Rabu, 22 Maret 2017

Hakikat Menulis

HAKIKAT MENULIS

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Menulis Puisi


Dosen Pengampu      : Ibu Amy Sabila, M.Pd.


Disusun Oleh: Kelompok 1

1.      Ana Wahyu Kusniati      NPM   14040004
2.      Intan Siti Soleha              NMP 14040023
3.      Rahmat Mahardika        NPM 14040017


 












SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya diperuntukkan kepada Sang Maha Pencipta dan Pemilik jiwa dan ruh seluruh makhluk dan telah menjadikan Muhammad, Rasulullah saw sebagai teladan dan anutan bagi seluruh umat manusia di dunia dan akhirat. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi termulia, Muhammad saw, segenap keluarganya, sahabat-sahabat, dan umat yang senantiasa memegang teguh ajarannya sampai hari berbangkit. penyusun doakan semoga kita semua berada dalam rahmat dan ridho-Nya, sehingga tak sedikitpun ruang dan waktu, melainkan memberikan manfaat untuk umat dalam keseharian kita, Aamiin.
Dengan terselesaikannya makalah dengan Judul “Hakikat Menulis”, ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Ibu Amy Sabila, M.Pd. Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Menulis Puisi. Penulis  menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, ’’tidak ada jalan yang tidak berlubang’’ maka tidak ada manusia yang sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan makalah dimasa yang akan datang. Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan bagi semua pihak yang telah membaca makalah ini.



Pringsewu,   Fenruari 2017
Penyusun,


Kelompok 1

DAFTAR ISI




















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Menulis merupakan hal yang sangat penting bagi kita, terutama bagi seorang mahasiswa. Dalam perjalanan kami menjadi seorang mahasiswa, keterampilan berbahasa yang satu ini selalu diperlukan selama kita  menjadi seorang mahasiswa dan sampai menjadi seorang pendidik. Sebagai contoh dalam menulis makalah untuk tugas mata kuliah dan menulis skripsi, menulis sangat berperan penting sebagai bekal kami untuk menyampaikan pikiran dan gagasan mahasiswa pada saat kami kuliah maupun ketika kelak kami menjadi seorang pendidik. Menulis itu sangat penting karena setiap hari kita pasti akan melakukan yang namanya menulis.

Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Sebagai suatuketerampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena penulis dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya dalam formulasi ragam bahasa tulis dan konvensi penulisan lainnya.

Penguasaan bahasa dan penguasaan menulis dalam penulisan merupakan faktor penting yang harus diketahui sejak awal. Aspek bahasa dalam menulis terkait dengan sikap, pembaca, dan tujuan. Sikap, pembaca, dan tujuan akan mempengaruhi bagaimana menulis kalimat, pilihan kata, dan gaya bahasa. Penguasaan bahasa dan penguasaan menulis yang baik akan mempermudah memilih yang akan digunakan sebagai media tulisannya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud hakikat menulis?
2.      Apa saja manfaat menulis?
3.      Apa saja ragam menulis?
4.      Apa saja mitos tentang menulis dan pembelajarannya ?
C.    Tujuan
1.      Mengetahui hakikat menulis
2.      Mengetahui manfaat menulis
3.      Mengetahui ragam menulis
4.      Mengetahui berbagai mitos tentang menulis dan pembelajarannya


























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Menulis

Menulis  ialah  menurunkan atau  melukiskalambang-lambang  grafik  yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang  grafik tersebut  yandi dalamnya mengandung pesan yang dibawa penulis. Pesan yang dibawa oleh penulis melalui gambar huruf-huruf disebut karangan. Karangan sebagai ekspresi pikiran, gagasan, pendapat, pengalaman disusun secara sistematis dan logis (Sutari, 1997:26).

Seseorang yang terampil menulis tanpa terampil mengarang tidak mempunyai arti sebab tidak ada yang dinikmati pembaca. Sebaliknya, terampil mengarang belum tentu terampil menulis karena dalam mengarang yang terlibat hanya ekspresi atau imajinasi. Hal tersebut dapat dilakukan baik melalui bahasa lisan maupun tulis. Akan tetapi, jika terampil menulis berarti harus terampil mengarang karena ada karangan yan dihasilka sebaga ekspresi   pikira dan   perasaan Denga kat lain, mengararang merupakan bagian dari menulis. Keduanya saling melengkapi.

B.     Pengertian menulis

Menulis adalah sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Dalam pengertian yang lain, menulis adalah kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Dengan demikian, dapat kita tegaskan bahwa pengertian menulis adalah kegiatan seseorang untuk menyampaikan gagasan kepada pembaca dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh pembaca.

Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang harus dipelajari secara terus menerus. Tulisan yang baik adalah tulisan yang dapat memberikan informasi kepada pembaca secara jelas. Menurut Tarigan (2008: 22) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang  grafis yang menghasilkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut dan dapat memahami bahasa dan grafis itu.

Menurut Suparno dan Yunus (2003: 13) aktivitas menulis melibatkan beberapa unsur, yaitu penulis sebagai penyampaian pesan, isi tulisan, saluran atau media, dan pembaca. Menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.

Menurut Widyamartaya (1991: 9) mengemukakan pengertian menulis sebagai proses kegiatan pikiran manusia yang hendak mengungkapkan kandungan jiwanya kepada orang lain atau kepada diri sendiri dalam bentuk tulisan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan   suatu proses aktivitas gagasan, pikiran, perasaan yang ingin disampaikan kepada orang lain melalui media bahasa yang berupa tulisan. Sebagai alat komonikasi tidak langsung melalui tulisan penulis dapat mendeskripsikan sesuatu kepada orang lain sehingga pembaca dapat melukiskan apa yang disampaikan. Semakin baik tulisan yang disampaikan semakin baik pula pesan yang diterima oleh orang lain.

C.    Manfaat Menulis
Graves (dalam Akhadiah dkk., 1998:1.4) berkaitan dengan manfaat menulis mengemukakan bahwa:
1.      menulis menyumbang kecerdasan,
2.      menulis mengem-bangkan daya inisiatif dan kreativitas,
3.      menulis menumbuhkan keberanian, dan
4.      menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.


1.      Menulis Mengasah Kecerdasan
Menulis adalah suatu aktivitas yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan mengharmonikan berbagai aspek. Aspek-aspek itu meliputi:
a)      pengetahuan tentang topik yang akan dituliskan,
b)      penuangan pengetahuan itu ke dalam racikan bahasa yang jernih, yang disesuaikan dengan corak wacana dan kemampuan pembacanya, dan
c)      penyajiannya selaras dengan konvensi atau aturan penulisan. Untuk sampai pada kesanggupan seperti itu, seseorang perlu memiliki kekayaan dan keluwesan pengungkapan, kemampuan mengendalikan emosi, serat menata dan mengembangkan daya nalarnya dalam berbagai level berfikir, dari tingkat mengingat sampai evaluasi.
2.      Menulis Mengembangkan Daya Inisiatif dan Kreativitas
Dalam menulis, seseorang mesti menyiapkan dan mensuplai sendiri segala sesuatunya. Segala sesuatu itu adalah:
a)      unsur mekanik tulisan yang benar seperti pungtuasi, ejaan, diksi, pengalimatan, dan pewacanaan,
b)      bahasa topik, dan
c)      pertanyaan dan jawaban yang harus diajukan dan dipuaskannya sendiri.
Agar hasilnya enak dibaca, maka apa yang dituliskan harus ditata dengan runtut, jelas dan menarik.
3.      Menulis Menumbuhkan Keberanian
Ketika menulis, seorang penulis harus berani menampilkan kediriannya, ter-masuk pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta menawarkannya kepada publik. Kon-sekuensinya, dia harus siap dan mau melihat dengan jernih penilaian dan tanggapan apa pun dari pembacanya, baik yang bersifat positif ataupun negatif.

4.      Menulis Mendorong Kemauan dan Kemampuan Mengumpulkan Informasi
Seseorang menulis karena mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu hal yang menurutnya perlu disampaikan dan diketahui orang lain. Tetapi, apa yang disampaikannya itu tidak selalu dimilikinya saat itu. Padahal, tak akan dapat me-nyampaikan banyak hal dengan memuaskan tanpa memiliki wawasan atau pengeta-huan yang memadai tentang apa yang akan dituliskannya. Kecuali, kalau memang apa yang disampaikannya hanya sekedarnya.

Kondisi ini akan memacu seseorang untuk mencari, mengumpulkan, dan me-nyerap informasi yang diperlukannya. Untuk keperluan itu, ia mungkin akan membaca, menyimak, mengamati, berdiskusi, berwawancara. Bagi penulis, pemero-lehan informasi itu dimaksudkan agar dapat memahami dan mengingatnya dengan baik, serta menggunakannya kembali untuk keperluannya dalam menulis. Implikasi-nya, dia akan berusaha untuk menjaga sumber informasi itu serta memelihara dan mengorganisasikannya sebaik mungkin. Upaya ini dilakukan agar ketika diperlukan, informasi itu dapat dengan mudah ditemukan dan dimanfaatkan. Motif dan perilaku seperti ini akan mempengaruhi minat dan kesungguhan dalam mengumpulkan infor-masi serta strategi yang ditempuhnya.

Menulis banyak memberikan manfaat, di antaranya:
a)      wawasan tentang topik akan bertambah, karena dalam menulis berusaha mencari sumber tentang topik yang akan ditulis,
b)      berusaha belajar, berpikir, dan bernalar tentang sesuatu misalnya menjaring informasi, menghubung-hubungkan, dan menarik simpulan,
c)      dapat menyusun gagasan secara tertib dan sistematis,
d)     akan berusaha menuangkan gagasan ke atas kertas walaupun gagasan yang tertulis me-mungkinkan untuk direvisi,
e)      menulis memaksa untuk belajar secara aktif, dan
f)       menulis yang terencana akan membisakan berfikir secara tertib dan sistematis.

D.    Apa Hubungan Menulis dengan Keterampilan Berbahasa yang lain

Apa Hubungan Menulis dengan Keterampilan Berbahasa yang lain?
Menulis sebagai aktivitas berbahasa tidak dapat dilepaskan dari kegiatan berbahasa lainnya. Apa yang diperoleh melalui menyimak, membaca dan berbicara, akan memberinya masukan berharga untuk kegiatan menulis. Meskipun demikian, menulis sebagai suatu aktivitas berbahasa tulis memiliki perbedaan, terutama dengan kegiatan berbahasa lisan. Perbedaan itu menyangkut kecaraan serta konteks dan hubungan antar unsur yang terlibat, yang berimplikasi pada ragam bahasa yang digunakan.

Karangan dapat disajikan dalam lima bentuk atau ragam wacana. Yakni: deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. .Deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Narasi adalah ragam yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Eksposisi adalah menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya. Argumentasi dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya. Adapun persuasi ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya.

Ada beberapa  pendapat yang berkaitan dengan pembelajaran menulis seperti yang dilontarkan oleh pendekatan frekuensi, gramatikal, koreksi dan formal. Pendekatan-pendekatan itu tidak sepenuhnya salah. Namun, beberapa  pendekatan itu tidak menyentuh aktivitas menulis sebagai proses.

Menulis sebagai suatu proses , menulis melibatkan serangkaian kegiatan yang terbagi atas tahap prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Fase prapenulisan merupakan tahap persiapan yang mencakup kegiatan pemilihan topik, penentuan tujuan, penentuan pembaca dan  corak karangan, pengumpulan informasi atau bahan tulisan, serta penyusunan kerangka karangan.

Berdasar kerangka itu, maka pengembangan karangan pun dimulai. Inilah fase penulisan. Setiap butir ide yang telah direncanakan dikembangkan secara bertahap dengan memperhatikan jenis informasi yang disajikan, pola pengembangan, pembahasan, dan sebagainya. Setelah fase ini selesai, maka penulis membaca kembali, memeriksa dan memperbaiki karangan, dan fase inilah yang disebut  dengan tahap pascapenulisan. Di sini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang dihasilkan. Kegiatan ini bisa terjadi beberapa kali.

E.     Berbagai Mitos tentang Menulis dan Pembelajarannya

Menulis adalah suatu sarana  mengekspresikan perasaan dan  pemikiran kita. Selain itu, menulis juga merupakan media berbagi pengalaman dan berbagi ilmu pengetahuan. Namun banyak muncul berbagai mitos atau pendapat yang keliru tentang menulis sehingga sering menghalangi kita untuk memulai menulis.

Aylia  (2012) mengatakan ada banyak mitos yang bisa menghalangi sesorang untuk menulis. Mitos seringkali sangat mempengaruhi pola pikir seseorang. Padahal belum tentu sebuah mitos itu seratus persen benar. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa mitos menulis. Diantaranya, yaitu:
1.      Menulis itu Mudah
Ada mitos yang mengatakan bahwa menulis itu mudah namun kenyataannya yang mudah itu adalah teori menulis atau mengarang. Karena menulis bukanlah sekadar teori, melainkan keterampilan. Teori atau pengetahuan menulis hanyalah sekadar alat untuk mempercepat dan mempertinggi pemerolehan kemampuan seseorang dalam mengarang. Karena tanpa dilibatkan langsung dalam kegiatan dan latihan menulis, seseorang tidak akan pernah mampu menulis dengan baik. Ia harus mencoba dan berlatih berulang kali, memilih topik, menentukan tujuan, mengenali pembaca, mencari informasi pendukung, menyusun kerangka karangan, serta menata dan menuangkan ide-idenya secara runtut dan tuntas dalam racikan bahasa yang terpahami.

2.      Menulis itu Harus Sekali Jadi
Mitos tentang menulis harus sekali jadi ini dapat memfrustasikan dan menggagalkan orang yang menulis terutama orang yang baru mulai menulis. Karena bisa membuat tulisannya tidak pernah selesai. Seseorang  menulis, tetapi ketika sudah beberapa alinea dibuatnya, ia banyak menemukan ketidakcocokan atau kekurangan. Ia membuang tulisannya dan mulai menulis kembali. Dibaca lagi, ternyata masih banyak ketidaksesuaian. Lalu mengganti dan menulis lagi. Begitulah seterusnya. Ini akan membuat tulisannya tidak pernah jadi karena ia ingin tulisannya sempurna dalam sekali jadi. Keinginan itu sebenarnya wajar dan bagus tetapi mitos itu malah menjadi bumerang bagi dirinya.

Tidak banyak orang yang dapat menulis sekali jadi. Bahkan, penulis profesional sekali pun. Menulis merupakan sebuah proses. Sebagai proses, menulis melibatkan beberapa tahap sebelum tulisan itu final. Tahap-tahap itu adalah fase prapenulisan, penulisan, serta penyuntingan, perbaikan, dan penyempurnaan.

3.      Orang yang Tidak Menyukai dan Tidak Pernah Menulis Dapat Mengajarkan Menulis.
Siapa pun yang mengajar menulis atau mengarang ia harus menyukai dan memiliki pengalaman serta keterampilan mengarang. Karena ia harus dapat menunjukkan  kepada muridnya manfaat dan nikmatnya menulis. Ia pun harus mampu mendemonstrasikan apakah mengarang itu dan bagaimana melakukannya. Seorang guru yang takut dan tidak suka menulis, bagaimana dapat melakukan hal itu. Padahal murid belajar menulis berdasarkan apa yang diajarkan gurunya.

4.      Kemampuan Menggunakan Unsur Mekanik Tulisan merupakan Inti dari Menulis.
Di dalam menulis atau mengarang, seseorang memang perlu memiliki keterampilan menggunakan unsur-unsur mekanik seperti penggunaan ejaan, pemilihan kata, pengkalimatan, pengalineaan, dan pewacanaan. Namun, tidak hanya sebatas itu. Di dalam karangan atau tulisan harus terkandung sesuatu atau isi yang akan disampaikan. Isi itu dapat berupa ide, gagasan, perasaan, atau informasi yang akan diungkapan penulis kepada orang lain. Unsur mekanik merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk mengemas dan menyajikan isi karangan agar dapat dipahami dengan baik oleh pembacanya.

Baik isi atau unsur mekanik karangan atau tulisan sama pentingnya. Oleh karena itu, ketika mengarang atau belajar mengarang, fokus perhatian tidak boleh hanya ditunjukkan kepada salah satunya saja, tetapi kepada keduanya secara seimbang.
5.      Menulis Membutuhkan Banyak Waktu
Hal ini sangat mengganggu terutama untuk orang yang baru mencoba menulis. Orang yang sangat sibuk tentu akan bingung membagi waktunya untuk menulis. Mitos ini bisa menyebabkan orang enggan menulis, karena membayangkan harus menulis sebegitu tebal, berapa lama waktunya, kapan selesainya. Ada benarnya menulis itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Beberapa penulis membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menghasilkan tulisannya. Tetapi kita bisa membagi waktu yang sangat lama itu dalam waktu yang singkat tapi bertahap dan kontinu. Kita dapat meluangkan waktu sedikit saja untuk menulis. Dengan waktu yang pendek tapi terus-menerus maka kita akan dapat menyelesaikan tulisan kita dengan baik.

6.      Harus Menulis Sesuatu yang Spektakular
Banyak orang enggan menulis karena ada mitos yang beranggapan jika ingin menulis, harus menulis sesuatu yang sensasional, dan tidak boleh yang kacangan. Mungkin ini ada kaitannya dengan gengsi. Pada dasarnya, setiap orang bebas menulis apa saja. Tidak harus menulis sesuatu yang sangat rumit. Jika kita menulis sesuatu yang sederhana pun, tidak menjadi masalah. Bila kita bisa menuliskan dengan baik dan menarik, maka topik yang paling sederhana pun akan menjadi cerita yang menakjubkan.

7.      Menulis Memerlukan Bakat
Beberapa ahli mengungkapakan bahwa untuk menjadi seorang penulis, bakat bukanlah syarat mutlak untuk menjadi seorang penulis. Keterampilan menulis diawali oleh minat, kreativitas, latihan dan penalaran yang tajam akan fenomena sosial yang ada, dan tidak  kalah pentingnya adalah kebiasaan membaca sebagai sumber bacaan. Karena ada keterkaitan yang sangat kuat antara membaca dan menulis. Dengan banyak membaca dapat memperluas wawasan dan memperkaya tulisan.

8.      Menulis Membutuhkan Kondisi Semacam Kesurupan  
Ada mitos yang menyatakan bahwa untuk dapat menulis dengan baik dibutuhkan kondisi semacam kesurupan. Yakni di mana sang penulis tidak sadar seperti orang yang mengalami kesurupan saat ia mulai menulis. Namun mitos menulis membutuhkan kondisi semacam kesurupan itu tidak benar. Karena menulis merupakan sebuah kemampuan, kemahiran, dan kepiawaian seorang dalam menyampaikan gagasannya ke dalam sebuah tulisan agar dapat diterima oleh pembaca. Seseorang menulis dalam keadaan sadar. Baik apa yang sedang ditulisnya maupun lingkungan (tempat) yang mendukungnya untuk menulis.

Sebenarnya, kondisi yang sedang dialami oleh penulis bukanlah sebuah kondisi di mana penulis tidak sadar atau semacam kesurupan, melainkan terkadang penulis terlalu menghayati dan terbawa dalam tulisannya sehingga terlihat tidak peduli akan lingkungan sekitarnya. Namun perlu ditegaskan bahwa penulis tetap dalam keadaan sadar saat ia menulis.

F.     Metode Pembelajaran Menulis
Dalam pembelajaran menulis, dipergunakan beberapa metode, yaitu:
1.      Metode langsung
Metode pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Dalam metode langsung, terdapat lima fase yang penting: fase persiapan dan motivasi, fase demonstrasi, fase pembimbingan, fase pengecekan, dan fase pelatihan lanjutan.  Sebagai contoh: guru menunjukkan gambar banjir yang melanda suatu sebuah desa atau melihat langsung peristiwa banjir di sebuah desa.  Dari gambar tersebut, siswa dapat membuat tulisan secara runtut dan logis berdasarkan gambar.

2.      Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan metode komunkatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa.  Setiap tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikasikan ke dalam tujuan kongkret yang merupakan produk akhir.  Sebagai contoh: metode komunikatif dapat dilakukan dengan teknik menulis dialog.  Siswa menulis dialog tentang yang mereka lakukan dalam sebuah aktivitas.  Kegiatan ini dapat dilaksanakan perseorangan ataupun kelompok.
3.      Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses.  Integrtif terbagi menjadi dua bagian: interbidang studi dan antarbidang studi.  Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan.  Sebagai contoh: menulis diintegrasikan  dengan berbicara dan membaca.  Adapun antarbidang studi artinya pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi.  Sebagai contoh: antara bahasa Indonesia  dengan matematika atau dengan bidang studi lain.

4.      Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan.  Tema yang telah ditentukan harus diolah sesuai dengan perkembangan dan lingkungan siswa.   Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.

5.      Metode Konstruktivistik
Asumsi sentral metode konstruktivistik adalah belajar itu menemukan.  Artinya, meskipun guru menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi itu agar informasi tersebut masuk ke dalam pemahaman mereka.  Konstruktivistik dimulai dari masalah yang sering muncul dari siswa sendiri dan selanjutnya membantu siswa menyelesaikan dan menemukan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut.

6.      Metode Kontekstual
Pembelajaran dengan menggunakan metode ini akan mempermudah dalam pembelajaran menulis, yakni konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dengan kehidupan pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan penerapannya dengan kehidupan sehari-hari.  Metode ini dapat diterapkan dalam salah satu pembelajaran menulis deskripsi.  Siswa dapat belajar dalam situasi dunia  nyata, tidak dalam dunia awang-awang.
BAB III
KESIMPULAN
A.    Kesimpulan
Menulis adalah sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Dalam pengertian yang lain, menulis adalah kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung.
Manfaat menulis mengemukakan bahwa: menulis menyumbang kecerdasan, menulis mengem-bangkan daya inisiatif dan kreativitas, menulis menumbuhkan keberanian, dan menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Menulis sebagai aktivitas berbahasa tidak dapat dilepaskan dari kegiatan berbahasa lainnya. Apa yang diperoleh melalui menyimak, membaca dan berbicara, akan memberinya masukan berharga untuk kegiatan menulis. Meskipun demikian, menulis sebagai suatu aktivitas berbahasa tulis memiliki perbedaan, terutama dengan kegiatan berbahasa lisan. Perbedaan itu menyangkut kecaraan serta konteks dan hubungan antar unsur yang terlibat, yang berimplikasi pada ragam bahasa yang digunakan.
Ada banyak mitos yang bisa menghalangi sesorang untuk menulis. Mitos seringkali sangat mempengaruhi pola pikir seseorang. Padahal belum tentu sebuah mitos itu seratus persen benar.






DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, S., Maidar, G.A., dan Sakura, H.R. (1998). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Tarigan, Henry Guntur. (2008). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Sutari, Ice. (1997). Dasar-dasar Kemampuan Menulis. Bandung : FPBS IKIP Bandung.
Suparno dan M. Yunus. (2003). Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Pusat.
Widyamartaya. 1991. Menulis Narasi dan Deskripsi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Aylia. Tersedia [Online]. http://slalubeningdihatiaylia.blogspot.co.id/2012/01/mitos-mitos-menulis.html. diunduh pada tanggal 2 Februari 2017.

(http://mgmpbindobogor.wordpress.com/2009/10/16/metode-pembelajaran-menulis/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar