KALIMAT
(Makalah)
Di
Susun Sebagai Tugas Pada Mata Kuliah Sintaksis
Disusun
Oleh
Kelompok
6
1. Fitriyah (14040036)
2. Naris
Mulyono (14040010)
3. Silmi
Arisanti (14040012)
Dosen
Pengampu : Solikhin, M. Pd
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2016
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb
Puji
dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT.yang telah memberikan taufik dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami senantiasa bisa menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam tak lupa kami curahkan kepada Nabi
Muhammad SWT. Penyusunan makalah yang diberi judul “Kalimat”, diajukan sebagai
pamenuhan salah satu tugas terstruktur
Mata
Kuliah Sintaksis.
Dalam
penyusunan makalah ini kami mendapatkan beberapa halangan dan rintangan yang
harus kami lewati, tetapi berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak kami
bisa menyelesaikannya, walaupun kami sadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alikum
Wr. Wb.
Pringsewu, April
2016
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
dalam
bagian ”studi sintaksis” sudah dijelaskan bahwa secara hirarkis, kalimat
merupakan satuan bahasa di bawah tataran wacana. Wacana dibentuk oleh
kalimat-kalimat. perilaku kalimat sebagai unsur pembentuk wacana sangat
beragam. Ada yang secara potensial dapat berdiri sendiri, namun ada juga
memiliki ketergantungan dengan kalimat yang lain. Ada kalanya kalimat dibentuk
oleh kata, atau frase, atau dapat juga oleh frasa.
Dengan
demikian seluk beluk kalimat menjadi lebih kompleks bila ditinjau dari berbagai
segi. Orang dapat meninjau kalimat dalam kaitannya dengan keberadaan kalimat
dalam wacana., atau meninjau kalimat dari susunan unsure yang membentuknya.,
atau dapat pula dari amanat atau informasi yang disandangnya.
Pemahaman
akan seluk beluk kalimat akan member wawasan yang lebih luas tentang hakikat,
jenis, dan struktur kalimat.
Dengan
mempelajari kalimat diharapkan diperoleh pemahaman yang benar tentang hakikat
kalimat, jenis kalimat, dan beda antara kalimat dengan satuan bahasa yang lain,
misalnya klausa.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dalam
makalah ini akan mengkaji beberapa permasalahan, yaitu :
1. Apakah
yang dimaksud dengan hakikat kalimat?
2. Apakah
perbedaan kalimat dan klausa?
3. Apa
sajakah jenis-jenis kalimat?
C.
Tujuan
Tujuan dari makalah ini
adalah supaya mahasiswa :
1. dapat
mengetahui hakikat kalimat
2. dapat
mengetahui perbedaan kalimat dan klausa
3. dapat
mengetahui jenis-jenis kalimat
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT KALIMAT
Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran. Kalimat dapat
dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat
adalah satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan
kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah
klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan prediket, satuan bahasa
itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak diselingi oleh
kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa intonasi
final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum.
Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf
kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau
titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik
(.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
Dalam pandangan gramatikal yang
menganggap tatabahasa sebagai subsistem yang hirarkis, salah satu satuan yang
tetap terikat pada satuan yang lebih besar, atau dapat berdiri sendiri. ada
kemungkinan, secara relatif dalam satuan yang lebih besar kalimat itu berdiri
sendiri, mempunyai pola intonasi final, secara aktual dan potensial terdiri
dari klausa. Dalam kaitannya dalam satuan-satuan sintaksia (kata, frase,
klausa). Kalimat dapat dipandang sebagai suatu kontruksi yang disusun dari
konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, disertai intonasi final, dan
bila diperlukan dilengkapi dengan konjungsi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa terdapat dua hal penting berkenaan dengan konsep kalimat. dua hal itu
adalah konstituen dasar dan intonasi final. Konstituen dasar itu biasanya
berupa klausa, kalau pada klausa diberi intonasi final maka terbentuklah sebuah
kalimat.
Selain klausa, frase atau kata dapat
pula menjadi konstituen dasar. Hanya status kalimatnya akan berbeda, jika
dibandingkan dengan kalimat yang konstituen dasarnya berupa klausa.
Pelangsungan satuan sintaksis kata atau frase menjadi kalimat, adalah sangat
dimungkinkan. Hal ini karena proses gramatikalisasi satuan sintaksis menjadi kalimat
tidak selamanya mengikuti hirarki atau tataran bahasa secara wajar atau normal.
Ada kalanya terjadi penyimpangan, misalnya pelompatan tingkat.
Dalam hal peristiwa pelompatan tingkat
ini, bisa saja sebuah kata langsung menjadi kalimat. demikian pula halnya bisa
saja sebuah frase langsung menjadi kalimat.
Perhatikan contoh-contoh konstruksi
berikut:
1) Dini
membaca komik di kamar
2) Dini
membaca komik di kamar, sedangkan dani membaca novel baru di kebun
3) Ketika
dini membaca di kamar, doni minum di beranda
4) Novel
baru! Sebagai jawaban terhadap kalimat Tanya: apa yang dibaca dani)
5) Dini!
(sebagai jawaban atas kalimat Tanya: siapa yang membaca komik)
Konstruksi 1,2,3,4, dan 5 adalah kalimat-kalimat. akan tetapi kalu
diteliti lebih jauh konstituen dasarnya sungguh berbeda. Konstituen dasar
kalimat 1 adalah sebuah klausa terikat, kalimat 2 berupa dua buah klausa bebas,
kalimat 3 berupa sebuah klausa terikat dan sebuah klausa bebas, kalimat 4
sebuah frase, sedangkan kalimat 5 konstituen dasarnya berupa kata, dan terjadi
pelompatan tingkat untuk kalimat 4 dan 5.
B.
KALIMAT
dan KLAUSA
Sebagian
diantara kita (penutur bahasa Indonesia), sering meragukan akan perbedaan
antara kalimat dan klausa. Diatas sudah dijelaskan hubungan antara klausa
dengan kalimat dalam hubungan dengan kalmiat klausa merupakan suatu konstituen
dasar. Dan telah dijelaskan juga bahwa klausa adalah suatu satuan gramatikal
yang secara aktual dan potensial dapat menjadi kalimat, didalam pertuturan
kedalam sebuah klausa dapat diberikan intonasi final, sehingga terbentuklah
kalimat.
Mengenai
inofasi final ini, yang member ciri kalimat ada tiga buah, yaitu inofasi
deklaratif, yang dalam bahasa tulis. Dilambangkan dengan tanda titik, intinasi
interogatif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda Tanya, dan
intonasi seru yang ditandai dengan tanda seru.
Klausa
merupakan konstituen dasar yang terlengkap bagi sebuah kalimat. oleh karena itu
klausa dipandang sebagai suatu kontruksi inti suatu kalimat. di dalam klausa
terdapat unsure-unsur seperti subjek, predikat, objek dan sebagainya,
sebagaimana telah dijelaskan pada bahasan mengenai klausa. Secara lengkap
unsur-unsur klausa tersebut menjadi kalimat, hanya dengan cara memberikan
intonasi final pada klausa tersebut.
Di
dalam kalimat terdapat unsur-unsur seperti tema-tema, dan fokus serta latar.
Ciri-ciri tersebut terdapat dalam klausa dan kalimat manapun. Untuk memperjelas
hal yang terakhir, perhatikan contoh berikut:
(1.1)
orang itu anaknya lima
(1.2)
Orang itu lima anaknya
Kedua contoh di atas
yaitu (1.1), (1.2) merupakan dua
kalimat, tetapi hanya satu jenis klausa, yaitu dengan striktur
Subjek
= anak orang itu
Predikat
= lima
Demikian pula dengan kontruksi
(1.1) berikut yaitu (1.1) pendapatannya terus bertambah jumlahnya.
Konstruksi (1.2) adalah
sebuah kalimat, dengan sebuah klausa yang berstruktur.
Subjek = jumlah pendapatannya
Predikat = terus bertambah
Dari contoh terakhir
dapat ditambahkan bahwa nya pada jumlah nya meripakan suatu keharusan dalam
mengungkapkan kalimat yang konkrit yang memberikan status tema pada jumlah.
Dari uraian singkat ini dapat disimpulkan bahwa semua,
ciri-ciri yang ada dalam klausa terdapat juga dalam kalimat. bedanya adalah
bahwa klausa merupakan konstituen dasar, dan sukaligus kontruksi inti sebuah
kalimat, yang tidak ditandai oleh intonasi final, sedangkan kalimat ditandai
oleh adanya intonasi final.
C. JENIS KALIMAT
Untuk
dapat mengklasifikasikan kalimat, kita dapat menggunakan berbagai kriteria atau
tinjauan. Kriteria-kriteria itu biasanya menggambarkan beberapa dikotomi
pembagian.
1. Berdasarkan jumlah klausanya
a.
Kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terjadi
dari satu klausa bebes. Ada juga yang menyebutnya sebagai kalimat sederhana,
atau kalimat simpleks, atau kalimat ekaklausa. Semua penyebutan itu pada
dasarnya sama saja.
Contoh:
(2.1)
Dia datang dari Jakarta
S
P K
(2.2) Dunia
meratapi
musibah
ini
S P O
(2.3) Saya
sedang
menulis surat di kamar
S P O K
(2.4) Kakekku
masih gagah
S
P
(2.5) Mereka
bergembira sepanjang
hari
S
P K
(2.6) Ayah
dan ibu menyambut hari lebaran
S P O
b. kalimat
bersusun
kalimat bersusun adalah kalimat yang
terjadi dari satu klausa bebas dan sekurang-kurangnya satu klausa terikat.
Untuk sebutan kalimat bersusun ada beberapa, misalnya kalimat majemuk
bertingkat, atau kalimat majemuk subordinatif.
Disebut kalimat bersusun karena dapat
dianggap adanya lapisan untuk susunan yaitu bagian utama (atasan) dan bagian
bawahan. Disebut juga bertingkat karena bagian-bagiannya memperlihatkan
tingkatan yang tidak sama, ada bagian induk, dan ada bagian ananknya. Atau dipandang
sebagai subordinasi, artinya bagian yang satu tergantung dari bagian yang lain.
Dengan demikian akan dijumpai dengan sebutan klausa utama dan klausa bawahan,
atau ada induk kalimat dan anak kaimat. Tampaklah hubungan antara bagian-bagian
yang membentuk kalimat bersusun ini tidak setara. Atau klausa-klausa yang
membentuk kalimat bersusun itu memperlihatkan hubungan yang tidak setara. Untuk
menggambungkan klausa-klausa yang tak setara itu digunakan konjungsi
subordinatif, seperti kalau, ketika, meskipun atau karena. Akan tetapi kerakali
hubungan itu berlangsung secara implisit.
Contoh:
(3.1) dia tidak memcuci mobil karena hari hujan
(3.2) Kalau
Dini pergi, Doni pun akan pergi
(3.3) Dini membaca komik ketika Doni tidur
(3.4) Meskipun
dilarang oleh Doni, Dini akan pergi juga
(3.5) Karena
banyak yang tidak datang, rapat dibatalkan
Kalimat
(3.1) terbentuk dari dua klausa melalui salah satu proses gramatikalisasi,
yaitu penggabungan dua klausa, dia tidak
mencuci mobil dan klausa hari hujan. Klausa
yang pertama merupakan klausa utama, atau klausa bebas, dan yang kedua
merupakan klausa bawahan atau klausa terikat.
Kalimat
(3.2) terbentuk dari dua klausa yaitu doni
(pun) akan pergi sebagai klausa utama atau
klausa bebas, dan kalau dini pergi sebagai
klausa bawahan atau klausa terikat.
Kalimat
(3.3) terjadi dari dua klausa yaitu Klaus utama atau klausa bebas dini membaca komik dan klausa bawahan atau
klausa terikat ketika doni tidur.
Kalimat
(3.4) terjadi dari dua klausa yaitu klausa utama, dini akan pergi (pun) dan klausa bawahan (terikat) meskipun dilarang oleh doni.
Kalimat
(3.5) dibentuk oleh dua klausa yaitu rapat
dibatalkan sebagai klausa utama, atau klausa bebas. Dan karena banyak yang tidak datang sebagai klausa
bawahan atau klausa terikat.
c. Kalimat
Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang
terjadi dari beberapa klausa bebas. Beberapa ahli menyebutkan sebagai kalimat
setara. Klausa-klausa yang membentuk kalimat ini memliki status yang sama, yang
setara, atau sederajat, dan berhubungan secara koordinatif. Hubungan
koordinatif ini menggunakan konjungsi seperti: dan, atau, tetapi, lalu. Akan
tetapi tidak jarang hubunganini hanya secara implisit, artinya tanpa
menggunakan konjungsi.
Contoh
(4.1) Dina Melirik,
doni tersenyum dan Tia tertawa
(4.2) Dia membuka
pintu, Lalu mempersilahkan kami masuk
(4.3) Dia datang dan
duduk disebelah saya
Kalimat-kalimat diatas adalah kalimat majemuk
(setara). Tiap kalimat terdiri dari dua klausa bebas yang kedudukannya setara
atau sederajat. Khusus untuk kalimat (4.3) tampaknya terdapat unsure yang sama, dan
biasanya unsure yang sama itu (yaitu dia) disenyawakan atau dirapatkan. Kalimat
yang demikian umumnya dinamakan kalimat majemuk ratapan.
2.
Berdasarkan
struktur klausanya
a.
Kalimat lengkap
Dalah kalimat yang
mengandung klausa lengkap, kelengkapan suatu klausa ditentukan oleh
sekurang-kurangnya unsure subjek dan predikat. Jadi klausa dianggap lengkap
apabila memiliki sekurang-kurangnya subjek dan predikat.
Contoh:
(5.1) Negara Indonesia berdasarkan pancasila
S P
(5.2) Bapak mentri akan
ke jepang besok pagi
S P K
(5.3) Kakeknya petani
kaya di kampung itu
S P K
b.
Kalimat Tak Lengkap
Adalah kalimat yang
terdiri dari klausa yang tidak lengkap, yaitu yang terdiri dari subjek saja,
predikat saja, objek saja, keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam,
perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh:
Selamat
sore
Silakan
Masuk!
Kapan menikah?
3. Berdasarkan
amanat wacana
a. Kalimat Deklaratif
Adalah
kalimat yang mengandung intonasi deklaratif yang dalam ragam tulis diberikan
tanda titik.
Contoh
Dalam
bulan puasa kaum muslim berpuasa.
Gaji
negeri tidak dinaikkan.
Ir.
Ciputra presiden direktur PT. Pembangunan Jaya.
b. Kalimat Introgatif
Adalah
kalimat yang mengandung intonasi introgatif, yang dalam ragam tulis biasanya
diberi tanda Tanya (?). jenis kalimat introgatif ini ditandai pula oleh partikel
tanya seperti kah, apa, mengapa, kenapa dan lain sebagainya.
Contoh:
Mengapa
baru sekarang aku sadar?
Apa
saudara seorang mahasiswa?
Bagaimana
cara menggunakan alat ini?
c. Kalimat Imperatif
Adalah
kalimat yang mengandung intonasi imperatif, yang dalam ragam tulis biasanya
diberi tanda seru (!). jenis kalimat imperative ini ditandai pula oleh partikel
lah, hendaklah, jangan.
Contoh:
Tanamkanlah
modal anda sekarang!
Berikan
hadiah ini kepadanya!
Bacalah
buku ini!
d. Kalimat Aditif
Adalah
kalimat terikat yang bersambung pada kalimat pernyataan, dapat lengkap dapat
tidak.
Contoh:
Cuma
belum punya anak
Sedangkan
bulan mei, terang hujan tidak ada.
e. Kalimat Responsif
Adalah
kalimat terikat yang bersambung pada kalimat pertanyaan,dapat lengkap, dapat
tidak lengkap
Contoh:
Tadi
pagi!
Ya!
Tidak!
f. Kalimat Interjektif
Adalah
kalimat yang dapat terikat atau tidak seruan ada dua macam:
(a) Yang terjadi dari klausa lengkap
ditandai oleh partikel seperti: alangkah, mudah-mudahan, bukankah
(b) Yang terjadi dari struktur bukan
klausa yang ditandai oleh partikel seru seperti: wah,aduh.
Contoh: ini baru kejutan!
Mudah-mudahan Tuhan selalu menyertaimu!
4. Berdasarkan
pembentukan kalimat dari klausa inti dan perubahannya
a. Kalimat Inti
Adalah
kalimat dasar, kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap, berikut
adalah pola kalimat inti:
1) FN+FV : Ibu datang
2) FN+FV+FN : Ibu member roti
3) FN+FV+FN+FN : Ibu membacakan ayah novel
4) FN+FN : Ayah Dosen
5) FN+FA : Dini cantik
6) FN+FNum : uangnya dua juta
7) FN+FPre : bukunya di meja
b. Kalimat Noninti
Kalimat
noninti dapat di ubah menjadi kalimat noninti dengan berbagai proses
transformasi seperi: pemasifan, pengingkaran, penanyaan, penginversian.
Contoh
(6.1) komik dibaca oleh doni
(6.2) dini
tidak membaca komik
(6.3)
apakah dini membaca komik?
(6.4)
membaca komik dini
Kalimat
(6.1) adalah kalimat noninti yang merupakan proses transformasi pemasifan dari
kalimat inti “Dini membaca komik”. Kalimat (6.2) adalah kalimat noninti yang
merupakan hasil proses transformasi pengingkaran dari kalimat inti “Dini
membaca komik”. Kalimat (6.3) berasal dari kalimat inti “Dini mebaca komik”
melalui proses transformasi penanyaan. Kalimat (6.4) adalah kalimat noninti,
yang dihasilkan dari proses transformasi inversi dari kalimat inti “Dini membaca
komik”.
5.
Berdasarkan
jenis klausa
a.
Kalimat Verbal
Adalah kalimat yang
dibentuk dari klausa verba. Atau kalimat yang konstituen dasarnya adalah klausa
verbal. Kalimat verbal terdiri atas verba transitif, intransitif, aktif, pasif.
Contoh:
Ibu menukis surat
(kalimat transitif)
Ibu bertamu ke rumah
bibi (kalimat intransitif )
Surat ditulis ibu
(kalimat pasif)
b.
Kalimat Nonverbal
Adalah kalimat yang
dibentuk oleh klausa nonverbal sebagai
konstituen, dasarnya sebagaimana halnya kalimat verbal, pemerintah kalimat
nonverbal sama halnya dengan pemerintah klausa nonverbal yang mencakup antara
lain klausa nominal, klausa ajektifa, klausa numeralia.
Contoh:
Kakeku
dosen seni rupa
S PN
Ibu
guru
itu, cantik sekali
S PAdj
Hutangnya tiga juta
PNum
Mereka di kamar depan
PPre
6.
Berdasarkan
fungsi kalimat sebagai pembentuk paragraph
a.
Kalimat Bebas
Adalah kalimat yang
mempunyai potensi. Untuk menjadi ujaran lengkap, atau kalimat yang dapat
memulai sebuah paragraph wacana tanpa konteks lain yang member penjelasan.
b.
Kalimat Terikat
Adalah kalimat yang
tidak dapat berdiri sendiri sebagi ujaran lengkap. Biasanya kalimat terikat ini
menggunakan salah satu tanda ketergantungan.
Berikut adalah kalimat
contoh kalimat bebas dan kalimat terikat:
Sekarang
di riau amat sukar mencari terubuk (1) jangankan ikannya, telurnyapun sangat
sukar diperoleh (2) kalaupun bisa diperoleh, harganya melambung selangit (3)
makanya, ada kecemasan masyarakat nelayan di sana bahwa terubuk yang spesifik
ituakan punah (4).
Keterangan
Kalimat (1) merupakan
kalimat bebas, karena tanpa harus diikuti kalimat (2), (3), (4). Dan kalimat
resebut sudah menjadi ujaran lengkap yang bisa dipahami.
Kalimat (2), (3),(4)
merupakan kalimat terikat, karena ketiga kalimat tersebut secara
sendiri-sendiri tidak bisa dipahami sehingga tidak dapat berdiri sendiri
sebagai ujaran.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Kalimat adalah satuan bahasa
terkecil yang merupakan kesatuan pikiran (Widjono, 2007). Kalimat dapat
dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat
adalah satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan
kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah
klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan prediket, satuan bahasa
itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak diselingi oleh
kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa intonasi
final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum.
Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf
kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau
titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik
(.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
2. Sebagian
diantara kita (penutur bahasa Indonesia), sering meragukan akan perbedaan
antara kalimat dan klausa. Diatas sudah dijelaskan hubungan antara klausa
dengan kalimat dalam hubungan dengan kalmiat klausa merupakan suatu konstituen
dasar. Dan telah dijelaskan juga bahwa klausa adalah suatu satuan gramatikal
yang secara aktual dan potensial dapat menjadi kalimat, didalam pertuturan
kedalam sebuah klausa dapat diberikan intonasi final, sehingga terbentuklah
kalimat.
3. Jenis-jenis
kalimat
a) Berdasarkan
jumlah klausanya dibedakan atas kalimat tunggal, kalimat bersusun dan kalimat
majemuk
b) Berdasarkan
struktur klausanya dibedakan atas lengkap dan tak lengkap.
c) Berdasarkan
kalimat amanat wacana dibedakan atas kalimat deklaratif, interogatif,
imperative, aditif, respondif dan interaktif
d) Berdasarkan
pembentukan kalimat dari klausa inti dan noninti
e) Berdasarkan
fungsi kalimat sebagai pembentuk paragraph dibedakan atas kalimat bebas dan
kalimat terikat.
B.
Saran
Mempelajari tentang
kalimat, dan jenis-jenis kalimat sangat penting bagi kita selaku mahasiswa
pendidikan bahasa Indonesia, karena sebagai bekal kita dalam membuat suatu
karya sastra atau wacana yang benar dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad
HP, 2002. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta.
Manasco Offset
Tidak ada komentar:
Posting Komentar