Selasa, 26 Desember 2017

MAKALAH JENIS-JENIS PUISI

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada saat tahun 70-an puisi sangat digemari para pujangga. Pembuktianya pun ada, contohnya pada zaman dulu ada lagu yang liriknya dari puisi.pada saat masa kejayaan puisi, puisi tidak hanya sebagai ungkapan cinta terhadap lawan jenis tapi juga ada sebagai kritik atas pemeritah, untuk seseorang yang berjasa, atau pun seseorang yang mereka benci. Tapi sekarang puisi tidak terlalu digemari lagi itu dikarenakan perbandingan kemajuan teknologi tidak sebanding dengan pemikiran dan perasaan masyarakat sehingga seseorang lebih mengutamakan keinstanan dari pada suatu perosesnya.

Karena perbandingan tak seimbang tadi sehingga masyarakat terutama para remaja tidak lagi terlalu tertarik kepada puisi, bukan itu saja puisi yang sangat terkenal pun sudah mulai dilupakan. Makin lama masyarakat akan makin lupa tentang puisi seperti :  jenis – jenisnya, setrukturnya, perbedaannya, dan lain-lain.

Untuk itu kami membuat makalah ini berjudul  “puisi” agar kita dapat mengingatnya, mempelajarinya, dan juga memahami perbedaannya, dan strukturnya lebih jelas sehingga kita dapat membuat puisi sendiri. Apa bila kita sudah bisa membuat puisi dan lebih mengerti perbedaan juga strukturnya Sehingga kita generasi baru dapat mempopulerkan puisi kembali.

B.     Ruang Lingkup
1.      Puisi Lama
2.      Puisi Baru
3.      Puisi Kontemporer



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Puisi Lama
Puisi adalah untaian kata-kata yang merupakan ungkapan perasaan penyair yang memiliki nilai keindahan dengan kata-kata yang singkat namun bermakna amat luas sesuai dengan penafsiran atau penggambaran pembacanya. Dunton (dalam Pradopo, 1993:6) berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Sedangkan menurut Uned (2010:36) puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Jadi, puisi adalah ragam sastra sebagai media pengungkapan perasaan dan pikiran yang bernilai indah dan bersifat fiksi.

Berdasarkan waktunya, salah satu jenis puisi yang kita kenal adalah puisi lama. Menurut Uned (2010:36) puisi lama adalah puisi Indonesia yang belum terpengaruh puisi barat. Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan tertentu. Puisi yang lahir sebelum masa penjajahan Belanda. Sifat masyarakat lama yang statis dan objektif, melahirkan bentuk puisi yang statis pula, yaitu sangat terikat pada aturan tertentu. Aturan-aturan yang mengikat tersebut antara lain:
1.      Jumlah kata dalam 1 baris;
2.      Jumlah baris dalam 1 bait;
3.      Persajakan (rima), yaitu pengulangan bunyi yang berselang;
4.      Irama, yaitu alunan yang tercipta oleh kalimat, panjang pendek, dan kemerduan bunyi;
5.      Banyak suku kata tiap baris.

Puisi lama juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya (anonim);
2.      Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan; dan
3.      Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.

Berikut ini adalah contoh puisi lama:
1.      Gurindam
Menurut Uned (2010:37) gurindam adalah sajak dua baris yang mengandung petuah atau nasehat. Gurindam adalah satu bentuk puisi yang berasal dari Tamil (India)  yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
Ciri-ciri:
                         a.      Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian
                        b.      Baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
                         c.      Isinyamerupakannasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatu sebab akibat.

Contoh:

Cahari olehmu akan sahabat
yang dapat dijadikan obat

Cahari olehmu akan guru
yang mampu memberi ilmu

Cahari olehmu akan kawan
yang berbudi serta setiawan

Cahari olehmu akan abdi
yang terampil serta berbudi


2.      Pantun
Pantun adalah sajak pendek, tiap-tiap kolet biasanya empat baris ab ab dan dua baris yang dahulu biasanya untuk tumpuan saja (Ali, 2006:288) Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian, yaitu sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Ciri-ciri pantun:
a.       Setiap bait terdiri 4 baris
b.      Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
c.       Baris 3 dan 4 merupakan isi
d.      Bersajak a – b – a – b
e.       Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
f.       Berasal dari bahasa Melayu

Contoh :
Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Biarlah mati kita bersama
Satu kubur kita berdua

(Roro Mendut, 1968)

3.      Syair
Menurut Uned (2010:37) syair adalah puisi lama yang terdiri atas 4 (empat) baris yang berakhir dengan bunyi yang sama (berirama aaaa). Puisi lama yang berasal dari Arab, yang memiliki ciri-ciri setiap bait terdiri dari 4 baris dan semua baris merupakan isi, jadi tidak memiliki sampiran, setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata yang biasanya berisi nasehat, dongeng ataupun cerita.
Contoh:
Bulan purnama cahaya terang
Bintang seperti intan
Pungguk merawan seorang-orang
Berahikan bulan di tanah seberang

Pungguk bercinta pagi dan petang
Melihat bulan di pagar bintang
Terselap merindu dendamnya dating
Dari saujana pungguk menentang

4.      Talibun
Menurut Ali (2006:486) talibun adalah sajak yang lebih dari empat baris, biasanya terdiri dari 6 atau 20 baris yang bersamaan bunyi akhirnya. Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dan seterusnya.
Ciri-ciri:
a.       Jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
b.      Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
c.       Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
d.      Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
e.       Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d

Contoh:
Panakik pisau siraut
Ambil galah batang lintabung
Silodang ambil untuk niru
Yang setitik jadikan laut
Yang sekapal jadikan gunung
Alam terkembang jadikan guru

(Panghulu, 1978:2)

5.      Mantra
Menurut Uned (2010:37) mantra adalah puisi yang berisi ucapan-ucapan yang dianggap mengandung kekuatan gaib dan biasanya diucapkan oleh seorang atau beberapa orang pawang. Mantra adalah kata atau ucapan yang mengandung hikmah dan kekuatan gaib. Kekuatan mantra dianggap dapat menyembuhkan atau mendatangkan celaka. Keberadaan mantra dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat kepercayaan. Hanya orang yang ahli yang boleh mengucapkan mantera, misalnya pawang atau dukun.
Ciri-ciri mantra:
a.       Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
b.      Bersifat lisan, sakti atau magis
c.       Adanya perulangan
d.      Metafora merupakan unsur penting
e.       Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius
f.       Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan persajakan.
Contoh: 
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu

6.      Seloka
Seloka adalah sajak yang mengandung ajaran, sindiran, dan sebagainya (Ali, 2006:405). Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait. Biasanya ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair, terkadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
Ciri-ciri:
a.       Ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair,
b.      Namun ada seloka yang ditulis lebih dari empat baris.

Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati takkan  rusuh,
Ibu mati bapak berjalan

Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan

B.     Puisi Baru
Puisi baru disebut puisi modern. Bentuk puisi baru lebih bebas daripada puisi lama. Kalau puisi lama sangat terikat pada aturan-aturan yang ketat, puisi baru lebih bebas. Meskipun demikian, hakikat puisi tetap dipertahankan seperti rima, irama, pilihan kata, dll. Puisi modern hadir saat penjajah Jepang datang ke Indonesia yaitu pada periode angkatan 1945. Kedatangan Jepang memberikan angin baru bagi rakyat Indonesia, di mana mereka diperbolehkan memakai bahasa Indonesia, berbeda saat masa penjajahan Belanda yang melarang penggunaan bahasa Indonesia. Sehingga kesempatan tersebut dipergunakan oleh para penyair sebagai senjata dalam melawan penjajah Jepang. Isi dari puisi modern banyak mengangkat tentang pemberontakan yang lebih dalam jika dibandingkan dengan angkatan pujangga baru.

Disebut sebagai puisi modern karena puisi modern lebih menekankan pada isi puisi tersebut. Puisi modern lebih bebas dari pada puisi lama yang terikat dari jumlah suku kata, baris, maupun rima. Penyair puisi modern termasuk kategori dalam angkatan '45, salah satu tokohnya adalah Chairil Anwar yang dinobatkan oleh H.B. Jassin pelopor puisi modern. Dalam puisi Chairil Anwar yang berjudul “Aku” dia sudah menggunakan bahasa Indonesia yang ekspresif, terbebas dari bahasa Melayu maupun Belanda, dan puisinya memiliki gaya khas yang hanya dimiliki oleh Chairil Anwar.



Ciri-ciri Puisi Modern:
  1. Bentuknya rapi, simetris
  2. Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
  3. Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
  4. Sebagian besar puisi empat seuntai;
  5. Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
  6. Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.

Berikut adalah macam-macam puisi baru :
1.      Balada
Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.
Contoh :

Orang-orang miskin di jalan,
yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.

Angin membawa bau baju mereka.
Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Orang-orang miskin. 
Orang-orang berdosa.
Bayi gelap dalam batin. 
Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.

2.      Himne
Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
Contoh:
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri

Menggeliat derita pada lekuk dan liku bawah sayatan khianat dan dusta.
                 
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu menitikkan darah dari tangan dan kaki dari mahkota duri dan membulan paku

Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka dunia kehilangan sumber kasih

Besarlah mereka yang dalam nestapa mengenal-Mu tersalib di datam hati.

(Saini S.K)

3.      Ode
Adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Contoh:
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantun keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)

4.      Epigram
Adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
Contoh:
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.

(Iqbal)

5.      Romansa
Adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra
Contoh :
Hidup ini tak pernah sempurna.
seperti kata-kata yang ada pahit walau terucap manis..

Hidup ini tak pernah sempurna.
seperti langit yang menyimpan hitam meski putih menyelimuti..

Hidup ini tak pernah sempurna.
seperti nyawa yang hanya bisa mati sekali..

Hidup ini tetap tak akan pernah sempurna bagiku.
jika andai saja kau tak hadir untukku..

6.      Elegi
Adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
Contoh:
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali.

Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam.

Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan.

Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi.
Aku sendiri.

Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

(Chairil Anwar)

7.      Satire
Adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)
Contoh:
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan, sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya, dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.

(WS Rendra)

8.      Distikon
Adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
Contoh:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh

(Or. Mandank)


9.      Terzina
Puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Contoh:
Dalam ribaan bahagia dating
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari

(Sanusi Pane)

10.  Kuatrain
Puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu

(A.M. Daeng Myala)

11.  Kuint
Adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakana
Kepada tuan
Yang pernah merasakan

Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan

Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan

(Or. Mandank)

12.  Sektet
Adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
Contoh:
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernapas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih

(Ipih)

13.  Septime
Adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Contoh:
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Mohammad Yamin)

14.  Oktaf/Stanza
Adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
Contoh:
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang

(Sanusi Pane)

15.  Soneta
Adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
Contoh:
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)

Perbedaan dan Persamaan Puisi Lama dengan Puisi Baru /Modern
1.      Perbedaan Puisi Lama dan Puisi Modern
a.       Puisi Lama terikat pada aturan tata bahasa sedangkan puisi baru tidak terikat pad aturan apapun.
b.      Puisi Lama tidak menyebutkan nama pengarang sedangkan puisi baru nama perengarang disebutkan
c.       Puisi Lama dibicarakan dari mulut ke mulut sedangkan puisi baru didistribusikan dalam sebuah buku
d.      Puisi baru lebih bebas dari pada puisi Lama, karena puisi lama biasanya menggunakan pola 444
e.       Puisi Lama terikat pada rima sedangkan puisi baru tidak

2.      Persamaan Puisi Lama dan Puisi Baru yaitu:
a.       Sama-sama sebagai sarana mengungkapkan perasaan
b.      Sama-sama mempunyai makna dan arti tertentu

C.    Puisi Kontemporer
Dunia senantiasa berkembang, berubah dari waktu ke waktu. Hidup pun demikian. Sastra yang merupakan salah satu blantika perekaman kehidupan selalu mencari bentuk yang lebih baru. Hal ini pun sejalan dengan sifat seniman yang selalu ingin menciptakan sesuatu yang baru, yang berbeda dengan sesuatu yang telah ada sebelumnya.

Puisi sebagai bagian dari sastra juga mengalami perkembangan, dari segi bentuk dan nafasnya. Puisi Kontemporer adalah bentuk puisi yang berusaha lari dari ikatan konvensional puisi iti sendiri. Misalnya saja Sutardji mulai tidak mempercayai Kekuatan kata tetapi dia mulai berpaling pada Eksistensi bunyi dan kekuatannya. 

Danarto justru memulai dengan kekuatan garis dalam menciptakan puisi. Puisi kontemporer memang cenderung berbentuk aneh dan ganjil. Di samping Sutardji dan Danarto, juga Sapardi Djoko Damono, penyair lain mencanangkan bentuk puisi ganjil adalah : Ibrahim Sattah, Hamid Jabar, Husni Jamaluddin, Noorca Marendra, dan sebagainya.

Lebih jauh boleh dikatakan bahwa puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa,memakai kata-kata makian kasar,ejekan,dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambing intuisi,gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
1.      Tema Dan Ciri-Ciri Puisi Kontemporer
a.       Tema Puisi kontemporer
Biasanya puisi-buisi kontemporer bertemakan
1)       Tema protes yang ditujukan kepada kepincangan sosial dan dampak negatif dari industrialisasi
2)      Tema humanisme yang mengemukakan kesadaran bahwa manusia adalah subjek pembangunan dan bukan objek pembangunan.
3)      Tema yang mengungkapkan kehidupan batin yang religius dan cenderung kepada mistik
4)      Tema yang dilukiskan melalui alegor dan parable
5)      Tema tentang perjuangan menegakkan hak-hak azasi manusia berupa perjuangan untuk kebebasan, persamaan hak, pemerataan, dan bebas dari cengkeraman dari teknologi modern.
6)      Tema kritik sosial terhadap tindakan sewenang-wenang dari mereka yang menyelewengkan kekuasaan dan jabatan.

b.      Ciri-ciri Puisi Kontemporer
1)      Puisi bergaya mantra dengan sarana kepuitisan berupa pengulangan kata, frasa, atau kalimat.
2)      Gaya bahasa paralelisme dikombinasi dengan gaya bahasa hiperbola dan enumerasi dipergunakan penyair untuk memperoleh efek pengucapan maksimal.
3)      Tipografi puisi dieksploitasi secara sugestif dan kata-kata nonsens dipergunakan dan diberi makna baru.
4)      Kata-kata dari bahasa daerah banyak dipergunakan untuk memberi efek kedaerahan dan efek ekspresif.
5)      Asosiasi bunyi banyak digunakan untuk memeroleh makna baru
6)      Banyak digunakan gaya penulisan prosaic
7)      Banyak menggunakan kata-kata tabu
8)      Banyak ditulis puisi lugu untuk mengungkapkan gagasan secara polos.

2.      Pengertian Puisi Indonesia Kontemporer
Jika pengertian puisi kontemporer itu di kaitkan dengan puisi Indonesia, maka puisi Indonesia kontemporer adalah puisi Indonesia yang lahir di dalam waktu tertentu yang berbentuk dan bergaya tidak mengikuti kaidah-kaidah puisi lama pada umumnya. Atau puisi Indonsia kontemporer adalah puisi Indonesia yang memiliki ciri-ciri nilai dan estetika yang berbeda dengan puisi-puisi sebelumnya atau pada umumnya.

3.      Ragam Puisi Kontemporer
Adapun puisi kontemporer bisa dibedakan menjadi beberapa ragam sebagai berikut:
a.       Puisi Mbeling
Puisi ini memakai ungkapan yang blak-blakan, sederhana, tanpa menghiraukan diksi konvensional ataupun bunga-bunga bahasa. Biasanya mrngungkapkan kritik pada kehidupan masyarakat, tetapi dengan cara yang lucu dan tak brusaha terlampau berat.
b.      Puisi tipografi
Puisi tipografi adalah puisi yang lebih mementingkan gambaran visual dari puisi tersebut. Dalam puisi tipografi seorang penyair berusaha mengekspresikan gejolak hatinya dengan lebih menonjolkan lukisan bentuk dari puisinya di samping melalui kata-kata tentunya.
c.       Puisi Yang menentang idiom-idiom
Puisi –puisi semacam ini akan bersifat konvensional. Dengan menentang idiom konvensional maka puisi tersebut tidak lagi menghiraukan hubungan makna setiap kata, bahkan sering terjadi menjungkir balikkan hubungan makna tersebut.
d.      Puisi yang membalik-balikkan struktur kata
Puisi ini mterliha mempermainkan suku-suku kata . Sampai-sampai kata-kata itu menjadi tidak bermakna .Tetapi hal itu tidak lantas menghilangkan makna totalitas puisi tersebut . Bahkan terasa menjadi sangat konkret. Dengan deretan kata yang dibolak-balikan susunan suku katanya bila diteriakkan keras-keras seperti teriakan nelayan di zaman bahari dulu . Bunyi-bunyi yang muncul dari kata-kata tak bermakna itu mengangkat imajinasi kita untuk membayangkan situasi pada masa bahari dulu, di mana nenek moyang kita sangat akrab dengan lautan.
e.       Puisi yang lebih mengutamakan unsure bunyi
Puisi ini mengingatkan kita pada bentuk puisi mantra pada zaman sastra purba. Puisi mantar pun amat menonjolkan kekuatan bunyi. Bahkan menurut hemat nenek moyang kita dulu semakin kuat bunyi dalam mantara semakin tinggi nilai magis yang terkandung dalam mantra tersebut. Dan ternyata dalam perkembangan sastra Indonesia moderen,ada kencenderungan kembali pada bentuk mantra. Penyair garda depan yang memproklamasikan bentuk mantra ini adalan Sutardji dan ibrahim Sattah.
f.       Puisi yang mengkombinasikan bentuk bahasa Indonesia dengan bahasa asing atau bahasa daerah
Puisi ini menggunakan berbagai bahasa dalam mengungkapkan apa yang dimaksudkannya. Tentu saja hal ini mempersulit pemahaman pembaca yang tidak mengerti dan menguasai bahasa asing maupun bahasa daerah.
g.      Puisi yang banyak menggunakan symbol daripada kata –kata atau kalimat.
Simaklah puisi Jeihan berikut ini
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
V
VIVA PANCASILA
( Jeihan )

h.      Puisi yang lebih menonjolkan unsure garis atau gambar seperti dalam seni lukis
Perhatikanlah puisi yang cukup membikin heboh kalangan sastrawan di Indone- Sia :










i.        Puisi Konkret
Puisi konkret benar-benar merupakan penyair yang tidak lagi percaya terhadap eksistensi kata. Puisi konkret berusaha meninggalkan peranan kata karena kata dianggapnya terlampau akrab untuk mewadahi penyair. Puisi konkret merupakan puisi yang diciptakan oleh penyair dengan memakai benda-benda yang konkret ( biasanya dengan sedikit mungkin kata , bahkan kalau perlu kata itu dihilangkan) sebagai alat ekspresinya . Misalnya saja puisi Daging Mentah Sutardji Calzoum Bachri, atau puisi Abdul Hadi WM.

4.      Mengidentifikasi Tema Puisi Kontemporer
Perhatikan beberapa puisi Sapardi Djoko Darmono yang termuat dalam buku Duka-Mu Abadi berikut !
a.       SAAT SEBELUM BERANGKAT
Mengapa kita masih bercakap
hari hamper gelap
Menyekap beribu kata di antara karangan bunga
Di ruang semakin maya, dunia purnama
Sampai tak ada yang sempat bertanya
Mengapa musim tiba-tiba reda
Kita di mana . Waktu seorang tertahan di sini
Di kuar pengiring jenazah menanti

b.      BERJALAN DI BELAKANG JENAZAH
Berjalan dibelakang jenazah angina pun reda
Jam mengerdip
Tak terduga betapa lekas
Siang menepi, melapangkan jalan dunia
Di samping pohon demi pohon menundukkan kepala
Jam mengambang di antaranya
Tak terduga begitu kosong waktu menghirupnya

c.       SEHABIS MENGANTAR JENAZAH
Masih adakah yang akan kautanyakan
Tentang hal itu ! Hujan pun selesai
Sewaktu tertimbun sebuah dunia yang tak habis bercakap
Di bawah bunga-bunga mawar, musim yang senja
Pulanglah dengan payung di tangan , tertutup
Anak-anak kembali bermain di jalan basah
Seperti dalam mimpi kuda-kuda meringkik di bukit-bukit jauh
Barangkali kita tak perlu tahu dalam tanda tanya
Masih adakah ? Alangkah angkuhnya langit
Alangkah angkuhnya pintu yang akan menerima kita
Seluruhnya,, seluruhnya kecuali kenangan
Pada sebuah gua yang menjadi sepi tiba-tiba
Dalam tiga puisi sapadi joko damono yang terdapat dalam buku kumpulan puisi dukamu mu abadi terdapat pertautan tema yang membicarakan tentang maut . Sapardi joko damono telah membangkitkan kesadaran pembaca akan kematian dan selubung rahasia akan kematian itu sendiri.

Dalam tiga puisi Sapadi Joko Damono yang terdapat dalam buku kumpulan puisi Dukamu Mu Abadi terdapat pertautan tema yang membicarakan tentang maut. Sapardi Joko Damono telah membangkitkan kesadaran pembaca akan kematian dan selubung rahasia akan kematian itu sendiri.

5.      Memahami Isi Dan Maksud Puisi Kontemporer
a.       Perhatikanlah contoh-contoh sajak Sutardji Calzoum Bachri berikut ini
SOLITUDE
yang paling mawar
yang paling duri
yang paling sayap
yang paling bumi
yang paling pisau
yang paling risau
yang paling nancap
yang paling dekap
samping yang paling
Kau ! ( 1981:37 )

“ yang paling mawar “, artinya yang paling mempunyai sifat-sifat seperti mawar, yaitu biasanya warnanya merah cemerlang, menarik, indah dan harum . Jadi kesunyian ( solitude ) itu mempunyai sifat yang paling menarik , indah, serta harum . “yang paling duri” artinya paling menusuk, menyakitkan, menghalangi, seperti duri. ”yang paling dekap” ialah yang paling mesra seperti orang mendekap. Begitulah kesunyian itu. Dan di samping sifat yang paling itu adalah “Kau“ yaitu Tuhan . Jadi, bila orang dalam keadaan yang paling itu, orang akan teringat atau melihat “ Tuhan “

b.      Perhatikan contoh lain sajak Sutarji Calzoum Bachri
TRAGEDI WINKA & SIHKA
kawin
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
winka
shika
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
sih
ka
Ku
( h. 18 )

Sajak tersebut hanya terdiri dua kata “kawin dan kasih” yang dipotong-potong menjadi suku kata-suku kata, juga dibalik menjadi “winka dan sihka” . Pada awalnya kata kawin masih penuh, artinya masih penuh kawin memberi konotasi begitu indahnya perkawinan. Orang yang hendak kawin mesti berangan-angan yang indah bahwa sesudah kawin akan hidup berbahagia, ada suami atau istri dan kemudian akan ada anak, hidup akan bahagia denga kasih saying anak, istri-suami.

Tetapi, melalui perjalanan waktu kata kawin terpotong menjadi ka dan win, artinya tidak penuh lagi. Angan-angan perkawinan semula terpotong-potong, ternyata kenyataan setelah kawin berubah. Dalam perkawinan orang harus memberi nafkah, ada kewajiban-kewajiban. Ada anak yang harus dibiayai, bahkan sering terjadi pertengkaran suami-istri, harus membiayai makan, pakaian dan sekolah anak-anak . Ternyata perkawinan itu tidak seperti diharapkan yang penuh dengan kebahagiaan, segala berjalan lancar, tetapi penuh kesukaran. Terbalik artinya kawin jadi winka, kasih pun terpotong-potong menjadi ka dan sih yang kehilangan artinya menjadi : sih-sih-sih-sih-sih saja, bahkan istri atau suami menyeleweng terjadilah perceraian. Nah, terjadilah tragedi winka dan sihka, kembalikan dari angan-angan kawin dan kasih, yang pada mulanya diangankan akan penuh kebahagiaan.

6.      Munculnya Puisi Indonesia Kontemporer Di Dalam Khazanah Kesusastraan Indonesia
Istilah puisi Indonesia kontemporer mulai di populerkan pada 1970-an. Gerakan puisi kontemporer yang melanda dunia gaungnya terdengar di Indonesia dan memberi corak terhadap kehidupan puisi Indonesia pula.
Puisi Indonesia kontemporer di dalam dunia perpuisisan Indonesia dikejutkan oleh Sutardji Calzoum Bahri dengan improvisasinya yang menjadi bagian penting dari proses penciptaan puisi-puisinya. Berbeda dengan penyair-penyair sebelumnya, Sutardji mengebrak dengan puisi-puisinya bentuk-bentuk baru. Pembaharuan yang dilakukan sutardji benar-benar memberi wajah baru bagi perjalanan dan perkembangan puisi Indonesia.

Di dalam kredo puisinya yang diproklamasikan pada 30 maret 1973, Sutardji mengatakan kredo berasal dari bahasa latin credo yang berarti aku percaya, suatu pernyataan atau pengakuan.

7.      Tokoh-Tokoh Puisi Kontemporer
a.       Sutardji Calzoum Bahri
Karyanya
1)      Kumpulan sajak o, amuk, kapak
2)      Tragedi sihka dan winka
3)      Batu
b.      Supardi Djoko Damono
Karangannya:
1)      Dukamu Abadi (Kumpulan sajak, 1969)
2)      Mata Pisau (Kumpulan sajak, 1974)
3)      Akuarium (Kumpulan sajak, 1974)
c.       Goenawan Muhamad
Karangannya:
Dadaku adalah perisaiku (kumpulan sajak, 1974)
d.      Leon Agusta
Karangannya:
1)      Catatan putih (Kumpulan sajak, 1975)
2)      Hukla (Kumpulan sajak, 1979)
e.       Korrie Layun Rampan
Karangannya:
Matahan pinsan & ubun-ubun (kumpulan sajak, 1974)
f.       Entha Ainun Nadjib
Karangannya:
1)      “M” Frustasi (kumpulan sajak, 1976)
2)      Nyanyian Gelandangan (Kumpulan Sajak, 1981)
g.      Hamid Jabbar
Karangannya:
1)      Paco-Paco (Kumpulan Sajak, 1974)
2)      Dua Warna (Kumpulan Sajak Bersama Upita Agustina, 1975)
h.      Toen Herarti
Karangannya:
Sajak-Sajak 33 (Kumpulan Sajak, 1973)
i.        Linus Suryadi
Karyanya:
Langit Kelabu (Kumpulan Sajak, 1976)


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Puisi tidak hanya sebagai ungkapan cinta terhadap lawan jenis tapi juga ada sebagai kritik atas pemeritah, untuk seseorang yang berjasa, atau pun seseorang yang mereka benci. Membaca puisi bukan sekedar menyampaikan arus pemikiran penyair, tapi kita juga harus menghadirkan jiwa sang penyair. Kita harus menyelami dan memahami proses kreatif sang penyair, bagaimana ia dapat melahirkan karya puisi.

B.     Saran
Kita sebagai mahasiswa khususnya yang duduk di jurusan Bahasa Indonesia harus memiliki pengetahuan yang baik tentang bahasa yang dalam hal ini mengenai puisi lama. Hal itu tentu saja akan terwujud apabila kita rajin membaca dan menulis. Dengan membaca dan menulis wawasan kita akan berkembang dan akan semakin matang.



DAFTAR PUSTAKA


Agni, Binar. 2009. Sastra Indonesia Lengkap. Jakarta: Hi-Fest Publishing.

Ali, Muhammad. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Imani Balai Pustaka. 2008. Pantun Melayu. Jakarta: Balai Pustaka

Arifin, Zaenal E. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akedemika Pressindo.

Calzoum Bachri, S. 1981. “O”, dalam “O, Amuk, Kapak” (Kumpulan Puisi).
Sinar Harapan. Jakarta.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Presinfo.

Jassin, H.B. 1982. Angkatan 66 Prosa dan Puisi. Jakarta: Gunung Agung

Junaedi, Uned. 2010. Materi Penting Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Ciamis: Mekar Mandiri

Mahayana, Maman S. 2007. Ekstrinsikalitas Sastra Indonesia. Jakarta:PT. Raja Grafindo persada

Pradopo, R.D. 1993. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Purba, Antilan. 2001. Sastra Indonesia Kontemporer. USU Press. Medan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar