LAPORAN
PENYULUHAN
BAHASA INDONESIA
PENGGUNAAN
KALIMAT EFEKTIF DALAM MEMBAWAKAN ACARA PENGAJIAN DI DUSUN IV CIMARIAS
JUM’AT, 28
OKTOBER 2016
Penyusun:
Kelompok
1
1.
Ana
Wahyu Kusniati NMP
14040004
2.
Intan
Siti Soleha NMP
14040023
3.
Rosita
Oktavia Sari NPM 14040032
4.
Fitriyah NMP
14040036
5.
Soni
Rudiyanto NMP
14040015
6.
Rahmat
Mahardika NMP 14040017
7.
Hengki
Irawan NMP
14040011
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2016
HALAMAN
PENGESAHAN
LAPORAN
PENYULUHAN BAHASA INDONESIA
1.
a. Tema Kegiatan : Penggunaan
Kalimat Efektif dalam membawakan acara pengajian
b.
Bidang Ilmu : Pendidikan
c. Program
Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
d. Semester :
V A
2. Kelompok
1
NO
|
NAMA
|
NPM
|
TTD
|
1
|
Ana
Wahyu Kusniati
|
14040004
|
|
2
|
Intan
Siti Soleha
|
14040023
|
|
3
|
Rosita
Oktavia Sari
|
14040032
|
|
4
|
Fitriyah
|
14040036
|
|
5
|
Soni
Rudiyanto
|
14040015
|
|
6
|
Rahmat
Mahardika
|
14040017
|
|
7
|
Hengki
Irawan
|
14040011
|
|
3.Biaya Penyuluhan : Rp 350.000 (Tiga Ratus Lima Puluh Ribu
Rupiah)
Pringsewu, November
2016
Mengetahui,
Kepala
Desa Cimarias a.n Kelompok
Heri
AV Gusairi Rahmat Mahardika
Menyetujui Dosen Pengampu
Mata Kuliah Penyuluhan Bahasa Indonesia
Dwi
Fitriyani
NIDN
0221078204
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrohman
Nirrokhiim…
Segala
puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah memberikan
pengetahuan dan ilmu kepada kami dalam menyelesaikan penulisan dan pelaksanaan penyuluhan
Bahasa Indonesia kepada Masyarakat dengan judul ‘’Penggunaan Kalimat efektif
dalam Membawakan Acara Pengajian’’ kepada ibu-ibu pengajian Dusun IV Cimarias
Bangun Rejo Lampung Tengah. Shalawat dan salam kami sanjung agungkan kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad saw yang kita nantikan safa’atnya di yaumil
akhir. Laporan ini merupakan salah satu tugas yang diberikan kepada kami dalam
rangka mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan Bahasa Indonesia.
Terselesaikannya
penyuluhan dan laporan penyuluhan kepada masyarakat ini tidak terlepas dari
bantuan semua pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini kami menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1.
Ibu Dwi Fitriyani, M.Pd. selaku Dosen Pengampu Mta Kuliah Penyuluhan Bahasa
Indoesia
2.
Bapak Heri AV Gusairi selaku Kepala Pekon Dusun IV Cimarias
3.
Ibu Wiwin Winaningsih yang telah membantu dalam mempersiapkan acara Penyuluhan
4.
Ibu-Ibu Pengajian Masjid Naurul Iman Dusun IV Cimarias
5.
Pelaksana Penyuluhan Masyarakat
Akhirnya
dengan ucapan semoga Allah swt selau melimpahkan rahmat-NYA kepada kami semua
dan semoga laporan penyuluhan kepada masyarakat ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas dan manfaat khususnya bagi praktisi pengembangan keilmuan dan
bagi pembaca umumnya. Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, guna terciptanya laoptan yang lebih baik lagi di masa yang akan
datang.
Pringsewu,
November 2016-11-16
a.n
Ketua Kelompok
Rahmat
Mahardika
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB
I PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran ..............................................................................
B. Landasan Pelaksanaan
....................................................................
C. Tujuan .............................................................................................
D. Manfaat…………………………………………………………….
BAB
II PELAKSANAAN KEGIATAN
BAB
III PENUTUP
A.
Simpulan ..................................................................................
B.
Saran ........................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
DASAR PEMIKIRAN
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi
yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa
itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si
pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung
maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu
dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai
sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh
pendengar atau pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah
tepat, pendengar ataupembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah,
jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian
lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang
dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit.
Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan.
Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan.
Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan
komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).
Penyuluhan Bahasa Indonesia merupakan
salah satu Mata Kuliah yang harus di tempuh oleh Mahasiswa semester V dalam
rangka menyalurkan Ilmu Kebahasaan yang sudah didapatkan. Hasil observasi
kelompok kami, ternyata menemukan permasalahan dalam Penggunakaan Bahasa
Indonesia yang erat kaitanya dengan pengunaan kalimat efektif. Dalam membawakan
acara ibu-ibu pengajian di desa Cimarias ternyata masih sering sekali seorang pembawa acara membacakan susunan acara
dengan kalimat-kalimat yang tidak efektif, seperti pengulangan kata-kata
sehingga mengakibatkan kalimat-kalimat tersebut menjadi tidak efektif. Berdasarkan
kenyataan itu kami sangat tertarik melakukan penyuluhan mengenai Penggunaan
Kalimat efektif dalam Membawakan Acara Pengajian ibu-ibu di Desa Cimarias.
B.
LANDASAN PENYULUHAN
1. Menjalankan Tugas Mata Kuliah
Penyuluhan Bahasa Indonesia
2. Sebagai bentuk pengabdian sekaligus
praktik nyata dalam mengamalkan Ilmu Kebahasaan yang sudah diperoleh.
C.
TUJUAN PENYULUHAN
Kegiatan penyuluhan Bahasa Indonesia
diselenggarakan oleh Mahasiswa Semester V, di Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung yang bertujuan:
1.
Sebagai salah satu Tugas Akhir Mata
Kuliah Penyuluhan Bahasa Indonesia
2.
Memberikan Pengetahuan bagi ibu-ibu
pengajian di Desa Cimarias tentang penggunaan Kalimat Efektif dalam membawakan
acara pengajian.
3.
Sebagai sarana bagi Mahasiswa untuk
mampu mempraktikkan Ilmu Kebahasaan yang telah didapat.
D.
MANFAAT PENYULUHAN
Kegiatan penyuluhan Bahasa Indonesia
diselenggarakan oleh Mahasiswa Semester V, di Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung yang memiliki
manfaat:
1.
Menyelesaikan salah satu Tugas Akhir
Mata Kuliah Penyuluhan Bhasa Indonesi.
2.
Menambah Pengetahuan bagi ibu-ibu
pengajian di desa Cimarias tentang penggunaan Kalimat Efektif dalam membawakan
acara pengajian.
3.
Menambah Pemahaman bagi Mahasiswa saat
mempraktikkan Ilmu Kebahasaan yang telah didapat.
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
I.
NAMA KEGIATAN
Nama Kegiatan dalam Penyuluhan Bahasa Indonesia ini disusun dalam
bentuk penyuluhan dengan tema ’’Penggunaan Kalimat Efektif dalam Membawakan
Acara Pengajian.’’
II.
WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN
Kegiatan Penyuluhan Bahasa Indonesia dilaksanakan pada:
Hari/tanggal :
Jum’at, 28 Oktober 2016
Tempat : Dusen IV Cimarias, Bangun Rejo-Lampung
tengah.
III.
PESERTA
Peserta atau sasaran dalam Kegiatan Penyuluhan dengan Tema ’’Penggunaan
Kalimat Efektif dalam Membawakan Acara Pengajian.’’ Adalah ibu-ibu Pengajian
Masjid Nurul Iman sebanyak 36 peserta (Daftar Hadir Terlampir).
IV.
MATERI KEGIATAN
Materi yang
disampaikan pada kegiatan peyuluhan kepada Masyarakat terdiri dari:
Pengertian
Kalimat Efektif, cirri-ciri kalimat efektif, pengertian pewara, jenis-jenis
pewara dan hal-hal yang perludiperhatikan dalam pewara. (Terlampir)
V.
METODE
Metode yang digunakan dalam Penyuluhan Bahasa Indonesia ini adalah
metode ceramah, Permodelan, dan Tanya jawab.
VI.
KENDALA PELAKSANAAN
Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Bahasa Indonesia ini berjalan
dengan lancer dan tidak ada kendala yang berarti.
VII.
JADWAL KEGIATAN
NO
|
HARI/TANGGAL
|
JENIS KEGIATAN
|
PETUGAS
|
1
|
Jum’at, 7
Oktober 2016
|
Observasi
|
Seluruh Kelompok
|
2
|
Kamis, 13
Oktober 2016
|
Menyampaikan
Permasalahan dari hasil Observasi dan menentukan konsentrasi penyuluhan
|
Seluruh Kelompok
|
3
|
Kamis, 20
Oktober 2016
|
Mengumpulkan
Bahan Materi yang akan digunakan Untuk Penyuluhan Bahasa Indonesia
|
Seluruh Kelompok
|
4
|
Jum’at, 21
Oktober 2016
|
Mengurus
surat per izinan melakukan Penyuluhan Bahasa Indonesia pada kepala desa
Cimarias
|
Seluruh Kelompok
|
5
|
Jum’at, 28
Oktober 2016
|
Pelaksanaan
Penyuluhan Bahasa Indonesia
|
Seluruh Kelompok
|
6
|
Jum’at, 4
November 2016
|
Evaluasi 1
|
Perwakilan Kelompok
|
7
|
Jum’at 11
November 2016
|
Evaluasi 2
|
Perwakilan Kelompok
|
9
|
Jum’at 25
November 2016
|
Evaluasi 4
Sekaligus Berpamitan
|
kelompok
|
VIII.
LAPORAN KEGIATAN
Kegiatan berjalan dengan lancar, kegiatan yang kami laksanakan
sebelum melakukan penyuluhan adalah mengikuti pengajian yang memang sudah rutin
dilaksnakan di Masjid Nurul Iman Cimarias, setelah mengikuti acara pengajian
baru kami melaksanakan Penyuluhan mengenai Penggunaan Kalimat Efektif dalam
membawakan Acra Pengajian
IX.
PENDANAAN
Adapun Anggaran Dana dalam kegiatan Penyuluhan Bahasa Indonesia
yaitu sebesar Rp 490.000 (Empat Ratus Sembilan Puluh Ribu Rupiah).
Sumber Dana berasal dari iuran Kelompok, dengan rincian sebagai berikut:
NO
|
NAMA
BARANG
|
SATUAN
|
HARGA
|
1
|
Aqua Green 2 Dus
|
18.000x2
|
Rp 36.000
|
2
|
Aqua Botol 4 botol
|
2.500x 4
|
Rp 10.000
|
3
|
Buah-buahan
|
20.000x2 kg
|
Rp 40.000
|
4
|
Kotak kue
|
110 biji
|
Rp 55.000
|
5
|
Snack
|
110 x 3000
|
Rp 330.000
|
Total
|
Rp 471.000
|
Sisa dana = Rp
19.000
(Sisa dana
digunakan untuk biaya Print Laporan Penyuluhan)
X.
PELAKSANA/ PENYAMPAI MATERI
1.
Pemateri
Pertama Oleh Ana Wahyu Kusniati
2.
Pemateri kedua
Oleh Hengki Irawan
3.
Sambutan Ketua
Kelompok Oleh Soni Rudianto
4.
Moderator Oleh
Rahmat Mahardika
5.
Contoh
Permodelan Oleh Fitriyah
6.
Yang
menambahkan Jawaban Oleh : Intan Siti Sholeha dan Rosita Oktavia sari
(Daftar Hadir
Kelompok Penyuluhan Terlampir)
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Penggunaan kalimat efektif dalam membawakan acara pengajian di desa
cimarias sangat di butuhkan oleh ibu-ibu pengajian di masjid Nurul Iman
kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah. Karena, dalam hal ini penggunaan
kalimat efektif dalam acara pengajian ibu-ibu di desa cimarias kurang memahami
apa yang dimaksud dengan kalimat efektif dan pengguna kalimat efektif dalam
acara pengajian.
Dari hasil penyuluhan kepada masyarakat dapat disimpulkan bahwa
penggunaan kalimat efektif dalam membawakan acara pengajian di desa cimarias
kecamatan bangunrejo kabupaten lampung tengah sangat di perlukan karena masih
kurang pahamnya ibu-ibu pengajian dalam menggunakan kalimat efektif yang sesuai
dengan konteks acara pengajian.
B.
SARAN
1.
Kegiatan
penyuluhan Bahasa Indonesia harus terus dilaksanakan secara berkelanjutan.
2.
Ibu-ibu
pengajian di desa cimarias mampu menerapkan penggunaan kalimat efektif dalam membawakan
acara pengajian.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEMERINTAH
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
KECAMATAN
BANGUN REJO
DUSUN IV
CIMARIAS
SURAT KETERANGAN
Assalamu’alaikum. Wr.Wb
Kepala desa Cimarias Kabupaten Lampung Tengah menerangkan dengan
sesungguhnya bahwa:
No
|
Nama
|
NIP/NIDN
|
Jabatan
|
Instansi
|
1
|
Hj. Dessy Saputry, S.Pd., M.Hum.
|
0216097802
|
Dosen Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
|
STKIP MPL
|
Telah melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa
Cimarias Kabupaten Lampung Tengah pada 28 Oktober 2016.
Demikian suart Keterangan Ini dibuat dengan sebenarnya untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.
Cimarias,
Oktober 2016
Kepala
Desa Cimarias,
Heri AV
Gusairi
PEMERINTAH
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
KECAMATAN
BANGUN REJO
DUSUN IV
CIMARIAS
SURAT KETERANGAN
Assalamu’alaikum. Wr.Wb
Kepala desa Cimarias Kabupaten Lampung Tengah menerangkan dengan
sesungguhnya bahwa:
No
|
Nama
|
NIP/NIDN
|
Jabatan
|
Instansi
|
1
|
Drs. H. Wanawir AM, M.M., M.Pd.
|
96002031987031001
|
Dosen Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
|
STKIP MPL
|
Telah melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa
Cimarias Kabupaten Lampung Tengah pada 28 Oktober 2016.
Demikian suart Keterangan Ini dibuat dengan sebenarnya untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum. Wr.Wb
Cimarias,
Oktober 2016
Kepala
Desa Cimarias,
Heri
AV Gusairi
PEMERINTAH
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
KECAMATAN
BANGUN REJO
DUSUN IV
CIMARIAS
SURAT KETERANGAN
Assalamu’alaikum. Wr.Wb
Kepala desa Cimarias Kabupaten Lampung Tengah menerangkan dengan
sesungguhnya bahwa:
No
|
Nama
|
NIP/NIDN
|
Jabatan
|
Instansi
|
1
|
Rr. Dwi Astuti, M.Pd.
|
0226078101
|
Dosen Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
|
STKIP MPL
|
Telah melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa
Cimarias Kabupaten Lampung Tengah pada 28 Oktober 2016.
Demikian suart Keterangan Ini dibuat dengan sebenarnya untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.
Cimarias,
Oktober 2016
Kepala
Desa Cimarias,
Heri
AV Gusairi
PEMERINTAH
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
KECAMATAN
BANGUN REJO
DUSUN IV
CIMARIAS
SURAT KETERANGAN
Assalamu’alaikum. Wr.Wb
Kepala desa Cimarias Kabupaten Lampung Tengah menerangkan dengan
sesungguhnya bahwa:
No
|
Nama
|
NPM
|
1
|
Ana Wahyu Kusniati
|
14040004
|
2
|
Hengki Irawan
|
14040011
|
3
|
Soni Rudiyanto
|
14040015
|
4
|
Rahmat Mahardika
|
14040017
|
5
|
Intan Siti Soleha
|
14040023
|
6
|
Rosita Oktavia Sari
|
14040032
|
7
|
Fitriyah
|
14040036
|
Telah melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa
Cimarias Kabupaten Lampung Tengah pada 28 Oktober 2016.
Demikian suart Keterangan Ini dibuat dengan sebenarnya untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.
Cimarias,
Oktober 2016
Kepala
Desa Cimarias,
Heri
AV Gusairi
PEMERINTAH
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
KECAMATAN
BANGUN REJO
DUSUN IV
CIMARIAS
Nomor :
Lampiran :
Perihal :
Permohonan Menjadi Pemateri
Kepala
Yth : Ketua STKIP MPL
Melalui Kepala PPPM
Di-
Tempat
Assalamu’alaikum.Wr.Wb.
Sehubungan dengan akan diadakannya kegiatan Pengabdian Masyarakat,
sebagai bentuk layanan responsive kepada Masyarakat. Maka kami mengharapkan
kepada Ibu Hj. Dessy Saputry, S.Pd., M.Pd. untuk bisa menjadi pemateri dalam
kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada:
Hari : Jum’at,
28 Oktober 2016.
Pukul : 14.00
WIB s.d selesai
Tempat : Masjid
Nurul Iman Cimarias
Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerja
samanya diucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.
Cimarias,
24 Oktober 2016
Kepala
Desa Cimarias,
Heri
AV Gusairi
PEMERINTAH
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
KECAMATAN
BANGUN REJO
DUSUN IV
CIMARIAS
Nomor :
Lampiran :
Perihal :
Permohonan Menjadi Pemateri
Kepala
Yth : Ketua STKIP MPL
Melalui Kepala PPPM
Di-
Tempat
Assalamu’alaikum.Wr.Wb.
Sehubungan dengan akan diadakannya kegiatan Pengabdian Masyarakat,
sebagai bentuk layanan responsive kepada Masyarakat. Maka kami mengharapkan kepada
bapak Drs. H. Wanawir AM, M.M., M.Pd. untuk bisa menjadi pemateri dalam
kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada:
Hari : Jum’at,
28 Oktober 2016.
Pukul : 14.00
WIB s.d selesai
Tempat : Masjid
Nurul Iman Cimarias
Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerja
samanya diucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.
Cimarias,
24 Oktober 2016
Kepala
Desa Cimarias,
Heri
AV Gusairi
PEMERINTAH
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
KECAMATAN
BANGUN REJO
DUSUN
IV CIMARIAS
Alamat
:
Nomor :
Lampiran :
Perihal :
Permohonan Menjadi Pemateri
Kepala
Yth : Ketua STKIP MPL
Melalui Kepala PPPM
Di-
Tempat
Assalamu’alaikum.Wr.Wb.
Sehubungan dengan akan diadakannya kegiatan Pengabdian Masyarakat,
sebagai bentuk layanan responsive kepada Masyarakat. Maka kami mengharapkan
kepada Ibu Rr. Dwi Astuti, M.Pd. untuk bisa menjadi pemateri dalam kegiatan
tersebut. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada:
Hari : Jum’at,
28 Oktober 2016.
Pukul : 14.00 WIB
s.d selesai
Tempat : Masjid
Nurul Iman Cimarias
Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerja
samanya diucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.
Cimarias,
24 Oktober 2016
Kepala
Desa Cimarias,
Heri
AV Gusairi
Daftar
Hadir:
1.
Peserta
Penyuluhan
2.
Peserta
Evaluasi
3.
Kelompok
Penyuluhan
MATERI PENGABDIAN MASYARAKAT
A.
Pengertian
Kalimat Efektif
Kalimat
efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda
bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata
lain, kalimat efektif mampu menimbulkan
kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang
dimaksudkan oleh penulis atau pembicara. Kalimat efektif adalah kalimat yang
mampu menyampaikan informasi secara sempurna.
B.
Ciri-ciri
kalimat efektif mempunyai empat sifat atau ciri sebagai berikut:
1.
Kesatuan
(unity)
Betapaun
bentuk kalimat, baik kalimat inti maupun kalimat luas, agar tetap berkedudukan
sebagai kalimat efektif, haruslah mengungkapkan sebuah ide pokok atau satu
kesatuan piker.
Kesatuan
tersebut bisa bisa dibentuk jika ada keselarasan antara subjek-predikat,
predikat-objek,dan predikat-keterangan. Dalam penulisan tampak kalimat-kalimat
yang panjang tidak mempunyai S dan P. ada pula kalimat yang secara gramatikal
mempunyai subjek yang diantarkan oleh partikel. Hal seperti ini hendaknya
dihindarkan oleh pemakai kalimat agar kesatuan gagasan yang hendak disampaikan
dapat ditamgkap dengan baik oleh pembaca atau pendengar.
Contoh:
a. Bangsa Indonesia
menginginkan keamanan, kesejahteraan dan
kedamaian
b. Kebudayaan daerah
adalah milik seluruh bangsa Indonesia
Bagian yang
digarisbawahi adalah subjek, sedangkan bagian lainnya disebut predikat
Bandingkan
dengan kalimat-kalimat tersebut!
a.
Kepada para Mahasiswa diharapakan
mendaftarkan diri di secretariat
b.
Di
dalam
keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum
Kalimat-kalimat
tersebut subyeknya kurang jelas, karena di antar oleh partikel (kata-kata yang
digarisbawahi), oleh karena itu partikel perlu dihilangkan sehingga menjadi:
a.
Para
Mahasiswa
diharapkan mendaftarkan diri di secretariat
b.
Keputusan
ini merupakan
kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum
2.
Kehematan
(economy)
Kehematan
adalah adanya hubungan jumlah kata yang digunakan dalam luasnya, jangkauan
makna yang diacu. Sebuah kalimat dikatakan hemat bukan karena jumlam katanya
sedikit, sebaliknya dikatakan tidak hemat bukan karena jumlah kataya yang
banyak. Yang utama adalah seberapa banyakkah kata yang brmanfaat bagi pembaca
atau pendengar. Dengan kata lain, tidak usah menggunakan balasan kata, kalau
maksud yang dituju bisa dicapai dengan beberapa kata saja. Oleh karena itu,
kata-kata ynag tidak perlu bisa dihilangkan, utuk penghematan kata, hal-hal berikut
perlu diperhatikan.
a. Mengulang
subjek kalimat
Terkadang tanpa sadar,
penulis sering mengulang subjek dalam satu kalimat. pengulangan ini tidak
membuat kalimat itu menjadi lebih jelas. Oleh karena itu mengulang kalimat yang
demikian tidak diperlukan. Perhatikan contoh berikut:
a) Pemuda
itu segera mengubah rencananya setelah dia bertemu dengan
pemimpin perusahaan itu
b) Hadirin
serentak berdiri, setelah mereka mengetahui mempelai memakai ruangan
Kalimat-kalimat
tersebut dapat dierbaiki dengan menghilangkan akhiran nya dan dia (pada kalimat
a), dan kata mereka (pada kalimat b)
a) Pemuda
itu segera mengubah rencana setelah bertemu dengan pemimpin perusahaan itu
b) Hadirin
serentak berdiri setelah mengetahui mempelai memasuki ruangan
b. Hiponim
dihilangkan
Dalam bahasa ada kata
yang merupakan bawahan makna kata atau ungkapan yang lebih tinggi. Di dalam
makna kata tersebutterkandung dasar kelompok makna-makna kata yang
bersangkutan. Kata merah sudah
mengandung makna kelompok warna. Desember
sudah mengandung makna bulan. Perhatikan contoh berikut:
a) Presiden
SBY menghadiri rapin ABRI senin lalu
b) Bulan
maret tahun ini presiden SBY akan mengadakan perjalanan muhibah ke beberapa Negara tetangga
antara lain Malaysia
Kalimat-kalimat
tersebut diperbaiki dengan menghilangkan kata hari, dan bulan, sehingga menjadi:
a) Presiden
SBY menghadiri rapin ABRI senin lalu
b) Maret
tahun ini, presiden SBY akan mengadakan perjalanan muhibah ke beberapa Negara
tetangga antara lain Malaysia.
c. Pemakaian
kata “Dari” dan “Daripada”
Dalam bahasa Indonesia kita
mengenal kata depan “dari” dan “daripada” selain “ke” dan “di”, penggunaan
“dari” dalam bahasa Indonesia dipakai untuk menunjukkan arah (tempat) asal
(asal-usul), sedangkan “daripada” berfumgsi untuk membandingkan sesuatu benda
atau hal denagn benda atau hal lainnya.
Perhatikan contoh:
a) Pak
Karto berangkat dari Bandung
b) Kalimat
A lebih sukar daripada kalimat B
Contoh-contoh berikut penggunaan “dari”
dan “daripada” tidak benar:
a) Anak
dari tetangga saya senin ini akan dilantik menjadi dokter
b) Presiden
menekankan, bahwa di dalam pembangunan ini kepentingan daripada rakyat
yang harus diutamakan
3.
Penekanan
(emphasis)
Yang
dimaksud dengan penegasan dalam kalimat adalah upaya pemberian aksentuasi,
pementingan atau pemusatan perhatian pada salah satu unsure atau bagian atau
kalimat yang diberi penegasan itu lebih mendapat perhatian dari pendengar atau
pembaca.
Setiap
kalimat memiliki sebuah ide pokok. Inti pikiran ini biasanya ingin ditekankan
atau dipojokkan oleh penulis atau pembicara dengan memperlambat ucapan,
meninggikan suara, dan sebagainya pada kalimat tadi. Dalam penulisan ada
berbagai cara untuk memberi penekanan pada kalimat, antara lain dengan cara: 1)
pemindahan letak frase dan 2) mengulangi kata-kata yang sama.
1)
Pemindahan
letak frase
Untuk member penekanan
pada bagian tertentu sebuah kalimat, penulis dapat memindahkan letak frase atau
bagian kalimat itu pada bagian depan kalimat itu pada bagian depan kalimat.
cera ini disebut juga pengutamaan bagian kalimat.
Perhatikan
contoh-contoh berikut:
a) Prof. D. Herman Yohanes
berpendapat, salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya pertamina
adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai pertamina dan produksi
minyaknya.
b) Salah
satu indikator yang menunjukkan efesinnya pertamina,
menurut pendapat Prof. Dr. Herman
Yohanes adalah rasio yang masih timpang antar jumlah pegawai pertamina dan
produksi minyaknya.
c) Rasio
yang masih timpang antara jumlah pegawai pertamina adalah
salah satu indikator yang menunjukkan tidak efesiennya pertamina. Demikian
pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes
Kalimat-kalimat
tersebut menunjukkan, bahwa ide yang dipentingkan diletakkan di bagian awal
kalimat. dengan demikian, walaupun ketiga kalimat tersebut mempunyai pengertian
yang saa, tetapi ide pokok menjadi berbeda.
2)
Mengulang
kata-kata yang sama
Pengulangan kata dalam
sebuah kalimat kadang-kadang diperlukan dengan maksud memberi penegasan pada
bagian ujaran yang dianggap penting. Pengulangan kata yang demikian dianggap
dapat membuat maksud kalimat menjadi lebih jelas.
Perhatikan contoh
berikut:
a. Dalam
pembiayaan harus ada keseimbangan antara pemerintahan dan swasta, keseimbangan
domestik luar negri, keseimbangan perbankan dan lembaga keuangan
nonbank.
b. Pembangunan
dilihat sebgai proses yang rumit dan
mempunyai banyak dimensi, tidak hanya berdimensi ekonomi,
tetapi juga dimensi politik, dimensi sosial dan dimensi budaya
Kedua kalimat tersebut
lebih jelas maksudnya dengan adanya pengulangan pada bagian kalimat (kata) yang
dianggap penting.
Disamping dilakukan dua
hal yang disebutkan di atas, penekanan atau penegasan (emphasis) dapat juga dilakukan dengan: intonasi, partikel, kata
keterangan, kontras, makna, pemindahan unsure, dan bentuk pasif (Chaer, 2000),
berikut ini diuraikan tiap-tiap penekanan atau penegasan tersebut:
(1) Penegasan
dengan intonasi
Penegasan dengan
intonasi hanya dapat dilakukan dalam bahasa lisan. Caranya adalah dengan
memberi tekanan yang lebih keras pada salah satu unsur atau bagian kalimat yang
ingin ditegaskan. Perhatikan contoh berikut (bagian yang bertekanan
digarisbawahi)
a. Ria
membaca gadis di kamar
b. Ria
membaca gadis di kamar
c. Ria
membaca gadis di kamar
d. Ria
membaca gadis di kamar
Kalau tekanan diberikan
pada kata Ria maka kalimat tersebut
berarti yang membaca “gadis” adalah “Ria”,
bukan orang lain, kalau tekanan diberikan pada kata membaca maka kalimat tersebut
berarti yang dilakukan “Ria” di
kamar adalah membaca , bukan pekerjaan lain, kalau tekanan diberikan pada kata
“Gadis” maka kalimat itu yang dibaca adalah “Gdis” bukan bacaan lain, dan kalau
tekanan diberikan pada kata di kamar maka kalimat tersebut berarti tempat “Ria”
membaca adalah di kamar, bukan di tempat lain.
(2) Penegasan
dengan partikel
Partikel penegas yang
ada dalam bahasa Indonesia adalah yang, lah-yan, dan pun-lah. Aturan
penggunaanya adalah sebagai berikut:
a) Partikel
yang di tempatkan di antara subjek dan predikat dalam kalimat verbal (kalimat
yang predikatnya kata kerja) atau kalimat adjectival (kalimat yang predikatnya
kata sifat)
Contoh:
-
Aku yang meminjam bukumu
(maknanya lebih tegas
adalah “Aku meminjam bukumu”)
-
Perempuan itu dicurigai
(maknanya lebih tegas
adalah “perempuan itu dicurigai”)
-
Gadis yang cantik
(maknanya lebih tegas
adalah “Gadis Cantik”)
b) Partikel
lah yang digunakan di antara subjek dan predikat pada sebuah kalimat verbal
atau kalimat ajektival. Partikel lah-yang ini lebih tegas maknanya daripada
partikel seperti yang dibicarakan tersebut.
Contoh:
-
Akulah yang meminjam bukumu
-
Perempuan itulah yang dicurigai
-
Gadislah yang cantik!
Struktur
kalimat dengan partikel yang atau ini biasanya diikuti oleh anak kalimat
penjelas yang diawali oleh kata bukan, misalnya:
-
Aku yang meminjam bukumu bukan
dia
-
Gadislah yang nakal bukan anakku
c) Partikel
pun-lah digunakan: pun di antara subjek dan predikat, sedangkan lah
dirangkaikan pada predikat yang berupa kata kerja intransitive.
Contoh:
-
Penjahat itu pun keluarlah
dari persembunyiannya
-
Mereka pun berangkatlah
dengan segera
-
Gadis pun tenanlah
mendengar kata-kata ibunya
(3) penegasan
dan kata keterangan
keterangan penegasan
lazim digunakan untuk member penegasan adalah kata memang. Kata memang dapat
member penegasan pada predikat dan dapat pula pada subjek
contoh:
-
memang
ibuku sudah datang
-
mereka memang belum menemukan
anaknya
-
bapak memang sudah mengirim surat
itu
penegasan kalimat
dengan kata penegas masih dapat pula ditegaskan lagi dengan partikel penegas,
misalnya:
-
memang dialah yang belum tahu (sedangkan
kami semua sudah tahu)
pemberian keterangan
penegas ini dapat pula dilakukan dalam bentuk anak kalimat yang diawal dengan
kata penghubung, seperi apalagi, lagipula, bahkan dan lebih-lebih lagi
contoh:
-
mencari pekerjaan di Jakarta tidak
semudah yang kamu bayangkan apalagi kalau kamu tidak punya koneksi
-
lebih baik uang ini kita pakai dulu
untuk memeli beras daripada untuk membayar langganan listrik lagipula
sekarang baru tanggal sepuluh
-
pelitnya bukan main bahkan untuk
makan sendiri pu dia enggan mengeluarkan uang
(4) penegasan
dengan kontras makna
penegasan dengan
kontras makna dilakukan terhadap kalimat majemuk stara. Makna klausa pertama
dari kalimat tersebut menjadi terasa lebih tegas karena dikontraskan atau
dipertentangkan dengan makna pada klausa kedua.
Contoh:
-
Paramita berurai air mata pada saat
orang bersuka ria
-
Pengemis itu dengan mudah mendapatkan
uang seratus ribu sehari, kita mencari uang seratus ribu saja sulit
-
Rata-rata penduduk di negeri itu kaya
raya padahal tanah meeka tandus dan gersang
(5) Penegasan
dengan pemindahan unsure
Yang dimaksud dengan
pemindahan unsure adalah memindahkan unsure atau bagian kalimat ke posisi awal
kalimat. seperti sudah dibicarakan, urutan unsure dalam kalimat yang “normal”
adalah subjek+ predikat+objek+keterangan. Apabila unsure yang bukan subjek
ingin ditegaskan, atau lebih ditonjolkan, maka unsure tersebut harus
ditempatkan pada posisi awal kalimat. pemindahan tentu akan mengubah pola
intonasi dan dapat mengubah struktur kalimat secara keseluruhan.
a) Pemindahan
predikat
Kalau tekanan sebuah
kalimat ingin diberikan pada unsur prdikat maka unsure predikat itu harus
ditempatkan pada awal kalimat. namun, pemindahan unsure predikat ini tidak
begitu saja dapat dilakukan, tetapi harus diperhatikan dulu jenis kata yang
menduduki unsure predikat itu.
1) Kalau
predikatnya berupa kata kerja intransitive maka pemindahan predikat itu dapat
dilakukan
Contoh:
-
Keluar mereka dari persembunyiannya
-
Berangakt kami pagi-pagi sekali
-
Muncul dia dengan tiba-tiba
Dalam hal ini untuk
lebih menegaskan harus pula disertai dengan partikel lah, misalnya:
-
Keluarlah mereka dari persembunyiannya
-
Berangkatlah kami pagi-pagi
-
Muncullah dia dengan tiba-tiba
2) Kalau
predikatnya berupa kata kerja transitif, maka predikat beserta objeknya harus
dipindahkan sekaligus, dan bila ingin diberi partikel –lah partikel itu harus dirangkainan dibelakang objek tersebut.
Contoh:
-
Mengisi teka-teki silanglah untuk
mengisi waktu pada saat menunggu kedatangan kereka.
a. Mengirim
suratlah dia kepada pacarnya
b. Minum
susulah anak itu dengan cepat
3) Kalau
predikatnya berupa kata sifat atau frase sifat, maka predikat ini hanya
dipindahkan ke posisi awal kalau subjeknya bersifat khas atau tertentu.
Contoh:
-
Kurus sekali orang itu
-
Sangat senang adikku tadi pagi
-
Besar sekali mangga itu
Predikat seperti
terdapat dalam kalimat “Mangga besar” atau “orang kurus” tidak dapat
dipindahkan ke posisi awal kalimat sebab subjeknya tidak bersifat khas. Jadi,
susunan:
c. *Besar
mangga
d. *Kurus
orang
Tidak
dapat diterima
4) Kalau
predikatnya berupa kata benda, maka predikatnya dapat dipindahkan ke posisi
awal kalau subjeknya bersifat khas atau tertentu.
Contoh:
-
Pegawai negeri ayahku
(kalimat asal “Ayahku
pegawai negeri”)
-
Dokter bedah orang itu
(Kalimat asal “Orang
itu dokter bedah”)
-
Binatang anjing itu
(Kalimat asal “Anjing
itu binatang”)
Kalau subjeknya tidak
bersifat khas atau tertentu, seperti dalam kalimat “Anjing binatang” dan “Becak
kendaraan umum”, maka predikatnya
tidak dapat dipindahkan ke posisi awal sebab kalimat berikut tidak dapat
diterima.
*Binatang anjing
*Kendaraan umum becak.
5) Kalau
predikat berupa kata bilangan atau frase bilangan, maka predikat itu dapat
dipindahkan ke posisi awal
Contoh:
-
Satu juta rupiah hutangku
(Kalimat asal “Hutangku
satu juta rupiah”)
-
Lima ekor kambingnya
(Kalimat asal
“Kambingnya lima ekor”)
6) Kalau
predikatnya berupa frase depan, maka predikat itu tidak dapat dipindahkan ke
posisi awal.
Contoh:
-
*Ke Bandung ayahnya
(Kalimat asal “Ayahnya
kebandung”)
-
*Di kantor ria
(Kalimat asal “Ria di
kantor”)
Mengingat bahwa kalimat
dengan predikat berupa frase depan tidak dianjurkan pemakaiannya dalam bahasa
baku, maka sebenarnya masalah pemindahan predikat dalam kalimat seperti ini
tidak perlu dibicarakan lagi.
b) Pemindahan
Objek
Objek sebuah kalimat
aktif transitif tidak dapat dipindahkan ke posisi awal kalimat karena objek
tersebut terikat dengan predikatnya. Jika objek pada kalimat aktif transitif
itu ingin tetap ditegaskan dengan menempatkannya pada awal kalimat, maka bentuk
kalimat tersebut harus di ubah menjadi bentuk kalimat pasif.
Objek yang secara eksplisit, dan dengan bantuan kata depan oleh disebutkan di dalam sebuah kalimat
pasif, dapat dipindahkan ke posisi awal kalimat.
Contoh:
-
Oleh
pemerintah rancangan undang-undang tentang pajak bumi dan bangunan itu telah
diajukan kepada DPR.
-
Oleh
orang tuanya dia tidak diajarkan karate
-
Oleh
pers masalah itu terlalu dibesar-besarkan sehingga timbul dalam keresahan
masyarakat
c) Pemindahan
Keterangan
Semua unsur keterangan
dapat dipindahkan ke posisi awal kalimat.
Contoh:
-
Tadi pagi
dosen bahasa Indonesia tidak mengajar
-
Di Beirut barat terjadi lagi
kontak senjata antara kedua golongan itu
Unsure keterangan yang
berupa klausa terikat dalam sebuah kalimat bertingkat dapat juga dipindahkan ke
posisi awal.
Contoh:
-
Ketika kami sedang bercakap-cakap, bagus
datang.
(Kalimat asal “Bagus
datang ketika kami sedang bercakap-cakap”)
-
Walaupun hujan turun dengan deras,
mereka tetap mengerjakan pekerjaan itu.
-
Kalau ibu sudah datang, adik pasti sudah
cerewet luar biasa.
(6) Penegasan
dengan bentuk pasif
Penegasan dalam bentuk
kalimat pasif dibentuk dengan maksud untuk lebih menegaskan peranan objek
penderita. Objek dalam sebuah kalimat aktif transitif,seperti telah disebutkan,
tidak dapat dipindahkan ke posisi awal kalimat karena kedudukannya erat sekali
dengan predikat. Oleh karena itu, bila peranan objek tersebut ingin lebih
ditegaskan maka bentuk kalimatnya harus di ubah dari bentuk kalimat aktif
menjadi bentuk kalimat pasif. Dengan demikian, peranan “penderita” dari objek
tersebut dapat tetap dipertahankan; walaupun fungsinya berubah menjadi subjek,
tetapi peranannya tetap sebagai penderita.
Contoh:
-
‘Gadis’ di baca Paramita
(kalimat asalnya
“paramita membaca ‘gadis’)
-
Mereka dimarahi ibu guru
(kalimat asalnya “Ibu
guru memarahi mereka”)
Catatan:
Dalam memasifkan
kalimat aktif perlu diperhatikan hal-hal berikut.
(1) Kalau
subjek kalimat aktifnya berupa kata ganti orang, maka predikat dalam kalimat
pasifnya tidak menggunakan awalan DI-kedudukan awal DI- itu harus diganti
dengan kata ganti tersebut.
Contoh:
-
Buku itu sudah saya baca
(kalimat aktifnya “saya
sudah membaca buku itu”)
-
Bangunan tua itu akan kami bongkar
(kalimat aktifnya “kami
akan membongkar bangunan tua itu”)
(2) Kalau
predikat kalimat aktifnya berupa frase dengan kata keterangan yang menyatakan
sikap batin (seperti kata-kata ingin, mau, dan suka) maka akan terjadi masalah
semantic di dalam bentuk pasifnya. Umpamanya kalimat aktif.
-
Raminra
mau mencium Ria
bentuk pasifnya adalah
Ria
mau dicium Raminra
Terasa disini bahwa
kalimat pasif ini mempunyai makna bahwa Ria
mau kalau dicium oleh Raminra,
padahal dalam bentuk aktifnya maknanya tidak demikian.
(3) Kalimat
yang predikatnya berupa kata kompleks seperti:
-
Mereka berhasil menyelesaikan tugasnya
dengan baik.
Sesungguhnya bukan
kalimat transitif, melainkan kalimat imtransitif. Oleh karena itu, tidak dapat
dipastikan.
4.
Kevariasian
(Veriety)
Kelincahan
dalam penulisan tergambar dalam struktur kalimat yang digunakan. Ada kalimat
yang pendek, dan ada kalimat yang panjang. Penulisan yang mempergunakan kalimat
dengan pola kalimat yang sama akan membuat suasana menjadi penonton atau datar
sehingga akan menimbulkan kebosanan pada pembaca. Demikian juga jika penulis
terus menerus memiliki kalimat yang pendek. Akan tetapi, kalimat panjang yang
terus menerus dipakai akan membuat pembaca kehilangan pegangan akan ide pokok
yang memungkinkan timbulnya kelelahan pada pembaca. Oleh sebab itu, dalam
penulisan diperlukan pola dan bentuk kalimat yang bervariasi.
Kevariasian
ini tidak ditemukan dalam kalimat demi kalimat, atau pada kalimat-kalimat yang
dianggap sebagai struktur bahasa yang berdiri sendiri. Cirri kevariasian akan
diperoleh jika kalimat yang satu dibandingkan dengan kalimat yang lain.
Kemungkinan variasi kalimat tersebut sebagai berikut.
1) Varisai
dalam pembukaan kalimat
Ada beberapa
kemungkinan untuk memulai kalimat demi efektivitas, yaitu dengan variasi
pembukaan kalimat. dalam variasi pembukaan kalimat, sebuah kalimat dapat
dimulai atau dibuka dengan:
a. Frase
keterangan (waktu, tempat, cara)
b. Frase
benda
c. Frase
kerja, dan
d. Partikel
penghubung
Perhatikan contoh
berikut!
a) Gemuruh
suara teriakan serempak penonton ketika penyerang
tengah menyambar umpan dan menembus jala kipper pada menit kesembilan belas.
(frase keterangan cara)
b) Mang
usil
dari kompas menganggap ini sebagai satu isyarat kesederhanaan untuk
bertransmigrasi. (frase benda).
c) Dibuangnya
jauh-jauh pikiran yang menghantuinya selama ini. (frase
kerja)
d) Karena
bekerja terlalu berat ia jatuh sakit. (partikel penghubung).
2) Variasi
dalam pola kalimat
Untuk efektivitas
kalimat dan untuk menghindari suasana menonton yang dapat menimbulkan
kebosanan, pola kalimat subjek-predikat-objek dapat diubah menjadi
prediat-objek-subjek atau yang lainnya.
Perhatikan contoh
berikut:
(1) Dokter
muda itu belum dikenal oleh masyarakat desa sukamaju (S-P-O)
(2) Belum
dikenal oleh masarakat desa sukamaju dokter muda itu (P-O-S)
(3) Dokter
muda itu oleh masyarakat desa sukamaju belum dikenal (S-O-P)
3) Variasi
dalam jenis kalimat
Untuk mencapai
efektivitas sebuah kalimat berita atau pertanyaan, dapat dikatakan dalam
kalimat tanya atau kalimat perintah. Perhatikan contoh berikut!
……….. Presiden SBY
sekali lagi menegaskan perlunya kita lebih hati-hati memakai bahan bakar dan
energy dalam negeri. Apakah kita menangkap makna peringatan tersebut?
Dalam kutipan tersebut
terdapat satu kalimat dan dinyatakan dalam bentuk tanya. Penulis tentu dapat mengatakannya
dalam kalimat berita. Akan tetapi untuk mencapai efektivitas, ia memakai
kalimat tanya.
4) Variasi
bentuk aktif-pasif
Perhatikan contoh
berikut:
a) Pohon
pisang itu cepat tumbuh. Kita dengan mudah dapat menanamnya dan memeliharanya.
Lagi pula kita tidak perlu memupuknya. Kita hanya menggali
lubang, menanam, dan tinggal menunggu buahnya.
Bandingkan dengan
kalimat berikut:
b) Pohon
pisang itu cepat tumbuh. Dengan mudah pohon pisang dapat ditanam dan dipelihara.
Lagi pula tidak perlu dipupuk, kita hanya menggali lubang, menanam
dan tinggal menunggu buahnya.
Kalimat-kalimat pada pragraf a) semuanya berupa kalimat
aktif, sedangkan pada paragraph b) merupakan
kalimat aktif dan pasif. Dapat dikatakan bahwa kalimat-kalimat pada paragraph a) tidak bervariasi sedangkan
paragraf b) bervariasi, namun hanya
variasi aktif-pasif.
C.
Pengertian
Pewara
a. Pewara
(Pembawa Acara)
Pembawa acara atau
pranatacara atau biasa disebut Master of Ceremony, disingkat MC adalah orang
yang bertugas sebagai tuan rumah sekaligus pemimpin acara dalam panggung
pertunjukan, hiburan, pernikahan, dan acara-acara sejenisnya. Pembawa acara
membawakan narasi atau informasi dalam suatu acara atau kegiatan, ataupun dalam
acara TV, radio dan film.
Pembawa acara biasanya
membaca naskah yang telah disiapkan sebelumnya, tapi sering juga mereka harus
memberikan komentar atau informasi tanpa naskah. MC biasanya memperkenalkan
peserta atau artis yang segera akan tampil di atas panggung, berdialog dengan
penonton, dan secara garis besar berusaha menjaga tempo acara. Bergantung
kepada acara yang dibawakan, seorang MC kadang-kadang dituntut untuk dapat
membawakan lelucon atau anekdot.
b. Pengertian
Pewara
Secara leksikal pewara
artinya pembaca berita (wara yang berarti berita), sedangkan menurut singkatan
adalah pembawa acara. Jadi pewara merupakan tugas yang dibebankan atau
diberikan kepada seseorang oleh protokoler untuk membawakan atau membacakan
skenario acara yang telah disusun berdasarkan susunan acara yang diberikan
protokoler kepadanya.
Protokoler, orang yang
mengatur tata cara penyambutan tamu (regional/nasional/internasional).
Sedangkan protokol adalah dokumen yang berisikan tata cara penyambutan tamu
resmi. Dalam kegiatan-kegiatan resmi sering pula kita dengar istilah protokol.
Protokol secara leksikal, dalam bahasa Yunani berasal dari kata protos dan
kolla. Protos berrati yang pertama, kola artinya lem/perekat. Pada awalnya
istilah prokol digunakan bagi lembaran pertama dari suatu gulungan papirus. Kemudian
istilah prtokol digunakan untuk menyebut seluruh gulungan papirus yang memuat
dokumen Negara yang bersifat nasional, internasional, bahkan lokal. Pengertian
protokol ternyata berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Sehingga istilah
protokol sekarang diartikan:
1) Sebagai dokumen yang berisikan tata cara
penyambutan tamu (nasional, internasional serta daerah/lokal).
2) Sebagai pemberian servis atau layanan kepada
pimpinan/publik dalam acara/kegiatan resmi.
3) Sebagai tolok ukur bagi daerah/unit kerja
dalam menyelenggarakan acara/kegiatan resmi.
Dalam sebuah acara
resmi kenegaraan, MC kadang-kadang berlaku sebagai perwira protokol. Pemimpin
upacara dalam dunia musik hip-hop dan musik dansa elektronik, MC adalah sebutan
untuk artis musik yang menciptakan atau membawakan lagu asli yang ditulisnya
sendiri. MC berbeda dari DJ (disc jockey) yang memainkan musik untuk pesta dan
mencampur berbagai macam musik yang sudah direkam sebelumnya. Shock G dari
Digital Underground dalam buku berjudul How to Rap menyatakan bahwa istilah
'MC' dalam hip-hop "berasal dari kata Master
of Ceremonies", sehingga tidak mengherankan bila terdapat "banyak
nama rapper yang memakai awalan kata MC" (misalnya, MC Hammer). Pembawa
acara televisi juga dilibatkan dalam penulisan naskah jika diperlukan. Tugas
lain yang sering dilakukan oleh pembawa acara antara lain adalah mewawancarai
tokoh, menjadi moderator diskusi, dan memberikan komentar pada suatu acara
olahraga, parade, dan acara-acara lainnya.
Di samping itu ada lagi istilah
protokoler, yakni semua orang yang mengatur kelangsungan suatu acara, dan
merupakan tulang punggung dari penyelenggaraan suatu acara/upacara. Jadi
protokolerlah yang menetapkan tata cara penyelenggaraan suatu acara resmi.
Sedangkan pewara hanyalah bagian dari keprotokoleran yang ditugasi
membacakan/membawakan acara resmi waktu itu.
D.
Jenis
Pewara
Pembawa acara sebagai
suatu profesi banyak macamnya sesuai dengan jenis atau bentuk acara yang
dibawakan. Jenis pewara berdasarkan profesi itu diantaranya sebagai berikut
(Arief, 2001: 82-83) yaitu:
1) Jika acara yang dibawakan oleh seorang
pewara bersifat resmi atau seremonial, maka pewaranya disebut MC.
2) Kalau pewara menyuguhkan acara hiburan,
pewaranya disebut EM.
3) Jika acara yang dibawakan membawakan produk
dagang, pewaranya diistilahkan dengan CM.
4) Kalau pewara memimpin acara kuis, maka
pewaranya disebut QM.
Pembagian pewara
didasarkan atas jenis acara yang dibawakan, yakni sebagai berikut (Arief, 2003:
170-171) yaitu:
1. Pembawa Acara Resmi (Pewara
Acara Resmi)
Pewara resmi adalah
acara yang memiliki aturan baku dan setiap aturannya harus dipatuhi oleh para
hadirin atau orang-orang yang datang. Acara ini ditandai dengan adanya susunan
acara yang pasti, bahasa yang formal atau resmi, dan hadirin yang datang
memakai pakaian yang sesuai dengan acara. Acara resmi ini ada dua:
a. Acara Resmi di dalam Ruangan
Ketentuan resmi atau
tidak resminya acara dilihat dari adanya aturan-aturan yang ketat dan aturan
itu harus dipatuhi oleh semua orang yang hadir dalam acara tersebut. Dan juga
ditentukan oleh waktu, karena biasanya acara resmi itu waktunya sangat
terbatas, dan orang yang hadirpun kadang-kadang ada pejabat dan orang-orang
penting sehingga waktu merupakan tolok ukur bagi mereka untuk bisa hadir.
Begitu pula pewara dalam dalam acara ini karena keresmian acara yang
dipersiapkan sedemikian rupa itu maka pewaranya pun harus terkesan kaku sebab
ia harus patuh pada beberapa aturan, misalnya tenang tidak banyak bergerak,
anggun dan berwibawa, cara berdiri/duduk, serta pandangan tidak liar, agara
acara terkesan khidmat dan sempurna. Juga penampilan pewara harus terkesan
dipersiapkan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan acara saat itu. Contoh
acara resmi di dalam ruangan ini adalah semua acara
pembukaan-pembukaan/peresmian, acara wisuda/diesnatalis, sambut-kisah dan serah
terima jabatan dan sebagainya.
b. Acara Resmi di Lapangan
Acara resmi di lapangan
harus terkesan seperti acara/upacara militer. Maka pembawa acara resmi di
lapangan ini harus terkesan tegas, baik gerakan maupun ucapan. Sehingga tidak
ada kesan main-main dan tidak serius. Contoh acara resmi di lapangan, semua
bentuk upacara bendera di lapangan (upacara hari nasional, upacara bulanan, dan
upacara hari Senin).
2. Pembawa Acara Hiburan (Pewara
Hiburan)
Pewara hiburan adalah
acara aturannya bebas dan berpakaiannya bebas. Ketentuan untuk pewara hiburan
ini tidak terlalu keta seperti pada pewara resmi. Ketika membawakan acara
hiburan pewara harus terkesan lincah, lincah bergerak dan lincah berbahasa
(terutama dalam memilih dan menggunakan diksi) agara acara bisa terkesan lebih
hidup dan marak. Dan juga pewara diharapkan mampu mengomentari setiap acara
yang akan ditampilkan dengan tepat, menarik dan efektif. Tujuan dikomentari
agar terkesan nyambung satu dnegan yang lainnya, serta juga dapat menambah
pengetahuan pendengar dengan informasi tentang setiap bentuk hiburan yang
ditampilkan. Misalnya tari: judulnya, temanya, banyak penarinya, makna setiap
gerakan, dan dari daerah mana. Pada acara hiburan ini jangan terlalu
berlebihan, baik bergerak maupun berbicara, karena akan terkesan kurang etis
dan kurang pantas.
3. Pembawa Acara Setengah Resmi
(Pewara Setengah Resmi)
Acara yang aturan di
dalamnya tidak terlalu resmi, namun bahasa yang dipakai adalah bahasa yang baik
dan sopan. Terkadang acara ini memiliki aturan berpakai tapi terkadang pakaian
yang dipakai bebas. Acara ini dikatakan setengah resmi karena aturan-aturan
dalam acara ini tidak terlalu ketat, dan yang menjadi protokoler/yang mengatur
acara juga tidak terlalu disiplin menyelenggarakan acara. Dan juga suasana
dalam acara tersebut tidak terlalu formal (mungkin karena tidak ada aturan yang
ketat), tetapi terkesan seperti suasana kekeluargaan saja. Contohnya antara
lain, suasana acara arisan, rapat, acara syukuran, dan acara ulang tahun.
Jadi, dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi pewara yang baik haruslah memenuhi
kriteria menurut Fidhiah (dalam Arief,
2003: 177-181) sebagai berikut:
E.
Hal-hal
yang Diperhatikan dalam Pewara
1.
Penampilan
(performance)
1) Pewara diharapkan berpakaian sopan, menarik
dan terkesan familier. Pakaian pewara tidak harus mahal dan mewah, tetapi
pantas, serasi dan sesuai dengan acara serta situasi dan kondisi.
2) Pewara harus tampil dalam kondisi tubuh yang
prima, sehat dan terkesan tangkas, cekatan dan fleksibel (tidak kaku dan loyo).
3) Pewara harus dapat menyesuaikan diri dengan
situasi dan kondisi. Mampu menempatkan diri di tengah-tengah pendengar tidak
member kesan berlebihan (over).
4) Pewara harus mampu menumbuhkan rasa percaya
diri dengan penampilannya, agar ia mampu memimpin acara.
5) Seorang pewara diharapkan postur tubuhnya
tinggi. Kalau perempuan terlihat anggun, dan kalau laki-laki terlihat gagah.
6) Pewara hendaknya terlihat tampil siap dan
teliti.
2.
Sikap
yang Baik
a. Gerak dan Ekspresi
1) Acara resmi pewaranya harus terkesan tenang,
tidak tergesa-gesa, dan ada ekspresi berterima kasih untuk setiap orang yang
dipanggil ke depan. Tetapi dalam acara resmi ini pandangan mata tidak bileh
liar, karena akan terkesan kurang sopan.
2) Acara tidak resmi/acara hiburan, pewaranya
boleh bergerak, tapi bukan melompat-lompat, karena pewara tidaklah
beryanyi/menari. Namun pewara ini boleh terkesan lincah, baik dari bahasa yang
digunakannya maupun gerakannya agar tetap sopan.
b. Diksi (Pilihan Kata)
Diksi yang digunakan
pewara juga hendaknya terkesan dan bernilai rasa sopan dan rendah hati, sehingga
mampu melahirkan simpatik pendengar pada pewara.
3.
Bahasa
yang Baik dan Benar
a.
Lafal/ucapan,
pewara harus
melafalkan/mengucapkan setiap bunyi bahasa dengan tepat dan jelas. Maka untuk
ini diharapkan pewara mampu mengolah suaranya dengan teknik bernafas yang
tepat, sehingga terlahirlah vocal yang bersih dan bulat.
b.
Intonasi dan nada
harus tetap agar tidak
terkesan kaku dan monoton. Dan juga, tempo pun harus tepat, artinya tidak
terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Perlu diingat bahwa pewara tidak sama
intonasi dan nadanya dengan penyiar, pembaca puisi/saritilawah.
c. Diksi/Istilah
1) Terkesan sopan, pewara harus hati-hati dalam
memilih kata/istilah, karena kadang-kadang bisa melahirkan kesan tidak etis dan
tidak sopan.
2) Terkesan pandai, pewara juga harus
menempatkan kata-kata yang sesuai dengan situasi dan kondisi, misalnya
pemakaian istilah di lapangan: inspektur/Pembina, komandan/pemimpin dan
lainnya. Kata disampaikan ( untuk pengganti kata yang mewakili agar terkesan
etis, kata oleh untuk acara langsung dari yang bersangkutan (tidak
diwakili/orangnya ada).
3) Terkesan konsisten/disiplin, pewara harus
konsisten dalam pemakaian diksi/istilah, gelar/pangkat seseorang. Kalau telah
dimulai memanggil seseorang dengan gelar, maka yang lain pun harus dipanggil
dengan gelarnya, karena hal ini sangat sensitive, dan dapat merusak khidmatnya
acara.
d. Logis dan Ekonomis, pewara harus mampu
menyusun kalimat yang logis dan ekonomis (efektif dan efisien), agar tidak
mubair dan buang-buang waktu. Misalnya:
1) Kata sambutan dari Bapak Ketua Panitia,
Bapak Amir, SH. Kepada Bapak dipersilakan (salah). Sambutan dari Ketua Panitia,
kepada Bapak Amir, SH. Dipersilakan (betul).
2) Tidak perlu salam penghormatan terlalu
banyak, seperti halnya dalam pidato, karena pewara bukan berpidato.
3) Tidak perlu banyak komentar setelah satu
acara selesai, misalnya sesudah Kata sambutan/pidato-pidato tidak perlu ada
komentar panjang lebar, karena tidak ada gunanya, hanya menghabiskan waktu
saja.
4) Tidak perlu membacakan susunan acara bila:
materi acara banyak dan materi/susunan acara ada dalam undangan.
5) Tidak perlu menyebutkan judul
sambutan/pidato orang karena jika ada perubahan dalam penyampaian/ada tambahan,
akhirnya kedengarannya kurang relevan.
4.
Wawasan
yang Cukup
Seorang pewara yang
ideal diharapkan memiliki wawasan yang cukup, baik wawasan tentang kebahasaan,
wawasan umum, maupun wawasan tentang teori pewara. Perpaduan yang proposional
pada wawasan ini dapat merupakan kesempurnaan kualitas seorang pewara.
Wawasan kebahasaan akan menunjang
keberhasilan pewara, karena lafal/ucapan yang tepat dan jelas, tempo dan
intonasi nada yang tepat dan bervariasi juga akan ikut menentukan keberhasilan
seorang pewara. Dan juga pilihan kata yang tepat dan bervariasi sesuai dengan
tuntutan konseptualnya, serta penataan kalimat yang efektif adalah modal utama
demi kelancaran acara.
Di samping itu, wawasan umum atau
wawasan pengetahuan umum pun perlu terutama untuk memperkaya kosa kata,
sehingga tidak kaku, dan terlihat lancer dan fleksibel dalam membawakan acara.
Sedangkan pengetahuan tentang pewara juga tidak kalah pentingnya bagi calon
pewara, misalnya apa yang perlu dan yang tidak perlu dilakukan oleh seorang
pewara, agar tampil professional dan tidak memalukan.
DAFTAR PUSTAKA
Ida Bagus
Putrayasa. 2007. Kalimat Efektif (Diksi,
struktur dan logika).
Bandung: PT. Refika Aditama.
Arief,
Ermawati. 2001. “Retorika (Seni Berbahasa Lisan dan Tulisan)”. Buku Ajar.
Padang: FBSS UNP.
http://mempelajariretorika.blogspot.co.id/2015/05/pewara.html. (Dikutip Pada Tanggal 7 Desember 2016
pukul 18.05)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar