Rabu, 22 Maret 2017

Mementaskan Sebuah Puisi


MEMEMANTASKAN SEBUAH PUISI










SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG


2015






KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Mementaskan Sebuah Puisi”.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
    
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari guru mata pelajaran guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik  di masa yang akan datang.
    

    Pringsewu, Desember 2015



                                                                                        Penyusun












DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………...                  i
DAFTAR ISI…………………………………………………………..                   ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..                  1
A. Latar Belakang……………………………………………………...        1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………...       1
C. Tujuan……………………………………………………………….       1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………...                   2
A. Pengertian Deklamasi…………...……………………...…………..        2
B. Syarat Mendeklamasikan Puisi……..………………….……………       2
C. Musikalisasi Puisi…………………………………………………...        6
D. Dramatisasi Puisi……………………………………………………        9
BAB III PENUTUP…………………………………………………...                   11
A. Kesimpulan………………………………………………………….       11
B. Penutup……………………………………………………………...       11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………...….      12














BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Deklamasi puisi merupakan suatu yang banyak dilakukan oleh seorang deklamator. Namun, belum banyak orang yang mengetahui perbedaan deklamasi dan membaca puisi. Serta unsur-unsur yang terdapat pada deklamasi puisi anak-anak. Pementasan adalah suatu yang sangat erat kaitannya dengan karya sastra anak-anak . Dalam mementaskan suatu karya sastra diperlukan teknik dalam mementaskannya serta penataan artistik yang tepat.

Materi ini menjadi modal awal bagi Anda yang ingin menjadi pengajar bahasa Indonesia yang baik di SD, karena dengan dikuasainya materi ini Anda telah memiliki kemampuan yang dapat mendukung tugasnya dalam membimbing anak didiknya sehingga semakin mahir mengapresiasi sastra anak-anak secara produktif. Selain itu, Anda akan semakin luas wawasannya tentang nilai-nilai pengalaman kemanusiaannya dan semakin tumbuh sikap positifnya terhadap sastra anak-anak.

B. Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan deklamasi?
2.      Apa yang dimaksud musikalisasi puisi?
3.      Apa yang dimaksud dengan dramatisasi puisi?

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian dari deklamasi.
2.      Untuk mengetahui pengertian musikalisasi.
3.      Untuk mengetahui dramatisasi puisi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Deklamasi

Kata “deklamasi“ berasal dari bahasa Inggris “declamation” yang berarti penyuaraan sesuatu lewat suara. Secara umum, deklamasi merupakan suatu kegiatan membawakan atau menyampaikan puisi atau prosa secara lisan disertai mimik, intonasi, dan gerak jasmaniah yang wajar sesuai konteks makna larik atau yang dituturkan. Aspek-aspek tersebut harus saling menunjang dan atau saling melengkapi dalam menciptakan suasana deklamasi yang dapat memukau para penonton.

Junaedi (1989) mengemukakan beberapa perbedaan antara baca puisi dan deklamasi dari berbagai segi:
a.       baca puisi si pembaca memegang naskah puisi sedang deklamasi tidak memegang naskah puisi sehingga dapat berkonsentrasi dengan baik melakukan gerak jasmaniah secara bervariasi,
b.      pada baca puisi, jumlah dan panjang puisi yang dibaca lebih banyak dan panjang daripada deklamasi,
c.       pada baca puisi faktor suara/intonasi banyak berperan, sedang deklamasi disamping intonasi juga faktor mimik dan gestur atau gerak jasmaniah,
d.      baca puisi relatif untuk diri sendiri dan orang lain, sedang deklamasi semata-mata untuk orang lain.

B. Syarat Mendeklamasikan Puisi

Menurut Ali (1982) syarat yang harus dipenuhi seorang pembaca/deklamasi puisi adalah sebagai   berikut:
a.       Mempunyai kemampuan teknis
Kemampuan teknis yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang pembaca atau deklamator  puisi yang baik adalah suara yang jelas, vokal yang sempurna, mahir membentuk irama, mampu mengubah warna suara secara dan menarik.
b.      Penguasaan mimik
Seorang deklamator harus memiliki kemampuan mengubah-ubah raut muka yang alamiah dan wajar sesuai makna larik atau bait puisi yang dideklamasikan, mimik marah, mimik takut, mimik terharu, mimik sedih, mimik, heran, dan sebagainya.
c.       Penguasaan gesture
Seorang pembaca atau deklamator puisi harus memiliki penguasan gerak anggota tubuh (gestur) secara reflek dan pantas sesuai isi larik puisi yang dideklamasikan. Fungsinya sebagai komplementer bagi pelafalan dan intonasi larik/baik yang dilantunkan.
d.      Penguasaan memahami puisi dengan tepat
Salah memahami isi suatu sajak yang dideklamasikan akan berpengaruh terhadap lafal-intonasi, mimik, dan gerak tubuh yang ditampilkan. Karena itu, seorang pembaca/ deklamator puisi harus memiliki kemampuan memahami isi, suasana, sikap pengarang yang tersembunyi dalam puisi yang di deklamasikan

Menilai dan menentukan suatu deklamasi yang baik perlu memperhatikan berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut, menurut Ali (1984) meliputi aspek interpretasi dan presentasi. Interpretasi meliputi: visi, artikulasi, dan intonasi, sedang presentasi meliputi: vokal, gestur atau gerak, tekanan, volume suara, ekspresi mimik. Sedangkan menuurut Aminuddin (2004) bahwa aspek-aspek yang diiperhatikan dalam menilai suatu deklamasi adalah:
1)      aspek pemahaman dan penghayatan tentang makna, suasana penuturan, sikap pengarang, dan intensi pengarang,
2)      aspek pemaparan yang meliputi: kualitas ujaran, tempo, durasi, pelafalan, ekspresi wajah., kelenturan tubuh, dan konversasi.


Berikut Unsur penilaian deklamasi puisi :
a.       Pelafalan
Pelafalan yang dimaksud adalah pelafalan bunyi vokal, konsonan secara tepat, misalnya makan tidak diucapkan makang tetapi makan, cepat tidak dilafalkan cepa’ tetapi cepat, kemana tidak dilafalkan kEmana tetapi kemana, kiri tidak dilafalkan keri tetapi kiri dan sebagainya. Di samping itu, pelafalan menyangkut pula dengan masalah kejelasan, yakni pelafalan bunyi vokal, konsonan, dengan volume suara yang jelas dan sempurna, misalanya vokal /o/ dilafalkan denga suara yang keras atau jelas serta dengan bentuk mulut yang tidak setengah bundar.
b.      Intonasi
Intonasi yang dimaksud kaitannya dengan deklamasi puisi bukan hanya berkaitan dengan aspek panjang pendeknya suara (tempo), tinggi rendahnya suara (nada) melainkan juga termasuk keras lembutnya suara (tekanan) dan perhentian suara sejenak (jeda) pada saat mendeklamasikan larik atau bait puisi. Keseluruhan aspek tersebut tentu nampak secara keseluruhan sebagai suatu komponen yang saling berhubungan secara utuh.
c.       Ekspresi Wajah (mimik)
Mimik adalah perubahan raut wajah sesuai konteks makna dan suasana puisi atau prosa yang dibaca. Penampakan mimik yang tepat merupakan cerminan dari tingkat pemahaman dan penghayatan makna dan suasana penuturan, dan sikap pengarang karya sastra tersebut. Ekspresi wajah (mimik) dalam deklamasi sastra dapat terdiri atas beberapa macam, antara lain, mimik sedih, mimik marahh/tegas, mimik gembira, dan sebagainya.
d.      Gestur (kelenturan tubuh)
Yakni kemampuan pembaca menguasai anggota tubuh dalam menggerakkannya secara lentur, refleks namun kelihatan wajar dan alamiah sebagai sarana penunjang. Gestur atau gerak jasmaniah harus selalu sejalan dengan pemaparan intonasi dan perasaan pembaca, misalnya saat membaca larik puisi gunung yang tinggi, tangan menunjuk ke atas secara lentur dan refleks, pada saat membaca larik /sungai yang berkelok-kelok/ tangan bergerak berkelok-kelok secara lentur dan refleks dan sebagainya
e.       Konversasi
Berdeklamasi di hadapan khalayak penonton secara langsung menurut Aminuddin (2004) pada hakikatnya sedang berkomunikasi dengan penikmat itu sendiri. Olehnya itu, deklamator selayaknya memperhatikan sikap yang dapat menumbuhkan suasana simpatik dan keakraban antara dirinya dengan khalayak penonton, misalnya penciptaan kontak lewat pandangan mata, pengaturan posisi tubuh, pengaturan gerak-gerik tubuh secara wajar.

Contoh Deklamasi Puisi

            Di Kala Kuberdoa
                               Elviani
Dikala kuberdoa
Ada rasa damai di hati
            Di kala kuberdoa
            Air mata ini jauh
            Satu-satu di pipi
Di kala kuberdoa
Kusadari siapa diriku
Tidak putih, Tuhan
            Ketika kuberdoa
Kudengar bisikanmu menyejukkan
Sekan menghapus keresahan hatiku
Terima kasih Tuhan
Atau kasih saying-Mu padaku

Dengan memperhatikan secara kritis puisi di atas, maka berikut dipaparkan hal hal yang perlu diperhatikan saat membaca puisi diatas, khususnya dari segi intonasi, mimik, gestur tubuh, dan konversasi.
1.      Pembaca puisi “Di Kala Kuberdoa” dominan menggunakan intonasi sedih: tempo lambat, nada rendah, dan tekanan dinamik yang lembut
2.      Pembacaan puisi “Di Kala Kuberdoa” menggunakan mimik sedih pada bait kedua, ketiga, keempat, dan mimic gembira pada bait pertama dan larik kedua bait ke empat
3.      Gerak refleks anggota tubuh saat mendeklamasikan puisi di atas adalah saat membaca

C. Musikalisasi Puisi

1. Pengertian Musikalisasi Puisi

Musikalisasi puisi adalah puisi yang di nanyikan sehingga seorang pendengar yang  kurang paham menjadi paham, yang tidak bisa menggambarkan sebuah isi puisi bisa tau isi puisi tersebut. Dengan mengkoloborasikan antara sastra dan musik.

Musikalisasi puisi, seperti halnya deklamasi atau pembacaan puisi, rampak puisi, dan dramatisasi puisi, adalah salah satu cara yang digunakan untuk menyampaikan dan mengekspresikan puisi kepada audien.

Musikalisasi puisi dapat diartikan melagukan sebuah puisi atau membaca puisi dengan diiringi musik. Yang diperhatikan dalam musikalisasi puisi adalah makna, suasana, dan irama puisi. Berikut ini ada beberapa hal yang harus dilakukan agar dapat memusikalisasi puisi secara baik.
1.      Menentukan puisi yang akan dimusikalisasi.
2.      Mengapresiasi puisi yang telah ditentukan.
3.      Memerhatikan kesusastraan isi puisi dengan suasana yang dibangun.
4.      Menentukan alat musik yang digunakan untuk mengiringi musikalisasi puisi.
5.      Menentukan notasi nada yang akan digunakan

Musikalisasi puisi sudah menjadi sebagian dari sastra dan seni, Cara proses dari puisi menjadi musikalisasi puisi
1.      Baca Puisi.
2.      Pahami isi puisi.
3.      Jika sudah mengetahui isi puisi, coba mencari nada sesuai isi puisi (nada sedih, senang, kemerdekaan dan lain - lain).
4.      Setelah melakukan kedua tersebut satukan puisi yang kita baca dengan musik.
5.      Musik harus sesuai dengan isi puisi agar pendengar paham dengan isi puisi karna itulah

2. Jenis-Jenis Musikalisasi Puisi

1.      Musikalisasi Puisi Awal
Musikalisasi puisi yang dibawakan dengan cara pembacaan puisi yang dilatarbelakangi atau yang diiringi komposisi musik, baik musik vokal maupun instrumental.
2.      Musikalisasi Puisi Terapan
Musikalisasi puisi yang mana syair-syair puisi diterapkan menjadi lirik lagu, sebagimana halnya lagu-lagu popular pada umumnya.
3.      Musikalisasi Puisi Campuran
Musikalisasi puisi yang ditampilkan dengan cara menyuguhkan komposisi musik, yang di dalamnya ada sebuah puisi syair-syairnya ada yang dilagukan dan dinarasikan.

3.  Membuat Musikalisasi Puisi

Musik memiliki karakteristik tersendiri. Puisi pun demikian. Dalam musikalisasi puisi, musik dan puisi ini dipadukan untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan makan puisi. Agar dapat melakukannya dengan baik, tentulah harus dikuasai teknik-tekniknya. Selain itu,karena ada dua unsur yang disatukan di dalamnya, yaitu musik dan puisi, kedua hal ini pun harus dikuasai terlebih dahulu.

Aspek-aspek cara membuat musikalisasi puisi secara tepat adalah sebagai berikut.
a.       Pemusikalisasi Puisi
Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh seseorang yang ingin membuat musikalisasi puisi. Yang pertama berhubungan dengan musik, dan yang kedua berhubungan dengan puisi.
Dalam kaitannya dengan hal pertama, si pemusikalisasi puisi harus sudah mempunyai kemampuan teknis dalam bidang musik. Artinya, dia harus tidak punya kendala teknis dalam bidangnya sendiri (musik). Adapun berhubungan dengan hal kedua, seseorang yang akan memusikalisasi puisi hendaknya sudah memiliki bekal sejumlah pengertian yang berhubungan  dengan puisi itu sendiri. Juga kemampuan teknis dalam membaca (memahami, menikmati, dan memasuki unsur-unsur puisi secara lebih mendalam)
b.      Menyampaikan Puisi Melalui Musik
Penyair berusaha mengolah dan menggali daya tarik dan daya ungkap bahasa dalam puisinya yang berupa bunyi, irama, dan rima . segala aspek puisi itu hendaknya dapat ditangkap oleh seorang pemusikalisasi puisi.
Dengan mengkaji dan menangkap aspek-aspek tersebut, arti puisi pun dapat tertangkap, baik arti berupa pokok pembicaraan dalam puisi, perasaan dan suasana hati yang terkandung dalam puisi, nada bicara penyair dalam mengungkapkan puisi, dan maksud atau tujuan yang ingin dicapai penyair dalam puisi itu. Keempat arti tersebut hendaknya dapat tertampilkan atau terpresentasikan dalam karya musikalisasi puisi. Artinya, puisi tidak sekedar memberi warna musik atau irama pada puisi, tapi juga menampilkan roh puisi yang hendaknya dapat membangkitkan daya tarik, daya ungkap, dan daya sentuh puisi yang digarap.
c.       Penggunaan Alat Musik untuk Musikalisasi Puisi
Selama ini ada semacam salah tafsir terhadap apa yang dinamakan musikalisasi puisi. Seperti pernah diungkapkan Putu Fajar Arcana (kompas, 2005), selama ini musikalisasi puisi cenderung diidentikkan dengan minimalitas penggunaan alat musik. Banyak yang kemudian beranggapan musikalisasi puisi harus bernuansa sendu dan sunyi.
Persoalan kejernihan sebuah musikalisasi puisi, tidak terletak pada penggunaan alat musiknya, tapi pada keberhasilan pemusikalisasi menerjemahkan tafsiran puisi ke dalam karya musiknya. Sehingga makan puisi itu terkomunikasikan dengan baik kepada apresian. Puisi yang mengandung perasaan riang, ceria, misalnya tentunya menghendaki irama-irama yang riang dan ceria pula, dengan penggunaan alat-alat musik yang bisa mengeluarkan bunyi-bunyi dan nada-nada riang, serta penampilan yang riang pula dari penampilan. Puisi yang berisi tentang kekerasan tentunya membutuhkan instrumen-instrumen musik yang bisa menerjemahkan kekerasan itu. Setiap jenis puisi memerlukan pemusikalisasian yang berbeda pula. Tidak selalu harus dalam nuansa sendu. Pemahaman yang lebih terbuka terhadap penggunaan alat musik dalam musikalisasi puisi tentunya akan membuat jenis kesenian ini lebih berkembang.

D. Dramatisasi Puisi

Dramatisasi puisi dapat diartikan melakukan atau melakonkan sesuatu sehingga makna ataupun maksud puisi menjadi jelas. Puisi-puisi yang dilakonkan atau didramakan ditampilkan didepan khalayak ramai sebagai penonton. Dalam pelakonan tersebut orang yang melakonkan harus sejalan dengan pelakon yang lain dalam artian harus ada kekompakan.Akibatnya,bentuk dramatisasi puisi Berwujud sebagai fragmen atau drama dimana kerja kelompok sangat diperlukan (Pamela, 2004 : 14).

Pengertian dramatisasi ini mengacu kepada bentuk puisi yang didramakan, artinya teks puisi tersebut diolah dan dikembangkan menjadi sebentuk pementasan drama dengan karakterisasi sebagaimana naskah drama yang sesungguhnya. Tidak seluruh bentuk dan jenis puisi dapat didramatisasikan. Puisi yang dapat digubah ke dalam bentuk dramatisasi puisi hanya terbatas pada bentuk puisi naratif dan deskriptif. Artinya, bentuk-bentuk puisi yang memiliki slur cerita serta penokohanlah yang dapat dikembangkan ke dalam bentuk dramatisasi puisi. Hal ini didasarkan kepada persyaratan drama yang harus memiliki unsur-unsur plot, karakterisasi, serta unsur pendukung lainnya. Meskipun demikian, tidak tertutup kemungkinan puisi-puisi prismatic pun dapat dikembangkan menjadi naskah dramatisasi puisi selama penggarapnya mampu menerjemahkan esensi puisi tersebut ke atas pentas secara konkret serta apresiator yang mampu mengapresiasi karya tersebut dengan baik. Sebagai teks drama, dramatisasi puisi memiliki persyaratan yang tidakjauh berbeda dengan naskah drama biasa karena teks dramatisasi puisi ini diperuntukkan bagi kepentingan pentas. Artinya, teks dramatisasi puisi harus ditulis di bawah persyaratan pentas sebagaimana layaknya teks drama.

Dalam Kamus lstilah Sastra (1986) suntingan Panuti Sudjiman disebutkan bahwa dramatisasi sepadan dengan istilah “dramaan”. Batasan kedua istilah tersebut adalah pengalihan karya sastra, baik puisi, cerpen, dan lainnya menjadi drama. Dengan demikian, dramatisasi puisi dapat berarti “mendramakan puisi”. Dalam hal ini, puisi mesti tunduk pada kaidah-kaidah drama. Misalnya, apabila dalam konvensi drama terdapat kramagung/teks samping/petunjuk pengarang dan wawancang/dialog/ cakapan, maka dalam dramatisasi puisi pun demikian. Pendeknya, jika kita akan menampilkan dramatisasi puisi di atas pentas, syarat utama yang harus kita lakukan adalah memahami terlebih dahulu konvensi drama pentas sehingga kita mesti menguasai penataan pentas (skeneri), blocking danacting yang benar.

Dramatisasi puisi memang mesti bertolak dari puisi. Akan tetapi, agar puisi itu sesuai dengan kaidah pemanggungan, maka seyogianyalah apabila puisi tersebut ditransformasikan terlebih dahulu ke dalam drama.




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Deklamasi puisi atau prosa anak-anak merupakan suatu kegiatan penyampaian sajak atau prosa melalui suara secara langsung atau secara lisan di depan khalayak. Syarat yang perlu dipenuhi untuk menjadi pembaca puisi yang baik adalah kemampuan teknis, gestur tubuh yang wajar, penguasaan mimik, dan pemahaman isi sajak.

Unsur-unsur yang dinilai dalam deklamasi puisi adalah (1) aspek pelafalan atau volume suara yang sempurna, (2) intonasi yakni penuturan suatu larik atau kalimat yang di dalamnya merangkaikan secara harmonis antara tempo, nada, tekanan sesuai konteks makna kalimat/larik yang dilafalkan, (3) mimik yakni perubahan raut wajah atau ekspresi wajah sesuai konteks makna larik/kalimat yang mendukung intonasi yang dituturkan, (4)  gestur yakni gerak tubuh secara refleks dan wajar sesuai konteks makna  larik/kalimat untuk mendukung mimik yang dipaparkan, (5)  konversasi adalah sikap deklamator di atas pentas yang dapat menumbukan keakraban  dan simpati para penonton.

B. Saran

Pembelajaran sastra dianggap tidaklah penting, karena pada jenjang pendidikan umumnya lebih mengedepankan serta mementingkan pembelajaran yang ilmiah dan bertehnologi. Padahal dengan adanya pembelajaran sastra dapat turut berperan dalam pembentukan kepribadian, watak, dan sikap yang tentunya akan lebih baik jika diterapkan sejak dini. Seharusnya Sastra dapat dioptimalkan pembelajarannya sehingga dapat diapresiasikan dengan baik.





DAFTAR PUSTAKA

Faisal, M..2009. Kajian Bahasa Indonesia SD 3 SKS. Semarang: Seamolec.

Files, Tanjung, S.Sn. 2014. Mencintai Musikalisasi Puisi Dengan Sederhana. (Online) di: http://www.negerikertas.com/2014/10/makalah-workshop-musikalisasi-puisi.html


Wijaya, Putu. 2011. Pengajaran Sastra. (Online) di: http://sastra-indonesia.com/2011/03/pengajaran-sastra/.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar