Rabu, 22 Maret 2017

Membaca Pemahaman Kreatif

MEMBACA PEMAHAMAN KREATIF
(MAKALAH)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Perkulihan Mata Kuliah Membaca







SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2015




KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan kekuatan dan ketabahan bagi hamba-Nya. Serta memberi ilmu pengetahuan yang banyak agar kita tidakmerasa kesulitan. Shalawat serta salam tidak lupa kami sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan wahyu kepada hamba-Nya yang setia sampai akhir zaman.
Makalah yang berjudul “Membaca Pemahaman Kreatif” ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Membaca. Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dan sumbangan pemikiran, serta dorongan dari berbagai pihak tetapi tidak luput dari kendala yang begitu banyak.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi kami, Aamin yarobbal’alamiin.

                                                                                    Pringsewu,   Desember 2015
Penyusun

Kelompok 8






DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I    PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II    PEMBAHASAN
A. Pengertian Membaca kreatif
B. Ciri-ciri Membaca Kreatif
C. Latihan-latihan Membaca Kreatif
D. Tujuan Membaca Kreatif
E. Manfaat Membaca Kreatif
BAB II    PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Istilah kreatif berarti tindak lanjut setelah seseorang melakukan kegiatan membacanya, jika seseorang membaca lalu berhenti pada saat setelah ia menutup bukunya, maka dirinya tidak dikatakan sebagai pembaca kreatif, sebaliknya jika membaca setelah dia melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi peningkatan kehidupan baru dia dikatakan sebagai pembaca yang kreatif (Nurhadi, 2004).
Dalam membaca kreatif, membaca dituntut mencermati ide-ide yang dikemukakan penulis, kemudian membanding-bandingkannya. Proses lebih penting dari kegiatan membaca kreatif itu tidak sekedar menganggap makna dan maksud bahan bacaan, tetapi juga menerapkan makna dan maksud bahan bacaan, tetapi bacaan di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kualitas hidupnya. Pembaca juga diharapkan dapat melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi kepentingan kualitas hidupnya berdasarkan informasi dari bacaan dengan menerapkan informasi diharapkan. Kualitas hidup pembaca tidak akan terarah dan meningkat kalau ternyata begitu selesai pembaca tidak ada tindak lanjutnya, berarti ia bukan pembaca kreatif. Dalam hal ini, dalam diri seorang pembaca kreatif secara otomatis akan tampak sejumlah kamajuan, baik dalam hal kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dengan kata lain, tingkatan membaca kreatif lebih tinggi daripada membaca literal, interpretatif maupun kritis.
B.     Rumusan Masalah
1.      Mengetahui pengertian membaca pemahaman kreatif
2.      Mengetahui ciri-ciri membaca kreatif
3.      Mengetahui latihan-latihan membaca kreatif
4.       Mengetahui tujuan membaca kreatif
5.       Mengetahui manfaat membaca kreatif

C.     Tujuan Penulisan
1.      Agar dapat memahami membaca pemahaman kreatif
2.      Agar dapat memahami ciri-ciri membaca kreatif
3.       Agar dapat memahami latihan-latihan membaca kreatif
4.      Agar dapat memahami tujuan membaca kreatif
5.      Agar dapat memahami manfaat membaca kreatif
















