SASTRA
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Retorika
Dosen Pengampu
: Dra. Lisdwiana Kurniati,
M.Pd.
Disusun oleh:
Prodi: Bahasa dan Sastra Indonesia
1.
Ana Wahyu Kusniati (14040004)
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Segala Puji bagi Allah yang telah
memberikan Kami kemudahan sehingga Kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat
pada waktu yang ditentukan. Tanpa pertolongan- Nya mungkin Penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikannya dengan baik. Tidak lupa Sholawat serta Salam Senantiasa
Tercurahkan Kepada Junjungan Kita Nabi Agung, Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari Zaman Jahiliah ke Zaman yang terang benderang ini.
Makalah
ini memuat materi tentang “Sastra”.
Tidak lupa Kami mengucapkan
Terimakasih Kepada Dosen Pengampu yang telah membantu Kami dalam mengerjakan Makalah ini.
Kami juga mengucapkan Terimakasih Kepada Teman-teman Mahasiswa yang juga sudah
memberi Konstribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah
ini.
Semoga
Makalah ini dapat memberikan Pengetahuan yang lebih luas kepada Pembaca. Penyusun
membutuhkan Kritik dan saran dari Pembaca yang bersifat membangun, guna
Terciptanya Makalah yang lebih baik di masa yang akan datang. Terimakasih.
Wassalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh.
Pringsewu, Maret 2016
Penyusun,
Kelompok 1
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Mungkin
timbul pertanyaan di hati kita: apa hubungan antara sastra dan perkembangan
kosakata? Haruslah kita sadari benar-benar bahwa membaca sastra dan pembangunan
serta peningkatan kosakata. Hendaknya berjalan serentak. Yang satu bergantung
kepada yang lain, keduanya saling menunjang. Membaca barangkali merupakan
factor terpenting dalam menunjang pembangunan dan peningkatan kosakata yang
ekstensif.
Memang
hamper tidak ada orang yang membaca khusus sastra untuk membangun kosakata.
Tetapi harus disadari bahwa kita perlu kosakata yang memadai untuk menikmati
sastra serta mempelajari sesuatu dari dalamnya. Perkenalan dengan sastra
sesudah jelas akan memperluas pengertian para siswa bagi dunia dan juga pada
hakekat manusia. Sang guru dapat saja secara tepat guna mempergunkan sastra
untuk menunjukkan kepada para siswa betapa pentingnya kata-kata, maknanya yang
beraneka ragam, dan pentingnya majas atau gaya bahasa sebagai sasaran untuk
menyampaikan serta memahami gagasan-gagasan.
Factor
yang paling penting dalam pembangunan dan peningkatan kosakata adalah
pengalaman yang kaya. Kosakata kita merupakan gambaran pengalaman kita. Tetapi
sebagai tambahan terhadap pengalaman-pengalaman tangan pertama, maka dari para
siswa pu dituntut aneka ragam pengalaman tak langsung yang diperoleh dari orang
lain melalui kegiatan-kegiatan menyimak, mengamati, dan membaca.justru sastra
lah yang dapat menyajikan berbagai ragam pengalaman seperti itu. Untuk itu,
disini kelompok kami akan membahas mengenai sastra dan kosakata anak-anak.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa sastra dan kosakata anak-anak?
2. Apa itu asosiasi dalam sastra?
3. Apa itu kosakata istilah sastra?
4. Apa itu oksimoron dalam sastra?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Memenuhi sastra dan kosakata anak-anak
2. Mengetahui asosiasi dalam sastra
3. Mengetahu kosakata istilah sastra
4. Mengetahui oksimoron dalam sastra
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sastra dan Kosakat Anak-anak
Pada masa dulu sastra anak-anak terutama
sekali berisikan masalah-masalah keagamaan, tetapi pada masa kini telah
meliputi berbagai ragam pokok permasalahan. Daftar buku yang ditulis khusus
untuk anak-anak kian hari kian bertambah. Setiap penerbit besar di Indonesia
telah turut memikirkan hal-hal seperti itu. Sebagi contoh dapat dilihat daftar
penerbit Angkasa 1984. Terlepas dari nilai sastra yang dikandung oleh setiap
buku,, maka pada tahun 1984 telah diterbitkan kurang lebih 50 buku bacaan
anak-anak, antara lain:
1) Minah dan Imran anak saleh oleh sansudi
2) Si gembala keledai oleh A.M. Almatsier
3) Beburu oleh Wilson Nadeak
4) Ibu yang bijaksana oleh Aske BA.
5) Anak-anak pantai oleh Adhy Asmara dr.
Dengan membaca buku-buku tersebut maka para
siswa tingkat SD dan SMP memperoleh pengalaman yang menyenangkan dan juga
keterampilan-keterampilan kosakata. Para siswa belajar ’’membaca’’
gambar-gambar, mempertimbangkan kata-kata dan berpikir secara kritis. Mereka
memperoleh beberapa pengertian mengenai sifat dan hakekat manusia.
Para guru yang mengajarkan sastra pada
anak-anak dengan penuh perasaan dan cekatan dapat menanamkan minat para siswa
pada kata-kata dan kenikmatan dalam membaca, yang akan tetap menjadi milik
mereka sampai sekolah tingkat atas bahkan sampai perguruan tinggi kelak.
Membaca sastra dengan berencana dapat
menolong remaja kearah pengertian yang lebih baik terhadap teman-teman sekela
mereka tanpa menghiraukan perbedaan-perbedaan dalam suku dan latar belakang.
Melalui membaca sastra anak-anak dapat belajar betapa pentingnya menghargai
nilai-nilai seseorang dalam menghadapi aneka ragam rintangan dalam kehidupan.
Pada umumnya, satra anak-anak mencerminkan
kehidupan satra itu menyajikan kata-kata yang diucapkan dan dipergunakan oleh
beraneka ragam tokoh alam beraneka ragam situasi, dan yang paling penting
adalah bahwa sastra menyajikan kata-kata bukan dalam konteks buatan dalam
konteks alamiah, buan dalam konteks artificial tetapi dalam konteks natural.
Demikianlah para guru di sekolah dasar
dapat memanfaatkan berbagai cara untuk memahami penggunaan kosakata yang
efektif dalam buku-buku sastra.guru dapat mencatat frase-frase yang di
pergunakan oleh tokoh-tokoh tertentu. Sebagai contoh, kita terakan dibawah ini
beberapa penggunaan kata-kata imajinatif dari cerita pendek karya Urib Jalal
Abduh:
Karena tergiur oleh cerita
Kami memang bisa menikmati impian itu
Membuang jauh-jauh yang bernama harga diri
Prinsip kami adalah hidup untuk makan
Kami sampah masyarakat
Tidak memiliki gairah hidup
(Sinar Harapan Minggu, 15 Juli 1984).
Salah satu aspek penting dari telaah kata
dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa umu adalah asal-usul atau sejarah
bagi para siswa muda. Barangkali cara yang paling produktif untuk memahami
telaah asal-usul kata para siswa sekolah dasar, sebagai suatu teknik bagi
pembangunan kosakata dan keadaan kritis mengenai yang dibaca, adalah melalui
telaah sastra anak-anak.
Contoh: Guru kelas 5 dan 6 SD dapat
membacakan dengan suara jelas, beberapa sajak karya pujangga kita dan kemudian
menyuruh anak-anak menganalisis kosakata nya. Misalnya sajak Sanusi Pane
sebagai berikut:
Teratai
Kepada Ki Hadjar Dewantara
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga tertai
Tidak terlihat orang yang lalu
Tersembunyi kembang indah permai
Akarnya
tumbuh di hati dunia
Daun
bersemi laksmi mengarang
Biarpun
ia diabaikan orang
Seroja
kembang gemilang mulia
Teruslah , o teratai bahagia
Berserilah dikebun Indonesia
Biar sedikit penjaga taman
Biar
engkau tidak dilihat
Biar
engkau tidak diminat
Engkaupun
turut menjaga jaman
Dari sajak diatas anak-anak disuruh
menerangkan makna kata-kata:
Tanah air gemilang
Sekuntum bunga mulia
Kembang
berseri
Indah permai taman
Di hati dunia tidak diminat
Bersemi turut
Laksmi menjaga
Diabaikan jaman
Apabila anak-anak mendapat kesulitan maka
sang guru member bimbingan. Sebaiknya kata-kata diatas dipakai pula dalam
kalimat buatan anak-anak sendiri agar makna kata itu bertambah mantap bagi
mereka.
Walaupun tujuan pokok pembacaan sajak itu
bukanlah bagi telaah kata tetapi bagi penikmat dan makna, namun kata-kata kunci
atau kata-kata penting dalam puisi-puisi tertentu dapat dipilih sebgai bahan
diskusi , baik mengenai makna ataupun mengenai asal-usulnya.
Sang guru dapat pula mempergunakan
cerita-cerita sastra sebagai titik tolak telaah asal usul. Cerita yang singkat
dan asli dapat dipergunakan oleh anak-anak sebagai bahan latihan dalam
penciptaan kata-kata baru atau menyajikan asal-usul yang aneh dari kata-kata
yang telah umum dipakai masyarakat.
Dalam pembicaraan di atas dapat diutarakan
bahwa pertumbuhan kosakata dapat dicapai dengan pengalaman-pengalaman yang
kaya, dengan konversasi atau percakapan, dengan banyak membaca beraneka ragam
karya sastra, dan dengan studi yang bersistem atau telaah yang sistematis.
Salah satu bagaian dari telaah yang sistematis ini hendaknyadiarahkan kepada
cara-cara pengembangan suatu system pengarsipan untuk mengingat dan mendapatkan
kembali kata-kata.
Dewasa ini banyak siswa membeli buku-buku
bacaan satra, atau menjadi anggota sesuatu perpustakaan ataupun kelompok
penggemar buku sastra. Untuk menolong para siswa menjadi orang yang lebih
‘’sadar kata’’, maka sang guru haruslah mendorong mereka untuk menggaris bawahi
kata-kata baru atau kata-kata yang belum biasa yang mereka temui saat mereka membaca
buku-buku tersebut. Kepada anak-anaka harus ditanamkan kesadaran bahwa ‘’buku
pribadi yang penuh tanda-tanda atau coret-coreta bukanlah buku yang jelek’’. Justru
tanda-tanda atau coret-coretan itu membuat buku itu jauh lebih bermanfaat.
Dalam menggaris bawahi kata-kata baru atau
kata-kata asing dalam bacaaan, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan,
anatara lain:
a) Kalau kata itu memerlukan kata kunci (key
word) , maka kata tersebut dapat ditemui berkali-kali. Para siswa hendaknya
waspada akan ha itu dan tidak meloncatinya atau tidak mengabaikannya begitu
saja.
b) Para siswa menjadi sadar akan kata-kata
yang diberi tanda dan sara mengejanya.
c) Para siswa menjadi merasa kurang enak kalau
dia meloncati sesuatu kata sulit tanpa mencoba dengan cepat menduga atau
mengira-ngira maknanya.
d) Para siswa mengadakan suatu keputusan
apakah suatu kata tertentu perlu dipelajari atau tidak.
e) Para siswa akan menyadari betapa banyaknya
kata penting yang belum diketahuinya.
f) Para siswa akan menyadari bahwa telaah kata
merupakan suatu pengalaman yang menarik dan sangat berharga, lebih merupakan
suatu tantangan dari pada suatu tugas.
Para siswa tentu saja dapat meningkatkan
keterampilan kosa kata mereka secara efektif dengan cara banyak membaca, bai
buku atau pun majalah sekolah. Banyak majalah-majalah yang berisi permainan
kata yang menarik dan kuis-kuis yang menarik serata menantang. Kata-kata dapat
diambil dari artiket-artikel bagi maksud-maksud yang berkaitan dengan batasan,
memperhatikan kontruksi kata dan ejaannya, serta menentukan penggunaan dalam
konteks artikel tersebut.
Salah satu cara untuk memperluas cakrawala
baca para siswa adalah dengan cara memperkaya kosakata mereka. Guru dan para
siswa dapat membaca sekilas Koran-koran dan majalah-majalah mutakhir untuk
mendapatkan batasan-batasan atau penjelasan-penjelasan mengenai kata-kata baru
atau kata-kata asing yang sering dipakai sekarang ini dalam masalah-masalah
dalam negeri, ilmiah, serta dalam hubungan-hubungan nasional dan internasional.
Dari guntingan Koran , misalnya para siswa
dapat mempelajari bahwa beberapa ilmuan percaya astronaut Apollo 11 telah
menemukan biotite (sejenis mika) di bulan. Biotite adalah sebuah istilah
berdasarkan nama Jean Biot, seseorang mineralogy Prancis.
Dari artikel majalah, para siswa dapat
memperoleh penjelasan bahwa sinar laser dapat mengirim tanda atau sinyal ked an
dari bulan. Guru dapat membaca dari sebuah artikel yang menjelaskan bahwa laser
adalah sebuah akronim yang dibentuk dari kata-kata Light Amplification by Stimulated
Emission of Radiation. Begitu pula para siswa dapat memperoleh keterangan atau
penjelasan singkat bahwa ’’Nama Arjuna’’ diambil dari kata jun yang berarti
jambangan. Benda ini merupakan symbol jiwa yang jernih. Arjuna memag berjiwa
jernih. Banyak wanita yang tergila-gila kepadanya. Kejernihan jiwa Arjuna
terpantul pada wajah dan tubhnya. Arjuna mencintai semua keindahan.
Perasaaannya senantiasa halus dan hangat. Karena kehalusannya Arjuna jadi sulit
mengatakan ’tidak’. Ini yang mengesankan Arjuna lemah. Padahal maksud arjuna
tidak mau menyakiti orang lain. (Ning;1984:45 dalam tarigan).
Para siswa mungkin saja ingin mencatat
kata-kata diatas beserta batasan-batasannya dalam buku catatan mereka. Ini
upaya yang sangat baik.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa korang
merupakan bagian sastra kita masa kini, menyajikan bahan-bahan berharga bagi pertumbuhan
kosakata dan keterampilan membaca. Setiap hari setiap Koran mencetak
beribu-ribu kata, ada yang mudah dan ada yang sukar dipahami. Koran-korang
ditanah air kita ini turur bertanggung jawab terhadap kebanyakan kata-kata baru
yang muncul dalam bahasa kebangsaan kita, bahasa Indonesia. Reporter-reporter
atau wartawan-wartawan surat kabar kerap kali menciptakan kata-kata karena
mereka membutuhkan kata-kata yang singkat, padat, menuju sasaran, lugas, hidup,
jelas seperti keadaan yang sebenarnya.
Para siswa dapat memperkaya kosakata mereka
dengan memperhatikan cara para wartawan mempergunakan kata-kata. Kata-kata dalam surat kabar terutama pada
kepala berita, kerap kali mengandung cita rasa yag berbeda dari yang terdapat
dalam buku-buku. Karena kepala berita harus sesuai dengan ruangan yang tertentu
dan mengisahkan cerita dengan sekilas saja, maka para penulis kepala berita
mempergunakan kata-kata dan frase-fraseyang sinkat dan bersemangat.
Contoh:
Icuk gunduli Morten F. Hansen 15-9, 15-4
Ratna Pradipta pecahkan rekornas renang
Terpujilah egkau ibu-bapak guru (Sinar
Harapan 16-7-84)
Partai Komunis Tolak Duduk dalam Kabinet
Fabius
2.2 Asosiasi dalam Sastra
Dalam mempelajari kosakata peranan asosiasi
sangat penting. Guru dapat menjelaskan serta dapat menunjukkan bahwa nama orang
tertentu membawa pula nama pasangannya kedalam nama orang tertentu membawa nama
pasangannya kedalam ingatan kita. Demikianlah, kita jarang sekali melihat nama
Romeo tanpa mengingat Juliet, dan sebaliknya. Dengan perkataan lain nama Romeo
berasosiasi dengan nama Juliet.
Tergantung pada latar belakang dan minat
para siswa, sang guru dapat menyajikan satu atau dua tokoh sastra yang
berhubungan erat dan menyuruh para siswa mencari pasangan eratnya. Tujuan utama
pelajran atau latihan berikut ini adalah untuk menolong para siswa mengingat
sebuah kata dengan cara mengasosiasikan sebuah kata dengan yang lain.
Contohnya
Siti nurbaya dan sasulbahri
Corrie dan Hanafi
2.3 kosakata Istilah Sastra
Penilaian terhadap sastra, baik yang dibuat
oleh para siswa ataupun yang diadakan oleh kritikus professional, akan dapat
lebih dipahami jika para siswa sudah terbiasa dengan kosakata teknis kritik dan
analisis sastra.
Butir-butir latihan berikut ini yang
berisikan beberapa istilah sastra yang dapat dipergunakan sebagai sarana
diagnostic dan pengajaran sastra disekolah.
Contoh :
1) Sajak adalah a)_____ Prosa
b)_____ Persamaan Bunyi
c)_____ Karangan Pendek dengn bentuk tertentu seperti syair
jawabannya adalah (c)
2) Alur adalah a) _____ struktur gerak dalam suatu fiksi atau drama
b) _____ awal cerita
c)
_____ akhir cerita
jawabannya adalah (a)
3) Majas adalah a)_____ Persamaan Bunyi
b)_____ Prosa
c) _____ kiasan, Figurative language
jawabanya adalah (c)
2.4 Oksimoron
Salah satu sarana kesastraan yang sering
dipergunakan oleh para penulis untuk memperoleh suatu efek adalah penggunaan
ajas oksimoron.
Kata oksimoron berasal dari bahasa Yunani
dan diturunkan dari kata-kata Oxys (tajam) dan Moros (bodoh, tolol) moron
adalah kata yang ada hubungannya dengan moros itu. Jadi suatu penggabungan
kata-kata yang berlawanan makna seperti kegagalan dengan berhasil, kekayaan
dengan menyusahkan menghasilkan majar oksimoron.
Sebagai latihan, sang guru dapat memberikan
tugas kepada para siswanya untuk mengumpulkan sejumlah contoh majas oksimoron
dari puisi, atau dari buku-buku bacaan atau dapat juga membuatnya sendiri.
Majas oksimoron seringkali kita jumpai pada puisi.
Contoh :
Kaum pesimis yang penuh harapan
Tepuk tangan yang menyedihkan
Harta yang mencelakakan
Musibah yang menguntungkan
Kebodohan yang menyelamatkan
Kepandaian orang tolol
Sarjana goblok
Kepahitan yang mengandung hikmah
Kesepian yang mengguntur
Wanita jantan
Peria betina
Tertawa masam
Kegagalan yang bijaksana
Cinta yang mengandung benci
Kekuatan yang melemahkan
Perusakan yang menyenangkan
Penyamaran terbuka
Ketenangan tergesa-gesa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada masa dulu sastra anak-anak terutama
sekali berisikan masalah-masalah keagamaan, tetapi pada masa kini telah
meliputi berbagai ragam pokok permasalahan. Daftar buku yang ditulis khusus
untuk anak-anak kian hari kian bertambah.
Membaca sastra dengan berencana dapat
menolong remaja kearah pengertian yang lebih baik terhadap teman-teman sekela
mereka tanpa menghiraukan perbedaan-perbedaan dalam suku dan latar belakang.
pertumbuhan kosakata dapat dicapai dengan
pengalaman-pengalaman yang kaya, dengan konversasi atau percakapan, dengan
banyak membaca beraneka ragam karya sastra, dan dengan studi yang bersistem
atau telaah yang sistematis.
Dalam mempelajari kosakata peranan asosiasi
sangat penting. Guru dapat menjelaskan serta dapat menunjukkan bahwa nama orang
tertentu membawa pula nama pasangannya kedalam nama orang tertentu membawa nama
pasangannya kedalam ingatan kita.
Penilaian terhadap sastra, baik yang dibuat
oleh para siswa ataupun yang diadakan oleh kritikus professional, akan dapat
lebih dipahami jika para siswa sudah terbiasa dengan kosakata teknis kritik dan
analisis sastra.
Salah satu sarana kesastraan yang sering
dipergunakan oleh para penulis untuk memperoleh suatu efek adalah penggunaan
ajas oksimoron.
Daftar Pustaka
Tarigan H.G. 1984. Kosakata. Bandung: Angkasa
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Retorika
Dosen Pengampu
: Dra. Lisdwiana Kurniati,
M.Pd.
Disusun oleh: Kelompok 3
Prodi: Bahasa dan Sastra Indonesia
1.
Ana Wahyu Kusniati (14040004)
2.
Intan Siti Soleha (14040023)
3.
Rosita Oktavia sari (14040032)
4.
Fitriyah (14040036)
5.
Rello Pambudi (12040044)
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Segala Puji bagi Allah yang telah
memberikan Kami kemudahan sehingga Kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat
pada waktu yang ditentukan. Tanpa pertolongan- Nya mungkin Penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikannya dengan baik. Tidak lupa Sholawat serta Salam Senantiasa
Tercurahkan Kepada Junjungan Kita Nabi Agung, Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari Zaman Jahiliah ke Zaman yang terang benderang ini.
Makalah
ini memuat materi tentang “Sastra”.
Tidak lupa Kami mengucapkan
Terimakasih Kepada Dosen Pengampu yang telah membantu Kami dalam mengerjakan Makalah ini.
Kami juga mengucapkan Terimakasih Kepada Teman-teman Mahasiswa yang juga sudah
memberi Konstribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah
ini.
Semoga
Makalah ini dapat memberikan Pengetahuan yang lebih luas kepada Pembaca. Penyusun
membutuhkan Kritik dan saran dari Pembaca yang bersifat membangun, guna
Terciptanya Makalah yang lebih baik di masa yang akan datang. Terimakasih.
Wassalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh.
Pringsewu, Maret 2016
Penyusun,
Kelompok 1
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Mungkin
timbul pertanyaan di hati kita: apa hubungan antara sastra dan perkembangan
kosakata? Haruslah kita sadari benar-benar bahwa membaca sastra dan pembangunan
serta peningkatan kosakata. Hendaknya berjalan serentak. Yang satu bergantung
kepada yang lain, keduanya saling menunjang. Membaca barangkali merupakan
factor terpenting dalam menunjang pembangunan dan peningkatan kosakata yang
ekstensif.
Memang
hamper tidak ada orang yang membaca khusus sastra untuk membangun kosakata.
Tetapi harus disadari bahwa kita perlu kosakata yang memadai untuk menikmati
sastra serta mempelajari sesuatu dari dalamnya. Perkenalan dengan sastra
sesudah jelas akan memperluas pengertian para siswa bagi dunia dan juga pada
hakekat manusia. Sang guru dapat saja secara tepat guna mempergunkan sastra
untuk menunjukkan kepada para siswa betapa pentingnya kata-kata, maknanya yang
beraneka ragam, dan pentingnya majas atau gaya bahasa sebagai sasaran untuk
menyampaikan serta memahami gagasan-gagasan.
Factor
yang paling penting dalam pembangunan dan peningkatan kosakata adalah
pengalaman yang kaya. Kosakata kita merupakan gambaran pengalaman kita. Tetapi
sebagai tambahan terhadap pengalaman-pengalaman tangan pertama, maka dari para
siswa pu dituntut aneka ragam pengalaman tak langsung yang diperoleh dari orang
lain melalui kegiatan-kegiatan menyimak, mengamati, dan membaca.justru sastra
lah yang dapat menyajikan berbagai ragam pengalaman seperti itu. Untuk itu,
disini kelompok kami akan membahas mengenai sastra dan kosakata anak-anak.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa sastra dan kosakata anak-anak?
2. Apa itu asosiasi dalam sastra?
3. Apa itu kosakata istilah sastra?
4. Apa itu oksimoron dalam sastra?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Memenuhi sastra dan kosakata anak-anak
2. Mengetahui asosiasi dalam sastra
3. Mengetahu kosakata istilah sastra
4. Mengetahui oksimoron dalam sastra
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sastra dan Kosakat Anak-anak
Pada masa dulu sastra anak-anak terutama
sekali berisikan masalah-masalah keagamaan, tetapi pada masa kini telah
meliputi berbagai ragam pokok permasalahan. Daftar buku yang ditulis khusus
untuk anak-anak kian hari kian bertambah. Setiap penerbit besar di Indonesia
telah turut memikirkan hal-hal seperti itu. Sebagi contoh dapat dilihat daftar
penerbit Angkasa 1984. Terlepas dari nilai sastra yang dikandung oleh setiap
buku,, maka pada tahun 1984 telah diterbitkan kurang lebih 50 buku bacaan
anak-anak, antara lain:
1) Minah dan Imran anak saleh oleh sansudi
2) Si gembala keledai oleh A.M. Almatsier
3) Beburu oleh Wilson Nadeak
4) Ibu yang bijaksana oleh Aske BA.
5) Anak-anak pantai oleh Adhy Asmara dr.
Dengan membaca buku-buku tersebut maka para
siswa tingkat SD dan SMP memperoleh pengalaman yang menyenangkan dan juga
keterampilan-keterampilan kosakata. Para siswa belajar ’’membaca’’
gambar-gambar, mempertimbangkan kata-kata dan berpikir secara kritis. Mereka
memperoleh beberapa pengertian mengenai sifat dan hakekat manusia.
Para guru yang mengajarkan sastra pada
anak-anak dengan penuh perasaan dan cekatan dapat menanamkan minat para siswa
pada kata-kata dan kenikmatan dalam membaca, yang akan tetap menjadi milik
mereka sampai sekolah tingkat atas bahkan sampai perguruan tinggi kelak.
Membaca sastra dengan berencana dapat
menolong remaja kearah pengertian yang lebih baik terhadap teman-teman sekela
mereka tanpa menghiraukan perbedaan-perbedaan dalam suku dan latar belakang.
Melalui membaca sastra anak-anak dapat belajar betapa pentingnya menghargai
nilai-nilai seseorang dalam menghadapi aneka ragam rintangan dalam kehidupan.
Pada umumnya, satra anak-anak mencerminkan
kehidupan satra itu menyajikan kata-kata yang diucapkan dan dipergunakan oleh
beraneka ragam tokoh alam beraneka ragam situasi, dan yang paling penting
adalah bahwa sastra menyajikan kata-kata bukan dalam konteks buatan dalam
konteks alamiah, buan dalam konteks artificial tetapi dalam konteks natural.
Demikianlah para guru di sekolah dasar
dapat memanfaatkan berbagai cara untuk memahami penggunaan kosakata yang
efektif dalam buku-buku sastra.guru dapat mencatat frase-frase yang di
pergunakan oleh tokoh-tokoh tertentu. Sebagai contoh, kita terakan dibawah ini
beberapa penggunaan kata-kata imajinatif dari cerita pendek karya Urib Jalal
Abduh:
Karena tergiur oleh cerita
Kami memang bisa menikmati impian itu
Membuang jauh-jauh yang bernama harga diri
Prinsip kami adalah hidup untuk makan
Kami sampah masyarakat
Tidak memiliki gairah hidup
(Sinar Harapan Minggu, 15 Juli 1984).
Salah satu aspek penting dari telaah kata
dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa umu adalah asal-usul atau sejarah
bagi para siswa muda. Barangkali cara yang paling produktif untuk memahami
telaah asal-usul kata para siswa sekolah dasar, sebagai suatu teknik bagi
pembangunan kosakata dan keadaan kritis mengenai yang dibaca, adalah melalui
telaah sastra anak-anak.
Contoh: Guru kelas 5 dan 6 SD dapat
membacakan dengan suara jelas, beberapa sajak karya pujangga kita dan kemudian
menyuruh anak-anak menganalisis kosakata nya. Misalnya sajak Sanusi Pane
sebagai berikut:
Teratai
Kepada Ki Hadjar Dewantara
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga tertai
Tidak terlihat orang yang lalu
Tersembunyi kembang indah permai
Akarnya
tumbuh di hati dunia
Daun
bersemi laksmi mengarang
Biarpun
ia diabaikan orang
Seroja
kembang gemilang mulia
Teruslah , o teratai bahagia
Berserilah dikebun Indonesia
Biar sedikit penjaga taman
Biar
engkau tidak dilihat
Biar
engkau tidak diminat
Engkaupun
turut menjaga jaman
Dari sajak diatas anak-anak disuruh
menerangkan makna kata-kata:
Tanah air gemilang
Sekuntum bunga mulia
Kembang
berseri
Indah permai taman
Di hati dunia tidak diminat
Bersemi turut
Laksmi menjaga
Diabaikan jaman
Apabila anak-anak mendapat kesulitan maka
sang guru member bimbingan. Sebaiknya kata-kata diatas dipakai pula dalam
kalimat buatan anak-anak sendiri agar makna kata itu bertambah mantap bagi
mereka.
Walaupun tujuan pokok pembacaan sajak itu
bukanlah bagi telaah kata tetapi bagi penikmat dan makna, namun kata-kata kunci
atau kata-kata penting dalam puisi-puisi tertentu dapat dipilih sebgai bahan
diskusi , baik mengenai makna ataupun mengenai asal-usulnya.
Sang guru dapat pula mempergunakan
cerita-cerita sastra sebagai titik tolak telaah asal usul. Cerita yang singkat
dan asli dapat dipergunakan oleh anak-anak sebagai bahan latihan dalam
penciptaan kata-kata baru atau menyajikan asal-usul yang aneh dari kata-kata
yang telah umum dipakai masyarakat.
Dalam pembicaraan di atas dapat diutarakan
bahwa pertumbuhan kosakata dapat dicapai dengan pengalaman-pengalaman yang
kaya, dengan konversasi atau percakapan, dengan banyak membaca beraneka ragam
karya sastra, dan dengan studi yang bersistem atau telaah yang sistematis.
Salah satu bagaian dari telaah yang sistematis ini hendaknyadiarahkan kepada
cara-cara pengembangan suatu system pengarsipan untuk mengingat dan mendapatkan
kembali kata-kata.
Dewasa ini banyak siswa membeli buku-buku
bacaan satra, atau menjadi anggota sesuatu perpustakaan ataupun kelompok
penggemar buku sastra. Untuk menolong para siswa menjadi orang yang lebih
‘’sadar kata’’, maka sang guru haruslah mendorong mereka untuk menggaris bawahi
kata-kata baru atau kata-kata yang belum biasa yang mereka temui saat mereka membaca
buku-buku tersebut. Kepada anak-anaka harus ditanamkan kesadaran bahwa ‘’buku
pribadi yang penuh tanda-tanda atau coret-coreta bukanlah buku yang jelek’’. Justru
tanda-tanda atau coret-coretan itu membuat buku itu jauh lebih bermanfaat.
Dalam menggaris bawahi kata-kata baru atau
kata-kata asing dalam bacaaan, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan,
anatara lain:
a) Kalau kata itu memerlukan kata kunci (key
word) , maka kata tersebut dapat ditemui berkali-kali. Para siswa hendaknya
waspada akan ha itu dan tidak meloncatinya atau tidak mengabaikannya begitu
saja.
b) Para siswa menjadi sadar akan kata-kata
yang diberi tanda dan sara mengejanya.
c) Para siswa menjadi merasa kurang enak kalau
dia meloncati sesuatu kata sulit tanpa mencoba dengan cepat menduga atau
mengira-ngira maknanya.
d) Para siswa mengadakan suatu keputusan
apakah suatu kata tertentu perlu dipelajari atau tidak.
e) Para siswa akan menyadari betapa banyaknya
kata penting yang belum diketahuinya.
f) Para siswa akan menyadari bahwa telaah kata
merupakan suatu pengalaman yang menarik dan sangat berharga, lebih merupakan
suatu tantangan dari pada suatu tugas.
Para siswa tentu saja dapat meningkatkan
keterampilan kosa kata mereka secara efektif dengan cara banyak membaca, bai
buku atau pun majalah sekolah. Banyak majalah-majalah yang berisi permainan
kata yang menarik dan kuis-kuis yang menarik serata menantang. Kata-kata dapat
diambil dari artiket-artikel bagi maksud-maksud yang berkaitan dengan batasan,
memperhatikan kontruksi kata dan ejaannya, serta menentukan penggunaan dalam
konteks artikel tersebut.
Salah satu cara untuk memperluas cakrawala
baca para siswa adalah dengan cara memperkaya kosakata mereka. Guru dan para
siswa dapat membaca sekilas Koran-koran dan majalah-majalah mutakhir untuk
mendapatkan batasan-batasan atau penjelasan-penjelasan mengenai kata-kata baru
atau kata-kata asing yang sering dipakai sekarang ini dalam masalah-masalah
dalam negeri, ilmiah, serta dalam hubungan-hubungan nasional dan internasional.
Dari guntingan Koran , misalnya para siswa
dapat mempelajari bahwa beberapa ilmuan percaya astronaut Apollo 11 telah
menemukan biotite (sejenis mika) di bulan. Biotite adalah sebuah istilah
berdasarkan nama Jean Biot, seseorang mineralogy Prancis.
Dari artikel majalah, para siswa dapat
memperoleh penjelasan bahwa sinar laser dapat mengirim tanda atau sinyal ked an
dari bulan. Guru dapat membaca dari sebuah artikel yang menjelaskan bahwa laser
adalah sebuah akronim yang dibentuk dari kata-kata Light Amplification by Stimulated
Emission of Radiation. Begitu pula para siswa dapat memperoleh keterangan atau
penjelasan singkat bahwa ’’Nama Arjuna’’ diambil dari kata jun yang berarti
jambangan. Benda ini merupakan symbol jiwa yang jernih. Arjuna memag berjiwa
jernih. Banyak wanita yang tergila-gila kepadanya. Kejernihan jiwa Arjuna
terpantul pada wajah dan tubhnya. Arjuna mencintai semua keindahan.
Perasaaannya senantiasa halus dan hangat. Karena kehalusannya Arjuna jadi sulit
mengatakan ’tidak’. Ini yang mengesankan Arjuna lemah. Padahal maksud arjuna
tidak mau menyakiti orang lain. (Ning;1984:45 dalam tarigan).
Para siswa mungkin saja ingin mencatat
kata-kata diatas beserta batasan-batasannya dalam buku catatan mereka. Ini
upaya yang sangat baik.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa korang
merupakan bagian sastra kita masa kini, menyajikan bahan-bahan berharga bagi pertumbuhan
kosakata dan keterampilan membaca. Setiap hari setiap Koran mencetak
beribu-ribu kata, ada yang mudah dan ada yang sukar dipahami. Koran-korang
ditanah air kita ini turur bertanggung jawab terhadap kebanyakan kata-kata baru
yang muncul dalam bahasa kebangsaan kita, bahasa Indonesia. Reporter-reporter
atau wartawan-wartawan surat kabar kerap kali menciptakan kata-kata karena
mereka membutuhkan kata-kata yang singkat, padat, menuju sasaran, lugas, hidup,
jelas seperti keadaan yang sebenarnya.
Para siswa dapat memperkaya kosakata mereka
dengan memperhatikan cara para wartawan mempergunakan kata-kata. Kata-kata dalam surat kabar terutama pada
kepala berita, kerap kali mengandung cita rasa yag berbeda dari yang terdapat
dalam buku-buku. Karena kepala berita harus sesuai dengan ruangan yang tertentu
dan mengisahkan cerita dengan sekilas saja, maka para penulis kepala berita
mempergunakan kata-kata dan frase-fraseyang sinkat dan bersemangat.
Contoh:
Icuk gunduli Morten F. Hansen 15-9, 15-4
Ratna Pradipta pecahkan rekornas renang
Terpujilah egkau ibu-bapak guru (Sinar
Harapan 16-7-84)
Partai Komunis Tolak Duduk dalam Kabinet
Fabius
2.2 Asosiasi dalam Sastra
Dalam mempelajari kosakata peranan asosiasi
sangat penting. Guru dapat menjelaskan serta dapat menunjukkan bahwa nama orang
tertentu membawa pula nama pasangannya kedalam nama orang tertentu membawa nama
pasangannya kedalam ingatan kita. Demikianlah, kita jarang sekali melihat nama
Romeo tanpa mengingat Juliet, dan sebaliknya. Dengan perkataan lain nama Romeo
berasosiasi dengan nama Juliet.
Tergantung pada latar belakang dan minat
para siswa, sang guru dapat menyajikan satu atau dua tokoh sastra yang
berhubungan erat dan menyuruh para siswa mencari pasangan eratnya. Tujuan utama
pelajran atau latihan berikut ini adalah untuk menolong para siswa mengingat
sebuah kata dengan cara mengasosiasikan sebuah kata dengan yang lain.
Contohnya
Siti nurbaya dan sasulbahri
Corrie dan Hanafi
2.3 kosakata Istilah Sastra
Penilaian terhadap sastra, baik yang dibuat
oleh para siswa ataupun yang diadakan oleh kritikus professional, akan dapat
lebih dipahami jika para siswa sudah terbiasa dengan kosakata teknis kritik dan
analisis sastra.
Butir-butir latihan berikut ini yang
berisikan beberapa istilah sastra yang dapat dipergunakan sebagai sarana
diagnostic dan pengajaran sastra disekolah.
Contoh :
1) Sajak adalah a)_____ Prosa
b)_____ Persamaan Bunyi
c)_____ Karangan Pendek dengn bentuk tertentu seperti syair
jawabannya adalah (c)
2) Alur adalah a) _____ struktur gerak dalam suatu fiksi atau drama
b) _____ awal cerita
c)
_____ akhir cerita
jawabannya adalah (a)
3) Majas adalah a)_____ Persamaan Bunyi
b)_____ Prosa
c) _____ kiasan, Figurative language
jawabanya adalah (c)
2.4 Oksimoron
Salah satu sarana kesastraan yang sering
dipergunakan oleh para penulis untuk memperoleh suatu efek adalah penggunaan
ajas oksimoron.
Kata oksimoron berasal dari bahasa Yunani
dan diturunkan dari kata-kata Oxys (tajam) dan Moros (bodoh, tolol) moron
adalah kata yang ada hubungannya dengan moros itu. Jadi suatu penggabungan
kata-kata yang berlawanan makna seperti kegagalan dengan berhasil, kekayaan
dengan menyusahkan menghasilkan majar oksimoron.
Sebagai latihan, sang guru dapat memberikan
tugas kepada para siswanya untuk mengumpulkan sejumlah contoh majas oksimoron
dari puisi, atau dari buku-buku bacaan atau dapat juga membuatnya sendiri.
Majas oksimoron seringkali kita jumpai pada puisi.
Contoh :
Kaum pesimis yang penuh harapan
Tepuk tangan yang menyedihkan
Harta yang mencelakakan
Musibah yang menguntungkan
Kebodohan yang menyelamatkan
Kepandaian orang tolol
Sarjana goblok
Kepahitan yang mengandung hikmah
Kesepian yang mengguntur
Wanita jantan
Peria betina
Tertawa masam
Kegagalan yang bijaksana
Cinta yang mengandung benci
Kekuatan yang melemahkan
Perusakan yang menyenangkan
Penyamaran terbuka
Ketenangan tergesa-gesa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada masa dulu sastra anak-anak terutama
sekali berisikan masalah-masalah keagamaan, tetapi pada masa kini telah
meliputi berbagai ragam pokok permasalahan. Daftar buku yang ditulis khusus
untuk anak-anak kian hari kian bertambah.
Membaca sastra dengan berencana dapat
menolong remaja kearah pengertian yang lebih baik terhadap teman-teman sekela
mereka tanpa menghiraukan perbedaan-perbedaan dalam suku dan latar belakang.
pertumbuhan kosakata dapat dicapai dengan
pengalaman-pengalaman yang kaya, dengan konversasi atau percakapan, dengan
banyak membaca beraneka ragam karya sastra, dan dengan studi yang bersistem
atau telaah yang sistematis.
Dalam mempelajari kosakata peranan asosiasi
sangat penting. Guru dapat menjelaskan serta dapat menunjukkan bahwa nama orang
tertentu membawa pula nama pasangannya kedalam nama orang tertentu membawa nama
pasangannya kedalam ingatan kita.
Penilaian terhadap sastra, baik yang dibuat
oleh para siswa ataupun yang diadakan oleh kritikus professional, akan dapat
lebih dipahami jika para siswa sudah terbiasa dengan kosakata teknis kritik dan
analisis sastra.
Salah satu sarana kesastraan yang sering
dipergunakan oleh para penulis untuk memperoleh suatu efek adalah penggunaan
ajas oksimoron.
Daftar Pustaka
Tarigan H.G. 1984. Kosakata. Bandung: Angkasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar