Senin, 05 Maret 2018

KALIMAT



KALIMAT
 (Makalah)

Di Susun Sebagai Tugas Pada Mata Kuliah Sintaksis

Disusun Oleh
Kelompok 6

1.      Fitriyah                        (14040036)
2.      Naris Mulyono            (14040010)
3.      Silmi Arisanti              (14040012)


LOGO+STKIP+MUHAMMADIYAH+PRINGSEWU.png

Dosen Pengampu : Solikhin, M. Pd


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2016

KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT.yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami senantiasa bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam tak lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SWT. Penyusunan makalah yang diberi judul “Kalimat”, diajukan sebagai pamenuhan salah satu tugas terstruktur Mata Kuliah Sintaksis.

Dalam penyusunan makalah ini kami mendapatkan beberapa halangan dan rintangan yang harus kami lewati, tetapi berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak kami bisa menyelesaikannya, walaupun kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alikum Wr. Wb.

Pringsewu,   April 2016
Penulis






DAFTAR ISI






























BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

dalam bagian ”studi sintaksis” sudah dijelaskan bahwa secara hirarkis, kalimat merupakan satuan bahasa di bawah tataran wacana. Wacana dibentuk oleh kalimat-kalimat. perilaku kalimat sebagai unsur pembentuk wacana sangat beragam. Ada yang secara potensial dapat berdiri sendiri, namun ada juga memiliki ketergantungan dengan kalimat yang lain. Ada kalanya kalimat dibentuk oleh kata, atau frase, atau dapat juga oleh frasa.
Dengan demikian seluk beluk kalimat menjadi lebih kompleks bila ditinjau dari berbagai segi. Orang dapat meninjau kalimat dalam kaitannya dengan keberadaan kalimat dalam wacana., atau meninjau kalimat dari susunan unsure yang membentuknya., atau dapat pula dari amanat atau informasi yang disandangnya.
Pemahaman akan seluk beluk kalimat akan member wawasan yang lebih luas tentang hakikat, jenis, dan struktur kalimat.
Dengan mempelajari kalimat diharapkan diperoleh pemahaman yang benar tentang hakikat kalimat, jenis kalimat, dan beda antara kalimat dengan satuan bahasa yang lain, misalnya klausa.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini akan mengkaji beberapa permasalahan, yaitu :
1.      Apakah yang dimaksud dengan hakikat kalimat?
2.      Apakah perbedaan kalimat dan klausa?
3.      Apa sajakah jenis-jenis kalimat?

C.    Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah supaya mahasiswa :
1.      dapat mengetahui hakikat kalimat
2.      dapat mengetahui perbedaan kalimat dan klausa
3.      dapat mengetahui jenis-jenis kalimat

 BAB II
PEMBAHASAN

A.    HAKIKAT KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran. Kalimat dapat dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan prediket, satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).

Dalam pandangan gramatikal yang menganggap tatabahasa sebagai subsistem yang hirarkis, salah satu satuan yang tetap terikat pada satuan yang lebih besar, atau dapat berdiri sendiri. ada kemungkinan, secara relatif dalam satuan yang lebih besar kalimat itu berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, secara aktual dan potensial terdiri dari klausa. Dalam kaitannya dalam satuan-satuan sintaksia (kata, frase, klausa). Kalimat dapat dipandang sebagai suatu kontruksi yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, disertai intonasi final, dan bila diperlukan dilengkapi dengan konjungsi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua hal penting berkenaan dengan konsep kalimat. dua hal itu adalah konstituen dasar dan intonasi final. Konstituen dasar itu biasanya berupa klausa, kalau pada klausa diberi intonasi final maka terbentuklah sebuah kalimat.
Selain klausa, frase atau kata dapat pula menjadi konstituen dasar. Hanya status kalimatnya akan berbeda, jika dibandingkan dengan kalimat yang konstituen dasarnya berupa klausa. Pelangsungan satuan sintaksis kata atau frase menjadi kalimat, adalah sangat dimungkinkan. Hal ini karena proses gramatikalisasi satuan sintaksis menjadi kalimat tidak selamanya mengikuti hirarki atau tataran bahasa secara wajar atau normal. Ada kalanya terjadi penyimpangan, misalnya pelompatan tingkat.
Dalam hal peristiwa pelompatan tingkat ini, bisa saja sebuah kata langsung menjadi kalimat. demikian pula halnya bisa saja sebuah frase langsung menjadi kalimat.
Perhatikan contoh-contoh konstruksi berikut:
1)      Dini membaca komik di kamar
2)      Dini membaca komik di kamar, sedangkan dani membaca novel baru di kebun
3)      Ketika dini membaca di kamar, doni minum di beranda
4)      Novel baru! Sebagai jawaban terhadap kalimat Tanya: apa yang dibaca dani)
5)      Dini! (sebagai jawaban atas kalimat Tanya: siapa yang membaca komik)
Konstruksi 1,2,3,4, dan  5 adalah kalimat-kalimat. akan tetapi kalu diteliti lebih jauh konstituen dasarnya sungguh berbeda. Konstituen dasar kalimat 1 adalah sebuah klausa terikat, kalimat 2 berupa dua buah klausa bebas, kalimat 3 berupa sebuah klausa terikat dan sebuah klausa bebas, kalimat 4 sebuah frase, sedangkan kalimat 5 konstituen dasarnya berupa kata, dan terjadi pelompatan tingkat untuk kalimat 4 dan 5.
B.     KALIMAT dan KLAUSA
Sebagian diantara kita (penutur bahasa Indonesia), sering meragukan akan perbedaan antara kalimat dan klausa. Diatas sudah dijelaskan hubungan antara klausa dengan kalimat dalam hubungan dengan kalmiat klausa merupakan suatu konstituen dasar. Dan telah dijelaskan juga bahwa klausa adalah suatu satuan gramatikal yang secara aktual dan potensial dapat menjadi kalimat, didalam pertuturan kedalam sebuah klausa dapat diberikan intonasi final, sehingga terbentuklah kalimat.
Mengenai inofasi final ini, yang member ciri kalimat ada tiga buah, yaitu inofasi deklaratif, yang dalam bahasa tulis. Dilambangkan dengan tanda titik, intinasi interogatif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda Tanya, dan intonasi seru yang ditandai dengan tanda seru.
Klausa merupakan konstituen dasar yang terlengkap bagi sebuah kalimat. oleh karena itu klausa dipandang sebagai suatu kontruksi inti suatu kalimat. di dalam klausa terdapat unsure-unsur seperti subjek, predikat, objek dan sebagainya, sebagaimana telah dijelaskan pada bahasan mengenai klausa. Secara lengkap unsur-unsur klausa tersebut menjadi kalimat, hanya dengan cara memberikan intonasi final pada klausa tersebut.
Di dalam kalimat terdapat unsur-unsur seperti tema-tema, dan fokus serta latar. Ciri-ciri tersebut terdapat dalam klausa dan kalimat manapun. Untuk memperjelas hal yang terakhir, perhatikan contoh berikut:
(1.1)          orang itu anaknya lima
(1.2)         Orang itu lima anaknya
Kedua contoh di atas yaitu (1.1), (1.2)  merupakan dua kalimat, tetapi hanya satu jenis klausa, yaitu dengan striktur
Subjek = anak orang itu
Predikat = lima
Demikian pula dengan kontruksi (1.1) berikut yaitu (1.1) pendapatannya terus bertambah jumlahnya.
Konstruksi (1.2) adalah sebuah kalimat, dengan sebuah klausa yang berstruktur.
          Subjek = jumlah pendapatannya
          Predikat = terus bertambah
Dari contoh terakhir dapat ditambahkan bahwa nya pada jumlah nya meripakan suatu keharusan dalam mengungkapkan kalimat yang konkrit yang memberikan status tema pada jumlah.
          Dari uraian singkat ini dapat disimpulkan bahwa semua, ciri-ciri yang ada dalam klausa terdapat juga dalam kalimat. bedanya adalah bahwa klausa merupakan konstituen dasar, dan sukaligus kontruksi inti sebuah kalimat, yang tidak ditandai oleh intonasi final, sedangkan kalimat ditandai oleh adanya intonasi final.

C.    JENIS KALIMAT
Untuk dapat mengklasifikasikan kalimat, kita dapat menggunakan berbagai kriteria atau tinjauan. Kriteria-kriteria itu biasanya menggambarkan beberapa dikotomi pembagian.
1.      Berdasarkan jumlah klausanya
a.      Kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terjadi dari satu klausa bebes. Ada juga yang menyebutnya sebagai kalimat sederhana, atau kalimat simpleks, atau kalimat ekaklausa. Semua penyebutan itu pada dasarnya sama saja.
Contoh:
(2.1)  Dia  datang dari Jakarta
            S      P              K
(2.2) Dunia  meratapi  musibah ini
            S          P                  O

(2.3) Saya  sedang menulis  surat  di kamar
            S             P                   O         K

(2.4) Kakekku masih gagah
            S                  P

(2.5) Mereka bergembira sepanjang hari
            S               P                 K

           
(2.6) Ayah dan ibu menyambut hari lebaran
                    S                  P                  O
b.      kalimat bersusun
kalimat bersusun adalah kalimat yang terjadi dari satu klausa bebas dan sekurang-kurangnya satu klausa terikat. Untuk sebutan kalimat bersusun ada beberapa, misalnya kalimat majemuk bertingkat, atau kalimat majemuk subordinatif.
Disebut kalimat bersusun karena dapat dianggap adanya lapisan untuk susunan yaitu bagian utama (atasan) dan bagian bawahan. Disebut juga bertingkat karena bagian-bagiannya memperlihatkan tingkatan yang tidak sama, ada bagian induk, dan ada bagian ananknya. Atau dipandang sebagai subordinasi, artinya bagian yang satu tergantung dari bagian yang lain. Dengan demikian akan dijumpai dengan sebutan klausa utama dan klausa bawahan, atau ada induk kalimat dan anak kaimat. Tampaklah hubungan antara bagian-bagian yang membentuk kalimat bersusun ini tidak setara. Atau klausa-klausa yang membentuk kalimat bersusun itu memperlihatkan hubungan yang tidak setara. Untuk menggambungkan klausa-klausa yang tak setara itu digunakan konjungsi subordinatif, seperti kalau, ketika, meskipun atau karena. Akan tetapi kerakali hubungan itu berlangsung secara implisit.
Contoh:
(3.1) dia tidak memcuci mobil karena hari hujan
(3.2) Kalau Dini pergi, Doni pun akan pergi
(3.3) Dini membaca komik ketika Doni tidur
(3.4) Meskipun dilarang oleh Doni, Dini akan pergi juga
(3.5) Karena banyak yang tidak datang, rapat dibatalkan
            Kalimat (3.1) terbentuk dari dua klausa melalui salah satu proses gramatikalisasi, yaitu penggabungan dua klausa, dia tidak mencuci mobil dan klausa hari hujan. Klausa yang pertama merupakan klausa utama, atau klausa bebas, dan yang kedua merupakan klausa bawahan atau klausa terikat.
            Kalimat (3.2) terbentuk dari dua klausa yaitu doni (pun) akan pergi sebagai klausa utama atau klausa bebas, dan kalau dini pergi sebagai klausa bawahan atau klausa terikat.
            Kalimat (3.3) terjadi dari dua klausa yaitu Klaus utama atau klausa bebas dini membaca komik dan klausa bawahan atau klausa terikat ketika doni tidur.
            Kalimat (3.4) terjadi dari dua klausa yaitu klausa utama, dini akan pergi (pun) dan klausa bawahan (terikat) meskipun dilarang oleh doni.
            Kalimat (3.5) dibentuk oleh dua klausa yaitu rapat dibatalkan sebagai klausa utama, atau klausa bebas. Dan karena banyak yang tidak datang sebagai klausa bawahan atau klausa terikat.
c.       Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terjadi dari beberapa klausa bebas. Beberapa ahli menyebutkan sebagai kalimat setara. Klausa-klausa yang membentuk kalimat ini memliki status yang sama, yang setara, atau sederajat, dan berhubungan secara koordinatif. Hubungan koordinatif ini menggunakan konjungsi seperti: dan, atau, tetapi, lalu. Akan tetapi tidak jarang hubunganini hanya secara implisit, artinya tanpa menggunakan konjungsi.
Contoh
(4.1) Dina Melirik, doni tersenyum dan Tia tertawa
(4.2) Dia membuka pintu, Lalu mempersilahkan kami masuk
(4.3) Dia datang dan duduk disebelah saya
                 Kalimat-kalimat diatas adalah kalimat majemuk (setara). Tiap kalimat terdiri dari dua klausa bebas yang kedudukannya setara atau sederajat. Khusus untuk kalimat (4.3)  tampaknya terdapat unsure yang sama, dan biasanya unsure yang sama itu (yaitu dia) disenyawakan atau dirapatkan. Kalimat yang demikian umumnya dinamakan kalimat majemuk ratapan.
2.      Berdasarkan struktur klausanya
a.       Kalimat lengkap
Dalah kalimat yang mengandung klausa lengkap, kelengkapan suatu klausa ditentukan oleh sekurang-kurangnya unsure subjek dan predikat. Jadi klausa dianggap lengkap apabila memiliki sekurang-kurangnya subjek dan predikat.
Contoh:
(5.1) Negara Indonesia berdasarkan pancasila
                      S                              P
(5.2) Bapak mentri akan ke jepang besok pagi
                    S                     P                    K
(5.3) Kakeknya petani kaya di kampung itu
                 S                P                    K
b.      Kalimat Tak Lengkap
Adalah kalimat yang terdiri dari klausa yang tidak lengkap, yaitu yang terdiri dari subjek saja, predikat saja, objek saja, keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh:
                                    Selamat sore
                                    Silakan Masuk!
 Kapan menikah?

3.      Berdasarkan amanat wacana
a.       Kalimat Deklaratif
Adalah kalimat yang mengandung intonasi deklaratif yang dalam ragam tulis diberikan tanda titik.
Contoh
Dalam bulan puasa kaum muslim berpuasa.
Gaji negeri tidak dinaikkan.
Ir. Ciputra presiden direktur PT. Pembangunan Jaya.

b.      Kalimat Introgatif
Adalah kalimat yang mengandung intonasi introgatif, yang dalam ragam tulis biasanya diberi tanda Tanya (?). jenis kalimat introgatif ini ditandai pula oleh partikel tanya seperti kah, apa, mengapa, kenapa dan lain sebagainya.
Contoh:
Mengapa baru sekarang aku sadar?
Apa saudara seorang mahasiswa?
Bagaimana cara menggunakan alat ini?
c.       Kalimat Imperatif
Adalah kalimat yang mengandung intonasi imperatif, yang dalam ragam tulis biasanya diberi tanda seru (!). jenis kalimat imperative ini ditandai pula oleh partikel lah, hendaklah, jangan.
Contoh:
Tanamkanlah modal anda sekarang!
Berikan hadiah ini kepadanya!
Bacalah buku ini!
d.      Kalimat Aditif
Adalah kalimat terikat yang bersambung pada kalimat pernyataan, dapat lengkap dapat tidak.
Contoh:
Cuma belum punya anak
Sedangkan bulan mei, terang hujan tidak ada.
e.       Kalimat Responsif
Adalah kalimat terikat yang bersambung pada kalimat pertanyaan,dapat lengkap, dapat tidak lengkap
Contoh:
Tadi pagi!
Ya!
Tidak!
f.       Kalimat Interjektif
Adalah kalimat yang dapat terikat atau tidak seruan ada dua macam:
(a)    Yang terjadi dari klausa lengkap ditandai oleh partikel seperti: alangkah, mudah-mudahan, bukankah
(b)   Yang terjadi dari struktur bukan klausa yang ditandai oleh partikel seru seperti: wah,aduh.
Contoh:  ini baru kejutan!
                Mudah-mudahan Tuhan selalu menyertaimu!


4.      Berdasarkan pembentukan kalimat dari klausa inti dan perubahannya
a.       Kalimat Inti
Adalah kalimat dasar, kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap, berikut adalah pola kalimat inti:
1)      FN+FV                 : Ibu datang
2)      FN+FV+FN          : Ibu member roti
3)      FN+FV+FN+FN  : Ibu membacakan ayah novel
4)      FN+FN                 : Ayah Dosen
5)      FN+FA                 : Dini cantik
6)      FN+FNum                        : uangnya dua juta
7)      FN+FPre               : bukunya di meja

b.      Kalimat Noninti
Kalimat noninti dapat di ubah menjadi kalimat noninti dengan berbagai proses transformasi seperi: pemasifan, pengingkaran, penanyaan, penginversian.
Contoh
 (6.1) komik dibaca oleh doni
(6.2) dini tidak membaca komik
(6.3) apakah dini membaca komik?
(6.4) membaca komik dini

Kalimat (6.1) adalah kalimat noninti yang merupakan proses transformasi pemasifan dari kalimat inti “Dini membaca komik”. Kalimat (6.2) adalah kalimat noninti yang merupakan hasil proses transformasi pengingkaran dari kalimat inti “Dini membaca komik”. Kalimat (6.3) berasal dari kalimat inti “Dini mebaca komik” melalui proses transformasi penanyaan. Kalimat (6.4) adalah kalimat noninti, yang dihasilkan dari proses transformasi inversi dari kalimat inti “Dini membaca komik”.


5.      Berdasarkan jenis klausa
a.       Kalimat Verbal
Adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verba. Atau kalimat yang konstituen dasarnya adalah klausa verbal. Kalimat verbal terdiri atas verba transitif, intransitif, aktif, pasif.
Contoh:
Ibu menukis surat (kalimat transitif)
Ibu bertamu ke rumah bibi (kalimat intransitif )
Surat ditulis ibu (kalimat pasif)

b.      Kalimat Nonverbal
Adalah kalimat yang dibentuk oleh klausa nonverbal  sebagai konstituen, dasarnya sebagaimana halnya kalimat verbal, pemerintah kalimat nonverbal sama halnya dengan pemerintah klausa nonverbal yang mencakup antara lain klausa nominal, klausa ajektifa, klausa numeralia.
Contoh:
Kakeku dosen seni rupa
     S               PN
Ibu guru itu, cantik sekali
     S                  PAdj
Hutangnya tiga juta
                      PNum
Mereka di kamar depan
                      PPre

6.      Berdasarkan fungsi kalimat sebagai pembentuk paragraph
a.       Kalimat Bebas
Adalah kalimat yang mempunyai potensi. Untuk menjadi ujaran lengkap, atau kalimat yang dapat memulai sebuah paragraph wacana tanpa konteks lain yang member penjelasan.
b.      Kalimat Terikat
Adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagi ujaran lengkap. Biasanya kalimat terikat ini menggunakan salah satu tanda ketergantungan.
Berikut adalah kalimat contoh kalimat bebas dan kalimat terikat:
Sekarang di riau amat sukar mencari terubuk (1) jangankan ikannya, telurnyapun sangat sukar diperoleh (2) kalaupun bisa diperoleh, harganya melambung selangit (3) makanya, ada kecemasan masyarakat nelayan di sana bahwa terubuk yang spesifik ituakan punah (4).
Keterangan
Kalimat (1) merupakan kalimat bebas, karena tanpa harus diikuti kalimat (2), (3), (4). Dan kalimat resebut sudah menjadi ujaran lengkap yang bisa dipahami.
Kalimat (2), (3),(4) merupakan kalimat terikat, karena ketiga kalimat tersebut secara sendiri-sendiri tidak bisa dipahami sehingga tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran.




























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran (Widjono, 2007). Kalimat dapat dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan prediket, satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
2.      Sebagian diantara kita (penutur bahasa Indonesia), sering meragukan akan perbedaan antara kalimat dan klausa. Diatas sudah dijelaskan hubungan antara klausa dengan kalimat dalam hubungan dengan kalmiat klausa merupakan suatu konstituen dasar. Dan telah dijelaskan juga bahwa klausa adalah suatu satuan gramatikal yang secara aktual dan potensial dapat menjadi kalimat, didalam pertuturan kedalam sebuah klausa dapat diberikan intonasi final, sehingga terbentuklah kalimat.
3.      Jenis-jenis kalimat
a)      Berdasarkan jumlah klausanya dibedakan atas kalimat tunggal, kalimat bersusun dan kalimat majemuk
b)      Berdasarkan struktur klausanya dibedakan atas lengkap dan tak lengkap.
c)      Berdasarkan kalimat amanat wacana dibedakan atas kalimat deklaratif, interogatif, imperative, aditif, respondif dan interaktif
d)     Berdasarkan pembentukan kalimat dari klausa inti dan noninti
e)      Berdasarkan fungsi kalimat sebagai pembentuk paragraph dibedakan atas kalimat bebas dan kalimat terikat.



B.     Saran
Mempelajari tentang kalimat, dan jenis-jenis kalimat sangat penting bagi kita selaku mahasiswa pendidikan bahasa Indonesia, karena sebagai bekal kita dalam membuat suatu karya sastra atau wacana yang benar dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.


























DAFTAR PUSTAKA

Achmad HP, 2002. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta. Manasco Offset

Tidak ada komentar:

Posting Komentar