KLAUSA
(MAKALAH)
Disusun
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Mata Kuliah Tata Bahasa Baku
BI 2

Disusun
Oleh
Kelompok
3
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2017
Puji
syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas
segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad
SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu membantu perjuangan
beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.
Dalam
penulisan ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril
maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang tiada hingganya kepada rekan dan teman yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat
diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya. Hanya kepada Allah SWT kita
kembalikan semua urusan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah
meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, Amin.
Pringsewu,
Maret 2017
Penulis
Kelompok 3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengantar................................................................................................. 2
B.
Hakikat Klausa......................................................................................... 2
C.
Unsur-unsur Klausa.................................................................................. 4
D.
Jenis Klausa............................................................................................. 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 18
B. Saran........................................................................................................ 18
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk
berinteraksi dengan sesamanya.Tanpa bahasa tidak diketahui bagaimana arti dari
klausa sebenarnya. Klausa ialah satuan gramatikal, berupa kelompok kata yang
sekurang-kurangnya terdiri dari subjek (S) dan predikat (P), dan mempunyai
potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana dkk, 1980:208). Klausa ialah unsur
kalimat, karena sebagian besar kalimat terdiri dari dua unsur klausa (Rusmaji,
113). Unsur inti klausa adalah S dan P. Namun demikian, S juga sering juga
dibuangkan. misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat dari penggabungan klausa
dan kalimat jawaban.
B.
Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan klausa?
2. Apa saja unsur-usur klausa?
3. Apa saja jenis-jenis klausa?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah
yang telah ditemukan, makalah ini bertujuan untuk:
1. mengetahui apa yang
dimaksud dengan klausa
2. mengetahui apa saja unsur-usur klausa
3. mengetahui apa saja jenis-jenis klausa
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengantar
Pemaharnan akan klausa
sebagai salah satu
satuan sintaktis, memberikan
dasar yang mendalam tentang seluk beluk kalimat. Sebagai satuan sintaktis,
klausa berbeda dengan satuan-satuan sintaktis yang lain, balk strukturnya
maupun hubungan, serta jenisnya. Hal ini perlu dipahami lebih lanjut dalam
rangka mendalami seluk beluk kalimat. Dengan mempelajari klausa diharapkan
diperoleh pemahaman yang benar tentang konsep dan jenis klausa.
B.
Hakikat Klausa
Klausa merupakan
satuan gramatik yang terdiri atas subjek dan predikat, baik disertai
objek, pelengkap, dan keterangan maupun tidak (Ramlan melalui Sukini, 2010:41).
klausa juga merupakan salah satu satuan
sintaktis. Sebagai suatu satuan gramatikal klausa disusun oleh kata atau frase,
dan yang memiliki satu predikat. Pada umumnya klausa menjadi konstituen
kalimat. Sekurang-kurangnya klausa memiliki satu subyek dan satu predikat, dan
mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.
Di dalam konstruksi klausa
itu ada komponen, baik berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat,
dan yang lain berfungsi sebagai subyek, obyek, maupun keterangan. Selain fungsi
predikat yang harus ada dalam kontruksi klausa ini, hadirnya fungsi subyek
dapat dikatakan bersifat wajib, sedangkan fungsi lainnya bersifat tidak wajib,
yaitu seperti objek dan keterangan.
Di atas telah dijelaskan
bahwa klausa berpotensi menjadi kalimat. Hal ini disebabkan di dalam konstruksi
klausa sudah terdapat unsur inti kalimat, yaitu fungsi subyek dan predikat yang
harus hadir dalam konstruksi klausa. Perhatikan contoh berikut :
(371) Ali membaca buku itu
(372) Ali dan Ani membaca buku itu
(373) Ali mahasiswa
(374) Ali pemberani
(375) Ali melihat Ani datang
Kontruksi (371),Ali sebagal subyek,
membaca sebagai predikat. Pada konstruksi (372) subyek adalah Ali dan Ani, predikatnya
adalah membaca. Untuk konstruksi (373) All sebagai subyek, dan mahasiswa
sebagai predikat. Untuk konstruksi (374) subyek nya adalah All, dan predikatnya
pemberani, sedangkan konstruksi (375) yaitu Alimelihat dan Anidatang, yang masing-masing terdiri dari All
Subjek, melihat predikat. Ani subjek dan dating predikat.
Dapat dinyatakan bahwa
konstruksi (371), (372), (373), dan (374), masing-masing adalah sebuah klausa,
karena memiliki dua unsur wajib yaitu S dan P. Sedangkan untuk konstruksi (375)
terdiri dari dua klausa, karena memiliki dua rangkaian unsur wajib yatu S P dan S
P.
Klausa-klausa di atas, dapat
menjadi kalimat, jika ke dalam klausa itu diberikan intonasi final, atau jika
dalam tulisan, kalimat itu dimulai dengan huruf besar dan diakhiri dengan
titik. Jika dibandingkan dengan kalimat, perbedaannya adalah bahwa klausa
merupakan ujaran yang belum selesai, jadi
masih merupakan bagian dari
suatu ujaran yang belum selesai, sedangkan kalimat merupakan ujaran yang
sudah selesai.
Ada juga
terdapat gabungan kata
yang mirip dengan klausa. Gabungan kata ini adalah frase. Tentu
di antara gabungan kata yang membentuk konstruksi frase, dengan gabungan kata yang membentuk
konstruksi klausa, terdapat perbedaan struktur internnya.
Perbedaan antara klausa
dengan kalimat, dan klausa dengan frase, dapat dicermati dari contoh berikut.
(376) Ali membaca buku itu
(377) Ali membaca buku itu
(378) Sabun mandi
(379) Ali mandi
Konstruksi (376) dan
konstruksi (377), berbeda dalam hal (376) adalah klausa, dan (377)
adalah kalimat. Konstruksi (376) memiliki dua unsur wajib, yaitu S dan
P, namun bukan merupakan ujaran yang
selesai. Untuk konstruksi (377),
terdapat juga dua unsur wajib yaitu S dan P, dan sudah merupakan ujaran yang
selesai.
Konstruksi (378) berbeda
dengan konstruksi (379), dalam (378) adalah frase dan (379) klausa. Konstruksi
(378) termasuk frase karena tidak memiliki predikat atau tidak berkonstruksi
predikat. Sebaliknya konstruksi (379) adalah klausa, karena memiliki predikat,
atau berkonstruksi predikatif.
C.
Unsur-unsur Klausa
Secara umum unsur-unsur
klausa dibedakan atas unsur inti dan unsur bukan inti. Yang tergolong unsur inti
klausa adalah S dan P. Subjek adalah bagian klausa yang berwujud nomina atau
frase nominal yang menandai apa yang
dinyatakan oleh pembicara.
Predikat ialah bagian
klausa yang menandai apa yang
dinyatakan oleh pembicara tentang subjek. Predikat dapat berwujud nomina,
verba, ajektiva, numeralia, pronominal, atau frase preposisional.
Subjek dan predikat
dibedakan menurut hal-hal berikut:
(1)
Urutan
Dalam klausa subjek mendahului predikat
(2)
Ciri morfologi
Predikat (yang terletak
dibelakang subjek) sering ditandal oleh afiks seperti me- dan ber- (dalam hal
predikat verbal)
(3)
Ketakrifan leksem
Subjek diisi oleh leksem yang
takrif, sedangkan predikat (terutama predikat nominal) oleh leksem tidak
takrif.
Dalam klausa berikut ketiga
hal di atas dapat ditelusuri (380) Moh Ali petinju. Moh Ali adalah subjek
dan petinju adalah predikat. Memperhatikan urutannya S terletak di depan
P, atau S mendahului P. Subjek klausa di atas yaitu Moh. Ali termasuk leksem
yang takrif.
Sebaliknya apabila konstruksi
(380) itu dibalik menjadi (381) Petinju Moh Ali konstruksi (381) ini bukanlah klausa. Kata petinju bukan
nomina takrif, dan agar dapat menduduki fungsi S (subjek), kata petinju harus
diikuti demontrativa itu, sehingga menjadi (382) Petinju itu Moh Ali.
Objek adalah unsur klausa,
yang dibedakan atas objek langsung dan objek tak langsung. Objek langsung
adalah nomina atau frase nominal yang melengkapi verba transitif yang dikenai
oleh perbuatan yang dinyatakan oleh predikat verba atau yang ditimbulkan
sebagai hasil perbuatan yang terdapat dalam predikat verbal. Selanjutnya objek
langsung masih dibedakan atas objek (langsung) afektif dan objek (langsung)
afektif. Objek (langsung) afektif adalah objek langsung yang dikenai oleh
perbuatan yang terdapat dalam predikat verbal, tetapi tidak merupakan hasil
perbuatan itu.
Contoh:
(383) Mereka menyampuli surat
Kata surat dalam (383) di
atas adalah objek (langsung) afektif, karena
langsung dikenali oleh perbuatan yang terdapat dalam predikat verbal yaitu
menyampuli.
Objek (langsung) efektif di
lain pihak adalah objek (langsung) yang ditimbulkan sebagai hasil perbuatan
yang terdapat dalam predikat verbal.
Contoh:
(384) Mereka menulis surat
Kata surat dalam (384) berbeda dengan surat dalam (383). Dalam
(383) surat dikenai
pekerjaan, sedangkan surat pada (384) sebagai hasil pekerjaan.
Objek tak langsung adalah
nomina atau frase nomina yang menyertai verba transitif dan menjadi penerima
atau diuntungkan oleh perbuatan yang terdapat dalam predikat verbal.
Contoh:
(385) Ibu membuat Susi baju,
atau
(386) Ibu membuat baju untuk Susi:
Pada (385) Maupin (386) Susi adalah objek tak langsung, sedangkan
baju baik (385) maupun (386) adalah objek langsung.
Unsur klausa yang lain adalah
pelengkap (komplemen) ialah nomina,
frase nominal, ajektiva, atau
frase ajektival yang merupakan bagian predikat verbal yang menjadikannya
predikat yang lengkap.
Contoh:
(387) la menjadi guru
(388) Uangnya bertambah banyak
(389) Pak Ali menganggap Susi
patung yang bisu (390) Saya dianggap sepi
Kata guru pada (387), banyak
pada (388), dan patung yang bisu pada(389),
serta sepi pada(390)
adalah pelengkap (komplemen) karena
merupakan bagian dari
predikat verbal masing-masing konstruksi klausa (387), (388), (389), dan (390).
Selanjutnya pelengkap masih
dapat dibedakan berdasarkan hubungan di antara pelengkap dan subjek atau objek.
(1) Pelengkap subjek
(391) Ia menjadi guru
(guru, pelengkap subjek).
(2) Pelengkap objek
(392) Pak Ali mengganggap
Budi patung yang bisu
(patung yang bisu,
pelengkap objek)
(3) Pelengkap pelaku, yakni bagian klausa berupa nomina atau frase
nominal yang melengkapi predikat verba pasif dan secara semantik merupakan
pelaku.
Contoh:
(393) Roti saya dimakan Ali
All pada (393) sebagai pelengkap pelaku
(4) Pelengkap musabab,
yaitu bagian klausa berupa nomina atau frase
nominal yang melengkapi verba
pasif berkonsfiks ke-an yang bermakna menderita; atau nomina atau frase nominal
yang melengkapi verba berstruktur ber v
kan.
Contoh:
(394) Adik kehilangan uang
(395) la bermandikan keringat
Uang pada (394) melengkapi
kehilangan, sedangkan keringat pada (395) melengkapi bermandikan.
Sementara itu sedara semantis
Adik dan ia, berperan sebagai penderita.
(5)
Pelengkap hiponimi, adalah
bagian klausa berupa nomina atau frase nominal yang secara semantis merupakan
spesifikasi dari nemina yang terdapat dalam predikatnya.
Contoh;
(396) Wartawan bersenjatakan pena
(397) Negara RI berdasarkan Pancasila
(398) la tidur berselimutkan
embun
Pena pada (396), Pancasila
pada(397), dan embun pada (398) melengkapi predikat verba dengan nominal, dan
merupakan spesifikasi dari verba denominal itu.
(6)
Pelengkap resiprokal, yakni
bagian klausa yang berupa nomina atau frase nominal yang melengkapi verba
resiprokal.
Contoh:
(399) Irak pernah berperang
dengan Kuwait
Kuwait adalah pelengkap
resiprokal. Karena melengkapi verba resiprokal berperang dalam (399) di atas.
(7)
Pelengkap pemeri, yakni
bagian klausa yang berupa ajektiva, frase ajektival, numeralia, atau frase
numeralia yang memerikan numeralia
dalam predikatnya.
Contoh;
(400) Tuti bersuami kaya laC
i gagah (401) la Beruang banyak
kata kaya Iagi gagah merupakan pemerian terhadap predikat
bersuami pada (400).
Kata banyak pada (401)
merupakan pemerian terhadap predikat beruang.
Selain subjek, predikat,
objek, dan pelengkap ada juga unsur klausa yang penting, yaitu keterangan. Keterangan
ini merupakan bagian klausa, namun bukan bagian inti klausa, melainkan bagian
luar inti, yang berfungsi untuk meluaskan atau membatasi makna subjek atau
predikat. Berikut dijelaskan secara singkat semua keterangan yang terdapat
dalam bahasa Indonesia.
(1) Keterangan akibat, adalah
bagian klausa yang merupakan akibat
terjadinya predikat.
Contoh:
(402) Penjahat itu ditembak
mati polisi
Mati adalah keterangan akibat, sebab menyatakan akibat terjadinya
predikat yaitu ditembak
(2) Keterangan alasan
ialah bagian klausa
yang menyatakan alasan
terjadinya
predikat.
Contoh:
(403) Berdasarkan
pertimbangan itu is tidak jadi datang.
Berdasarkan pertimbangan itu,
adalah keterangan alasan pada (403), karena menyatakan alasan terjadinya
predikat, yaitu tidak jadi datang.
(3) Keterangan alat adalah bagian klausa yang berupa nomina atau
frase nominal yang menyatakan alat yang dipakai untuk melakukan tindakan yang
dinyatakan oleh predikat.
Contoh:
(404) Ali memotong rumput
dengan gunting
Gunting merupakan keterangan alat yang menyatakan alat yang dipakai
untuk melakukan kegiatan, yaitu memotong.
(4) Keterangan asal
ialah bagian klausa
yang menyatakan bahan
terbentuknya predikat.
Contoh;
(405) Piring besar ini
terbuat dari logam
Dari logam, adalah keterangan
asal, yang menyatakan bahan terjadinya predikat, yaitu terbuat.
(5) Keterangan kualitas, ialah bagian klausa yang menyatakan
bagiamana atau dalam kaitan apa predikat.
Contoh;
(406) la berjalan lambat
(407) Mereka bekerja seperti kuli lambat pada (406) menyatakan
keadaan predikat yaitu berjalan. Sedangkan kuli menerangkan bagaimana predikat
pada (407) yaitu bekerja.
(6) Keterangan kuantitas, adalah bagian klausa yang mengatakan
jumlah derajat, keterangan atau perbandingan antara predikat dan yang lain.
Contoh:
(408) Wajah kedua anak itu
seperti pinang dibelah dua
Seperti pinang dibelah dua,
menyatakan perbandingan dengan predikat.
(7) Keterangan
modalitas, adalah bagian klausa yang mengungkapkan kepastian, kemungkinan,
harapan, kesangsian, atau kebalikan dari itu semua.
Contoh:
(409) Mustahil pamanmu datang malam begini
Mustahil pada
(409) mengungkapkan ketidakpastian bagi predikat
(8) Keterangan perlawanan ialah bagian klausa yang menyatakan keadaan
atau peristiwa yang bertentangan dengan apa yang disebut predikat
(410) Meskipun hujan deras, la pergi juga ke sekolah. Keterlawanan kalimat
di atas di nyatakan oleh konjungi meskipun juga.
(9) Keterangan peserta ialah bagian klausa yang berupa nomina
atau frasenominal yang ikut serta melakukan tindakan yang dinyatakan oleh predikat.
Contoh:
(411) Kakek pergi ke kantor bersama nenek, dalam (411) adalah keterangan
peserta
(10) Keterangan perwatakan adalah bagian klausa yang mengadakan
batas-batas predikat.
Contoh:
(412) la dengan gembira menceritakannya lebih jauh lagi
Lebih jauh lagi, dalam (412)
adalah keterangan perwatakan
(11) Keterangan objek, adalah bagian klausa yang memerinci atau
memerikan objek.
Contoh:
(413) la mencari suami yang gagah dan perkasa.
Gagah dan perkasa, adalah
keterangan objek Yaitu menerangkan sifat suami
(12) Keterangan sebab adalah bagian klausa yang menyatakan apa yang
menjadi sebab terjadinya predikat.
Contoh:
(414) la tidak lulus ujian karena malas.
karena malas, adalah keterangan sebab, dan
(415) diatas
(13) Keterangan subjek, adalah bagian subjek yang merinci atau
memperluas subjek itu sendiri.
Contoh:
(416) Guru baru itu sangat rajin
baru itu pada (416) merupakan
keterangan subjek yaitu guru
(14) Keterangan syarat adalah bagian klausa yang harus ada untuk
mencapai apa yang dinyatakan dalam predikat.
Contoh:
(417) Kalau tidak hujan, is pasti datang
Kalau tidak hujan, adalah
menyatakan syarat yang dinyatakan oleh predikat, yaitu datang
(15) Keterangan tempat ialah bagian klausa yang menyatakan tempat
terjadinya predikat, yakni
yang berkaitan dengan tempat asal, arah, atau tempat yang ditinggalkan.
Contoh:
(418) Ia belajar di kamar depan
(419) la pulang dari sekolah
(420) Ayah pergi ke kantor
Di kamar (418), dari sekolah
(419), dan ke kantor (420), adalah keterangan tempat, karena menyatakan tempat
(arah) terjadinya predikat.
(16) Keterangan tujuan adalah bagian klausa yang menyatakan apa yang
dituju oleh predikat
Contoh:
(421) la bekerja keras demi untuk menghidupi keluargannya
(422) Rakyat berjuang untuk mencapai kemerdekaan
(423) Mereka masuk hutan untuk mendapatkan benda ajaib untuk menghidupi
keluarga (423), untuk mencapai kemerdekaan (422), dan untuk mendapatkan benda
ajaib, adalah keterangan tujuan, karena menyatakan apa yang dituju oleh
predikat.
(17) Keterangan waktu ialah bagian klausa yang mengatakan bahwa waktu
terjadinya predikat, yakni yang berhubungan dengan bilamana, berapa lama,
jangka Iamanya, beberapanya, sejak dan sampai kapan.
Contoh:
(424) Kemarin sore Gunung itu meletus
(425) Sejak pagi Merapi memuntahkan lahar
(426) Minggu depan mereka pergi ke Menado (427) Selama tiga bulan is
mengikuti penataran
Kemarin sore (424), sejak
pagi (425), minqqu dean (426), dan selama
tiga bulan (427) adalah
keterangan waktu karena menyatakan waktu terjadinya prdikat.
D.
Jenis Klausa
Klausa dapat dibedakan
berdasarkan antara lain: strukturnya, kelas kata yang menduduki fungsi P, dan
ada tidaknya bentuk negatif pada P.
1.
Berdasarkan strukturnya
klausa dibedakan atas klausa bebas dan klausa terikat klausa memiliki
unsur-unsur yang ada dalam klausa bebas paling sedikit adalah S dan P.
contoh:
(428) Badan orang itu sangat
besar (429) ayahku sedang tidur
(430) Kakakku gagah perkas
(431) Para tamu duduk di
ruang depan
konstruksi (428), (429), (430), dan (431), adalah klausa bebas, karena
tiap konstruksi tersebut memiliki unsur yang lengkap yaitu S dan P, dan
mempunyai potensi untuk menjadi kalimat, apabila kepada tiap konstruksi itu
diberikan inotasi final, terutama kalimat mayor.
Klausa terikat adalah klausa
yang memiliki struktur tidak lengkap.Unsur yang ada dalam klausa ini mungkin
hanya subjek saja, mungkin hanya objeknya saja, atau hanya berupa keterangan
saja. Contoh:
(432) Tadi
malam
Konstruksi "tadi
malam" pada (432) bisa
menjadi jawaban untuk kalimat Tanya: "kapan ibu pulang?"
(433) Memotong kain
Konstruksi "memotong
kain" pada(433), bisa menjadi jawaban atas kalimat tanya: "Apa Yang
dilakukan ibu dikamar?"
Dalam realisasi ujaran klausa
terikat biasanya dapat dikenali dengan adanya konjungsi subordinatif di
depannya.
Contoh:
(434) Ketika mereka sedang makan dia datang
(435) Kalau diizinkan oleh ayah saya akan ikut ibu.
Ketika mereka sedang makan
pada (434) dan kalau diizinkan oleh ayah
pada (435), adalah klausa terikat
yang didahului oleh konjugsi subordinatif yaitu ketika untuk (434) dan kalau untuk
(435).
2.
Berdasarkan kategori kata
pengisi predikat, klausa dapat dibedakan atas nominal, klausa nominal, klausa
verbal, klausa ajektival, klausa adverbia dan klausa preposisional.
a. Klausa Nominal
Klausa nominal adalah klausa
yang predikatnya berupa nomina atau frase nominal.
Contoh:
(436) Ayahku purnawirawan ABRI
(437) Kakakku pengusaha angkutan di kota itu
(438) tetangaanya karyawan
Bank Bumi Daya
(439) Ricky dan Resky juara
Jepang terbuka
(440) Ricky dan Resky juara
ganda terbuka
Konstruksi (436), (437),
(438), (439), dan (440) masing-masing adalah klausa nomina; karena predikatnya
kategori nomina. Untuk (437) predikatnya adalah
pengusaha angkutan adalah
kelas kata nomina, untuk (438) predikatnya adalah karyawan
Bank Bumi Daya adalah frase nominal. Untuk (453) predikatnya adalah
purnawirawan ABRI, sedangkan untuk (439) dan (440) predikatnya kedua-duanya
frase nominal, yaitu Juara Jean terbuka dan juara ganda terbuka
b. Klausa Verbal
Klausa verbal adalah klausa
yang prdikatnya kategori verbal atau frase
verbal.
Contoh:
(441) Adik mandi
(442) Budi menari
(443) Kerbau itu berlari
(444) Matahari itu terbit
(445) Nenek menangis
Konstruksi (441), (442), (443),
(444) dan (445) adalah klausa-klausaverbal, karena predikat klausa-klausa
tersebut adalah berkategori verbal, yaitu mandi, mencari, berlari, terbit, dan
menangis.
c. Klausa Ajektifal
Klausa ajektival adalah
klausa yang predikatnya berkategori ajetif baik berupa kata maupun frase.
Contoh:
(446) Ibu guru itu cantik
sekali
(447) Air sungai itu sangat
kotor
(448) Bangunan sekolah itu
sudah rusak (449) Jembatan itu sangat kokoh
(450) Langit itu sangat
jernih
Cantik sekali (446), sangat
kotor (447), sudah rusak (448), sangatkokoh
(449), dan sangat jernih (450), adalah predikat ajektifal, karena berkategori
ajektif. Oleh karena itu konstruksi (446), (447), (448), dan (449) termasuk
klausa ajektiva.
d. Klausa Adverbial
Klausa adverbial adalah
klausa yang predikatnya berupa kata atau
frase adverbial.
Contoh:
(451) larinya teramat sangat
Teramat sangat adalah
predikat yang terdiri dari kata adverbial. Oleh karena itu konstruksi (451)
merupakan klausa adverbial.
e. Klausa Preposional
Klausa preposisional adalah
klausa yang predikatnya berupa frase yang kategorinya berkategori preposisi.
Contoh :
(452) Ayah di kamar
(453) Ibu dari Medan
(454) Kakek ke pasar pagi
(455) Beras itu dari Solo
(456) Kredit itu untuk para
petani
Predikat dari (452) adalah di
kamar, dan untuk predikat (453), (454),
(455) dan (456)
berturut-turut adalah dari Medan, ke pasar, dan dari Solo.
f. Klausa Nemurial
Klausa
numerial adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau
frase numeralia.
Contoh:
(457) Gajinya sepuluh juta
setahun (458) Anaknya empat orang
(459) Rumahnya tiga buah
(460) Sawahnya empat hektar
(461) Uang simpanannya
seratus juta
Konstruksi (457), (458),
(459), (460) dan (461) di atas termasuk klausa numerial, karena predikatnya,
yaitu sepuluh juta, empat orang, tiga buah, dan empat hektar, semuanya
berkategori numeralia.
3.
Berdasarkan ada
tidaknya bentuk negatif pada predikat, klausa
dibedakan atas klausa positif dan klausa negatif.
a. Klausa Positif
Klausa positif yaitu klausa
yang tidak memiliki kata-kata yang menyatakan negatif.
Contoh:
(462) Mereka diliputi oleh perasaan gembira
(463) Mertua itu sudah dianggap sebagai orang tuanya (464) Wajah
mereka merah padam
(465) Dia teman akrab saya
Dan predikat konstruksi (462),
(463), (464) dan (465) di atas, yaitu perasaan gembira, dianggao sebagai akrab.
b. Klausa Negatif
Klausa negatif adalah klausa
yang memiliki kata-kata negatif yang secara gramatik menegatifkan Predikat (P).
Kata-kata yang mengatakan negatif antara lain: tidak, tak, tiada, bukan, belum,
dan jangan.
Contoh:
(466) Dia tidak naik kelas (467) Mereka tidak bekerja
(468) Orang tuanya tidak dirumah (469) Anaknya tak mau belajar
(470) Kecantikannya tak terpelihara
(471) Musuh itu tiada berdaya
(472) Mereka tiada berdaya
(473) Orang itu bukan tetangga saya (474) Dia bukan pegawai negeri
(475) Kami belum berangkat
(476) la belum tua benar
(477) Jangan ke pasar dahulu
Klausa-klausa di atas adalah
termasuk klausa negatif. Hal ini dapat
dicermati clan digunakannya bentuk-bentuk negasi yang
mendahului setiap predikatnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pemaharnan akan klausa
sebagai salah satu
satuan sintaktis, memberikan
dasar yang mendalam tentang seluk beluk kalimat. Sebagai satuan sintaktis,
klausa berbeda dengan satuan-satuan sintaktis yang lain, baik strukturnya
maupun hubungan, serta jenisnya. Hal ini perlu dipahami lebih lanjut dalam
rangka mendalami seluk beluk kalimat. Dengan mempelajari klausa diharapkan
diperoleh pemahaman yang benar tentang konsep dan jenis klausa.
Telah dijelaskan bahwa klausa adalah salah satu satuan sintaktis. Sebagai
suatu satuan gramatikal klausa disusun oleh kata atau frase, dan yang memiliki
satu predikat. Pada umumnya klausa menjadi konstituen kalimat. Sekurang-kurangnya
klausa memiliki satu subyek dan satu predikat, dan mempunyai potensi untuk
menjadi kalimat.
B.
Saran
Klausa merupakan suatu pembelajaran yang amat penting bagi kita
semua terutama untuk mahasiswa program studi bahasa dan sastra Indonesia. Untuk
itu disarankan untuk mahasiswa agar lebih giat lagi dalam pembelajaran mengenai
klausa. Karena dengan mempelajari klausa akan mempernudah kita dalam menentukan
klausa dalam sebuah kalimat.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad HP.
(2002). Sintaksis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Manasco Offset.
Sukini. (2010). Sintaksis Sebuah Panduan Praktis.
Surakarta: Yuma Pustaka.
![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar