Selasa, 26 Desember 2017

MAKALAH Problematika Peserta didik (Stres dan Kenakalan remaja)

Problematika Peserta didik (Stres dan Kenakalan remaja)

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik

Dosen Pengampu : Bapak Sofiyan Akbar Budiman, M.Pd


Disusun oleh:
Kelompok 10
Prodi: Bahasa dan Sastra Indonesia

1.      ANA WAHYU KUSNIATI                   : 14040004
2.      RAHMAD MAHARDIKA                    : 14040017
3.      MARLIANA                                           : 14040018
4.      FITRIYAH                                              : 14040036

 











SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2015




DAFTAR PUSTAKA

























KATA PENGANTAR


Segala puji bagi allahyang telah memberikan kemudahan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepatpada waktunya. Tanpa pertolongan- Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Sholawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini memuat materi tentang Problematika Peserta didik (Stres dan Kenakalan remaja).
walaupun  makalah ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tetapi juga
memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada Bapak sofyan akbar budiman M,Pd. yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini. Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Meskipun penyusun telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penyusun,tidak menutup mata bahwa masih terdapat  kesalahan dan kekurangan.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan. guna terciptanya makalah yang lebih baik di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.



Pringsewu,      Maret 2015
Penyusun

kelompok 10




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Sekolah mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan dan perkembangan peserta didik. Sekolah dipandang dapat memenuhi beberapa kebutuhan peserta didik dan menentukan kualitas kehidupan mereka di masa depan. Tetapi pada saat yang sama, sekolah ternyata juga dapat menjadi sumber masalah, yang pada gilirannya memicu terjadinya stres di kalangan peserta didik. Sekolah menjadi sumber utama bagi anak selain dalam keluarga. Hal ini disebabakan waktu anak lebih bnayak dihabiskan di sekolah. Disekolah anak merupakan anggota dari suatu masyarakat kecil dimana terdapat tugas-tugas yang harus diselesaikan, orang-orang yang perlu dikenal dan mengenal diri mereka, serta peraturan yang menjelaskan dan membatasi perilaku, perasaan dan sikap mereka. Peristiwa-peristiwa hidup yang dialami anak sebagai anggota masyarakat kecil yang bernama sekolah ini tidak jarang menimbulkan perasaan stres dalam diri mereka. Masa-masa sekolah merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi anak tetapi disisi lain mereka dihadapkan pada banyajk tuntutan dan perubahan cepat membuat mereka mengalami masa-masa penuh stres. Mereka dihadapkan pada pekerjaan rumah yang banyak, perubahan kurikulum yang berlangsung dengan cepat, batas waktu tugas dan ujian, kecemasan dan kebingungan dalam menentukan pilihan karier dan program pendidikan lanjutan, membagi waktu untuk mengerjakan PR, olahraga, hobi, daqn kehidupan sosial. Tidak jarang, mereka juga harus berhadapan dengan situasi konflik dengan orang tua, teman-teman, dan saudara-saudara, tuntutan untuk mengatasi suasana hati tak dapat diramalkan, perhatian tentang penampilan, pencekcokan dengan kelompok sebaya, termasuk menangani percintaan dan dorongan seksual. Masalah keuangan, seperti halnya dengan isu-isu tentang alkohol dan obat-obatan juga merupakan sumber kecemasan dikalangan remaja. Bahkan belakangan ini kekerasan didalam dan disekitar sekolah telah menjadi suatu ketakutan baru untuk menghantui anak remaja. Lebih dari semua tuntutan tersebut, mereka juga harus berhadapan dengan perubahan fisik dan emosional yang cepat dan perubahan emosional.


1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana fenomena stress sekolah dalam perkembangan peserta didik?
2.      Bagaimana konsep stress dalam sekolah?
3.      Apa sumber stress di sekolah?
4.      Apa dampak stress sekolah?
5.      Bagaimana Upaya mengatasi problem stress sekolah yang dialami peserta didik?
6.      ApaPengertian Kenakalan Remaja?
7.      ApaPenyebab Kenakalan Remaja?
8.      ApaSolusi Kenakalan Remaja?


1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui bagaimana fenomena stress di sekolah dalam perkembangan peserta didik.
2.      Agar dapat mengetahui konsep stress di sekolah.
3.      Agar dapat mengetahui sumber stress di sekolah.
4.      Agar dapat mengetahui apa dampak stress di sekolah.
5.      Agar mengetahui Upaya mengatasi problem stress sekolah yang dialami peserta didik.
6.      Agar dapat mengetahui Pengertian Kenakalan Remaja.
7.      Agar mengetahui Penyebab Kenakalan Remaja.
8.      Agar dapat mengetahui bagaimana Solusi Kenakalan Remaja.










BAB II
PEMBAHASAN

2.1. fenomena stress sekolah dalam perkembangan peserta didik.
Sekolah mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan dan perkembangan peserta didik. Sekolah dipandang dapat memenuhi beberapa kebutuhan peserta didik dan menentukan kualitas kehidupan mereka di masa depan. Tetapi pada saat yang sama, sekolah ternyata juga menjadi sumber masalah, yang pada gilirannya memicu terjadi stress dikalangan peserta didik. Hal ini seharusnya dapat dimengerti, sebab anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah. Di sekolah anak merupakan anggota dari suatu masyarakat kecil dimana terdapat tugas-tugas yang harus diselesaikan, orang-orang yang perlu dikenal dan mengenal diri mereka, serta peraturan yang menjelaskan dan membatasi perilaku, perasaan dan sikap mereka. Peristiwa-peristiwa hidup yang dialami anak sebagai anggota masyarakat kecil yang bernama sekolah ini tidak jarang menimbulkan perasaan stress dalam diri mereka.Setres sekolah adalah kondisi setres atau perasaan tidak nyaman yang dialami oleh siswa akibat adanya tuntutan sekolah yang dinilai menekan, sehingga memicu terjadinya ketegangan fisik, psikologis, dan perubahan tingkah laku, serta dapat mempengaruhi prestasi belajar mereka. Stress siswa bersumber dari berbagai tuntutan sekolah. Sekolah merupakan sebuah system social (social system) dengan struktur organisasi yang kompleks. Bahkan, Arends (1998) secara tegas mengatakanbahwa sekolah dalam banyak hal memiliki kesamaan dengan organisasi-organisasi lain yang ada dalam masyarakat. Sebagai sebuah organissi yang kompleks, sekolah memiliki sejumlah norma, nilai, peraturan, dan tuntutan yang harus dipenuhi oleh para anggotanya, termasuk oleh siswa. Ketidakmampuan siswa menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan sekolah tersebut akan memicu terjadinya stress. (Kiselica, dkk, 1994 dalam Desmita, 2010, 292) Stress biasanya muncul atau terlihat padasituasi serta keadaan yang kompleks, dimana menurut suatu individu anak, dan muncul situasi-situasi yang tidak jelas. Jika dilihat dari dari konteks akademik, stress muncul ketika terlalu banyak tuntutan oleh pendidik yang tidak dapat dipahami dan dimengerti anak. Karena anak cenderung lebih suka melakukan apa yang diinginkannya tanpa memikirkan orang lain. Misalnya karena tuntutan beban tugas yang tinggi, kesukaran pada tugas tinggi, fasilitas sekolah yang kurang memandai untuk anak dapatmengoptimalkan bakatnya, atau bahkan otiritas guru, pihak sekolah maupun teman-temannya. Juga dapat pula karena keadaan sekolah maupun lingkungannya, seperti panas, bising, bau, dan lain-lain. Namun perlu dipahami bahwa stress sekolah tidak sepenuhnya bermakna negative, melainakan juga bermakna positif bagi remaja, dalam artian dapat sebagai tantangan untuk mengatasinya. Stress yang bermakna positif ini tidak membahayakan, malah sebaliknya diperlukan untuk meningkatkan kualitas diri dan perstasi belajar.

Dari urain diatas dipahami bahwa kondisi stress yang dialami siswa akibat berbagai tuntutan sekolah, tidak sepenuhnya berdampak positif. Dampak negative atau positf dari fenomena sekolah ini, tergantung pada derajat stress yang mereka alami. Apabila stress sekolah yang dialami remaja berada pada taraf yang tinggi atau sangat serius, maka kemungkinan akan membawa dampak negative bagi perkembangannya. Sebaliknya, apabila stress sekolah yang dialami siswa berada pada taraf moderat, maka dapat berdampak positif. Tinggi,moderat atau rendahnya derajat stress yang dialami oleh remaja akibat berbagai tuntutan sekolah, sangat bergantung pada nilai kognitif mereka, yaitu proses mental yang berlangsung terus menerus untuk menginterpretasikan bebagai situasi dalam interaksinya dengan individu. Siswa yang menilai tuntutan sekolah selagi hal yang sangat menekan, akan menunjukkan adanya derajat stress yang tinggi. Siswa yang menilai tuntutan sekolah itu sebagai kondisi yang tidak membahayakan, akan menunjukkan derat stress yang rendah. Tetapi, apabila siswa menilai tuntutan sekolah sebagai tantangan untuk dapat meningkatkan kualitas dirinya, akan menunjukkan derajat stress yang moderat. Agar siswa dapat menyikapi stress sekolah yang positf, menurut Anderson dan Haslam (1994), sekolah dituntut untuk dapat merancang dan melaksanakan program-program intervensi dan pelatihan stress pada siswa. (Desmita, 2010;300)

2.2 Konsep stres disekolah

Konsep school stress belakangan ini mulai diminati oleh sejumlah peneliti psikologi dan pendidikan untuk memahami kondisi stres yang dialami disekolah.Kemudian para peneliti mengembangkan konsep yang menggambarkan kondisi stres yang dialami oleh siswa akibat tuntutan sekolahnya,yaitu school stress.

Verna,dkk(2002)mendefinisikan scool stress sebagai akibat dari tuntutan sekolah,yaitu stress siswa yang bersumber dari tuntutan sekolah.Tuntutan yang dimaksud yaitu lebih menfokuskan pada tuntutan tugas-tugas sekolah dan tuntutan dari guru.

Desmita(2005)mendefinisikan stress sekolah sebagai ketegangan emosional yang muncul dari peristiwa-peristiwa kehidupan disekolah,dan perasaan terancamnya keselamatan atau harga didi siswa,sehingga memunculkan reaksi-reaksi fisik,psikologis dan tingkah laku yang berdampak pada penyesuaian psikologis dan prestasi akademis.
2.3  Sumber problem stres sekolah

Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa stres siswa bersumber dari berbagai tuntutan sekolah. Sekolah merupakan sebuah sistem sosial dengan struktur organisasi yang kompleks. Arends (1998)  secara tegas mengatakan bahwa sekolah dalam banyak hal memiliki kesamaan dengan organisasi-organisasi lain yang ada dalam masyarakat. Sebagai sebuah organisasi sosial yang kompleks, sekolah memiliki sejumlah norma, nilai, peraturan, dan tuntutan yang harus dipenuhi oleh para angootanya, termasuk oleh siswa. Sistem norma, nilai, peraturan, dan tuntutan sekolah tersebut mempunyai dampak yang besar terhadap penyesuaian akademik dan sosial siswa (Brand, dkk., 2003). Ketidak mampuan siswa menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan sekolah tersebut akan memicu terjadinya stres. Dengan demikian dapat dipahami bahwa stres yang dialami oleh siswa bersumber dari berbagai tuntutan sekolah. Desmita (2005) Mengidentifikasi adanya empat tuntutan sekolah yang dapat menjadi sumber stres bagi siswa, yaitu phyysical demands, task demands role demands, dan interpersonal demands. Desmita(2005)mengidentifikasikanada 4 tuntutan sekolah yang dapat menjadi sumber stres, yaitu :
1.      Physical demands (tuntutan fisik) Physical demands maksudny adalah stress siswa yang bersumber dari lingkungan fisiksekolah.
2.       Task demands(tuntutan tugas) Adanya tuntutan tugas sekolah ini di satu sisi merupakan aktivitas sekolah yang sangat bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan siswa, Namun disisi lain tidak jarang tuntutan tugas tersebut menimbulkan perasaan tertekan dan kecemasa
3.      Role demands(tuntutan peran) Tuntutan peran secara tipikal berkaitan dengan harapan tingkahlaku yang dikomunikasikan oleh pihak sekolah, orangtua dan masyarakat kepada siswa. Harapan peranini dapat menjadi salahsatu sumber stress bagi siswa,terutama ketika ia merasa tidak mampu memenuhi harapan-harapan peran tersebut.
4.      Interpersonal demands(tuntutan interpersonal) Rice(1999) secara garis besa membedakan menjadi 2 tipologi sumber stress sekolah:
a.personal social stressor, adalah stress siswa yang bersumber dari diri dan lingkungan    sosial
b.akademik stressor, adalah stress siswa yang bersumber dari proses belajar mengajar atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar. Stress yang dialami oleh siswa biasanya juga disebabkan oleh:
·         Tekanan orang tua
·         Tekanan guru
·         Tekanandarisesamsiswa
·         Tekanandaridirisendiri

2.4. Dampak stress sekolah
Stres sekolah mempunyai dampak terhadap kehidupan pribadi anak, baik secara fisik, psikologis maupun secara psikososial. Anak yang mengalami tingkat stress tinggi dapat menimbulkan kemunduran prestasi, perilaku maladaptif, dan berbagai problem psikososiallainya. Sedang anak yang mengalami tingkat stress sedang malah dapat meningkatkan kesadaran, kesiapan dan prestasi.

2.5.Upaya mengatasi problem stress sekolah yang dialami peserta didik
Dalam upaya menanggulangi atau menangani kondisi stress peserta didik, sekolah sebagai institusi pendidikan mempunyai peran yang sangat penting. Berikut ini akan dikemukakan beberapa upaya yang dapatdilakukan guru dalam mengatasi stress yang dialami peserta didik:

1.      Menciptakan iklim sekolah yang kondusif 
Sejumlah pemikir dan praktisi dunia pendidikan kontemporer (seperti,hanuhek,1995,Bobbi de porter,2001,Hoy dan miskel,2001,sockney,2004 )menyarankan kepada pihak sekolah agar mampu menciptakan iklim sekolah sehat dan menyenangkan, yang memungkinkan siswa dapat menjalin interaksi sosial secara memadai di lingkungan sekolah. Iklim sekolah yang sehat, disamping dibutuhkan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, juga diperlukan untuk mengantisipasi timbulnya perasaan tidak nyaman dan stress dalam diri siswa, yang pada giliranya akan mempengaruhi prestasi belajar mereka.

2.      Melaksanakan program pelatihan penanggulangan stress
Kondisi stress yang dialami peserta didik disekolah dapat diatasi oleh guru dengan melaksanakan program pelatihan inokulasi stress. Inokulasi stress merupakan salah satu strategi atau tekhnik kognitif-perilaku dalam program-program terapi konseling. Dengan pemberian inokulasi stress, memungkinkan peserta didik untuk menghadapi situasi-situasi yang stress full disekolah dengan cara-cara penanganan yang lebihrasional. Disamping itu, melalui training inokulasi stress, peserta didik juga dapat meningkatkan ketrampilan-ketrampilan penyesuaian psikososial, hingga lebih mampu menjalin hubungan interpersonal secara memuaskan.

3.      Mengembangkan resiliensi peserta didik
Resiliensi merupakan kemampuan atau kapasitas insani yang dimiliki peserta didik yang memungkinkanya untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan atau bahkan mengubah kondisi kehidupan yang menyengsarakan menjadi suatuhal yang wajar untuk diatasi.

2.6 Pengertian Kenakalan Remaja
Akhir-akhir ini di beberapa media masa sering kita membaca tentang perbuatan kriminalitasyang terjadi di negeri yang kita cintai ini. Ada anak remaja yang meniduri ibu kandungnya sendiri,perkelahian antar pelajar, tawuran, penyalahgunaan narkoba dan minum-minuman keras danmasih banyak lagi kriminalitas yang terjadi di negeri ini. Kerusakan moral sudah merebak diseluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa serta orang yang sudahlanjut usia.
Termasuk yang tidak luput dari kerusakan moral ini adalah remaja. Para ahli pendidikansependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut,seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untukdapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi dan pencarian jati diri, yang karenanyasering melakukan perbuatan-perbuatan yang dikenal dengan istilah kenakalan remaja.Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidanayang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang disekitarnya. Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusussejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat. Beberapa ahli mendefinisikan kenakalan remaja ini sebagai berikut:
1. Kartono, ilmuwan sosiologiKenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquencymerupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaiansosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang".
2. Santrock "Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidakdapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal."

2.7 Penyebab Kenakalan Remaja
Ulah para remaja yang masih dalam tarap pencarian jati diri sering sekali mengusikketenangan orang lain. Kenakalan-kenakalan ringan yang mengganggu ketentraman lingkungansekitar seperti sering keluar malam dan menghabiskan waktunya hanya untuk hura-hura sepertiminum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, berkelahi, berjudi, dan lain-lainnyaitu akan merugikan dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain yang ada disekitarnya.Cukup banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja. Berbagai faktor yangada tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Berikut inipenjelasannya secara ringkas:
1. Faktor Internal

a. Krisis identitas
 Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentukintegrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua,tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masaintegrasi kedua.b. Kontrol diri yang lemahRemaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima denganyang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telahmengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diriuntuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
a. Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

2. Faktor Eksternal
Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang orang tua.
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagiperkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa padaperkembangan anak. Karena itu baik-buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitarmemberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak. Factor eksternal meliputi:
a. Keluarga
Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
b. Teman sebaya yang kurang baik
c. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang. Dan saya pun pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri ketika sebuah anak kelas satu SMA di kompelks saya, ditangkap/diciduk POLISI akibat menjadi seorang bandar gele, atau yang lebih kita kenal dengan ganja.

Hal ini semua bisa terjadi karena adanya faktor-faktor kenakalan remaja berikut:
– kurangnya kasih sayang orang tua.
– kurangnya pengawasan dari orang tua.
– pergaulan dengan teman yang tidak sebaya.
– peran dari perkembangan iptek yang berdampak negatif.
– tidak adanya bimbingan kepribadian dari sekolah.
– dasar-dasar agama yang kurang
– tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya
– kebasan yang berlebihan
– masalah yang dipendam

2.8 Solusi Kenakalan Remaja
 Dari berbagai faktor dan permasalahan yang terjadi di kalangan remaja masa kinisebagaimana telah disebutkan di atas, maka tentunya ada beberapa solusi yang tepat dalampembinaan dan perbaikan remaja masa kini. Kenakalan remaja dalam bentuk apapunmempunyai akibat yang negatif baik bagi masyarakat umum maupun bagi diri remaja itu sendiri.Tindakan penanggulangan kenakalan remaja dapat dibagi dalam:
1. Tindakan Preventif
Usaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum dapat dilakukan melalui cara berikut:
a. Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja
b. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja. Kesulitan-kesulitan mana saja yang biasanya menjadi sebab timbulnya pelampiasan dalam bentukkenakalan.

Usaha pembinaan remaja secara khusus dapat dilakukan melalui:
 1. Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yangdihadapinya.
2. Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilanmelainkan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etiket.
3. Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal demi perkembanganpribadi yang wajar.
4. Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.
5. Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan merangsang hubungansosial yang baik.
6. Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan mengemukakanpandangan dan pendapat para remaja dan memberikan pengarahan yang positif.
7. Memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat dimana banyak terjadi kenakalan remaja.Sebagaimana disebut di atas, bahwa keluarga juga mempunyai andil dalam membentuk pribadiseorang remaja. Jadi untuk memulai perbaikan, maka harus mulai dari diri sendiri dan keluarga.Mulailah perbaikan dari sikap yang paling sederhana, seperti selalu berkata jujur meski dalamgurauan, membaca doa setiap melakukan hal-hal kecil, memberikan bimbingan agama yangbaik kepada anak dan masih banyak hal lagi yang bisa dilakukan oleh keluarga.
Memang tidakmudah melakukan dan membentuk keluarga yang baik, tetapi semua itu bisa dilakukan denganpembinaan yang perlahan dan sabar.Dengan usaha pembinaan yang terarah, para remaja akan mengembangkan diri dengan baiksehingga keseimbangan diri yang serasi antara aspek rasio dan aspek emosi akan dicapai.Pikiran yang sehat akan mengarahkan para remaja kepada perbuatan yang pantas, sopan dan bertanggung jawab yang diperlukan dalam menyelesaikan kesulitan atau persoalan masing-masing.
2. Tindakan Represif
Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran. Dengan adanya sanksi tegas
pelaku kenakalan remaja tersebut, diharapkan agar nantinya si pelaku tersebut “jera” dan tidak
berbuat hal yang menyimpang lagi. Oleh karena itu, tindak lanjut harus ditegakkan melalui pidana atau hukuman secara langsung bagi yang melakukan kriminalitas tanpa pandang bulu. Sebagai contoh, remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku dalam keluarga. Disamping itu perlu adanya semacam hukuman yang dibuat oleh orangtua terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga. Pelaksanaan tata tertib harus dilakukan dengan konsisten. Setiap pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak dan kewajiban anggota keluarga mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur. Di lingkungan sekolah, kepala sekolahlah yang berwenang dalam pelaksanan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam beberapa hal, guru juga berhak bertindak. Akan tetapi hukuman yang berat seperti skorsing maupun pengeluaran dari sekolah merupakan wewenang kepala sekolah. Guru dan staf pembimbing bertugas menyampaikan data mengenaipelanggaran dan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran maupun akibatnya. Pada umumnya tindakan represif diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan maupun tertulis kepada pelajar dan orang tua, melakukan pengawasan khusus oleh kepala sekolah dan tim guru atau pembimbing dan melarang bersekolah untuk sementara waktu (skors) atau seterusnya tergantung dari jenis pelanggaran tata tertib sekolah.
3. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi
 Tindakan ini dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkah laku pelanggar remaja itu dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus yang sering ditangani oleh suatu lembaga khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini.

























BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Tuntutan yang diterima peserta didik disekolah dan juga tekanan dari lingkungan dapat menimbulkan stress pada peserta didik.Stres yang dialami peserta didik akan berdampak terhadap pada kehidupan pribadinya,baik secara fisik,psikologis maupun psikososial.Untuk mengantisipasi terjadinya stress yang berkepanjangan yang pada giliranya akan mengganggu prestasi akademiknya.Pihak sekolah diharapkan dapat mencegah dan mengatasi problem stress sekolah yang dialami peserta didik.
Di sekolah anak merupakan anggota dari suatu masyarakat kecil dimana terdapat tugas-tugas yang harus diselesaikan, orang-orang yang perlu dikenal  dan mengenal diri mereka, serta peraturan yang menjelaskan dan membatasi perilaku, perasaan dan sikap mereka.
Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.












DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung:Remaja Rosdakarya
Karton, Kartini.1984. Psikologi Umum. Bandung: Alumni
Ali, Muhammad. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara

http//kumpulan.info/keluarga/anak/40.anak/275-mengatasi-stres sekolah (Dikutip pada tanggal 19 maret 2015 pukul 14:45 WIB)








Tidak ada komentar:

Posting Komentar