yang terbuat dari kapas warna putih, merah,
hitam atau tridatu) sepanjang satu meter. Hal ini dimaksudkan agar perjodohan
kedua insane ini dijauhkan dari segala penghalang.
Menjeu ( Berunding) Utusan keluarga pengantin pria datang kerumah
orang tua calon pengantin wanita untuk berunding mencapai kesepakatan bersama
mengenai hal yang berhubungan denagn besarnya uang jujur, mas kawin, adat yang
nantinya akan digunakan, sekaligus menentukan tempat acara akad nikah
dilangsungkan. Menurut adat tradisi Lampung, akad nikah biasa dilaksanakan di
kediaman pengantin pria.
Sesimburan (dimandikan) Acara ini dilakukan di kali atau sumur dengan
arak-arakan dimana calon pengantin wanita akan di payungi dengan paying gober
& diiringi dengan tabuh-tabuhan dan talo lunik. Calon pengantin wanita
bersama gadis-gadis lainnya termasuk para ibu mandi bersama sambil saling
menyimbur air yang disebut sesimburan sebagai tanda permainan terakhirnya
sekaligus menolak bala karena besok dia akan melaksanakan akad nikah.
Betanges (mandi uap) Yaitu merebus rempah-rempah wangi yang disebut
pepun sampai mendidih lalu diletakkan dibawah kursi yang diduduki calon pengantin
wanita. Dia akan dilingkari atau ditutupi dengan tikar pandan selama 15-25
menit lalu atasnya ditutup dengan tampah atau kain. Dengan demikian uap dari
aroma tersebut akan menyebar keseluruh tubuh sang gadis agar pada saat menjadi
pengantin akan berbau harum dan tidak mengeluarkan banyak keringat.
Berparas (cukuran) Setelah bertanges selesai selanjutnya dilakukan
acara berparas yaitu menghilangkan bulu-bulu halus & membentuk alis agar
sang gadis terlihat cantik menarik. Hal ini juga akan mempermudah sang juru
rias untuk membentuk cintok pada dahi dan pelipis calon pengantin wanita. Pada
malam harinya dilakukan acara pasang pacar (inai) pada kuku-kuku agar
penampilan calon pengantin semakin menarik pada keesokan harinya.
b. Saat Pernikahan
Upacara akad nikah atau ijab kabul Menurut tradisi lampung,
biasanya pernikahan dilaksanakan di rumah calon mempelai pria, namun dengan
perkembangan zaman dan kesepakatan, maka akad nikah sudah sering diadakan di
rumah calon mempelai wanita. Rombongan calon mempelai pria diatur sebagai
berikut :
- Barisan paling depan adalah perwatin adat dan pembarep (juru
bicara)
- Rombongan calon mempelai
pria diterima oleh rombongan calon mempelai wanita dengan barisan paling depan
pembarep pihak calon mempelai wanita.
Rombongan calon pengantin pria dan calon pengantin wanita disekat
atau dihalangi dengan Appeng (rintangan kain sabage/cindai yang harus dilalui).
setelah tercapai kesepakatan, maka juru bicara pihak calon pengantin pria
menebas atau memotong Appeng dengan alat terapang. Baru rombongan calon
pengantin pria dipersilahkan masuk dengan membawa seserahan berupa : dodol,
urai cambai (sirih pinang), juadah balak (lapis legit), kue kering, dan uang
adat.
Kemudian calon pengantin pria dibawa ke tempat pelaksanaan akad nikah,
didudukan di kasur usut. Selesai akad nikah, selain sungkem (sujud netang
sabuk) kepada orangtua, kedua mempelai juga melakukan sembah sujud kepada para
tetua yang hadir.
c. Sesudah Pernikahan
Upacara Ngurukken Majeu/Ngekuruk Mempelai wanita dibawa ke rumah
mempelai pria dengan menaiki rato, sejenis kereta roda empat dan jepanon atau
tandu. Pengantin pria memegang tombak bersama pengantin wanita dibelakangnya.
Bagian ujung mata tombak dipegang pengantin pria, digantungi kelapa tumbuh dan
kendi berkepala dua, dan ujung tombak bagian belakang digantungi labayan putih
atau tukal dipegang oleh pengantin wanita, yang disebut seluluyan.
Kelapa tumbuh bermakna panjang umur dan beranak pinak, kendi
bermakna keduanya hendaknya dingin hati dan setia dunia sampai akhirat, dan
lebayan atau benang setungkal bermakna membangun rumah tangga yang sakinah dan
mawadah. pengantin berjalan perlahan diiringi musik tradisional talo balak,
dengan tema sanak mewang diejan.
Tabuhan Talo Balak Sesampai di rumah pengantin pria, mereka
disambut tabuhan talo balak irama girang-girang dan tembakan meriam, serta
orangtua dan keluarga dekat mempelai pria, sementara itu, seorang ibu akan
menaburkan beras kunyit campur uang logam. Berikutnya pengantin wanita
mencelupkan kedua kaki kedalam pasu, yakni wadah dari tanah liat beralas talam
kuningan, berisi air dan anak pisang batu, kembang titew, daun sosor bebek dan
kembang tujuh rupa, pelambang keselamapan, dingin hati dan berhasil dalam rumah
tangga. Lalu dibimbing oleh mertua perempuan, pengantin wanita bersama
pengantin pria naik ke rumah, didudukan diatas kasur usut yang digelar didepan
appai pareppu atau kebik temen, yaitu kamat tidur utama. Kedua mempelai duduk
bersila dengan posisi lutut kiri mempelai pria menindih lutut mempelai wanita.
Maknanya agar kelak mempelai wanita patuh pada suaminya.
Selanjutnya siger mempelai wanita diganti dengan kanduk tiling atau
manduaro (selendang dililit di kepala),dan dimulailah serangkaian prosesi:
1. ibu mempelai pria menyuapi kedua mempelai , dilanjutkan nenek
serta tante.
2. Lalu ibu mempelai wanita menyuapi kedua mempelai, diikuti
sesepuh lain.
3. Kedua mempelai makan sirih dan bertukar sepah antara mereka.
4. istri kepala adat memberi gelar kepada kedua mempelai, menekan
telunjuk tangan kiri diatas dahi kedua mempelai secara bergantian, sambil
berkata : sai(1), wow (2), tigou(3), pak(4), limau(5), nem(6), pitew(7), adekmu
untuk mempelai pria Ratu Bangsawan, untuk mempelai wanita adekmu Ratu Rujungan.
5. Netang sabik yaitu mempelai pria membuka rantai yang dipakai
mempelai wanita sambil berkata : “Nyak natangken bunga mudik, setitik luh mu
temban jadi cahyo begito bagiku”, lalu dipasangkan di leher adik perempuannya,
dengan maksud agar segera mendapat jodoh.
6. Kedua mempelai menaburkan kacang goreng dan permen gula-gula
kepada gadis-gadis yang hadir, agar mereka segera mendapat jodoh.
7. Seluruh anak kecil yang hadir diperintahkan merebut ayam
panggang dan lauk pauk lain sisa kedua mempelai, dengan makna agar segera
mendapat keturunan.
Dari penjelasan diatas sudah dapat kita lihat bahwa pada adat
pernikahan suku lampung ada tiga tahapan yaitu pada saat sebelum pernikahan,
saat pernikahan dan sesudah pernikahan.
Dan menurut surve dengan sumber yang kami percaya tepatnya kepala
pekon way jaha beliau mengatakan bahwa puisi paradenai digunakan pada urutan
saat pernikahan. Dimana nantinya robongan mempelai laki-laki akan datang ke
rumah mempelai wanita, dan sebelum ijab qobul dimulai rombongan mempelai
laiki-laki akan disambut dengan puisi yang isinya tanya jawab antara juru
bicara dari mempelai wanita dan mempelai laki-laki. Disini, pihak wanita akan
mengajukan pertanyaan dan kemudian pihak laki-laki lah yang akan menjawab
pertanyaan tersebut melalui jru bicaranya masing-masing.
C. Contoh Puisi Paradenai
(dalam bahasa Lampung dialek O)
a. Ucapan juru bicara pihak tuan rumah
Penano cawono pun tabik ngalimpuro
Sikam 'jo keno kayun tian sai tuho rajo
Ki cawo salah susun maklum kurang biaso
Sikam nuppang betanyo jamo metei sangoiringan
Metei jo anjak kedo nyo maksud dan tujuan
Mak dapek lajeu di jo ki mak jelas lapahan
Sapo sai liyeu di jo mak dapek sembarangan
Tuho atau mudo mustei nutuk aturan
Adat perattei 'jak sako ghadeu pepigho zaman
Ijo appeng mergo tigeh di lawangkurei
Dijago balo-balo gagah serto banei
Sangun prajurit sako gagah serto sattei
Huleubalang sai sang kanan:
Pengiran Panglimo gagah serto sattei
Ngunut lawan mak masso di seluruh penjureu bumei
Lamun mak wawai caro nulei metei mak balik lagei
Huleubalang sai sang kirei:
Dalem Priyayei juragan balak nasseu
Temen mak dikan besei, anying di sebai io talleu
Banei lamun debingei dawah io kimbang tileu
Appeng epak limo tako bedameino mak tunai
Tetek pai appeng ijo appai gham beselesai
Penano pai pun bunyei tangguh sikam
tehadep metei ghuppek sangoiringan
b. Jawaban jurubicara pihak tamu
Ya, pun, ya jugo pun, Puskam ....
Gemuttur basso sako
Gajah delem epak sumbai
Io meno tanjak migo
Mak nibai bidang buai
Nambek Puskam pun ...
Penano cawono pun
Sikam sangoiringan anjak anek Labuhanratu
Lapah bidang penyimbang lajeu di bidang sukeu
Lapahan rajo-rajo, meghanai, sebai, mulei
Ago wat sai direcako nutuk titei gemattei
Jeng lapah tuho mudo dihappak kaban kiayei
Temunjang anjak sessat berakkat sanak tuho
Ago hippun mufakat tehadep puaghei di jo
Ki dapek di lem sessat mangi tijjang recako
Ingek budei bahaso, piil serto pesenggirei
Gham pakai jamo-jamo mangi mak selisih atei
Akik jamo Belando lagei dapek bedamei
Ulah pasal appeng mergo tigeh di lawang kurei
Sikam kak sedio uno jahkidah sambuk metei
Sangun kak lakkah caro perattei anjak ghebei
Penanolah sehajo mangi metei ghuppek pandai
Mahap pun ngalimpuro katteu ngemik sai lalai
Sai tatteuno bahaso sikam jo kurang pandai
c. Jawaban juru bicara pihak tuan rumah
Lamun penanokidah gham mak dapek selisih
Ki penano kisah sikam ngucapken terimo kasih
Pasal dau belanjo sikam kak nerimo
Ino appeng mergo mak metei mubo di io
Sangun kak lakkah caro anjak zaman sai tuho
d. Jawaban jurubicara pihak tamu
Ya pun, ya jugo pun Puskam ....
Sikam permisei netek appeng ijo:
Betuah nikeu punduk netek appeng mergo
lajeu di appeng tiuh
Benahan setakko ngejuk, asal meso ghanglayo,
gham memalah mangi mak rusuh
Ø Terjemah Bebas Puisi Paradenai
a. Ucapan jurubicara pihak tuan rumah
Pertama-tama, kami memohon maaf
Kami mendapat perintah dari para sesepuh
Jika ada kata yang salah mohon dimaklumi
Kami numpang bertanya pada kalian serombongan
Kalian dari mana, apakah maksud dan tujuan
Tidak boleh lewat di sini jika tidak jelas tujuannya
Siapa pun yang lewat di sini tidak bisa sembarangan
Tua atau muda musti mengikuti aturan
Adat-istiadat sejak dahulu, telah beberapa zaman
Ini batas marga hingga gapura rumah
Dijaga hulubalang gagah serta berani
Perajurit terlatih turunan orang sakti
Hulubalang yang di kanan:
Pengiran Panglimo gagah serta sakti
Mencari lawan tidak dapat di seluruh penjuru bumi
Jika bermaksud tidak baik pasti kalian binasa
Hulubalang yang di kiri:
Dalem Priyayi juragan besar napsu
Ia orang kebal, tetapi pada perempuan ia takluk
Berani kalau malam (jika) siang ia pura-pura tuli
Pagar berlapis-lapis untuk berdamai tidaklah mudah
Potonglah dulu pembatas ini baru kita musyawarah
Hingga ini dulu kata sambutan kami
Terhadap kalian serombongan
b. Jawaban jurubicara pihak tamu
Ya, Anda ....
Gemuttur basso sako
Gajah delem epak sumbai
Io meno tanjak migo
Mak nibai bidang buai
Berhadapan dengan Anda ....
Kami serombongan dari kampung Labuhanratu
Terdiri dari para pimpinan klan dan warga adat
Para bapak, ibu, bujang, dan gadis
Ada yang akan dibicarakan menurut adat istiadat kita
Itulah sebabnya kami datang ke sini disertai para kiayi
Berangkat dari balai adat, berangkat tua muda
Ada yang akan dimusyawarahkan dengan kerabat di sini
Andaikan diizinkan, (kita bicara) di balai adat
Ingat budi bahasa dan Piil Pesenggiri (palsafah etnik Lampung)
Kita anut bersama agar tidak selisih
Sedangkan dengan Belanda, (kita) masih bisa berdamai
Mengenai batas marga hingga (batas) gapura rumah
Kami telah menyiapkan uang adat, ini kami serahkan
Memang telah tata cara kebiasaan sejak dahulu
Begitulah maksud kedatangan kami agar kalian maklum
Kami memohon maaf andaikan ada kekhilafan
Terutama, masalah tutur sapa kami kurang menguasai
c. Jawaban jurubicara pihak tuan rumah
Jika demikian, kita tidak bisa selisih
Jika begitu maksud kalian, kami ucapkan terima kasih
Mengenai uang adat dapat kami terima
Itu batas marga tidaklah asing bagi kalian
Memang sudah tata cara sejak zaman para leluhur
d. Jawaban jurubicara pihak tamu
Ya, Anda ....
Kami permisi memotong pembatas ini (simbol berupa kain putih):
Bertuah kamu keris memotong batas marga hingga gapura rumah
Karena mampu maka kita bisa memberi
Biarlah kita mengalah asalkan tujuan tercapai
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Paradinei/paghadini adalah puisi tradisi Lampung
yang biasa digunakan dalam upacara penyambutan tamu pada saat berlangsungnya
perta pernikahan secara adat. Paradinei/paghadini diucapkan jurubicara
masing-masing pihak, baik pihak yang datang maupun yang didatangi. Secara umum,
isi paradinei/paghadini berupa tanya jawab tentang maksud atau tujuan
kedatangan.
Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan
pikiran dan perasaan seseorang secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan
semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur
batin. Istilah
paradinei dikenal di lingkungan masyarakat Lampung dialek O. Di lingkungan
masyarakat Lampung dialek A dikenal dengan istilah paghadini (di lingkungan
masyarakat Lampung dialek A Sebatin dikenal dengan istilah tetangguh). Puisi
jenis ini digunakan dalam upacara penyambutan tamu pada saat berlangsungnya
pesta pernikahan secara adat.
Ø Tujuan Puisi Paradenai
1. tanya jawab pada saat berlangsungnya upacara penyambutan tamu
secara adat
2. untuk melestarikan bahasa dan sastra Lampung
3. untuk mendidik masyarakat Lampung agar menghargai sastra daerah.
Di bawah ini dikemukakan contoh paradinei yang lazim digunakan dalam acara
nebak appeng 'menutup gapura'.
4. untuk menyambut tamu, dan berupa pertanyaan kepada tamu yang
diajukan oleh juru bicara.
5. kemudian tamu akan menjawab maksud kedatangannya tersebut
Ø Kegunaan Puisi Paradenai
1. berguna sebagai salah satu bentuk atau budaya suku lampung
ketika akan melaksanakan upacara adat pernikahan.
2. sebagai salah satu warisan budaya masyarakat lampung
3. sebagai tonggak untuk mempertahankan budaya atau ciri khas
masyarakat lampung, agar tetap terjaga keaslian dan kemurniannya.
4. Mendidik masyarakat agar menghargai sastra daerah.
B. Saran
Sebagai warga yang bertempat tinggal di provinsi lampung,
seyogyanya kita tetap menjunjung tinggi budaya lampung, agar kemurnian dan
keasliannya masih tetap terjaga. Sehingga nanti anak cucu kita masih dapat
menikmati budaya yang dipertahankan.
Sebagai mahasiswa yang mengambil jurusan bahasa dan sastra
indonesia, tidak serta merta memfokuskan pada bahasa indonesia saja, kita dapat
melihat keindahan bahasa daerah lainnya, sebagai sastra yang dapat kita kaji
dan kita amati serta dapat dijadikan sebuah referensi.
Daftar Pustaka
Sanusi, A. Effendi. 1996. Sastra Lisan Lampung Dialek Abung. Bandar
Lampung: Gunung Pesagi.
Muntazir, 2013. Sastra Lampung. STKIP Muhammadiyah Pringsewu:
Lampung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar