Senin, 05 Maret 2018

PENYULUHAN BAHASA INDONESIA


LAPORAN
PENYULUHAN BAHASA INDONESIA
                                                                                                            

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM MEMBAWAKAN ACARA PENGAJIAN DI DUSUN IV CIMARIAS
JUM’AT, 28 OKTOBER 2016
STKIP MPl
 









Penyusun:
Kelompok 1
1.      Ana Wahyu Kusniati                        NMP 14040004
2.      Intan Siti Soleha                                NMP 14040023
3.      Rosita Oktavia Sari                           NPM 14040032
4.      Fitriyah                                              NMP 14040036
5.      Soni Rudiyanto                                  NMP 14040015
6.      Rahmat Mahardika                          NMP 14040017
7.      Hengki Irawan                                  NMP 14040011


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
 2016






HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENYULUHAN BAHASA INDONESIA


1.      a. Tema Kegiatan : Penggunaan Kalimat Efektif dalam membawakan acara pengajian     
b. Bidang Ilmu     : Pendidikan     
c. Program Studi   : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
d. Semester           : V A
2.                                                           Kelompok 1
NO
NAMA
NPM
TTD
1
Ana Wahyu Kusniati
14040004

2
Intan Siti Soleha
14040023

3
Rosita Oktavia Sari
14040032

4
Fitriyah
14040036

5
Soni Rudiyanto
14040015

6
Rahmat Mahardika
14040017

7
Hengki Irawan
14040011


3.Biaya Penyuluhan  : Rp 350.000 (Tiga Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah)


 Pringsewu,  November 2016

Mengetahui,

Kepala Desa Cimarias                                                                      a.n Kelompok



Heri AV Gusairi                                                                               Rahmat Mahardika





Menyetujui Dosen Pengampu
Mata Kuliah Penyuluhan Bahasa Indonesia



Dwi Fitriyani
NIDN 0221078204
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohman Nirrokhiim…
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah memberikan pengetahuan dan ilmu kepada kami dalam menyelesaikan penulisan dan pelaksanaan penyuluhan Bahasa Indonesia kepada Masyarakat dengan judul ‘’Penggunaan Kalimat efektif dalam Membawakan Acara Pengajian’’ kepada ibu-ibu pengajian Dusun IV Cimarias Bangun Rejo Lampung Tengah. Shalawat dan salam kami sanjung agungkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad saw yang kita nantikan safa’atnya di yaumil akhir. Laporan ini merupakan salah satu tugas yang diberikan kepada kami dalam rangka mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan Bahasa Indonesia.
Terselesaikannya penyuluhan dan laporan penyuluhan kepada masyarakat ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Dwi Fitriyani, M.Pd. selaku Dosen Pengampu Mta Kuliah Penyuluhan Bahasa Indoesia
2. Bapak Heri AV Gusairi selaku Kepala Pekon Dusun IV Cimarias
3. Ibu Wiwin Winaningsih yang telah membantu dalam mempersiapkan acara Penyuluhan
4. Ibu-Ibu Pengajian Masjid Naurul Iman Dusun IV Cimarias
5. Pelaksana Penyuluhan Masyarakat
Akhirnya dengan ucapan semoga Allah swt selau melimpahkan rahmat-NYA kepada kami semua dan semoga laporan penyuluhan kepada masyarakat ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan manfaat khususnya bagi praktisi pengembangan keilmuan dan bagi pembaca umumnya. Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna terciptanya laoptan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
                                                                                    Pringsewu, November 2016-11-16
                                                                                    a.n Ketua Kelompok

                                                                                    Rahmat Mahardika
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................            i
LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................           ii
KATA PENGANTAR .................................................................................          iii
DAFTAR ISI ................................................................................................          iv

BAB I  PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran ..............................................................................            
B. Landasan Pelaksanaan ....................................................................            
C. Tujuan .............................................................................................            
D. Manfaat…………………………………………………………….           

BAB II  PELAKSANAAN KEGIATAN

BAB III  PENUTUP
A.    Simpulan ..................................................................................            
B.     Saran ........................................................................................            


DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
















BAB I
PENDAHULUAN
A. DASAR PEMIKIRAN

Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar ataupembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).

Penyuluhan Bahasa Indonesia merupakan salah satu Mata Kuliah yang harus di tempuh oleh Mahasiswa semester V dalam rangka menyalurkan Ilmu Kebahasaan yang sudah didapatkan. Hasil observasi kelompok kami, ternyata menemukan permasalahan dalam Penggunakaan Bahasa Indonesia yang erat kaitanya dengan pengunaan kalimat efektif. Dalam membawakan acara ibu-ibu pengajian di desa Cimarias ternyata masih sering sekali  seorang pembawa acara membacakan susunan acara dengan kalimat-kalimat yang tidak efektif, seperti pengulangan kata-kata sehingga mengakibatkan kalimat-kalimat tersebut menjadi tidak efektif. Berdasarkan kenyataan itu kami sangat tertarik melakukan penyuluhan mengenai Penggunaan Kalimat efektif dalam Membawakan Acara Pengajian ibu-ibu di Desa Cimarias.


B. LANDASAN PENYULUHAN
1. Menjalankan Tugas Mata Kuliah Penyuluhan Bahasa Indonesia
2. Sebagai bentuk pengabdian sekaligus praktik nyata dalam mengamalkan Ilmu Kebahasaan yang sudah diperoleh.

C. TUJUAN PENYULUHAN
Kegiatan penyuluhan Bahasa Indonesia diselenggarakan oleh Mahasiswa Semester V, di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung yang bertujuan:
1.      Sebagai salah satu Tugas Akhir Mata Kuliah Penyuluhan Bahasa Indonesia
2.      Memberikan Pengetahuan bagi ibu-ibu pengajian di Desa Cimarias tentang penggunaan Kalimat Efektif dalam membawakan acara pengajian.
3.      Sebagai sarana bagi Mahasiswa untuk mampu mempraktikkan Ilmu Kebahasaan yang telah didapat.

D. MANFAAT PENYULUHAN
Kegiatan penyuluhan Bahasa Indonesia diselenggarakan oleh Mahasiswa Semester V, di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung yang memiliki manfaat:
1.      Menyelesaikan salah satu Tugas Akhir Mata Kuliah Penyuluhan Bhasa Indonesi.
2.      Menambah Pengetahuan bagi ibu-ibu pengajian di desa Cimarias tentang penggunaan Kalimat Efektif dalam membawakan acara pengajian.
3.      Menambah Pemahaman bagi Mahasiswa saat mempraktikkan Ilmu Kebahasaan yang telah didapat.








BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
       I.            NAMA KEGIATAN
Nama Kegiatan dalam Penyuluhan Bahasa Indonesia ini disusun dalam bentuk penyuluhan dengan tema ’’Penggunaan Kalimat Efektif dalam Membawakan Acara Pengajian.’’

    II.            WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN
Kegiatan Penyuluhan Bahasa Indonesia dilaksanakan pada:
Hari/tanggal                : Jum’at, 28 Oktober 2016
            Tempat                        : Dusen IV Cimarias, Bangun Rejo-Lampung tengah.

 III.            PESERTA
Peserta atau sasaran dalam Kegiatan Penyuluhan dengan Tema ’’Penggunaan Kalimat Efektif dalam Membawakan Acara Pengajian.’’ Adalah ibu-ibu Pengajian Masjid Nurul Iman sebanyak 36 peserta (Daftar Hadir Terlampir).

 IV.            MATERI KEGIATAN
Materi yang disampaikan pada kegiatan peyuluhan kepada Masyarakat terdiri dari:
Pengertian Kalimat Efektif, cirri-ciri kalimat efektif, pengertian pewara, jenis-jenis pewara dan hal-hal yang perludiperhatikan dalam pewara. (Terlampir)

    V.            METODE
Metode yang digunakan dalam Penyuluhan Bahasa Indonesia ini adalah metode ceramah, Permodelan, dan Tanya jawab.

 VI.            KENDALA PELAKSANAAN
Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Bahasa Indonesia ini berjalan dengan lancer dan tidak ada kendala yang berarti.

VII.            JADWAL KEGIATAN
NO
HARI/TANGGAL
JENIS KEGIATAN
PETUGAS
1
Jum’at, 7 Oktober 2016
Observasi
Seluruh Kelompok
2
Kamis, 13 Oktober 2016
Menyampaikan Permasalahan dari hasil Observasi dan menentukan konsentrasi penyuluhan
Seluruh Kelompok
3
Kamis, 20 Oktober 2016
Mengumpulkan Bahan Materi yang akan digunakan Untuk Penyuluhan Bahasa Indonesia
Seluruh Kelompok
4
Jum’at, 21 Oktober 2016
Mengurus surat per izinan melakukan Penyuluhan Bahasa Indonesia pada kepala desa Cimarias
Seluruh Kelompok
5
Jum’at, 28 Oktober 2016
Pelaksanaan Penyuluhan Bahasa Indonesia
Seluruh Kelompok
6
Jum’at, 4 November 2016
Evaluasi 1
Perwakilan Kelompok
7
Jum’at 11 November 2016
Evaluasi 2
Perwakilan Kelompok
9
Jum’at 25 November 2016
Evaluasi 4 Sekaligus Berpamitan
kelompok







 VIII.      LAPORAN KEGIATAN

Kegiatan berjalan dengan lancar, kegiatan yang kami laksanakan sebelum melakukan penyuluhan adalah mengikuti pengajian yang memang sudah rutin dilaksnakan di Masjid Nurul Iman Cimarias, setelah mengikuti acara pengajian baru kami melaksanakan Penyuluhan mengenai Penggunaan Kalimat Efektif dalam membawakan Acra Pengajian

 IX.            PENDANAAN
Adapun Anggaran Dana dalam kegiatan Penyuluhan Bahasa Indonesia yaitu sebesar Rp 490.000 (Empat Ratus Sembilan Puluh Ribu Rupiah). Sumber Dana berasal dari iuran Kelompok, dengan rincian sebagai berikut:

NO
NAMA BARANG
SATUAN
HARGA
1
Aqua Green 2 Dus
18.000x2
Rp 36.000
2
Aqua Botol 4 botol
2.500x 4
Rp 10.000
3
Buah-buahan
20.000x2 kg
Rp 40.000
4
Kotak kue
110 biji
Rp 55.000
5
Snack
110 x 3000
Rp 330.000
Total
Rp 471.000

Sisa dana = Rp 19.000
(Sisa dana digunakan untuk biaya Print Laporan Penyuluhan)











    X.            PELAKSANA/ PENYAMPAI MATERI
1.      Pemateri Pertama Oleh Ana Wahyu Kusniati
2.      Pemateri kedua Oleh Hengki Irawan
3.      Sambutan Ketua Kelompok Oleh Soni Rudianto
4.      Moderator Oleh Rahmat Mahardika
5.      Contoh Permodelan Oleh Fitriyah
6.      Yang menambahkan Jawaban Oleh : Intan Siti Sholeha dan Rosita Oktavia sari
(Daftar Hadir Kelompok Penyuluhan Terlampir)




















BAB III
PENUTUP
A.    SIMPULAN
Penggunaan kalimat efektif dalam membawakan acara pengajian di desa cimarias sangat di butuhkan oleh ibu-ibu pengajian di masjid Nurul Iman kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah. Karena, dalam hal ini penggunaan kalimat efektif dalam acara pengajian ibu-ibu di desa cimarias kurang memahami apa yang dimaksud dengan kalimat efektif dan pengguna kalimat efektif dalam acara pengajian.

Dari hasil penyuluhan kepada masyarakat dapat disimpulkan bahwa penggunaan kalimat efektif dalam membawakan acara pengajian di desa cimarias kecamatan bangunrejo kabupaten lampung tengah sangat di perlukan karena masih kurang pahamnya ibu-ibu pengajian dalam menggunakan kalimat efektif yang sesuai dengan konteks acara pengajian.

B.     SARAN
1.      Kegiatan penyuluhan Bahasa Indonesia harus terus dilaksanakan secara berkelanjutan.
2.      Ibu-ibu pengajian di desa cimarias mampu menerapkan penggunaan kalimat efektif dalam membawakan acara pengajian.




















LAMPIRAN-LAMPIRAN







PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
KECAMATAN BANGUN REJO
DUSUN IV CIMARIAS


SURAT KETERANGAN

Assalamu’alaikum. Wr.Wb
Kepala desa Cimarias Kabupaten Lampung Tengah menerangkan dengan sesungguhnya bahwa:
No
Nama
NIP/NIDN
Jabatan
Instansi
1
Hj. Dessy Saputry, S.Pd., M.Hum.
0216097802
Dosen Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP MPL

Telah melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Cimarias Kabupaten Lampung Tengah pada 28 Oktober 2016.
Demikian suart Keterangan Ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.
                                                                                                Cimarias, Oktober 2016
                                                                                                Kepala Desa Cimarias,


                                                           
                                                                                                Heri AV Gusairi


PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
KECAMATAN BANGUN REJO
DUSUN IV CIMARIAS


SURAT KETERANGAN

Assalamu’alaikum. Wr.Wb
Kepala desa Cimarias Kabupaten Lampung Tengah menerangkan dengan sesungguhnya bahwa:
No
Nama
NIP/NIDN
Jabatan
Instansi
1
Drs. H. Wanawir AM, M.M., M.Pd.
96002031987031001
Dosen Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP MPL

Telah melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Cimarias Kabupaten Lampung Tengah pada 28 Oktober 2016.
Demikian suart Keterangan Ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum. Wr.Wb

                                                                                                Cimarias, Oktober 2016
                                                                                                Kepala Desa Cimarias,


                                                                                                Heri AV Gusairi

PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
KECAMATAN BANGUN REJO
DUSUN IV CIMARIAS


SURAT KETERANGAN

Assalamu’alaikum. Wr.Wb
Kepala desa Cimarias Kabupaten Lampung Tengah menerangkan dengan sesungguhnya bahwa:
No
Nama
NIP/NIDN
Jabatan
Instansi
1
Rr. Dwi Astuti, M.Pd.
0226078101
Dosen Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP MPL

Telah melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Cimarias Kabupaten Lampung Tengah pada 28 Oktober 2016.
Demikian suart Keterangan Ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.
                                                                                                Cimarias, Oktober 2016
                                                                                                Kepala Desa Cimarias,



                                                                                                Heri AV Gusairi



PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
KECAMATAN BANGUN REJO
DUSUN IV CIMARIAS

SURAT KETERANGAN
Assalamu’alaikum. Wr.Wb
Kepala desa Cimarias Kabupaten Lampung Tengah menerangkan dengan sesungguhnya bahwa:
No
Nama
NPM
1
Ana Wahyu Kusniati
14040004
2
Hengki Irawan
14040011
3
Soni Rudiyanto
14040015
4
Rahmat  Mahardika
14040017
5
Intan Siti Soleha
14040023
6
Rosita Oktavia Sari
14040032
7
Fitriyah
14040036
Telah melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Cimarias Kabupaten Lampung Tengah pada 28 Oktober 2016.
Demikian suart Keterangan Ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.
                                                                                                Cimarias, Oktober 2016
                                                                                                Kepala Desa Cimarias,



                                                                                                Heri AV Gusairi

PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
KECAMATAN BANGUN REJO
DUSUN IV CIMARIAS

Nomor                         :
Lampiran                     :
Perihal                         : Permohonan Menjadi Pemateri

Kepala
Yth      : Ketua STKIP MPL
              Melalui Kepala PPPM
              Di-
                        Tempat

Assalamu’alaikum.Wr.Wb.
Sehubungan dengan akan diadakannya kegiatan Pengabdian Masyarakat, sebagai bentuk layanan responsive kepada Masyarakat. Maka kami mengharapkan kepada Ibu Hj. Dessy Saputry, S.Pd., M.Pd. untuk bisa menjadi pemateri dalam kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada:
Hari                 : Jum’at, 28 Oktober 2016.
Pukul               : 14.00 WIB s.d selesai
Tempat            : Masjid Nurul Iman Cimarias
Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerja samanya diucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.
                                                                                                Cimarias, 24 Oktober 2016
                                                                                                Kepala Desa Cimarias,

                                                                                                Heri AV Gusairi
PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
KECAMATAN BANGUN REJO
DUSUN IV CIMARIAS

Nomor                         :
Lampiran                     :
Perihal                         : Permohonan Menjadi Pemateri

Kepala
Yth      : Ketua STKIP MPL
              Melalui Kepala PPPM
              Di-
                        Tempat

Assalamu’alaikum.Wr.Wb.
Sehubungan dengan akan diadakannya kegiatan Pengabdian Masyarakat, sebagai bentuk layanan responsive kepada Masyarakat. Maka kami mengharapkan kepada bapak Drs. H. Wanawir AM, M.M., M.Pd. untuk bisa menjadi pemateri dalam kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada:
Hari                 : Jum’at, 28 Oktober 2016.
Pukul               : 14.00 WIB s.d selesai
Tempat            : Masjid Nurul Iman Cimarias
Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerja samanya diucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.
                                                                                                Cimarias, 24 Oktober 2016
                                                                                                Kepala Desa Cimarias,

                                                                                                Heri AV Gusairi
PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
KECAMATAN BANGUN REJO
DUSUN IV CIMARIAS
Alamat :
Nomor                         :
Lampiran                     :
Perihal                         : Permohonan Menjadi Pemateri

Kepala
Yth      : Ketua STKIP MPL
              Melalui Kepala PPPM
              Di-
                        Tempat

Assalamu’alaikum.Wr.Wb.
Sehubungan dengan akan diadakannya kegiatan Pengabdian Masyarakat, sebagai bentuk layanan responsive kepada Masyarakat. Maka kami mengharapkan kepada Ibu Rr. Dwi Astuti, M.Pd. untuk bisa menjadi pemateri dalam kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada:
Hari                 : Jum’at, 28 Oktober 2016.
Pukul               : 14.00 WIB s.d selesai
Tempat            : Masjid Nurul Iman Cimarias
Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerja samanya diucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.
                                                                                                Cimarias, 24 Oktober 2016
                                                                                                Kepala Desa Cimarias,

                                                                                                Heri AV Gusairi
Daftar Hadir:
1.      Peserta Penyuluhan
2.      Peserta Evaluasi
3.      Kelompok Penyuluhan
























MATERI PENGABDIAN MASYARAKAT
A.    Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu  menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis atau pembicara. Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan informasi secara sempurna.

B.     Ciri-ciri kalimat efektif mempunyai empat sifat atau ciri sebagai berikut:
1.      Kesatuan (unity)
Betapaun bentuk kalimat, baik kalimat inti maupun kalimat luas, agar tetap berkedudukan sebagai kalimat efektif, haruslah mengungkapkan sebuah ide pokok atau satu kesatuan piker.
Kesatuan tersebut bisa bisa dibentuk jika ada keselarasan antara subjek-predikat, predikat-objek,dan predikat-keterangan. Dalam penulisan tampak kalimat-kalimat yang panjang tidak mempunyai S dan P. ada pula kalimat yang secara gramatikal mempunyai subjek yang diantarkan oleh partikel. Hal seperti ini hendaknya dihindarkan oleh pemakai kalimat agar kesatuan gagasan yang hendak disampaikan dapat ditamgkap dengan baik oleh pembaca atau pendengar.
Contoh:
a.       Bangsa Indonesia menginginkan keamanan, kesejahteraan dan kedamaian
b.      Kebudayaan daerah adalah milik seluruh bangsa Indonesia
Bagian yang digarisbawahi adalah subjek, sedangkan bagian lainnya disebut predikat

Bandingkan dengan kalimat-kalimat tersebut!
a.      Kepada para Mahasiswa diharapakan mendaftarkan diri di secretariat
b.      Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum

Kalimat-kalimat tersebut subyeknya kurang jelas, karena di antar oleh partikel (kata-kata yang digarisbawahi), oleh karena itu partikel perlu dihilangkan sehingga menjadi:
a.      Para Mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di secretariat
b.      Keputusan ini merupakan kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum

2.      Kehematan (economy)
Kehematan adalah adanya hubungan jumlah kata yang digunakan dalam luasnya, jangkauan makna yang diacu. Sebuah kalimat dikatakan hemat bukan karena jumlam katanya sedikit, sebaliknya dikatakan tidak hemat bukan karena jumlah kataya yang banyak. Yang utama adalah seberapa banyakkah kata yang brmanfaat bagi pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, tidak usah menggunakan balasan kata, kalau maksud yang dituju bisa dicapai dengan beberapa kata saja. Oleh karena itu, kata-kata ynag tidak perlu bisa dihilangkan, utuk penghematan kata, hal-hal berikut perlu diperhatikan.
a.       Mengulang subjek kalimat
Terkadang tanpa sadar, penulis sering mengulang subjek dalam satu kalimat. pengulangan ini tidak membuat kalimat itu menjadi lebih jelas. Oleh karena itu mengulang kalimat yang demikian tidak diperlukan. Perhatikan contoh berikut:
a)      Pemuda itu segera mengubah rencananya setelah dia bertemu dengan pemimpin perusahaan itu
b)      Hadirin serentak berdiri, setelah mereka mengetahui mempelai memakai ruangan

Kalimat-kalimat tersebut dapat dierbaiki dengan menghilangkan akhiran nya dan dia  (pada kalimat a), dan kata mereka (pada kalimat b)
a)      Pemuda itu segera mengubah rencana setelah bertemu dengan pemimpin perusahaan itu
b)      Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui mempelai memasuki ruangan

b.      Hiponim dihilangkan
Dalam bahasa ada kata yang merupakan bawahan makna kata atau ungkapan yang lebih tinggi. Di dalam makna kata tersebutterkandung dasar kelompok makna-makna kata yang bersangkutan. Kata merah sudah mengandung makna kelompok warna. Desember sudah mengandung makna bulan. Perhatikan contoh berikut:
a)      Presiden SBY menghadiri rapin ABRI senin lalu
b)      Bulan maret tahun ini presiden SBY akan mengadakan perjalanan muhibah ke beberapa Negara tetangga antara lain Malaysia

Kalimat-kalimat tersebut diperbaiki dengan menghilangkan kata hari, dan bulan, sehingga menjadi:
a)      Presiden SBY menghadiri rapin ABRI senin lalu
b)      Maret tahun ini, presiden SBY akan mengadakan perjalanan muhibah ke beberapa Negara tetangga antara lain Malaysia.

c.       Pemakaian kata “Dari” dan “Daripada”
Dalam bahasa Indonesia kita mengenal kata depan “dari” dan “daripada” selain “ke” dan “di”, penggunaan “dari” dalam bahasa Indonesia dipakai untuk menunjukkan arah (tempat) asal (asal-usul), sedangkan “daripada” berfumgsi untuk membandingkan sesuatu benda atau hal denagn benda atau hal lainnya.
Perhatikan contoh:
a)      Pak Karto berangkat dari Bandung
b)      Kalimat A lebih sukar daripada kalimat B

Contoh-contoh berikut penggunaan “dari” dan “daripada” tidak benar:
a)      Anak dari tetangga saya senin ini akan dilantik menjadi dokter
b)      Presiden menekankan, bahwa di dalam pembangunan ini kepentingan daripada rakyat yang harus diutamakan

3.      Penekanan (emphasis)
Yang dimaksud dengan penegasan dalam kalimat adalah upaya pemberian aksentuasi, pementingan atau pemusatan perhatian pada salah satu unsure atau bagian atau kalimat yang diberi penegasan itu lebih mendapat perhatian dari pendengar atau pembaca.
Setiap kalimat memiliki sebuah ide pokok. Inti pikiran ini biasanya ingin ditekankan atau dipojokkan oleh penulis atau pembicara dengan memperlambat ucapan, meninggikan suara, dan sebagainya pada kalimat tadi. Dalam penulisan ada berbagai cara untuk memberi penekanan pada kalimat, antara lain dengan cara: 1) pemindahan letak frase dan 2) mengulangi kata-kata yang sama.
1)      Pemindahan letak frase
Untuk member penekanan pada bagian tertentu sebuah kalimat, penulis dapat memindahkan letak frase atau bagian kalimat itu pada bagian depan kalimat itu pada bagian depan kalimat. cera ini disebut juga pengutamaan bagian kalimat.
Perhatikan contoh-contoh berikut:
a)      Prof. D. Herman Yohanes berpendapat, salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya pertamina adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai pertamina dan produksi minyaknya.
b)      Salah satu indikator yang menunjukkan efesinnya pertamina, menurut pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes adalah rasio yang masih timpang antar jumlah pegawai pertamina dan produksi minyaknya.
c)      Rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai pertamina adalah salah satu indikator yang menunjukkan tidak efesiennya pertamina. Demikian pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes
Kalimat-kalimat tersebut menunjukkan, bahwa ide yang dipentingkan diletakkan di bagian awal kalimat. dengan demikian, walaupun ketiga kalimat tersebut mempunyai pengertian yang saa, tetapi ide pokok menjadi berbeda.

2)      Mengulang kata-kata yang sama
Pengulangan kata dalam sebuah kalimat kadang-kadang diperlukan dengan maksud memberi penegasan pada bagian ujaran yang dianggap penting. Pengulangan kata yang demikian dianggap dapat membuat maksud kalimat menjadi lebih jelas.
Perhatikan contoh berikut:
a.       Dalam pembiayaan harus ada keseimbangan antara pemerintahan dan swasta, keseimbangan domestik luar negri, keseimbangan perbankan dan lembaga keuangan nonbank.
b.      Pembangunan dilihat sebgai proses yang rumit dan  mempunyai banyak dimensi, tidak hanya berdimensi ekonomi, tetapi juga dimensi politik, dimensi sosial dan dimensi budaya

Kedua kalimat tersebut lebih jelas maksudnya dengan adanya pengulangan pada bagian kalimat (kata) yang dianggap penting.

Disamping dilakukan dua hal yang disebutkan di atas, penekanan atau penegasan (emphasis) dapat juga dilakukan dengan: intonasi, partikel, kata keterangan, kontras, makna, pemindahan unsure, dan bentuk pasif (Chaer, 2000), berikut ini diuraikan tiap-tiap penekanan atau penegasan tersebut:
(1)   Penegasan dengan intonasi
Penegasan dengan intonasi hanya dapat dilakukan dalam bahasa lisan. Caranya adalah dengan memberi tekanan yang lebih keras pada salah satu unsur atau bagian kalimat yang ingin ditegaskan. Perhatikan contoh berikut (bagian yang bertekanan digarisbawahi)
a.       Ria membaca gadis di kamar
b.      Ria membaca gadis di kamar
c.       Ria membaca gadis di kamar
d.      Ria membaca gadis di kamar

Kalau tekanan diberikan pada kata Ria maka kalimat tersebut berarti yang membaca “gadis” adalah “Ria”, bukan orang lain, kalau tekanan diberikan pada kata membaca maka kalimat tersebut berarti yang dilakukan “Ria” di kamar adalah membaca , bukan pekerjaan lain, kalau tekanan diberikan pada kata “Gadis” maka kalimat itu yang dibaca adalah “Gdis” bukan bacaan lain, dan kalau tekanan diberikan pada kata di kamar maka kalimat tersebut berarti tempat “Ria” membaca adalah di kamar, bukan di tempat lain.

(2)   Penegasan dengan partikel
Partikel penegas yang ada dalam bahasa Indonesia adalah yang, lah-yan, dan pun-lah. Aturan penggunaanya adalah sebagai berikut:
a)      Partikel yang di tempatkan di antara subjek dan predikat dalam kalimat verbal (kalimat yang predikatnya kata kerja) atau kalimat adjectival (kalimat yang predikatnya kata sifat)
Contoh:
-          Aku yang meminjam bukumu
(maknanya lebih tegas adalah “Aku meminjam bukumu”)
-          Perempuan itu dicurigai
(maknanya lebih tegas adalah “perempuan itu dicurigai”)
-          Gadis yang cantik
(maknanya lebih tegas adalah “Gadis Cantik”)
b)      Partikel lah yang digunakan di antara subjek dan predikat pada sebuah kalimat verbal atau kalimat ajektival. Partikel lah-yang ini lebih tegas maknanya daripada partikel seperti yang dibicarakan tersebut.
Contoh:
-          Akulah yang meminjam bukumu
-          Perempuan itulah yang dicurigai
-          Gadislah yang cantik!

Struktur kalimat dengan partikel yang atau ini biasanya diikuti oleh anak kalimat penjelas yang diawali oleh kata bukan, misalnya:
-          Aku yang meminjam bukumu bukan dia
-          Gadislah yang nakal bukan anakku
c)      Partikel pun-lah digunakan: pun di antara subjek dan predikat, sedangkan lah dirangkaikan pada predikat yang berupa kata kerja intransitive.
Contoh:
-          Penjahat itu pun keluarlah dari persembunyiannya
-          Mereka pun berangkatlah dengan segera
-          Gadis pun tenanlah mendengar kata-kata ibunya

(3)   penegasan dan kata keterangan
keterangan penegasan lazim digunakan untuk member penegasan adalah kata memang. Kata memang dapat member penegasan pada predikat dan dapat pula pada subjek
contoh:
-          memang ibuku sudah datang
-          mereka memang belum menemukan anaknya
-          bapak memang sudah mengirim surat itu
penegasan kalimat dengan kata penegas masih dapat pula ditegaskan lagi dengan partikel penegas, misalnya:
-          memang dialah yang belum tahu (sedangkan kami semua sudah tahu)

pemberian keterangan penegas ini dapat pula dilakukan dalam bentuk anak kalimat yang diawal dengan kata penghubung, seperi apalagi, lagipula, bahkan dan lebih-lebih lagi
contoh:
-          mencari pekerjaan di Jakarta tidak semudah yang kamu bayangkan apalagi kalau kamu tidak punya koneksi
-          lebih baik uang ini kita pakai dulu untuk memeli beras daripada untuk membayar langganan listrik lagipula sekarang baru tanggal sepuluh
-          pelitnya bukan main bahkan untuk makan sendiri pu dia enggan mengeluarkan uang

(4)   penegasan dengan kontras makna
penegasan dengan kontras makna dilakukan terhadap kalimat majemuk stara. Makna klausa pertama dari kalimat tersebut menjadi terasa lebih tegas karena dikontraskan atau dipertentangkan dengan makna pada klausa kedua.
Contoh:
-          Paramita berurai air mata pada saat orang bersuka ria
-          Pengemis itu dengan mudah mendapatkan uang seratus ribu sehari, kita mencari uang seratus ribu saja sulit
-          Rata-rata penduduk di negeri itu kaya raya padahal tanah meeka tandus dan gersang

(5)   Penegasan dengan pemindahan unsure
Yang dimaksud dengan pemindahan unsure adalah memindahkan unsure atau bagian kalimat ke posisi awal kalimat. seperti sudah dibicarakan, urutan unsure dalam kalimat yang “normal” adalah subjek+ predikat+objek+keterangan. Apabila unsure yang bukan subjek ingin ditegaskan, atau lebih ditonjolkan, maka unsure tersebut harus ditempatkan pada posisi awal kalimat. pemindahan tentu akan mengubah pola intonasi dan dapat mengubah struktur kalimat secara keseluruhan.

a)      Pemindahan predikat
Kalau tekanan sebuah kalimat ingin diberikan pada unsur prdikat maka unsure predikat itu harus ditempatkan pada awal kalimat. namun, pemindahan unsure predikat ini tidak begitu saja dapat dilakukan, tetapi harus diperhatikan dulu jenis kata yang menduduki unsure predikat itu.
1)      Kalau predikatnya berupa kata kerja intransitive maka pemindahan predikat itu dapat dilakukan
Contoh:
-          Keluar mereka dari persembunyiannya
-          Berangakt kami pagi-pagi sekali
-          Muncul dia dengan tiba-tiba
Dalam hal ini untuk lebih menegaskan harus pula disertai dengan partikel lah, misalnya:
-          Keluarlah mereka dari persembunyiannya
-          Berangkatlah kami pagi-pagi
-          Muncullah dia dengan tiba-tiba
2)      Kalau predikatnya berupa kata kerja transitif, maka predikat beserta objeknya harus dipindahkan sekaligus, dan bila ingin diberi partikel –lah partikel itu harus dirangkainan dibelakang objek tersebut.
Contoh:
-          Mengisi teka-teki silanglah untuk mengisi waktu pada saat menunggu kedatangan kereka.
a.       Mengirim suratlah dia kepada pacarnya
b.      Minum susulah anak itu dengan cepat
3)      Kalau predikatnya berupa kata sifat atau frase sifat, maka predikat ini hanya dipindahkan ke posisi awal kalau subjeknya bersifat khas atau tertentu.
Contoh:
-          Kurus sekali orang itu
-          Sangat senang adikku tadi pagi
-          Besar sekali mangga itu
Predikat seperti terdapat dalam kalimat “Mangga besar” atau “orang kurus” tidak dapat dipindahkan ke posisi awal kalimat sebab subjeknya tidak bersifat khas. Jadi, susunan:
c.       *Besar mangga
d.      *Kurus orang
Tidak dapat diterima
4)      Kalau predikatnya berupa kata benda, maka predikatnya dapat dipindahkan ke posisi awal kalau subjeknya bersifat khas atau tertentu.
Contoh:
-          Pegawai negeri ayahku
(kalimat asal “Ayahku pegawai negeri”)
-          Dokter bedah orang itu
(Kalimat asal “Orang itu dokter bedah”)
-          Binatang anjing itu
(Kalimat asal “Anjing itu binatang”)
Kalau subjeknya tidak bersifat khas atau tertentu, seperti dalam kalimat “Anjing binatang” dan “Becak kendaraan umum”,  maka predikatnya tidak dapat dipindahkan ke posisi awal sebab kalimat berikut tidak dapat diterima.
*Binatang anjing
*Kendaraan umum becak.

5)      Kalau predikat berupa kata bilangan atau frase bilangan, maka predikat itu dapat dipindahkan ke posisi awal
Contoh:
-          Satu juta rupiah hutangku
(Kalimat asal “Hutangku satu juta rupiah”)
-          Lima ekor kambingnya
(Kalimat asal “Kambingnya lima ekor”)
6)      Kalau predikatnya berupa frase depan, maka predikat itu tidak dapat dipindahkan ke posisi awal.
Contoh:
-          *Ke Bandung ayahnya
(Kalimat asal “Ayahnya kebandung”)
-          *Di kantor ria
(Kalimat asal “Ria di kantor”)
Mengingat bahwa kalimat dengan predikat berupa frase depan tidak dianjurkan pemakaiannya dalam bahasa baku, maka sebenarnya masalah pemindahan predikat dalam kalimat seperti ini tidak perlu dibicarakan lagi.

b)      Pemindahan Objek
Objek sebuah kalimat aktif transitif tidak dapat dipindahkan ke posisi awal kalimat karena objek tersebut terikat dengan predikatnya. Jika objek pada kalimat aktif transitif itu ingin tetap ditegaskan dengan menempatkannya pada awal kalimat, maka bentuk kalimat tersebut harus di ubah menjadi bentuk kalimat pasif.
      Objek yang secara eksplisit, dan dengan bantuan kata depan oleh disebutkan di dalam sebuah kalimat pasif, dapat dipindahkan ke posisi awal kalimat.
Contoh:
-          Oleh pemerintah rancangan undang-undang tentang pajak bumi dan bangunan itu telah diajukan kepada DPR.
-          Oleh orang tuanya dia tidak diajarkan karate
-          Oleh pers masalah itu terlalu dibesar-besarkan sehingga timbul dalam keresahan masyarakat

c)      Pemindahan Keterangan
Semua unsur keterangan dapat dipindahkan ke posisi awal kalimat.
Contoh:
-          Tadi pagi dosen bahasa Indonesia tidak mengajar
-          Di Beirut barat terjadi lagi kontak senjata antara kedua golongan itu
Unsure keterangan yang berupa klausa terikat dalam sebuah kalimat bertingkat dapat juga dipindahkan ke posisi awal.
Contoh:
-          Ketika kami sedang bercakap-cakap, bagus datang.
(Kalimat asal “Bagus datang ketika kami sedang bercakap-cakap”)
-          Walaupun hujan turun dengan deras, mereka tetap mengerjakan pekerjaan itu.
-          Kalau ibu sudah datang, adik pasti sudah cerewet luar biasa.


(6)   Penegasan dengan bentuk pasif
Penegasan dalam bentuk kalimat pasif dibentuk dengan maksud untuk lebih menegaskan peranan objek penderita. Objek dalam sebuah kalimat aktif transitif,seperti telah disebutkan, tidak dapat dipindahkan ke posisi awal kalimat karena kedudukannya erat sekali dengan predikat. Oleh karena itu, bila peranan objek tersebut ingin lebih ditegaskan maka bentuk kalimatnya harus di ubah dari bentuk kalimat aktif menjadi bentuk kalimat pasif. Dengan demikian, peranan “penderita” dari objek tersebut dapat tetap dipertahankan; walaupun fungsinya berubah menjadi subjek, tetapi peranannya tetap sebagai penderita.
Contoh:
-          ‘Gadis’ di baca Paramita  
(kalimat asalnya “paramita membaca ‘gadis’)
-          Mereka dimarahi ibu guru
(kalimat asalnya “Ibu guru memarahi mereka”)
Catatan:
Dalam memasifkan kalimat aktif perlu diperhatikan hal-hal berikut.
(1)   Kalau subjek kalimat aktifnya berupa kata ganti orang, maka predikat dalam kalimat pasifnya tidak menggunakan awalan DI-kedudukan awal DI- itu harus diganti dengan kata ganti tersebut.
Contoh:
-          Buku itu sudah saya baca
(kalimat aktifnya “saya sudah membaca buku itu”)
-          Bangunan tua itu akan kami bongkar
(kalimat aktifnya “kami akan membongkar bangunan tua itu”)
(2)   Kalau predikat kalimat aktifnya berupa frase dengan kata keterangan yang menyatakan sikap batin (seperti kata-kata ingin, mau, dan suka) maka akan terjadi masalah semantic di dalam bentuk pasifnya. Umpamanya kalimat aktif.
-          Raminra mau mencium Ria
bentuk pasifnya adalah
Ria mau dicium Raminra
Terasa disini bahwa kalimat pasif ini mempunyai makna bahwa Ria mau kalau dicium oleh Raminra, padahal dalam bentuk aktifnya maknanya tidak demikian.
(3)   Kalimat yang predikatnya berupa kata kompleks seperti:
-          Mereka berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Sesungguhnya bukan kalimat transitif, melainkan kalimat imtransitif. Oleh karena itu, tidak dapat dipastikan.


4.      Kevariasian (Veriety)
Kelincahan dalam penulisan tergambar dalam struktur kalimat yang digunakan. Ada kalimat yang pendek, dan ada kalimat yang panjang. Penulisan yang mempergunakan kalimat dengan pola kalimat yang sama akan membuat suasana menjadi penonton atau datar sehingga akan menimbulkan kebosanan pada pembaca. Demikian juga jika penulis terus menerus memiliki kalimat yang pendek. Akan tetapi, kalimat panjang yang terus menerus dipakai akan membuat pembaca kehilangan pegangan akan ide pokok yang memungkinkan timbulnya kelelahan pada pembaca. Oleh sebab itu, dalam penulisan diperlukan pola dan bentuk kalimat yang bervariasi.
Kevariasian ini tidak ditemukan dalam kalimat demi kalimat, atau pada kalimat-kalimat yang dianggap sebagai struktur bahasa yang berdiri sendiri. Cirri kevariasian akan diperoleh jika kalimat yang satu dibandingkan dengan kalimat yang lain. Kemungkinan variasi kalimat tersebut sebagai berikut.
1)      Varisai dalam pembukaan kalimat
Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat demi efektivitas, yaitu dengan variasi pembukaan kalimat. dalam variasi pembukaan kalimat, sebuah kalimat dapat dimulai atau dibuka dengan:
a.       Frase keterangan (waktu, tempat, cara)
b.      Frase benda
c.       Frase kerja, dan
d.      Partikel penghubung
Perhatikan contoh berikut!
a)      Gemuruh suara teriakan serempak penonton ketika penyerang tengah menyambar umpan dan menembus jala kipper pada menit kesembilan belas.
(frase keterangan cara)
b)      Mang usil dari kompas menganggap ini sebagai satu isyarat kesederhanaan untuk bertransmigrasi. (frase benda).
c)      Dibuangnya jauh-jauh pikiran yang menghantuinya selama ini. (frase kerja)
d)     Karena bekerja terlalu berat ia jatuh sakit. (partikel penghubung).
2)      Variasi dalam pola kalimat
Untuk efektivitas kalimat dan untuk menghindari suasana menonton yang dapat menimbulkan kebosanan, pola kalimat subjek-predikat-objek dapat diubah menjadi prediat-objek-subjek atau yang lainnya.
Perhatikan contoh berikut:
(1)   Dokter muda itu belum dikenal oleh masyarakat desa sukamaju (S-P-O)
(2)   Belum dikenal oleh masarakat desa sukamaju dokter muda itu (P-O-S)
(3)   Dokter muda itu oleh masyarakat desa sukamaju belum dikenal (S-O-P)
3)      Variasi dalam jenis kalimat
Untuk mencapai efektivitas sebuah kalimat berita atau pertanyaan, dapat dikatakan dalam kalimat tanya atau kalimat perintah. Perhatikan contoh berikut!
……….. Presiden SBY sekali lagi menegaskan perlunya kita lebih hati-hati memakai bahan bakar dan energy dalam negeri. Apakah kita menangkap makna peringatan tersebut?
Dalam kutipan tersebut terdapat satu kalimat dan dinyatakan dalam bentuk tanya. Penulis tentu dapat mengatakannya dalam kalimat berita. Akan tetapi untuk mencapai efektivitas, ia memakai kalimat tanya.
4)      Variasi bentuk aktif-pasif
Perhatikan contoh berikut:
a)      Pohon pisang itu cepat tumbuh. Kita dengan mudah dapat menanamnya dan memeliharanya. Lagi pula kita tidak perlu memupuknya. Kita hanya menggali lubang, menanam, dan tinggal menunggu buahnya.
Bandingkan dengan kalimat berikut:
b)      Pohon pisang itu cepat tumbuh. Dengan mudah pohon pisang dapat ditanam dan dipelihara. Lagi pula tidak perlu dipupuk, kita hanya menggali lubang, menanam dan tinggal menunggu buahnya.
Kalimat-kalimat pada pragraf a) semuanya berupa kalimat aktif, sedangkan pada paragraph b) merupakan kalimat aktif dan pasif. Dapat dikatakan bahwa kalimat-kalimat pada paragraph a) tidak bervariasi sedangkan paragraf b) bervariasi, namun hanya variasi aktif-pasif.

C.    Pengertian Pewara
a.       Pewara (Pembawa Acara)
Pembawa acara atau pranatacara atau biasa disebut Master of Ceremony, disingkat MC adalah orang yang bertugas sebagai tuan rumah sekaligus pemimpin acara dalam panggung pertunjukan, hiburan, pernikahan, dan acara-acara sejenisnya. Pembawa acara membawakan narasi atau informasi dalam suatu acara atau kegiatan, ataupun dalam acara TV, radio dan film.
Pembawa acara biasanya membaca naskah yang telah disiapkan sebelumnya, tapi sering juga mereka harus memberikan komentar atau informasi tanpa naskah. MC biasanya memperkenalkan peserta atau artis yang segera akan tampil di atas panggung, berdialog dengan penonton, dan secara garis besar berusaha menjaga tempo acara. Bergantung kepada acara yang dibawakan, seorang MC kadang-kadang dituntut untuk dapat membawakan lelucon atau anekdot.
          
b.      Pengertian Pewara
Secara leksikal pewara artinya pembaca berita (wara yang berarti berita), sedangkan menurut singkatan adalah pembawa acara. Jadi pewara merupakan tugas yang dibebankan atau diberikan kepada seseorang oleh protokoler untuk membawakan atau membacakan skenario acara yang telah disusun berdasarkan susunan acara yang diberikan protokoler kepadanya.
Protokoler, orang yang mengatur tata cara penyambutan tamu (regional/nasional/internasional). Sedangkan protokol adalah dokumen yang berisikan tata cara penyambutan tamu resmi. Dalam kegiatan-kegiatan resmi sering pula kita dengar istilah protokol. Protokol secara leksikal, dalam bahasa Yunani berasal dari kata protos dan kolla. Protos berrati yang pertama, kola artinya lem/perekat. Pada awalnya istilah prokol digunakan bagi lembaran pertama dari suatu gulungan papirus. Kemudian istilah prtokol digunakan untuk menyebut seluruh gulungan papirus yang memuat dokumen Negara yang bersifat nasional, internasional, bahkan lokal. Pengertian protokol ternyata berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Sehingga istilah protokol sekarang diartikan:
1)   Sebagai dokumen yang berisikan tata cara penyambutan tamu (nasional, internasional serta daerah/lokal).
2)   Sebagai pemberian servis atau layanan kepada pimpinan/publik dalam acara/kegiatan resmi.
3)   Sebagai tolok ukur bagi daerah/unit kerja dalam menyelenggarakan acara/kegiatan resmi.
Dalam sebuah acara resmi kenegaraan, MC kadang-kadang berlaku sebagai perwira protokol. Pemimpin upacara dalam dunia musik hip-hop dan musik dansa elektronik, MC adalah sebutan untuk artis musik yang menciptakan atau membawakan lagu asli yang ditulisnya sendiri. MC berbeda dari DJ (disc jockey) yang memainkan musik untuk pesta dan mencampur berbagai macam musik yang sudah direkam sebelumnya. Shock G dari Digital Underground dalam buku berjudul How to Rap menyatakan bahwa istilah 'MC' dalam hip-hop "berasal dari kata Master of Ceremonies", sehingga tidak mengherankan bila terdapat "banyak nama rapper yang memakai awalan kata MC" (misalnya, MC Hammer). Pembawa acara televisi juga dilibatkan dalam penulisan naskah jika diperlukan. Tugas lain yang sering dilakukan oleh pembawa acara antara lain adalah mewawancarai tokoh, menjadi moderator diskusi, dan memberikan komentar pada suatu acara olahraga, parade, dan acara-acara lainnya.
            Di samping itu ada lagi istilah protokoler, yakni semua orang yang mengatur kelangsungan suatu acara, dan merupakan tulang punggung dari penyelenggaraan suatu acara/upacara. Jadi protokolerlah yang menetapkan tata cara penyelenggaraan suatu acara resmi. Sedangkan pewara hanyalah bagian dari keprotokoleran yang ditugasi membacakan/membawakan acara resmi waktu itu.



D.    Jenis Pewara
Pembawa acara sebagai suatu profesi banyak macamnya sesuai dengan jenis atau bentuk acara yang dibawakan. Jenis pewara berdasarkan profesi itu diantaranya sebagai berikut (Arief, 2001: 82-83) yaitu:
1)   Jika acara yang dibawakan oleh seorang pewara bersifat resmi atau seremonial, maka pewaranya disebut MC.
2)   Kalau pewara menyuguhkan acara hiburan, pewaranya disebut EM.
3)   Jika acara yang dibawakan membawakan produk dagang, pewaranya diistilahkan dengan CM.
4)   Kalau pewara memimpin acara kuis, maka pewaranya disebut QM.

Pembagian pewara didasarkan atas jenis acara yang dibawakan, yakni sebagai berikut (Arief, 2003: 170-171) yaitu:
1.                  Pembawa Acara Resmi (Pewara Acara Resmi)
Pewara resmi adalah acara yang memiliki aturan baku dan setiap aturannya harus dipatuhi oleh para hadirin atau orang-orang yang datang. Acara ini ditandai dengan adanya susunan acara yang pasti, bahasa yang formal atau resmi, dan hadirin yang datang memakai pakaian yang sesuai dengan acara. Acara resmi ini ada dua:
a.             Acara Resmi di dalam Ruangan
Ketentuan resmi atau tidak resminya acara dilihat dari adanya aturan-aturan yang ketat dan aturan itu harus dipatuhi oleh semua orang yang hadir dalam acara tersebut. Dan juga ditentukan oleh waktu, karena biasanya acara resmi itu waktunya sangat terbatas, dan orang yang hadirpun kadang-kadang ada pejabat dan orang-orang penting sehingga waktu merupakan tolok ukur bagi mereka untuk bisa hadir. Begitu pula pewara dalam dalam acara ini karena keresmian acara yang dipersiapkan sedemikian rupa itu maka pewaranya pun harus terkesan kaku sebab ia harus patuh pada beberapa aturan, misalnya tenang tidak banyak bergerak, anggun dan berwibawa, cara berdiri/duduk, serta pandangan tidak liar, agara acara terkesan khidmat dan sempurna. Juga penampilan pewara harus terkesan dipersiapkan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan acara saat itu. Contoh acara resmi di dalam ruangan ini adalah semua acara pembukaan-pembukaan/peresmian, acara wisuda/diesnatalis, sambut-kisah dan serah terima jabatan dan sebagainya.

b.             Acara Resmi di Lapangan
Acara resmi di lapangan harus terkesan seperti acara/upacara militer. Maka pembawa acara resmi di lapangan ini harus terkesan tegas, baik gerakan maupun ucapan. Sehingga tidak ada kesan main-main dan tidak serius. Contoh acara resmi di lapangan, semua bentuk upacara bendera di lapangan (upacara hari nasional, upacara bulanan, dan upacara hari Senin).

2.                  Pembawa Acara Hiburan (Pewara Hiburan)
Pewara hiburan adalah acara aturannya bebas dan berpakaiannya bebas. Ketentuan untuk pewara hiburan ini tidak terlalu keta seperti pada pewara resmi. Ketika membawakan acara hiburan pewara harus terkesan lincah, lincah bergerak dan lincah berbahasa (terutama dalam memilih dan menggunakan diksi) agara acara bisa terkesan lebih hidup dan marak. Dan juga pewara diharapkan mampu mengomentari setiap acara yang akan ditampilkan dengan tepat, menarik dan efektif. Tujuan dikomentari agar terkesan nyambung satu dnegan yang lainnya, serta juga dapat menambah pengetahuan pendengar dengan informasi tentang setiap bentuk hiburan yang ditampilkan. Misalnya tari: judulnya, temanya, banyak penarinya, makna setiap gerakan, dan dari daerah mana. Pada acara hiburan ini jangan terlalu berlebihan, baik bergerak maupun berbicara, karena akan terkesan kurang etis dan kurang pantas.

3.                  Pembawa Acara Setengah Resmi (Pewara Setengah Resmi)
Acara yang aturan di dalamnya tidak terlalu resmi, namun bahasa yang dipakai adalah bahasa yang baik dan sopan. Terkadang acara ini memiliki aturan berpakai tapi terkadang pakaian yang dipakai bebas. Acara ini dikatakan setengah resmi karena aturan-aturan dalam acara ini tidak terlalu ketat, dan yang menjadi protokoler/yang mengatur acara juga tidak terlalu disiplin menyelenggarakan acara. Dan juga suasana dalam acara tersebut tidak terlalu formal (mungkin karena tidak ada aturan yang ketat), tetapi terkesan seperti suasana kekeluargaan saja. Contohnya antara lain, suasana acara arisan, rapat, acara syukuran, dan acara ulang tahun.
Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi pewara yang baik haruslah memenuhi kriteria menurut  Fidhiah (dalam Arief, 2003: 177-181) sebagai berikut:

E.     Hal-hal yang Diperhatikan dalam Pewara
1.      Penampilan (performance)
1)   Pewara diharapkan berpakaian sopan, menarik dan terkesan familier. Pakaian pewara tidak harus mahal dan mewah, tetapi pantas, serasi dan sesuai dengan acara serta situasi dan kondisi.
2)   Pewara harus tampil dalam kondisi tubuh yang prima, sehat dan terkesan tangkas, cekatan dan fleksibel (tidak kaku dan loyo).
3)   Pewara harus dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Mampu menempatkan diri di tengah-tengah pendengar tidak member kesan berlebihan (over).
4)   Pewara harus mampu menumbuhkan rasa percaya diri dengan penampilannya, agar ia mampu memimpin acara.
5)   Seorang pewara diharapkan postur tubuhnya tinggi. Kalau perempuan terlihat anggun, dan kalau laki-laki terlihat gagah.
6)   Pewara hendaknya terlihat tampil siap dan teliti.

2.      Sikap yang Baik
a.    Gerak dan Ekspresi
1)   Acara resmi pewaranya harus terkesan tenang, tidak tergesa-gesa, dan ada ekspresi berterima kasih untuk setiap orang yang dipanggil ke depan. Tetapi dalam acara resmi ini pandangan mata tidak bileh liar, karena akan terkesan kurang sopan.
2)   Acara tidak resmi/acara hiburan, pewaranya boleh bergerak, tapi bukan melompat-lompat, karena pewara tidaklah beryanyi/menari. Namun pewara ini boleh terkesan lincah, baik dari bahasa yang digunakannya maupun gerakannya agar tetap sopan.
b.    Diksi (Pilihan Kata)
Diksi yang digunakan pewara juga hendaknya terkesan dan bernilai rasa sopan dan rendah hati, sehingga mampu melahirkan simpatik pendengar pada pewara.
3.      Bahasa yang Baik dan Benar
a.        Lafal/ucapan,
pewara harus melafalkan/mengucapkan setiap bunyi bahasa dengan tepat dan jelas. Maka untuk ini diharapkan pewara mampu mengolah suaranya dengan teknik bernafas yang tepat, sehingga terlahirlah vocal yang bersih dan bulat.
b.        Intonasi dan nada
harus tetap agar tidak terkesan kaku dan monoton. Dan juga, tempo pun harus tepat, artinya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Perlu diingat bahwa pewara tidak sama intonasi dan nadanya dengan penyiar, pembaca puisi/saritilawah.
c.    Diksi/Istilah
1)   Terkesan sopan, pewara harus hati-hati dalam memilih kata/istilah, karena kadang-kadang bisa melahirkan kesan tidak etis dan tidak sopan.
2)   Terkesan pandai, pewara juga harus menempatkan kata-kata yang sesuai dengan situasi dan kondisi, misalnya pemakaian istilah di lapangan: inspektur/Pembina, komandan/pemimpin dan lainnya. Kata disampaikan ( untuk pengganti kata yang mewakili agar terkesan etis, kata oleh untuk acara langsung dari yang bersangkutan (tidak diwakili/orangnya ada).
3)   Terkesan konsisten/disiplin, pewara harus konsisten dalam pemakaian diksi/istilah, gelar/pangkat seseorang. Kalau telah dimulai memanggil seseorang dengan gelar, maka yang lain pun harus dipanggil dengan gelarnya, karena hal ini sangat sensitive, dan dapat merusak khidmatnya acara.
d.   Logis dan Ekonomis, pewara harus mampu menyusun kalimat yang logis dan ekonomis (efektif dan efisien), agar tidak mubair dan buang-buang waktu. Misalnya:
1)   Kata sambutan dari Bapak Ketua Panitia, Bapak Amir, SH. Kepada Bapak dipersilakan (salah). Sambutan dari Ketua Panitia, kepada Bapak Amir, SH. Dipersilakan (betul).
2)   Tidak perlu salam penghormatan terlalu banyak, seperti halnya dalam pidato, karena pewara bukan berpidato.
3)   Tidak perlu banyak komentar setelah satu acara selesai, misalnya sesudah Kata sambutan/pidato-pidato tidak perlu ada komentar panjang lebar, karena tidak ada gunanya, hanya menghabiskan waktu saja.
4)   Tidak perlu membacakan susunan acara bila: materi acara banyak dan materi/susunan acara ada dalam undangan.
5)   Tidak perlu menyebutkan judul sambutan/pidato orang karena jika ada perubahan dalam penyampaian/ada tambahan, akhirnya kedengarannya kurang relevan.

4.      Wawasan yang Cukup
Seorang pewara yang ideal diharapkan memiliki wawasan yang cukup, baik wawasan tentang kebahasaan, wawasan umum, maupun wawasan tentang teori pewara. Perpaduan yang proposional pada wawasan ini dapat merupakan kesempurnaan kualitas seorang pewara.
            Wawasan kebahasaan akan menunjang keberhasilan pewara, karena lafal/ucapan yang tepat dan jelas, tempo dan intonasi nada yang tepat dan bervariasi juga akan ikut menentukan keberhasilan seorang pewara. Dan juga pilihan kata yang tepat dan bervariasi sesuai dengan tuntutan konseptualnya, serta penataan kalimat yang efektif adalah modal utama demi kelancaran acara.
            Di samping itu, wawasan umum atau wawasan pengetahuan umum pun perlu terutama untuk memperkaya kosa kata, sehingga tidak kaku, dan terlihat lancer dan fleksibel dalam membawakan acara. Sedangkan pengetahuan tentang pewara juga tidak kalah pentingnya bagi calon pewara, misalnya apa yang perlu dan yang tidak perlu dilakukan oleh seorang pewara, agar tampil professional dan tidak memalukan.








DAFTAR PUSTAKA
Ida Bagus Putrayasa. 2007. Kalimat Efektif (Diksi, struktur dan logika).
Bandung: PT. Refika Aditama.
Arief, Ermawati. 2001. “Retorika (Seni Berbahasa Lisan dan Tulisan)”. Buku Ajar.
Padang: FBSS UNP.
http://mempelajariretorika.blogspot.co.id/2015/05/pewara.html. (Dikutip Pada Tanggal 7 Desember 2016 pukul 18.05)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar