Senin, 05 Maret 2018

SASTRA Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Retorika


SASTRA
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Retorika

Dosen Pengampu : Dra. Lisdwiana Kurniati, M.Pd.


Disusun oleh: 
Prodi: Bahasa dan Sastra Indonesia

1.      Ana Wahyu Kusniati     (14040004)





 












SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2016


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

            Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan Kami kemudahan sehingga Kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktu yang ditentukan. Tanpa pertolongan- Nya mungkin Penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Tidak lupa Sholawat serta Salam Senantiasa Tercurahkan Kepada Junjungan Kita Nabi Agung, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari Zaman Jahiliah ke Zaman yang terang benderang ini.
Makalah ini memuat materi tentang “Sastra”.
            Tidak lupa Kami mengucapkan Terimakasih Kepada Dosen Pengampu yang telah membantu Kami dalam mengerjakan Makalah ini. Kami juga mengucapkan Terimakasih Kepada Teman-teman Mahasiswa yang juga sudah memberi Konstribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Semoga Makalah ini dapat memberikan Pengetahuan yang lebih luas kepada Pembaca. Penyusun membutuhkan Kritik dan saran dari Pembaca yang bersifat membangun, guna Terciptanya Makalah yang lebih baik di masa yang akan datang. Terimakasih.

Wassalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh.



                                                                                                Pringsewu, Maret 2016
                                                                                                            Penyusun,


Kelompok 1





Daftar Isi

























BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mungkin timbul pertanyaan di hati kita: apa hubungan antara sastra dan perkembangan kosakata? Haruslah kita sadari benar-benar bahwa membaca sastra dan pembangunan serta peningkatan kosakata. Hendaknya berjalan serentak. Yang satu bergantung kepada yang lain, keduanya saling menunjang. Membaca barangkali merupakan factor terpenting dalam menunjang pembangunan dan peningkatan kosakata yang ekstensif.
Memang hamper tidak ada orang yang membaca khusus sastra untuk membangun kosakata. Tetapi harus disadari bahwa kita perlu kosakata yang memadai untuk menikmati sastra serta mempelajari sesuatu dari dalamnya. Perkenalan dengan sastra sesudah jelas akan memperluas pengertian para siswa bagi dunia dan juga pada hakekat manusia. Sang guru dapat saja secara tepat guna mempergunkan sastra untuk menunjukkan kepada para siswa betapa pentingnya kata-kata, maknanya yang beraneka ragam, dan pentingnya majas atau gaya bahasa sebagai sasaran untuk menyampaikan serta memahami gagasan-gagasan.
Factor yang paling penting dalam pembangunan dan peningkatan kosakata adalah pengalaman yang kaya. Kosakata kita merupakan gambaran pengalaman kita. Tetapi sebagai tambahan terhadap pengalaman-pengalaman tangan pertama, maka dari para siswa pu dituntut aneka ragam pengalaman tak langsung yang diperoleh dari orang lain melalui kegiatan-kegiatan menyimak, mengamati, dan membaca.justru sastra lah yang dapat menyajikan berbagai ragam pengalaman seperti itu. Untuk itu, disini kelompok kami akan membahas mengenai sastra dan kosakata anak-anak.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa sastra dan kosakata anak-anak?
2.      Apa itu asosiasi dalam sastra?
3.      Apa itu kosakata istilah sastra?
4.      Apa itu oksimoron dalam sastra?

1.3 Tujuan Penulisan
1.      Memenuhi sastra dan kosakata anak-anak
2.      Mengetahui asosiasi dalam sastra
3.      Mengetahu kosakata istilah sastra
4.      Mengetahui oksimoron dalam sastra
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sastra dan Kosakat Anak-anak
Pada masa dulu sastra anak-anak terutama sekali berisikan masalah-masalah keagamaan, tetapi pada masa kini telah meliputi berbagai ragam pokok permasalahan. Daftar buku yang ditulis khusus untuk anak-anak kian hari kian bertambah. Setiap penerbit besar di Indonesia telah turut memikirkan hal-hal seperti itu. Sebagi contoh dapat dilihat daftar penerbit Angkasa 1984. Terlepas dari nilai sastra yang dikandung oleh setiap buku,, maka pada tahun 1984 telah diterbitkan kurang lebih 50 buku bacaan anak-anak, antara lain:
1)      Minah dan Imran anak saleh oleh sansudi
2)      Si gembala keledai oleh A.M. Almatsier
3)      Beburu oleh Wilson Nadeak
4)      Ibu yang bijaksana oleh Aske BA.
5)      Anak-anak pantai oleh Adhy Asmara dr.
Dengan membaca buku-buku tersebut maka para siswa tingkat SD dan SMP memperoleh pengalaman yang menyenangkan dan juga keterampilan-keterampilan kosakata. Para siswa belajar ’’membaca’’ gambar-gambar, mempertimbangkan kata-kata dan berpikir secara kritis. Mereka memperoleh beberapa pengertian mengenai sifat dan hakekat manusia.
Para guru yang mengajarkan sastra pada anak-anak dengan penuh perasaan dan cekatan dapat menanamkan minat para siswa pada kata-kata dan kenikmatan dalam membaca, yang akan tetap menjadi milik mereka sampai sekolah tingkat atas bahkan sampai perguruan tinggi kelak.
Membaca sastra dengan berencana dapat menolong remaja kearah pengertian yang lebih baik terhadap teman-teman sekela mereka tanpa menghiraukan perbedaan-perbedaan dalam suku dan latar belakang. Melalui membaca sastra anak-anak dapat belajar betapa pentingnya menghargai nilai-nilai seseorang dalam menghadapi aneka ragam rintangan dalam kehidupan.
Pada umumnya, satra anak-anak mencerminkan kehidupan satra itu menyajikan kata-kata yang diucapkan dan dipergunakan oleh beraneka ragam tokoh alam beraneka ragam situasi, dan yang paling penting adalah bahwa sastra menyajikan kata-kata bukan dalam konteks buatan dalam konteks alamiah, buan dalam konteks artificial tetapi dalam konteks natural.
Demikianlah para guru di sekolah dasar dapat memanfaatkan berbagai cara untuk memahami penggunaan kosakata yang efektif dalam buku-buku sastra.guru dapat mencatat frase-frase yang di pergunakan oleh tokoh-tokoh tertentu. Sebagai contoh, kita terakan dibawah ini beberapa penggunaan kata-kata imajinatif dari cerita pendek karya Urib Jalal Abduh:
Karena tergiur oleh cerita
Kami memang bisa menikmati impian itu
Membuang jauh-jauh yang bernama harga diri
Prinsip kami adalah hidup untuk makan
Kami sampah masyarakat
Tidak memiliki gairah hidup
(Sinar Harapan Minggu, 15 Juli 1984).
Salah satu aspek penting dari telaah kata dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa umu adalah asal-usul atau sejarah bagi para siswa muda. Barangkali cara yang paling produktif untuk memahami telaah asal-usul kata para siswa sekolah dasar, sebagai suatu teknik bagi pembangunan kosakata dan keadaan kritis mengenai yang dibaca, adalah melalui telaah sastra anak-anak.
Contoh: Guru kelas 5 dan 6 SD dapat membacakan dengan suara jelas, beberapa sajak karya pujangga kita dan kemudian menyuruh anak-anak menganalisis kosakata nya. Misalnya sajak Sanusi Pane sebagai berikut:
Teratai
Kepada Ki Hadjar Dewantara
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga tertai
Tidak terlihat orang yang lalu
Tersembunyi kembang indah permai
            Akarnya tumbuh di hati dunia
            Daun bersemi laksmi mengarang
            Biarpun ia diabaikan orang
            Seroja kembang gemilang mulia
Teruslah , o teratai bahagia
Berserilah dikebun Indonesia
Biar sedikit penjaga taman
            Biar engkau tidak dilihat
            Biar engkau tidak diminat
            Engkaupun turut menjaga jaman
Dari sajak diatas anak-anak disuruh menerangkan makna kata-kata:
Tanah air                     gemilang
Sekuntum bunga         mulia
Kembang                     berseri
Indah permai               taman
Di hati dunia               tidak diminat
Bersemi                       turut
Laksmi                        menjaga
Diabaikan                    jaman
Apabila anak-anak mendapat kesulitan maka sang guru member bimbingan. Sebaiknya kata-kata diatas dipakai pula dalam kalimat buatan anak-anak sendiri agar makna kata itu bertambah mantap bagi mereka.
Walaupun tujuan pokok pembacaan sajak itu bukanlah bagi telaah kata tetapi bagi penikmat dan makna, namun kata-kata kunci atau kata-kata penting dalam puisi-puisi tertentu dapat dipilih sebgai bahan diskusi , baik mengenai makna ataupun mengenai asal-usulnya.
Sang guru dapat pula mempergunakan cerita-cerita sastra sebagai titik tolak telaah asal usul. Cerita yang singkat dan asli dapat dipergunakan oleh anak-anak sebagai bahan latihan dalam penciptaan kata-kata baru atau menyajikan asal-usul yang aneh dari kata-kata yang telah umum dipakai masyarakat.
Dalam pembicaraan di atas dapat diutarakan bahwa pertumbuhan kosakata dapat dicapai dengan pengalaman-pengalaman yang kaya, dengan konversasi atau percakapan, dengan banyak membaca beraneka ragam karya sastra, dan dengan studi yang bersistem atau telaah yang sistematis. Salah satu bagaian dari telaah yang sistematis ini hendaknyadiarahkan kepada cara-cara pengembangan suatu system pengarsipan untuk mengingat dan mendapatkan kembali kata-kata.
Dewasa ini banyak siswa membeli buku-buku bacaan satra, atau menjadi anggota sesuatu perpustakaan ataupun kelompok penggemar buku sastra. Untuk menolong para siswa menjadi orang yang lebih ‘’sadar kata’’, maka sang guru haruslah mendorong mereka untuk menggaris bawahi kata-kata baru atau kata-kata yang belum biasa yang mereka temui saat mereka membaca buku-buku tersebut. Kepada anak-anaka harus ditanamkan kesadaran bahwa ‘’buku pribadi yang penuh tanda-tanda atau coret-coreta bukanlah buku yang jelek’’. Justru tanda-tanda atau coret-coretan itu membuat buku itu jauh lebih bermanfaat.
Dalam menggaris bawahi kata-kata baru atau kata-kata asing dalam bacaaan, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, anatara lain:
a)      Kalau kata itu memerlukan kata kunci (key word) , maka kata tersebut dapat ditemui berkali-kali. Para siswa hendaknya waspada akan ha itu dan tidak meloncatinya atau tidak mengabaikannya begitu saja.
b)      Para siswa menjadi sadar akan kata-kata yang diberi tanda dan sara mengejanya.
c)      Para siswa menjadi merasa kurang enak kalau dia meloncati sesuatu kata sulit tanpa mencoba dengan cepat menduga atau mengira-ngira maknanya.
d)     Para siswa mengadakan suatu keputusan apakah suatu kata tertentu perlu dipelajari atau tidak.
e)      Para siswa akan menyadari betapa banyaknya kata penting yang belum diketahuinya.
f)       Para siswa akan menyadari bahwa telaah kata merupakan suatu pengalaman yang menarik dan sangat berharga, lebih merupakan suatu tantangan dari pada suatu tugas.
Para siswa tentu saja dapat meningkatkan keterampilan kosa kata mereka secara efektif dengan cara banyak membaca, bai buku atau pun majalah sekolah. Banyak majalah-majalah yang berisi permainan kata yang menarik dan kuis-kuis yang menarik serata menantang. Kata-kata dapat diambil dari artiket-artikel bagi maksud-maksud yang berkaitan dengan batasan, memperhatikan kontruksi kata dan ejaannya, serta menentukan penggunaan dalam konteks artikel tersebut.
Salah satu cara untuk memperluas cakrawala baca para siswa adalah dengan cara memperkaya kosakata mereka. Guru dan para siswa dapat membaca sekilas Koran-koran dan majalah-majalah mutakhir untuk mendapatkan batasan-batasan atau penjelasan-penjelasan mengenai kata-kata baru atau kata-kata asing yang sering dipakai sekarang ini dalam masalah-masalah dalam negeri, ilmiah, serta dalam hubungan-hubungan nasional dan internasional.
Dari guntingan Koran , misalnya para siswa dapat mempelajari bahwa beberapa ilmuan percaya astronaut Apollo 11 telah menemukan biotite (sejenis mika) di bulan. Biotite adalah sebuah istilah berdasarkan nama Jean Biot, seseorang mineralogy Prancis.
Dari artikel majalah, para siswa dapat memperoleh penjelasan bahwa sinar laser dapat mengirim tanda atau sinyal ked an dari bulan. Guru dapat membaca dari sebuah artikel yang menjelaskan bahwa laser adalah sebuah akronim yang dibentuk dari kata-kata Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation. Begitu pula para siswa dapat memperoleh keterangan atau penjelasan singkat bahwa ’’Nama Arjuna’’ diambil dari kata jun yang berarti jambangan. Benda ini merupakan symbol jiwa yang jernih. Arjuna memag berjiwa jernih. Banyak wanita yang tergila-gila kepadanya. Kejernihan jiwa Arjuna terpantul pada wajah dan tubhnya. Arjuna mencintai semua keindahan. Perasaaannya senantiasa halus dan hangat. Karena kehalusannya Arjuna jadi sulit mengatakan ’tidak’. Ini yang mengesankan Arjuna lemah. Padahal maksud arjuna tidak mau menyakiti orang lain. (Ning;1984:45 dalam tarigan).
Para siswa mungkin saja ingin mencatat kata-kata diatas beserta batasan-batasannya dalam buku catatan mereka. Ini upaya yang sangat baik.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa korang merupakan bagian sastra kita masa kini, menyajikan bahan-bahan berharga bagi pertumbuhan kosakata dan keterampilan membaca. Setiap hari setiap Koran mencetak beribu-ribu kata, ada yang mudah dan ada yang sukar dipahami. Koran-korang ditanah air kita ini turur bertanggung jawab terhadap kebanyakan kata-kata baru yang muncul dalam bahasa kebangsaan kita, bahasa Indonesia. Reporter-reporter atau wartawan-wartawan surat kabar kerap kali menciptakan kata-kata karena mereka membutuhkan kata-kata yang singkat, padat, menuju sasaran, lugas, hidup, jelas seperti keadaan yang sebenarnya.
Para siswa dapat memperkaya kosakata mereka dengan memperhatikan cara para wartawan mempergunakan kata-kata.  Kata-kata dalam surat kabar terutama pada kepala berita, kerap kali mengandung cita rasa yag berbeda dari yang terdapat dalam buku-buku. Karena kepala berita harus sesuai dengan ruangan yang tertentu dan mengisahkan cerita dengan sekilas saja, maka para penulis kepala berita mempergunakan kata-kata dan frase-fraseyang sinkat dan bersemangat.
Contoh:
Icuk gunduli Morten F. Hansen 15-9, 15-4
Ratna Pradipta pecahkan rekornas renang
Terpujilah egkau ibu-bapak guru (Sinar Harapan 16-7-84)
Partai Komunis Tolak Duduk dalam Kabinet Fabius

2.2 Asosiasi dalam Sastra
Dalam mempelajari kosakata peranan asosiasi sangat penting. Guru dapat menjelaskan serta dapat menunjukkan bahwa nama orang tertentu membawa pula nama pasangannya kedalam nama orang tertentu membawa nama pasangannya kedalam ingatan kita. Demikianlah, kita jarang sekali melihat nama Romeo tanpa mengingat Juliet, dan sebaliknya. Dengan perkataan lain nama Romeo berasosiasi dengan nama Juliet.
Tergantung pada latar belakang dan minat para siswa, sang guru dapat menyajikan satu atau dua tokoh sastra yang berhubungan erat dan menyuruh para siswa mencari pasangan eratnya. Tujuan utama pelajran atau latihan berikut ini adalah untuk menolong para siswa mengingat sebuah kata dengan cara mengasosiasikan sebuah kata dengan yang lain.
Contohnya
Siti nurbaya dan sasulbahri
Corrie dan Hanafi

2.3 kosakata Istilah Sastra
Penilaian terhadap sastra, baik yang dibuat oleh para siswa ataupun yang diadakan oleh kritikus professional, akan dapat lebih dipahami jika para siswa sudah terbiasa dengan kosakata teknis kritik dan analisis sastra.
Butir-butir latihan berikut ini yang berisikan beberapa istilah sastra yang dapat dipergunakan sebagai sarana diagnostic dan pengajaran sastra disekolah.
Contoh :
1)      Sajak adalah                a)_____ Prosa
b)_____ Persamaan Bunyi
c)_____ Karangan Pendek dengn bentuk tertentu seperti syair
jawabannya adalah (c)
2)      Alur adalah                 a) _____ struktur gerak dalam suatu fiksi atau drama
b) _____ awal cerita
                                                c) _____ akhir cerita
jawabannya adalah (a)
3)      Majas adalah               a)_____ Persamaan Bunyi
b)_____ Prosa
c) _____ kiasan, Figurative language
jawabanya adalah (c)

2.4 Oksimoron
Salah satu sarana kesastraan yang sering dipergunakan oleh para penulis untuk memperoleh suatu efek adalah penggunaan ajas oksimoron.
Kata oksimoron berasal dari bahasa Yunani dan diturunkan dari kata-kata Oxys (tajam) dan Moros (bodoh, tolol) moron adalah kata yang ada hubungannya dengan moros itu. Jadi suatu penggabungan kata-kata yang berlawanan makna seperti kegagalan dengan berhasil, kekayaan dengan menyusahkan menghasilkan majar oksimoron.
Sebagai latihan, sang guru dapat memberikan tugas kepada para siswanya untuk mengumpulkan sejumlah contoh majas oksimoron dari puisi, atau dari buku-buku bacaan atau dapat juga membuatnya sendiri. Majas oksimoron seringkali kita jumpai pada puisi.
Contoh :
Kaum pesimis yang penuh harapan
Tepuk tangan yang menyedihkan
Harta yang mencelakakan
Musibah yang menguntungkan
Kebodohan yang menyelamatkan
Kepandaian orang tolol
Sarjana goblok
Kepahitan yang mengandung hikmah
Kesepian yang mengguntur
Wanita jantan
Peria betina
Tertawa masam
Kegagalan yang bijaksana
Cinta yang mengandung benci
Kekuatan yang melemahkan
Perusakan yang menyenangkan
Penyamaran terbuka
Ketenangan tergesa-gesa.












BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada masa dulu sastra anak-anak terutama sekali berisikan masalah-masalah keagamaan, tetapi pada masa kini telah meliputi berbagai ragam pokok permasalahan. Daftar buku yang ditulis khusus untuk anak-anak kian hari kian bertambah.
Membaca sastra dengan berencana dapat menolong remaja kearah pengertian yang lebih baik terhadap teman-teman sekela mereka tanpa menghiraukan perbedaan-perbedaan dalam suku dan latar belakang.
pertumbuhan kosakata dapat dicapai dengan pengalaman-pengalaman yang kaya, dengan konversasi atau percakapan, dengan banyak membaca beraneka ragam karya sastra, dan dengan studi yang bersistem atau telaah yang sistematis.
Dalam mempelajari kosakata peranan asosiasi sangat penting. Guru dapat menjelaskan serta dapat menunjukkan bahwa nama orang tertentu membawa pula nama pasangannya kedalam nama orang tertentu membawa nama pasangannya kedalam ingatan kita.
Penilaian terhadap sastra, baik yang dibuat oleh para siswa ataupun yang diadakan oleh kritikus professional, akan dapat lebih dipahami jika para siswa sudah terbiasa dengan kosakata teknis kritik dan analisis sastra.
Salah satu sarana kesastraan yang sering dipergunakan oleh para penulis untuk memperoleh suatu efek adalah penggunaan ajas oksimoron.









Daftar Pustaka
Tarigan H.G. 1984. Kosakata. Bandung: Angkasa






 SASTRA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Retorika

Dosen Pengampu : Dra. Lisdwiana Kurniati, M.Pd.


Disusun oleh: Kelompok 3
Prodi: Bahasa dan Sastra Indonesia

1.      Ana Wahyu Kusniati     (14040004)
2.      Intan Siti Soleha             (14040023)
3.      Rosita Oktavia sari         (14040032)
4.      Fitriyah                            (14040036)
5.      Rello Pambudi                (12040044)




 













SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2016


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

            Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan Kami kemudahan sehingga Kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktu yang ditentukan. Tanpa pertolongan- Nya mungkin Penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Tidak lupa Sholawat serta Salam Senantiasa Tercurahkan Kepada Junjungan Kita Nabi Agung, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari Zaman Jahiliah ke Zaman yang terang benderang ini.
Makalah ini memuat materi tentang “Sastra”.
            Tidak lupa Kami mengucapkan Terimakasih Kepada Dosen Pengampu yang telah membantu Kami dalam mengerjakan Makalah ini. Kami juga mengucapkan Terimakasih Kepada Teman-teman Mahasiswa yang juga sudah memberi Konstribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Semoga Makalah ini dapat memberikan Pengetahuan yang lebih luas kepada Pembaca. Penyusun membutuhkan Kritik dan saran dari Pembaca yang bersifat membangun, guna Terciptanya Makalah yang lebih baik di masa yang akan datang. Terimakasih.

Wassalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh.



                                                                                                Pringsewu, Maret 2016
                                                                                                            Penyusun,


Kelompok 1





Daftar Isi

























BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mungkin timbul pertanyaan di hati kita: apa hubungan antara sastra dan perkembangan kosakata? Haruslah kita sadari benar-benar bahwa membaca sastra dan pembangunan serta peningkatan kosakata. Hendaknya berjalan serentak. Yang satu bergantung kepada yang lain, keduanya saling menunjang. Membaca barangkali merupakan factor terpenting dalam menunjang pembangunan dan peningkatan kosakata yang ekstensif.
Memang hamper tidak ada orang yang membaca khusus sastra untuk membangun kosakata. Tetapi harus disadari bahwa kita perlu kosakata yang memadai untuk menikmati sastra serta mempelajari sesuatu dari dalamnya. Perkenalan dengan sastra sesudah jelas akan memperluas pengertian para siswa bagi dunia dan juga pada hakekat manusia. Sang guru dapat saja secara tepat guna mempergunkan sastra untuk menunjukkan kepada para siswa betapa pentingnya kata-kata, maknanya yang beraneka ragam, dan pentingnya majas atau gaya bahasa sebagai sasaran untuk menyampaikan serta memahami gagasan-gagasan.
Factor yang paling penting dalam pembangunan dan peningkatan kosakata adalah pengalaman yang kaya. Kosakata kita merupakan gambaran pengalaman kita. Tetapi sebagai tambahan terhadap pengalaman-pengalaman tangan pertama, maka dari para siswa pu dituntut aneka ragam pengalaman tak langsung yang diperoleh dari orang lain melalui kegiatan-kegiatan menyimak, mengamati, dan membaca.justru sastra lah yang dapat menyajikan berbagai ragam pengalaman seperti itu. Untuk itu, disini kelompok kami akan membahas mengenai sastra dan kosakata anak-anak.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa sastra dan kosakata anak-anak?
2.      Apa itu asosiasi dalam sastra?
3.      Apa itu kosakata istilah sastra?
4.      Apa itu oksimoron dalam sastra?

1.3 Tujuan Penulisan
1.      Memenuhi sastra dan kosakata anak-anak
2.      Mengetahui asosiasi dalam sastra
3.      Mengetahu kosakata istilah sastra
4.      Mengetahui oksimoron dalam sastra
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sastra dan Kosakat Anak-anak
Pada masa dulu sastra anak-anak terutama sekali berisikan masalah-masalah keagamaan, tetapi pada masa kini telah meliputi berbagai ragam pokok permasalahan. Daftar buku yang ditulis khusus untuk anak-anak kian hari kian bertambah. Setiap penerbit besar di Indonesia telah turut memikirkan hal-hal seperti itu. Sebagi contoh dapat dilihat daftar penerbit Angkasa 1984. Terlepas dari nilai sastra yang dikandung oleh setiap buku,, maka pada tahun 1984 telah diterbitkan kurang lebih 50 buku bacaan anak-anak, antara lain:
1)      Minah dan Imran anak saleh oleh sansudi
2)      Si gembala keledai oleh A.M. Almatsier
3)      Beburu oleh Wilson Nadeak
4)      Ibu yang bijaksana oleh Aske BA.
5)      Anak-anak pantai oleh Adhy Asmara dr.
Dengan membaca buku-buku tersebut maka para siswa tingkat SD dan SMP memperoleh pengalaman yang menyenangkan dan juga keterampilan-keterampilan kosakata. Para siswa belajar ’’membaca’’ gambar-gambar, mempertimbangkan kata-kata dan berpikir secara kritis. Mereka memperoleh beberapa pengertian mengenai sifat dan hakekat manusia.
Para guru yang mengajarkan sastra pada anak-anak dengan penuh perasaan dan cekatan dapat menanamkan minat para siswa pada kata-kata dan kenikmatan dalam membaca, yang akan tetap menjadi milik mereka sampai sekolah tingkat atas bahkan sampai perguruan tinggi kelak.
Membaca sastra dengan berencana dapat menolong remaja kearah pengertian yang lebih baik terhadap teman-teman sekela mereka tanpa menghiraukan perbedaan-perbedaan dalam suku dan latar belakang. Melalui membaca sastra anak-anak dapat belajar betapa pentingnya menghargai nilai-nilai seseorang dalam menghadapi aneka ragam rintangan dalam kehidupan.
Pada umumnya, satra anak-anak mencerminkan kehidupan satra itu menyajikan kata-kata yang diucapkan dan dipergunakan oleh beraneka ragam tokoh alam beraneka ragam situasi, dan yang paling penting adalah bahwa sastra menyajikan kata-kata bukan dalam konteks buatan dalam konteks alamiah, buan dalam konteks artificial tetapi dalam konteks natural.
Demikianlah para guru di sekolah dasar dapat memanfaatkan berbagai cara untuk memahami penggunaan kosakata yang efektif dalam buku-buku sastra.guru dapat mencatat frase-frase yang di pergunakan oleh tokoh-tokoh tertentu. Sebagai contoh, kita terakan dibawah ini beberapa penggunaan kata-kata imajinatif dari cerita pendek karya Urib Jalal Abduh:
Karena tergiur oleh cerita
Kami memang bisa menikmati impian itu
Membuang jauh-jauh yang bernama harga diri
Prinsip kami adalah hidup untuk makan
Kami sampah masyarakat
Tidak memiliki gairah hidup
(Sinar Harapan Minggu, 15 Juli 1984).
Salah satu aspek penting dari telaah kata dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa umu adalah asal-usul atau sejarah bagi para siswa muda. Barangkali cara yang paling produktif untuk memahami telaah asal-usul kata para siswa sekolah dasar, sebagai suatu teknik bagi pembangunan kosakata dan keadaan kritis mengenai yang dibaca, adalah melalui telaah sastra anak-anak.
Contoh: Guru kelas 5 dan 6 SD dapat membacakan dengan suara jelas, beberapa sajak karya pujangga kita dan kemudian menyuruh anak-anak menganalisis kosakata nya. Misalnya sajak Sanusi Pane sebagai berikut:
Teratai
Kepada Ki Hadjar Dewantara
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga tertai
Tidak terlihat orang yang lalu
Tersembunyi kembang indah permai
            Akarnya tumbuh di hati dunia
            Daun bersemi laksmi mengarang
            Biarpun ia diabaikan orang
            Seroja kembang gemilang mulia
Teruslah , o teratai bahagia
Berserilah dikebun Indonesia
Biar sedikit penjaga taman
            Biar engkau tidak dilihat
            Biar engkau tidak diminat
            Engkaupun turut menjaga jaman
Dari sajak diatas anak-anak disuruh menerangkan makna kata-kata:
Tanah air                     gemilang
Sekuntum bunga         mulia
Kembang                     berseri
Indah permai               taman
Di hati dunia               tidak diminat
Bersemi                       turut
Laksmi                        menjaga
Diabaikan                    jaman
Apabila anak-anak mendapat kesulitan maka sang guru member bimbingan. Sebaiknya kata-kata diatas dipakai pula dalam kalimat buatan anak-anak sendiri agar makna kata itu bertambah mantap bagi mereka.
Walaupun tujuan pokok pembacaan sajak itu bukanlah bagi telaah kata tetapi bagi penikmat dan makna, namun kata-kata kunci atau kata-kata penting dalam puisi-puisi tertentu dapat dipilih sebgai bahan diskusi , baik mengenai makna ataupun mengenai asal-usulnya.
Sang guru dapat pula mempergunakan cerita-cerita sastra sebagai titik tolak telaah asal usul. Cerita yang singkat dan asli dapat dipergunakan oleh anak-anak sebagai bahan latihan dalam penciptaan kata-kata baru atau menyajikan asal-usul yang aneh dari kata-kata yang telah umum dipakai masyarakat.
Dalam pembicaraan di atas dapat diutarakan bahwa pertumbuhan kosakata dapat dicapai dengan pengalaman-pengalaman yang kaya, dengan konversasi atau percakapan, dengan banyak membaca beraneka ragam karya sastra, dan dengan studi yang bersistem atau telaah yang sistematis. Salah satu bagaian dari telaah yang sistematis ini hendaknyadiarahkan kepada cara-cara pengembangan suatu system pengarsipan untuk mengingat dan mendapatkan kembali kata-kata.
Dewasa ini banyak siswa membeli buku-buku bacaan satra, atau menjadi anggota sesuatu perpustakaan ataupun kelompok penggemar buku sastra. Untuk menolong para siswa menjadi orang yang lebih ‘’sadar kata’’, maka sang guru haruslah mendorong mereka untuk menggaris bawahi kata-kata baru atau kata-kata yang belum biasa yang mereka temui saat mereka membaca buku-buku tersebut. Kepada anak-anaka harus ditanamkan kesadaran bahwa ‘’buku pribadi yang penuh tanda-tanda atau coret-coreta bukanlah buku yang jelek’’. Justru tanda-tanda atau coret-coretan itu membuat buku itu jauh lebih bermanfaat.
Dalam menggaris bawahi kata-kata baru atau kata-kata asing dalam bacaaan, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, anatara lain:
a)      Kalau kata itu memerlukan kata kunci (key word) , maka kata tersebut dapat ditemui berkali-kali. Para siswa hendaknya waspada akan ha itu dan tidak meloncatinya atau tidak mengabaikannya begitu saja.
b)      Para siswa menjadi sadar akan kata-kata yang diberi tanda dan sara mengejanya.
c)      Para siswa menjadi merasa kurang enak kalau dia meloncati sesuatu kata sulit tanpa mencoba dengan cepat menduga atau mengira-ngira maknanya.
d)     Para siswa mengadakan suatu keputusan apakah suatu kata tertentu perlu dipelajari atau tidak.
e)      Para siswa akan menyadari betapa banyaknya kata penting yang belum diketahuinya.
f)       Para siswa akan menyadari bahwa telaah kata merupakan suatu pengalaman yang menarik dan sangat berharga, lebih merupakan suatu tantangan dari pada suatu tugas.
Para siswa tentu saja dapat meningkatkan keterampilan kosa kata mereka secara efektif dengan cara banyak membaca, bai buku atau pun majalah sekolah. Banyak majalah-majalah yang berisi permainan kata yang menarik dan kuis-kuis yang menarik serata menantang. Kata-kata dapat diambil dari artiket-artikel bagi maksud-maksud yang berkaitan dengan batasan, memperhatikan kontruksi kata dan ejaannya, serta menentukan penggunaan dalam konteks artikel tersebut.
Salah satu cara untuk memperluas cakrawala baca para siswa adalah dengan cara memperkaya kosakata mereka. Guru dan para siswa dapat membaca sekilas Koran-koran dan majalah-majalah mutakhir untuk mendapatkan batasan-batasan atau penjelasan-penjelasan mengenai kata-kata baru atau kata-kata asing yang sering dipakai sekarang ini dalam masalah-masalah dalam negeri, ilmiah, serta dalam hubungan-hubungan nasional dan internasional.
Dari guntingan Koran , misalnya para siswa dapat mempelajari bahwa beberapa ilmuan percaya astronaut Apollo 11 telah menemukan biotite (sejenis mika) di bulan. Biotite adalah sebuah istilah berdasarkan nama Jean Biot, seseorang mineralogy Prancis.
Dari artikel majalah, para siswa dapat memperoleh penjelasan bahwa sinar laser dapat mengirim tanda atau sinyal ked an dari bulan. Guru dapat membaca dari sebuah artikel yang menjelaskan bahwa laser adalah sebuah akronim yang dibentuk dari kata-kata Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation. Begitu pula para siswa dapat memperoleh keterangan atau penjelasan singkat bahwa ’’Nama Arjuna’’ diambil dari kata jun yang berarti jambangan. Benda ini merupakan symbol jiwa yang jernih. Arjuna memag berjiwa jernih. Banyak wanita yang tergila-gila kepadanya. Kejernihan jiwa Arjuna terpantul pada wajah dan tubhnya. Arjuna mencintai semua keindahan. Perasaaannya senantiasa halus dan hangat. Karena kehalusannya Arjuna jadi sulit mengatakan ’tidak’. Ini yang mengesankan Arjuna lemah. Padahal maksud arjuna tidak mau menyakiti orang lain. (Ning;1984:45 dalam tarigan).
Para siswa mungkin saja ingin mencatat kata-kata diatas beserta batasan-batasannya dalam buku catatan mereka. Ini upaya yang sangat baik.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa korang merupakan bagian sastra kita masa kini, menyajikan bahan-bahan berharga bagi pertumbuhan kosakata dan keterampilan membaca. Setiap hari setiap Koran mencetak beribu-ribu kata, ada yang mudah dan ada yang sukar dipahami. Koran-korang ditanah air kita ini turur bertanggung jawab terhadap kebanyakan kata-kata baru yang muncul dalam bahasa kebangsaan kita, bahasa Indonesia. Reporter-reporter atau wartawan-wartawan surat kabar kerap kali menciptakan kata-kata karena mereka membutuhkan kata-kata yang singkat, padat, menuju sasaran, lugas, hidup, jelas seperti keadaan yang sebenarnya.
Para siswa dapat memperkaya kosakata mereka dengan memperhatikan cara para wartawan mempergunakan kata-kata.  Kata-kata dalam surat kabar terutama pada kepala berita, kerap kali mengandung cita rasa yag berbeda dari yang terdapat dalam buku-buku. Karena kepala berita harus sesuai dengan ruangan yang tertentu dan mengisahkan cerita dengan sekilas saja, maka para penulis kepala berita mempergunakan kata-kata dan frase-fraseyang sinkat dan bersemangat.
Contoh:
Icuk gunduli Morten F. Hansen 15-9, 15-4
Ratna Pradipta pecahkan rekornas renang
Terpujilah egkau ibu-bapak guru (Sinar Harapan 16-7-84)
Partai Komunis Tolak Duduk dalam Kabinet Fabius

2.2 Asosiasi dalam Sastra
Dalam mempelajari kosakata peranan asosiasi sangat penting. Guru dapat menjelaskan serta dapat menunjukkan bahwa nama orang tertentu membawa pula nama pasangannya kedalam nama orang tertentu membawa nama pasangannya kedalam ingatan kita. Demikianlah, kita jarang sekali melihat nama Romeo tanpa mengingat Juliet, dan sebaliknya. Dengan perkataan lain nama Romeo berasosiasi dengan nama Juliet.
Tergantung pada latar belakang dan minat para siswa, sang guru dapat menyajikan satu atau dua tokoh sastra yang berhubungan erat dan menyuruh para siswa mencari pasangan eratnya. Tujuan utama pelajran atau latihan berikut ini adalah untuk menolong para siswa mengingat sebuah kata dengan cara mengasosiasikan sebuah kata dengan yang lain.
Contohnya
Siti nurbaya dan sasulbahri
Corrie dan Hanafi

2.3 kosakata Istilah Sastra
Penilaian terhadap sastra, baik yang dibuat oleh para siswa ataupun yang diadakan oleh kritikus professional, akan dapat lebih dipahami jika para siswa sudah terbiasa dengan kosakata teknis kritik dan analisis sastra.
Butir-butir latihan berikut ini yang berisikan beberapa istilah sastra yang dapat dipergunakan sebagai sarana diagnostic dan pengajaran sastra disekolah.
Contoh :
1)      Sajak adalah                a)_____ Prosa
b)_____ Persamaan Bunyi
c)_____ Karangan Pendek dengn bentuk tertentu seperti syair
jawabannya adalah (c)
2)      Alur adalah                 a) _____ struktur gerak dalam suatu fiksi atau drama
b) _____ awal cerita
                                                c) _____ akhir cerita
jawabannya adalah (a)
3)      Majas adalah               a)_____ Persamaan Bunyi
b)_____ Prosa
c) _____ kiasan, Figurative language
jawabanya adalah (c)

2.4 Oksimoron
Salah satu sarana kesastraan yang sering dipergunakan oleh para penulis untuk memperoleh suatu efek adalah penggunaan ajas oksimoron.
Kata oksimoron berasal dari bahasa Yunani dan diturunkan dari kata-kata Oxys (tajam) dan Moros (bodoh, tolol) moron adalah kata yang ada hubungannya dengan moros itu. Jadi suatu penggabungan kata-kata yang berlawanan makna seperti kegagalan dengan berhasil, kekayaan dengan menyusahkan menghasilkan majar oksimoron.
Sebagai latihan, sang guru dapat memberikan tugas kepada para siswanya untuk mengumpulkan sejumlah contoh majas oksimoron dari puisi, atau dari buku-buku bacaan atau dapat juga membuatnya sendiri. Majas oksimoron seringkali kita jumpai pada puisi.
Contoh :
Kaum pesimis yang penuh harapan
Tepuk tangan yang menyedihkan
Harta yang mencelakakan
Musibah yang menguntungkan
Kebodohan yang menyelamatkan
Kepandaian orang tolol
Sarjana goblok
Kepahitan yang mengandung hikmah
Kesepian yang mengguntur
Wanita jantan
Peria betina
Tertawa masam
Kegagalan yang bijaksana
Cinta yang mengandung benci
Kekuatan yang melemahkan
Perusakan yang menyenangkan
Penyamaran terbuka
Ketenangan tergesa-gesa.












BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada masa dulu sastra anak-anak terutama sekali berisikan masalah-masalah keagamaan, tetapi pada masa kini telah meliputi berbagai ragam pokok permasalahan. Daftar buku yang ditulis khusus untuk anak-anak kian hari kian bertambah.
Membaca sastra dengan berencana dapat menolong remaja kearah pengertian yang lebih baik terhadap teman-teman sekela mereka tanpa menghiraukan perbedaan-perbedaan dalam suku dan latar belakang.
pertumbuhan kosakata dapat dicapai dengan pengalaman-pengalaman yang kaya, dengan konversasi atau percakapan, dengan banyak membaca beraneka ragam karya sastra, dan dengan studi yang bersistem atau telaah yang sistematis.
Dalam mempelajari kosakata peranan asosiasi sangat penting. Guru dapat menjelaskan serta dapat menunjukkan bahwa nama orang tertentu membawa pula nama pasangannya kedalam nama orang tertentu membawa nama pasangannya kedalam ingatan kita.
Penilaian terhadap sastra, baik yang dibuat oleh para siswa ataupun yang diadakan oleh kritikus professional, akan dapat lebih dipahami jika para siswa sudah terbiasa dengan kosakata teknis kritik dan analisis sastra.
Salah satu sarana kesastraan yang sering dipergunakan oleh para penulis untuk memperoleh suatu efek adalah penggunaan ajas oksimoron.









Daftar Pustaka
Tarigan H.G. 1984. Kosakata. Bandung: Angkasa













































Tidak ada komentar:

Posting Komentar