BAB II
PEMBAHASAN

A   Pengertian Membaca Kreatif
Membaca kreatif yaitu proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang terdapat dalam bacaan dengan cara mengidentifikasi ide-ide yang menonjol atau mengombinasikan pengetahuan yang sebelumnyapernah didapatkan. Dalam hal ini, setelah seorang pembaca menyelesaikan bacaannya ia tentu saja memiliki daya inisiatif dan kreatif untuk mengembangkan pemahaman membacanya dengan menghasilkan ide baru yang inovatif.
Istilah kreatif berarti tindak lanjut setelah seseorang melakukan kegiatan membacanya, jika seseorang membaca lalu berhenti pada saat setelah ia menutup bukunya, maka dirinya tidak dikatakan sebagai pembaca kreatif, sebaliknya jika membaca setelah dia melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi peningkatan kehidupan baru dia dikatakan sebagai pembaca yang kreatif (Nurhadi, 2004).
Pratiwi dan Subyantoro (2003) mengatakan bahwa membaca kreatif adalah tindakan tertinggi dari kemampuan membaca seseorang dan kemampuan membaca kreatif, artinya seseorang pembaca yang baik adalah membaca tidak hanya sekedar menangkap makna tersurat (reading the lines), tetapi juga mampu  secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari.
Unohamdi mengatakan bahwa membaca kreatif adalah kegiatan yang tidak hanya sekedar menangkap makna tersurat, makna antara baris tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk sehari-hari.
Dalam membaca kreatif, membaca dituntut mencermati ide-ide yang dikemukakan penulis, kemudian membanding-bandingkannya. Proses lebih penting dari kegiatan membaca kreatif itu tidak sekedar menganggap makna dan maksud bahan bacaan, tetapi juga menerapkan makna dan maksud bahan bacaan, tetapi bacaan di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kualitas hidupnya. Pembaca juga diharapkan dapat melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi kepentingan kualitas hidupnya berdasarkan informasi dari bacaan dengan menerapkan informasi diharapkan.
Kualitas hidup pembaca tidak akan terarah dan meningkat kalau ternyata begitu selesai pembaca tidak ada tindak lanjutnya, berarti ia bukan pembaca kreatif. Dalam hal ini, dalam diri seorang pembaca kreatif secara otomatis akan tampak sejumlah kamajuan, baik dalam hal kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dengan kata lain, tingkatan membaca kreatif lebih tinggi daripada membaca literal, interpretatif maupun kritis.
Menurut burdansyah membaca kreatif adalah membaca yang tidak berhenti setelah bacaan atau buku tuntas dibaca, dan masih ada proses tindak lanjut yang tujuan akhirnya berupa peningkatan kualitas hidup dan tingkatan kulitas hidup yang paling bermakna dalam kegiatan membaca adalah membaca kreatif.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa membaca kreatif adalah sebuah proses membaca yang tidak hanya menangkap suatu makna, tetapi setelah kita membaca seorang harus dapat menerapkan dalam hal sehar-hari dan dapat mengombinasikan pengetahuan yang sebelumnya pernah didapatkan.
B. Ciri-ciri Membaca Kreatif
Menurut Nurhadi (2004), sebagai seorang pembaca kreatif harus dapat memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
1.      Kegiatan membaca tidak berhenti sampai pada saat menutup buku.
2.      Mampu menerapkan hasilnya untuk kepentingn hidup sehari-hari
3.       Munculnya perubahan sikap dan tingkah laku setelah proes membaca selesai.
4.       Hasil membaca berlaku sepanjang masa.
5.      Mampu menilai membaca secara kritis dan kreatif bahan-bahan bacaan.
6.      Mampu memecahkan masalah kehidupn sehari-hari berdasarkan hasil bacaan yang dibaca.
Menurut burdansyah, ada banyak hal yang akan terjadi pada seorang pembaca kreatif. Beberapa diantaranya adalah:
1.      Mampu memilih atau menentukan bahwa bacaan yang tepat sesuai dengan kebutuhan atau minatnya
2.      Tampak kemajuan dalam cara berpikir atau cara pandang terhadap suatu masalah
3.      Terbentuk kematangan dalam cara pandang, sikap, dan cara berpikir
4.      Tampak wawasan semakin jauh ke depan dan mampu membuat analisis sederhana terhadap suatu persoalan
5.      Ada peningkatan dan prestasi atau profesionalisme kerja
6.      Semakin berpikir praktis dan pragmatis dalam segala persoalan.
C. Latihan-latihan Membaca Kreatif
Membaca kreatif perlu diadakan latihan serangkaian keterampilan. Beberapa latihan tersebut adalah:
1.      Keterampilan mengikuti petunjuk dalam bacaan kemudian menerapkannya
2.      Ketampilan membuat resensi buku
3.       Keterampilan memecahkan masalah sehari-hari melalui teori yang disajikan dalam buku
4.      Keterampialan mengubah buku cerita prosa (cerpen, novel) menjadi bentuk naskah drama atau sandiwara
5.      Keterampilan mengubah buku cerita prosa
6.      Keterampilan mementaskan naskah drama yang telah dibaca
7.      Keterampilan mengubah bentuk puisi menjadi prosa (cerpen atau novel)
8.      Keterampilan melakukan teori celup, misalnya setelah membaca cerpen, pembaca akan membuat cerpen, dan lain-lain (Nurhadi, 2004)
Membaca kreatif dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.      Menarik kesimpulan dari fakta yang dibaca
2.      Melanjutkan pemikiran penulis
Membaca kreatif yang bertujuan membaca untuk memahami pikiran pengarang beberapa ketangkasan dan belajar (Nurhadi, 2004), yaitu:
1.      Melihat rencana pengarang
2.      Mengerti gagasan inti
3.      Mengerti fakta-fakta dan detail-detailyang penting
4.      Menghubung-hubungkan fakta-fakta dan merangkum apa yang dikatakan pengarang
5.      Mendapatkan kesan umum dari buku atau karangan
D. Tujuan Membaca Kreatif
Membaca kreatif bertujuan agar para siswa berkreasi dalam hal-hal dramatis, interpretasi lisan atau musik, narasi pribadi, ekspresi tulis, dan ekspresi visual
Menurut Tarigan (1994), membaca kreatif bertujuan sebagai berikut:
1. Dramatisasi
Butir pertama pada kegiatan membaca kreatif adalah dramatisasi. Pada tahap pertama para siswa dilatih memberikan ekspresi dramatik terhadap para tokoh serta ide-ide yang telah mereka temui dalam bacaan mereka. Keterampilan ini selanjutkan dikembangkan pada tahap kedua. Pada tahap ini siswa mendramatisasikan tema-tema dari sastra dalam kaitannya dengan pengalaman-pengalaman mereka sendiri atau situasi-situasi kontemporer. Pada tahap berikutnya, para siswa diberi kesempatan untuk menggunakan ironi, parodi, humor, dan aneka bentuk drama lainnya untuk mentransformasikan isi penggalan-penggalan sastra ke dalam berbagai macam ekspresi, dalam hati, atau sudut pandang. Sebagai suatu keseluruhan butir ini memberi kesempatan kepada para siswa untuk mempersonalisasikan serta memberi ekspresi dramatik bertahap apa yang telah mereka baca.


2. Interpretasi Lisan atau Musik
Pada tahap ini pertama dimulai dengan kegiatan-kegiatan yang menggunakan bacaan-bacaan koor/ bersama secara sederhana diikuti oleh musik yang serasi dengan bacaan itu sebagai sarana pembantu dalam menginterpretasikan sastra. Pada tahap ke dua para siswa dilatih untuk memperbandingkan serta mengontraskan aneka ragam penggalan sastra melalui penggunaan interpretasi-interpretasi lisan dan musik. Pada tahap berikutnya, keterampilan ini diperhalus lagi, diisi para siswa dilatih mengadakan eksperimen dengan penafsiran-penafsiran lisan dan musik untuk mengubah suasana hati atau nada sastra (Otto& Chester dalam Tarigan, 1994).
Agar para siswa dapat dilatih menginterpretasikan sepenggal bacaan sastra dengan tepat secara lisan dengan musik, maka para guru terlebih dahulu harus menguasai teori musik ala kadarnya, terutama sekali mengenai nada dan tempo.
Dari segi nada, maka pada umumnya musik dapat diklasifikasikan atas:
a. Musik atau lagu minor
b. Musik atau lagu mayor
ditinjau dari segi tempo, maka pada umumnya lagu atau musik dapat kita klasifikasikan atas:
a. Tempo lambat
b. Tempo sedang
c. Tempo cepat
Agar pelisan atau praktik vokal berhasil baik dalam menyajikan sebuah lagu atau membaca indah sepenggal karya sastra, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilatih dengan baik (Tarigan, 1994), yaitu:
a. Membaca notasi
Para siswa dilatih baik-baik agar dapat membaca notasi sesuatu lagu atau musik dengan tepat
b.Pernapasan dan sikap
Para siswa dilatih dan disadarkan bahwa pada saat menyampaikan sesuatu lagu atau melisankan suatu harga sastra, pernapasan dan sikap harus baik dan serasi
c. Pemenggalan kalimat atas frasa (pharasering)
Para siswa dilatih mengucap frasa-frasa yang tepat, sesuai dan serasi dengan pernapasan. Siswa yang dapat menentukan tempat mengambil napas dalam bernyanyi berarti siswa tersebut telah melihat dan menghayati frasa lagu tersebut.
c. Pengucapan
Sewaktu berbunyi, atau melisankan suatu karya sastra, ucapan harus tepat dan benar. Salah pengucapan suatu kata, frasa, atau kalimat dapat mengubah arti atau makna. Ucapan harus jelas. Dalam hal ini, terasa benar betapa pentingnya pengetahuan mengenai fonetik dan fonologi.
3. Narasi Pribadi
Butir ketiga dari pancauntai kegiatan membaca kreatif adalah narasi pribadi. Kegiatan ini terutama sekali berhubungan dengan pengisahan cerita atau storytelling. Pada tahap pertama para siswa diberi kesempatan untuk menciptakan dan menghubungkan cerita-cerita berdasarkan alur, gagasan, ide, peristiwa, atau tokoh-tokoh dari bacaan mereka. Pada tahap kedua, keterampilan itu selanjutnya dikembangkan dengan cara mendorong cerita-cerita berdasarkan pengalaman-pengalaman mereka, tetapi dirangsang oleh sesuatu yang berasal dari bacaan mereka. Kemudian, pada tahap berikutnya para siswa membaca cerita-cerita, lalu menghubung-hubungkannya setelah mengadakan perubahan-perubahan untuk mengubah beberapa aspek seperti suasana hati, nada, dan dampak cerita.
Dengan kegiatan ini para siswa dituntut banyak membaca cerita serta dapat menceritakannya kembali dengan kata-kata sendiri, dengan gaya bahasanya sendiri (Tarigan, 1984). Dengan cara ini para guru dapat meningkatkan apresiasi sastra dan juga memperkaya imajinasi para siswa. Agaknya tidaklah mustahil sama sekali bahwa dengan upaya dan bimbingan yang intensif dari pihak guru, bakat terpendam yang ada pada seorang siswa dapat tumbuh dengan subur serta membuahkan hasil yang menggembirakan dalam dunia karang-mengarang, khususnya dalam bidang narasi.
Kian banyak cerita yang dibaca oleh para siswa maka kian mantap pulalah pengertian serta pemahaman mereka mengenai bentuk dan isi fiksi. Berdasarkan bentuknya fiksi itu dapat kita bagi atas lima golongan, yaitu:
a. Novel (istilah kita roman, dari bahasa Belanda)
b. Noveltte (istilah kita novel, dari bahasa Belanda novelelleyang ada giliranya berasal dari bahasa Prancis nouvelle yang berarti hal yang baru)
c. Short story (cerita pendek)
d. short short story (dapat kita namakan cerita singkat)
e. Vignette (dinamakan begitu karena sangat singkat dan hanya memakan tempat sedikit, vignette (bahasa Prancis) berarti gambar kecil untuk hiasan yang dalam bentuk mula-mula berupa cabang pohon anggur) (Notosusanto, dalam Tarigan, 1994).
Walaupun dengan demikian ada pula yang membuatklasifikasi tersebut menjadi lebih sederhana lagi, yaitu atas tiga jenis:
a. Novel
b. Novelet
c. Cerita pendek
Di samping berdasarkan bentuknya, fiksi pun dapat kita klasifikasikan berdasarkan isinya. Klasifikasi berdasarkan isi ini hanyalah mungkin kalau kita telah membaca fiksi itu, yaitu kalau kita telah mengetahui apa isinya, apa maksud dan tujuannya. Berdasarkan isinya maka dapatlah kita bagi fiksi itu atas:
a. Impresionisme
b. Romantik
c. Realisme
d. Realisme sebenarnya
e. Naturalisme
f. Ekspresionisme
g. Simbolisme
4. Ekspresi Tulis
Butir keempat dari pancauntai kegitan membaca kreatif adalah ekspresi tulis. Kegiatan ini terutama sekali direncanakan untuk memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengekspresikan diri mereka dalam karya tulis. Pada tahap pertama, para siswa berlatih mempraktikkan ekspresi kreatif dengan cara menuliskan kembali cerita-cerita yang telah mereka baca. Para siswa didorong serta diujarkan untuk mengubah serta membentuk kembali peristiwa-peristiwa, tokoh-tokoh, suasana-suasana hati atau gagasan-gagasan yang diambil dari cerita-cerita aslinya, dan dengna demikian para siswa menciptakan versi mereka sendiri (Tarigan, 1994).
Pada tahap kedua, para siswa menulis cerita-cerita dan lakon-lakon asli yang menghubungkan beberapa aspek sastra dengan pengalaman-pengalaman pribadi atau situasi-situasi kontemporer.
Pada tahap ketiga, ketermpilan tersebut ditingkatkan sera diperhalus dengan upaya menyuruh serta mendorong para siswa menuliskan kembali pengalaman-pengalaman sastra pilihan dengan cara megubah aspek-aspek yang ada kaitannya dengan suasana hati, nada, gaya, mode, atau dampak cerita.
Dengan upaya yang telah disebut diatas kita berharap agar keterampilan para siswa berekspresi tulis dapat ditingkatkan, suatu keterampilan yang sangat bermanfaat dalam lingkungan sehari-hari dalam masyarakat.
Dari uraian sekilas tadi dapatlah kita pahami betapa eratnya hubungan antara membaca dan menulis. Kian banyak bahan yang kita baca maka kian banyak pula hal-hal yang dapat kita sampaikan, kita ekspresikan kepada orang lain, baik secara lisan maupun secara tulisan, dengan kata lain, dengan cara banyak membaca maka daya ekspresi kita, baik secara lisan maupun secara tulisan semakin meningkat (Tarigan, 1994).
5. Ekspresi Visual
Butir kelima dari untaian kegiatan membaca kreatif ini ekspresi visual. Kegiatan ini bermula pada tahap pertama dengan cara menampakkan kegiatan-kegiatan yang memberi kesempatan kepada para siswa untuk menciptakan suatu karya atau produk visual, seperti suatu gambar atau model tanah liat, yang menggambarkan suatu adegan, objek, tokoh, ataupun gaya yang berasal dari bacaan mereka.
Dalam kegiatan-kegiatan pada tahap kedua, para siswa menciptakan gambaran-gambaran visual yang menghubungkan beberapa aspek bacaan mereka dengan pengalaman-pengalaman pribadi ataupun dengan situasi-situasi kontemporer.
Pada tahap berikutnya, para siswa mengubah aspek-aspek bacaan mereka, misalnya suasana hati, mode, dan dampak melalui gambaran-gambaran visual. Dengan latihan yang intensif serta bimbingan yang baik dari pihak guru, maka keterampilan pada siswa untuk berekspresi visualdapat kita tingkatkan dalam membaca kreatif ini. Tanpa latihan yang intensif tidak dapat kita harapkan hasil yang memuaskan (Tarigan,1994).



6. Aneka Tujuan
Menurut Tarigan (1984) dengan kegiatan-kegiatan membaca kreatif ini ada beberapa tujuan yang hendak kita capai. Tujuan-tujuan ini terbagi atas tiga tingkatan, seperti tertera di bawah ini.
Tujuan Tingkat A-C (kelas 1-2 Sekolah Dasar) adala agar para siswa dapat:
a. Mendramatisasikan tokoh-tokoh, perasaan-perasaan dan gerakan-gerakan dari karya sastra yang dibacanya
b. Memberikan interpretasi-interpretasi lisan dan musik dari karya sastra yang dibacanya
c. Mengisahkan atau menuturkan cerita-cerita berdasarkan tokoh-tokoh atau tema-tem dari karya sastra yang dibacanya
d. Menulis (mendiktikan) cerita-cerita berdasarkan tokoh-tokoh atau tema-tema dari karya sastra yang dibacanya
e. Menciptakan gambaran visual dari suatu adegan, objek, tokoh, atau gagasan dari karya sastra yang dibacanya
Tujuan Tingkat D-E (kelas 3-4 Sekolah Dasar) adalah agar siswa dapat:
a. Mendramatisasi tema-tema dari karya sastra dalam hubungannya dengan pengalaman-pengalaman pribadi ataupun dengan situasi-situasi kontemporer
b. Menyajikan interpretasi-interpretasi lisan dan musik dari karya sastra yang dibacanya serta yang ada hubungnnya dengan itu
c. Menciptakan cerita-cerita asli mengenai pengalaman-pengalaman pribadi ataupun situasi-situasi kontemporer berdasarkan karya sastra
d. Menulis cerita-atau lakon-lakon yang menghubungkan beberapa aspek sastra dengan pengalaman-pengalaman pribadi ataupun situasi-situasi kontemporer
e. Menciptakan gambaran-gambaran visual yang menerapkan tema-tema tertentu dari karya sastra kepada pengalaman-pengalaman pribadi ataupun situasi-situasi kontemporer.
Tujuan Tingkat F-G (kelas 5-6 Sekolah Dasar) adalah agar para siswa dapat  mampu:
a. Memanfaatkan drama untuk mengubah isi sastra menjadi mode-mode, suasana-suasana hati, atau sudut-sudut pandangan yang berbeda
b. Mengubah mode, suasana hati, atau sudut pandangan sastra melalui interpretasi-interpretasi lisan dan musik
c. menciptakan cerita-cerita denga cara mentransformasikan atau mengubah mode, suasana hati, atau sudut pandangan karya sastra yang dibacanya
d. Menuliskan kembali sepenggal karya sastra dengan mengubah mode, suasana hati, atau sudut pandangan seperlunya
e. Menciptakan gambaran visual beberapa aspek sastra yang dibacanya yang mengubanya menjadi mode, suasana hati, atau sudut pandangan yang berbeda dari yang semula (Otto & Chester, 1976:167 dalam Tarigan, 1994).
E. Manfaat Membaca Kreatif
Menurut Burdansyah,membaca kreatif akan memberikan banyak manfaat dalam berbagai bidang. Misalnya, wacana tentang siraman rohani, pemikiran para budayawan, informasi cara merawat kesehatan tubuh, informasi tentang cara membuat makanan atau barang. Ada juga yang memberikan informasi soal cara memanfaatkan lahan milik kita, misalnya membudidayakan tanaman hias, tanaman obat, dan lain-lain. Apabila anda tertarik untuk memelihara ternak atau tanaman, dari bukupun anda dapat belajar cara merawatnya, memilih pupuk atau pakan yang diperlukan, dan sebagainya. Pilihan lain untuk menambah pengetahuan antara lain, cara membuat bangunan dan menata ruangan secara artistik, termasuk cara merenovasi suatu bangunan agar terkesan lebih nyaman dan indah.
Contoh konkret dari membaca kreatif adalah seorang mahasiswa/pembaca saat membaca sebuah buku tidak akan berhenti di situ aja, tetapi ia selalu mencatat sesuatu yang dianggap penting, menandai sesuatu yang dianggap sulit/asing, dan selalu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari serta meningkatkan bacaannya.
Pada dasarnya seorang pembaca dituntut untuk mampu membaca kreatf. Membaca pada tingakat ini adalah membaca tingkat tinggi karena untuk membaca kreatif si pembaca harus memahami terlebih dahulu beberapa tingkat sebelumnya. Dalam hal ini, si pembaca yang mampu memahami isi bacaan secara literal, interpretatif, dan kritis, maka barulah ia dapat masuk ke dalam membaca kreatif. Disini seorang pembaca kreatif tidak akan berhenti melakukan ativitas setelah ia selesai membaca. Ia tidaklah serta merta mengakhiri kegiatan membacanya, melainkan ia melakukan eksperimen terhadap apa yang dibacanya dan bahkan ia pun dapat membuat tulisan dari hasil membacanya. Intinya oarang yang membaca kreatif, ia tidak tinggal diam setelah selesai memaca. Ia akan kreatif melakukan berbagai tindakan atas hasil membacanya baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Membaca kreatif yaitu proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang terdapat dalam bacaan dengan cara mengidentifikasi ide-ide yang menonjol atau mengombinasikan pegetahuan yang sebelumnyapernah didapatkan. Dalam hal ini, setelah seorang pembaca menyelesaikan bacaannya ia tentu saja memiliki daya inisiatif dan kreatif untuk mengembangkan pemahaman membacanya dengan menghasilkan ide baru yang inovatif.
Dalam membaca kreatif, membaca dituntut mencermati ide-ide yang dikemukakan penulis, kemudian membanding-bandingkannya. Proses lebih penting dari kegiatan membaca kreatif itu tidak sekedar menganggap makna dan maksud bahan bacaan, tetapi juga menerapkan makna dan maksud bahan bacaan, tetapi bacaan di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kualitas hidupnya. Pembaca juga diharapkan dapat melakukan aktivtas yang bermanfaat bagi kepentingan kualitas hidupnya berdasarkan informasi dari bacaan dengan menerapkan informasi diharapkan.
B. Saran
Mengharapkan setiap pihak yang terlibat dalam pendidikan agar lebih berperan aktif dalam pendidikan, agar jala menuju pendidikan yang dicita-citakan dapat segera terwujud. Dan berusaha memulai hal-hal positif yang dapat membantu proses pendidikan sedini mungkin atau secepat mungkin. Serta pendidikan jangan dianggap sesuatu hal yang sepele tapi jadikanlah pedidikann tu sebagai kewajiban kita sebagai anak bangsa yang harus kita laksanakan.


DAFTAR PUSTAKA

Nurhadi. 2004. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Pratiwi, dan Subyantoro. 2003. Membaca II. Jakarta Universitas Terbuka.
Tarigan, H.G. 1982. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: IKIP-STIA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar