LAPORAN OBSERVASI
TERHADAP KESULITAN BELAJAR
Makalah Ini Disusun
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir
Mata
Kuliah Psikologi Belajar Bahasa
Dosen pengampu : Dessy Saputry S.pd,M.Hum
Disusun Oleh :
Ana Wahyu Kusniati NPM (14040004)
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ................................................................................. i
KATA
PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI
.............................................................................................. iii
A.
Latar Belakang ................................................................................
B.
Rumusan Masalah............................................................................
C.
Tujuan .............................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tinjauan
Pustaka..............................................................................
B.
Pembahasan
a.
Narasumber
b.
Jenis
kesulitanbelajar
c.
Cara
meremidi
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan .....................................................................................
B.
Saran ...............................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi allahyang telah memberikan kemudahan
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepatpada waktunya. Tanpa
pertolongan- Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan
baik. Sholawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini
memuat materi tentang “Penelitian
terhadap Kesulitan
Belajar
Membaca,
Menulis,
Berbicara, dan Menyimak“.
walaupun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan
perbaikan tetapi juga
memiliki detail
yang cukup jelas bagi pembaca.
Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dessy Saputry S.pd,M.Hum yang telah
membimbing dalam pembuatan makalah ini. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan makalah ini. Meskipun penulis telah berusaha semaksimal mungkin
sesuai dengan kemampuan penulis,tidak menutup mata bahwa masih terdapat kesalahan dan kekurangan.Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. guna
terciptanya makalah yang lebih baik di masa yang akan datang.Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh.
Pringsewu, 07 Desember 2014
Penulis
Ana Wahyu
Kusniati
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala
usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan
belajar. Masalah belajar yang terjadi dikalangan murid sering kali terjadi dan
menghambat kelancaran proses belajar siswa. Kondisi tertentu itu dapat
berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat
juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat
saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau
cerdas.
Bahasa
Indonesia adalah pelajaran yang harus diajarkan kepada anak karena
bahasa Indonesia merupakan bahasa Nasional dan pemersatu seluruh masyarakat di
Indonesia. Maka dari itu belajar membaca, menulis, berbicara dan menyimak bahasa Indonesia
yang baik dan benar harus kita terapkan bagi anak-anak dasar dari usia 6-12 tahun (SD).
Belajar membaca,menulis, berbicara dan menyimak merupakan salah satu dasar yang
harus dimiliki atau dikuasai oleh siswa agar proses pembelajaran bisa berlangsung dengan
baik dan dengan belajar membaca, menulis,berbicara dan menyimak anak bisa mengerti pada
pelajaran yang lainnya. Dalam pelajaran menulis, membaca, berbicara, dan menyimak sering kali guru mendapatkan kesulitan dalam menyampaikan suatu pelajaran karena kurangnya minat
dari siswa dan strategi guru dalam melaksanakan peroses belajar mengajar. Kesulitan guru dalam menyampaikan pelajaran materi menulis, membaca. Maka, pada pembelajaran bahasa indonensia di SD N 1 Batutegi siswa kelas V B, Saya Manemukan masalah dalam belajar,membaca, menulis, menyimak dan berbicara.
Keterangan yang saya dapatkan dari guru,bahwa guru sudah melakukan,menerapkan cara danstrategi mengajar seperti memberikan buku bacaan tentang dongeng, cerita buku-buku pelajarandan menjelaskan dengan gambar yang dianggap guru akan bisa
menarik (menstimulus)minat anak, selain dengan menerapkan strategi, metode diatas
guru juga membimbing mereka dalam belajar menulis dan membaca, agar mau menulis
dan membaca,akan tetapi siswa masih juga kurang dalam membaca dan menulisnya.
bahasa Indonesia merupakan bahasa Nasional dan pemersatu seluruh masyarakat di
Indonesia. Maka dari itu belajar membaca, menulis, berbicara dan menyimak bahasa Indonesia
yang baik dan benar harus kita terapkan bagi anak-anak dasar dari usia 6-12 tahun (SD).
Belajar membaca,menulis, berbicara dan menyimak merupakan salah satu dasar yang
harus dimiliki atau dikuasai oleh siswa agar proses pembelajaran bisa berlangsung dengan
baik dan dengan belajar membaca, menulis,berbicara dan menyimak anak bisa mengerti pada
pelajaran yang lainnya. Dalam pelajaran menulis, membaca, berbicara, dan menyimak sering kali guru mendapatkan kesulitan dalam menyampaikan suatu pelajaran karena kurangnya minat
dari siswa dan strategi guru dalam melaksanakan peroses belajar mengajar. Kesulitan guru dalam menyampaikan pelajaran materi menulis, membaca. Maka, pada pembelajaran bahasa indonensia di SD N 1 Batutegi siswa kelas V B, Saya Manemukan masalah dalam belajar,membaca, menulis, menyimak dan berbicara.
Keterangan yang saya dapatkan dari guru,bahwa guru sudah melakukan,menerapkan cara danstrategi mengajar seperti memberikan buku bacaan tentang dongeng, cerita buku-buku pelajarandan menjelaskan dengan gambar yang dianggap guru akan bisa
menarik (menstimulus)minat anak, selain dengan menerapkan strategi, metode diatas
guru juga membimbing mereka dalam belajar menulis dan membaca, agar mau menulis
dan membaca,akan tetapi siswa masih juga kurang dalam membaca dan menulisnya.
Kesulitan dalam
belajar ini merupakan suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai
adanya faktor-faktor tertentu. Misalnya
siswa kurang bisa memahami materi yang dipelajari,merasa cepat malas atau jenuh
dalam belajar. Jika hal tersebut dibiarkan, maka akan mempengarui prestasi
siswa tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana langkah atau tindakan
jika anak didik yang kurang
kosentrasinya ketika belajar bahasa Indonesia di SDN 1 Batutegi.
kosentrasinya ketika belajar bahasa Indonesia di SDN 1 Batutegi.
2. Bagaimanakah solusi yang tepat
terhadap siswa atau siswi yang belum
bisa membaca, munulis, berbicara dan menyimak.
bisa membaca, munulis, berbicara dan menyimak.
3. Bagaimanakah solusinya jika siswa
yang kurang minatnya dalam belajar
membaca,menulis, berbicara, dan menyimak.
membaca,menulis, berbicara, dan menyimak.
4. Bagaimanakah strategi yang
digunakan jika siswa belum lancar dalam
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
5. Bagaimanakah cara untuk mengatasi
jika siswa yang kurang motivasinya
dalam belajar bahasa Indonesia.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui langkah dan tindakan yang dilakukan guru untuk mengoptimalkan atau membuat siswa konsentrasi dalam menerima pelajaran bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui solusi yang tepat yang harus diterapkan pada siswa atau siswi yang belum bisa atau lancar dalam menulis, membaca, berbicara, dan menyimak.
3. Untuk mengetahui solusi atau cara yang digunakandalam mengatasi siswa yang kurang minatnya dalam belajar membaca,menulis, berbicara, dan menyimak.
4. Untuk mengetahui strategi yang digunakanjika siswa belum lancar dalam menggunakan bahasa Indonesia .
5. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi anak didik yang kurang motivasinya dalam belajar bahasa Indonesia .
dalam belajar bahasa Indonesia.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui langkah dan tindakan yang dilakukan guru untuk mengoptimalkan atau membuat siswa konsentrasi dalam menerima pelajaran bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui solusi yang tepat yang harus diterapkan pada siswa atau siswi yang belum bisa atau lancar dalam menulis, membaca, berbicara, dan menyimak.
3. Untuk mengetahui solusi atau cara yang digunakandalam mengatasi siswa yang kurang minatnya dalam belajar membaca,menulis, berbicara, dan menyimak.
4. Untuk mengetahui strategi yang digunakanjika siswa belum lancar dalam menggunakan bahasa Indonesia .
5. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi anak didik yang kurang motivasinya dalam belajar bahasa Indonesia .
6. Untuk
memenuhi salah satu tugas akhir mata kuliah psikologi belajar bahasa.
1.4 Manfaat Penelitian
1.Dapat mengetahui langkah-langkah serta tindakan dalam mengoptimalkan konsentrasi siswa dalam menerima pelajaran bahasa Indonesia.
2. Dapat mengetahui solusi yang digunakan untuk siswa yang belum bisa membaca, menulis,lancar berbicara dan menyimak.
3. Dapat mengetahui cara untuk mengatasi siswa yang kurang minatnya dalam belajar membaca, menulis,berbicara, dan menyimak.
4. Dapat mengetahui strategi yang digunakan jika siswa belum lancar dalam menggunakan bahasa Indonesia .
5. Dapat mengetahui cara mengatasi anak didik yang kurang motivasinya dalam belajar bahasa Indonesia .
1.Dapat mengetahui langkah-langkah serta tindakan dalam mengoptimalkan konsentrasi siswa dalam menerima pelajaran bahasa Indonesia.
2. Dapat mengetahui solusi yang digunakan untuk siswa yang belum bisa membaca, menulis,lancar berbicara dan menyimak.
3. Dapat mengetahui cara untuk mengatasi siswa yang kurang minatnya dalam belajar membaca, menulis,berbicara, dan menyimak.
4. Dapat mengetahui strategi yang digunakan jika siswa belum lancar dalam menggunakan bahasa Indonesia .
5. Dapat mengetahui cara mengatasi anak didik yang kurang motivasinya dalam belajar bahasa Indonesia .
BAB II
PEMBAHASAN
A.
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai
dengan hambatan-hambatan tertentu, dalam mencapai tujuan belajar. Kondisi ini
ditandai kesulitan dalam tugas-tugas akademik, baik disebabkan oleh
problem-problem neurologis, maupun sebab-sebab psikologis lain, sehingga
prestasi belajarnya rendah, tidak sesuai dengan potensi dan usaha yang
dilakukan.
Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam berbagai
jenis manifiestasi tingkah laku (bio-psikososial) baik secara langsung
atau tidak, bersifat permanen dan berpotensi menghambat berbagai tahap
belajar siswa.
Dari sejumlah pendapat di atas, kesulitan belajar mempunyai pengertian yang
luas dan terjabarkan dalam istilah-istilah, seperti:
a) Learning Disorder (ketergantungan belajar), adalah keadaan di
mana proses belajar siswa terganggu, karena timbulnya respons yang
bertentangan. Pada dasarnya siswa, yang mengalami gangguan belajar seperti ini,
prestasi belajarnya tidak terganggu, akan tetapi proses belajarnya yang terlambat,
oleh adanya respon-respon yang bertentangan. Dengan demikian, hasil belajar
yang dicapai akan lebih rendah dari potensi yang dimiliki.
b) Learning Disabelities (ketidakmampuan belajar), adalah ketidakmampuan
seorang siswa, yang mengacu kepada gejala di mana siswa tidak mampu
belajar (menghindari belajar), sehingga hasil belajarnya di bawah potensi
intelektualnya.
c) Learning Disfunction (ketidak_fungsian belajar), adalah gejala di
mana proses belajar tidak berfungsi dengan baik, meskipun pada dasarnya
tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat dria atau
gangguan-gangguan psikologis yang lainnya.
d) Under Achiever (pencapaian randah), yang mengacu kepada anak-anak
atau siswa yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi
prestasi belajarnya tergolong rendah. Terbukti, pada hasil belajar (sekolah)
yang buruk.
e) Slow Learner (lambat belajar), adalah siswa yang lambat
dalam proses balajarnya, sehingga membutuhkan waktu lebih lama,
dibandingkan dengan anak-anak yang lain memilih taraf potensial intelektual
yang sama.
2.1.1 Strata Jenis
Kesulitan Belajar
Mengenali kesulitan belajar jelas berbeda dengan mendiagnosis penyakit
cacar air atau campak. Cacat air dan campak tergolong penyakit dengan gejala
yang dapat dikenali dengan mudah. Berbeda dengan kesulitan belajar (learning
disorder) yang sangat rumit dan meliputi begitu banyak kemungkinan
penyebab, gejala-gejala, perawatan, serta penanganan. Kesulitan belajar yang
memiliki beragam gejala ini, sangatlah sulit untuk didiagnosis dan dicari
penyebab secara pasti. Hingga saat ini belum ditemukan obat atau perawatan yang
sanggup menyembuhkan mereka sepenuhnya.
Faktor hereditas (genetik) dan lingkungan (environmental)
siswa, sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajarnya. Artinya,
potensi intelligensi, bakat, minat, motivasi, kurikulum, kualitas dan model
pembelajaran guru, turut memberikan andil bagi keberhasilan anak didiknya di
sekolah.
2.1.1 Macam-macam Kesulitan
Belajar Siswa
Tidak semua kesulitan dalam proses belajar dapat disebut learning
disorder. Sebagian anak atau siswa mungkin hanya mengalami kesulitan dalam
mengembangkan bakatnya. Kadang-kadang, seseorang memperlihatkan ketidak wajaran
dalam perkembangan alaminya, sehingga tampak seperti penderita berkesulitan
belajar, namun ternyata hanyalah keterlambatan dalam proses pendewasaan diri
saja. Sebenarnya, para ahli telah menentukan kriteria-kriteria pasti dimana
seseorang dapat dinyatakan sebagai penderita kesulitan belajar.
Kriteria yang harus dipenuhi sebelum seseorang dinyatakan menderita
kesulitan belajar, tertuang dalam sebuah buku petunjuk yang berjudul DSM (Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorder). Diagnosis yang didasarkan pada
DSM umumnya dilakukan ketika individu mengajukan perlindungan asuransi
kesehatan dan layanan perawatan. Wood (2005), menyebutkan kesulitan belajar
dapat dibagi menjadi tiga kategori besar, diantaranya:
a. Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa
b. Permasalahan dalam hal kemampuan akademik
c. Kesulitan lainnya, yang mencakup kesulitan dalam mengordinasi gerakan
anggota tubuh serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua kategori
di atas.
Masing-masing kategori itu mencakup pula kesulitan-kesulitan lainnya yang
lebih spesifik, dan pada makalah ini akan dipaparkan tentang kesulitan belajar
membaca (disleksia).
3.1 Kesulitan Belajar Membaca(Disleksia)
Istilah disleksia berasal dari bahasa Yunani, yakni dys yang berarti sulit
dalam dan lex berasal dari legein, yang artinya berbicara. Jadi secara harfiah,
disleksia berarti kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol
tulis. Kelainan ini disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menghubungkan antara
lisan dan tertulis, atau kesulitan mengenal hubungan antara suara dan kata
secara tertulis.
Bryan & Bryan (dalam Abdurrahman, 1999: 204), menyebut disleksia
sebagai suatu sindroma kesulitan dalam mempelajarikomponen-komponen kata dan
kalimat, mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat dan dalam belajar
segala sesuatau yang berkenaan dengan waktu, arah dan masa. Sedangkan, menurut
Lerner seperti di kutip oleh Mercer (1979: 200), mendefinisikan kesulitan
belajar membaca sangat bervariasi, tetapi semuanya menunjuk pada adanya
gangguan fungsi otak.
Pada kenyataannya, kesulitan membaca dialami oleh 2-8% anak sekolah dasar.
Sebuah kondisi, dimana ketika anak atau siswa tidak lancar atau ragu-ragu dalam
membaca; membaca tanpa irama (monoton), sulit mengeja, kekeliruan
mengenal kata; penghilangan, penyisipan, pembalikan, salah ucap, pengubahan
tempat, dan membaca tersentak-sentak, kesulitan memahami; tema paragraf atau
cerita, banyak keliru menjawab pertanyaan yang terkait dengan bacaan; serta
pola membaca yang tidak wajar pada anak.
Gejala disleksia, anak memiliki kemampuan membaca di bawah kemampuan
yang seharusnya dilihat dari tingkat inteligensia, usia dan pendidikannya. Hal
ini dikarenakan keterbatasan otak mengolah dan memproses informasi tersebut. Disleksia
merupakan kesalahan pada proses kognitif anak ketika menerima informasi saat
membaca buku atau tulisan.
Jika pada anak normal kemampuan membaca sudah muncul sejak usia enam atau
tujuh tahun, tidak demikian halnya dengan anak disleksia. Sampai usia 12
tahun kadang mereka masih belum lancar membaca. Kesulitan ini dapat terdeteksi
ketika anak memasuki bangku sekolah dasar.
a. Ciri-ciri disleksia:
Ø
Sulit mengeja dengan benar. Satu
kata bisa berulangkali diucapkan dengan bermacam ucapan.
Ø
Sulit mengeja kata atau suku kata
yang bentuknya serupa, misal: b-d, u-n, atau m-n.
Ø
Ketika membaca anak sering sala1h melanjutkan ke paragraph
berikutnya atau tidak berurutan.
Ø
Kesulitan mengurutkan huruf-huruf
dalam kata.
Ø
Kesalahan mengeja yang dilakukan
terus-menerus. Misalnya kata pelajaran diucapkan menjadi perjalanan.
Banyak faktor yang menjadi penyebab disleksia antara lain genetis, problem
pendengaran sejak bayi yang tidak terdeteksi sehingga mengganggu kemampuan
bahasanya, dan faktor kombinasi keduanya. Namun, disleksia bukanlah kelainan
yang tidak dapat disembuhkan. Hal paling penting adalah anak disleksia harus
memiliki metode belajar yang sesuai. Karena pada dasarnya setiap orang memiliki
metode yang berbeda-beda, begitupun anak disleksia.
Kesulitan membaca pada anak penderita disleksia tentu saja akan berpengaruh
pada kemampuannya memahami mata pelajaran yang lain. Dalam pelajaran
matematika, misalnya, anak akan kesulitan memahami symbol-simbol. Karena anak
yang mengalami disleksia, akan berpengaruh ke seluruh aspek kehidupannya.
Kadang-kadang dalam berbicara pun maksud mereka sulit dipahami.
b.
Cara belajar siswa didik disleksia
- Adanya komunikasi dan pemahaman yang sama mengenai anak disleksia
antara orang tua dan guru
- Anak duduk di barisan paling depan di kelas
- Guru senantiasa mengawasi / mendampingi saat
anak diberikan tugas, misalnya guru meminta dibuka halaman 15, pastikan
anak tidak tertukar dengan membuka halaman lain, misalnya halaman 50
- Guru dapat memberikan toleransi pada anak
disleksia saat menyalin soal di papan tulis sehingga mereka mempunyai waktu
lebih banyak untuk menyiapkan latihan (guru dapat memberikan soal dalam
bentuk tertulis di kertas)
- Anak disleksia yang sudah menunjukan usaha
keras untuk berlatih dan belajar harus diberikan penghargaan yang sesuai
dan proses belajarnya perlu diseling dengan waktu istirahat yang cukup.
- Melatih anak menulis sambung sambil
memperhatikan cara anak duduk dan memegang pensilnya. Tulisan sambung
memudahkan murid membedakan antara huruf yang hampir sama. Guru dan orang
tua perlu melakukan pendekatan yang berbeda ketika belajar matematika
dengan anak disleksia, kebanyakan mereka lebih senang menggunakan sistem
belajar yang praktikal.
- Aspek emosi. Anak disleksia dapat menjadi
sangat sensitif, terutama jika mereka merasa bahwa mereka berbeda
dibanding teman-temannya dan mendapat perlakukan yang berbeda dari
gurunya. Lebih buruk lagi jika prestasi akademis mereka menjadi demikian
buruk akibat perbedaan yang dimilikinya tersebut. Kondisi ini akan membawa
anak menjadi individu dengan self-esteem yang rendah dan tidak
percaya diri. Jangan sekali-sekali membandingkan anak
disleksia dengan temannya, atau dengan saudaranya yang tidak disleksia.
C.
Menulis
Terdapat banyak definisi tentang menulis. Lerner (1985:413) mengemukakan bahwa menulis adalah menuangkan ide ke dalam satu bentu visual. Soemarmo markam (1989: 7) menjelaskan bahwa menulis adalah mengungkapkan bahasa dalam bentuk simbol gambar. Menulis adalah suatu aktivitas kompleks, yang mencakup gerakan lengan, tangan, jari dan mata secara terintegrasi. Menulis juga terkait dengan pembahasan bahasa dan kemampuan berbicara. Tarigan (1986 : 21) mendefinisikan menulis sebagai melukiskan lambang-lambang grafis dari bahasa yang difahami oleh penulisnya maupun orang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut. Menurut poteet seperti dikutip oleh Hargrove dan Poteet (1984:239) menulis merupakan penggambaran visual tentang pikiran, perasaan dan ide dengan mengunakan simbol – simbol sistem bahsa penulisannya untuk keperluan komunikasi atau catatan.
Dari definisi tentang menulis yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa :
a. Menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi.
b. Menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide ke dalam bentuk lambang – lambang bahasa grafis.
c. Menulis dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi.
Terdapat banyak definisi tentang menulis. Lerner (1985:413) mengemukakan bahwa menulis adalah menuangkan ide ke dalam satu bentu visual. Soemarmo markam (1989: 7) menjelaskan bahwa menulis adalah mengungkapkan bahasa dalam bentuk simbol gambar. Menulis adalah suatu aktivitas kompleks, yang mencakup gerakan lengan, tangan, jari dan mata secara terintegrasi. Menulis juga terkait dengan pembahasan bahasa dan kemampuan berbicara. Tarigan (1986 : 21) mendefinisikan menulis sebagai melukiskan lambang-lambang grafis dari bahasa yang difahami oleh penulisnya maupun orang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut. Menurut poteet seperti dikutip oleh Hargrove dan Poteet (1984:239) menulis merupakan penggambaran visual tentang pikiran, perasaan dan ide dengan mengunakan simbol – simbol sistem bahsa penulisannya untuk keperluan komunikasi atau catatan.
Dari definisi tentang menulis yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa :
a. Menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi.
b. Menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide ke dalam bentuk lambang – lambang bahasa grafis.
c. Menulis dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi.
a.
Kesulitan
Belajar Menulis
Seperti telah dikemukakan, bahwa pelajaran menulis mencakup menulis dengan tangan atau menulis permulaan, mengeja, dan menulis ekspresif.
a. Menulis Dengan Tangan Atau Menulis Permulaan.
Menurut lerner (1985 :402) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk menulis, antara lain :
a) Motorik
b) Perilaku
c) Persepsi
d) Memori
e) Kemampuan melaksanakan cross modal
f) Penggunaan tangan yang dominan
g) Kemampuan memahami insting.
Anak yang perkembangan motoriknya belum matang akan mengalami kesulitan dalam menulis : tulisannya tidak jelas, terputus-putus, tidak mengikuti garis. Anak yang hiperaktif atau anak yang perhatiannya mudah teralihkan, dapat menyebabkan pekerjaannya terhambat termasuk pekerjaan menulis. Anak yang terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis. Jika persepsi visualnya terganggu, anak mungkin akan kesulitan untuk membedakan bentuk – bentuk huruf.yang hampir sama seperti \d\ dan \b\, \p\ dengan \q\, \h\ dengan \n\ atau \m\ dengan \w\.. jika persepsi auditori yang terganggu, mungkin anak akan mengalami kesulitan untuk menulis kata-kata ynag diucapkan oleh guru. Gangguan memori juga dapat dijadikan sebagai penyebab terjadinya kesulitan belajar menulis karena anak tidak mampu mengingat apa yang akan ditulis. Jika gangguan menyangkut ngatan visual, maka anak akan sulit untuk mengingat huruf atau kata, dan jika gangguan tersebut menyangkut memori auditori anak akan mengalami kesulitan menulis kata-kata yang baru diucapkan oleh guru.
Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia. Disgrafia menunjukkan kepada ketidak ampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol - simbol matematika. Kesulitan belajar menulis sering terkait dengan cara anak memegang pensil. Ada 4 macam cara anak memegang pensil yang dapat dijadikan sebagai petunjuk bahwa anak berkesulitan menulis, yaitu ; sudut pensil terlalu besar, sudut pensil terlalu kecil, menggenggam pensil dan menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret.
b. Menulis Mengeja.
Mengeja adalah suatu bidang yang tidak memungkinkan adanya kratifitas atau berfikir defergen. Hanya ada satu pola susuan huruf – huruf untuk suatu kata yang dapat dianggap benar, tidak ada kompromi. Sekelompok huruf yang sama akan memiliki makna yang berbeda jika disusun secara berbeda. Kelompok huruf \b\, \i\, dan \u\ misalnya, dapat disusun menjadi ibu, ubi, bui dan iub; tiga susunan pertama mengandung makna yang berbeda sedang susunan terakhir tidak mengandung makna. oleh karena itu, mengeja pada hakekatnya memproduksi urutan huruf yang benar baik dalam bentuk ucapan atau tulisan dari suatu kata.
Seperti telah dikemukakan, bahwa pelajaran menulis mencakup menulis dengan tangan atau menulis permulaan, mengeja, dan menulis ekspresif.
a. Menulis Dengan Tangan Atau Menulis Permulaan.
Menurut lerner (1985 :402) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk menulis, antara lain :
a) Motorik
b) Perilaku
c) Persepsi
d) Memori
e) Kemampuan melaksanakan cross modal
f) Penggunaan tangan yang dominan
g) Kemampuan memahami insting.
Anak yang perkembangan motoriknya belum matang akan mengalami kesulitan dalam menulis : tulisannya tidak jelas, terputus-putus, tidak mengikuti garis. Anak yang hiperaktif atau anak yang perhatiannya mudah teralihkan, dapat menyebabkan pekerjaannya terhambat termasuk pekerjaan menulis. Anak yang terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis. Jika persepsi visualnya terganggu, anak mungkin akan kesulitan untuk membedakan bentuk – bentuk huruf.yang hampir sama seperti \d\ dan \b\, \p\ dengan \q\, \h\ dengan \n\ atau \m\ dengan \w\.. jika persepsi auditori yang terganggu, mungkin anak akan mengalami kesulitan untuk menulis kata-kata ynag diucapkan oleh guru. Gangguan memori juga dapat dijadikan sebagai penyebab terjadinya kesulitan belajar menulis karena anak tidak mampu mengingat apa yang akan ditulis. Jika gangguan menyangkut ngatan visual, maka anak akan sulit untuk mengingat huruf atau kata, dan jika gangguan tersebut menyangkut memori auditori anak akan mengalami kesulitan menulis kata-kata yang baru diucapkan oleh guru.
Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia. Disgrafia menunjukkan kepada ketidak ampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol - simbol matematika. Kesulitan belajar menulis sering terkait dengan cara anak memegang pensil. Ada 4 macam cara anak memegang pensil yang dapat dijadikan sebagai petunjuk bahwa anak berkesulitan menulis, yaitu ; sudut pensil terlalu besar, sudut pensil terlalu kecil, menggenggam pensil dan menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret.
b. Menulis Mengeja.
Mengeja adalah suatu bidang yang tidak memungkinkan adanya kratifitas atau berfikir defergen. Hanya ada satu pola susuan huruf – huruf untuk suatu kata yang dapat dianggap benar, tidak ada kompromi. Sekelompok huruf yang sama akan memiliki makna yang berbeda jika disusun secara berbeda. Kelompok huruf \b\, \i\, dan \u\ misalnya, dapat disusun menjadi ibu, ubi, bui dan iub; tiga susunan pertama mengandung makna yang berbeda sedang susunan terakhir tidak mengandung makna. oleh karena itu, mengeja pada hakekatnya memproduksi urutan huruf yang benar baik dalam bentuk ucapan atau tulisan dari suatu kata.
Menurut lerner (1979: 191), ada dua
cara untuk mengajarkan mengeja , yaitu:
(1). Mengeja melalui pendekatan
linguistik.
(2). Mengeja melalui pendekatan kata-kata. Pendekatan
linguistik menekankan pada atura-aturan dalam bahasa sehingga harus
memperhatikan fonologi, morfologi, sintaksis, atau pola-pola kata. Untuk
mengajarkan “au” misalnya, guru dapat memberikan kata-kata seperti “kerbau”atau
“pisau”. Mengeja melalui pendekatan kata-kata dilakukan karena huruf-huruf yang
sama pada berbagai kata dapat berubah bunyi. Pendekatan ini sesui untuk bahasa
inggris sedangkan untuk bahasa indonesia kurang diperlukan.dalam bahasa
indonesia bunyi huruf relatif tetap dan karena itu pengajaran mengeja melalui
pendekatan linguistik dirasakan lebih tepat.
c. Menulis ekspresif
Menulis ekspresif adalah mengungkapkan pikiran dan atau perasaan kedalam suatu bentuk tulisan, sehingga dapat difahami oleh orang lain yang sebahasa. Menulis ekspresif disebut juga mengarang atau komposisi.
Kesulitan menulis ekspresif mungkin yang terlalu banyak yang dialami baik oleh anak maupun oleh orang dewasa. Agar dapat menulis ekspresi seseorang harus terlebih dulu memiliki kemampuan berbahasa ujaran, membaca, mengeja, menulis dengan jelas, dan memahami berbagai aturan yang berlaku bagi suatu jenis penulisan.
D. Kesulitan Berbicara
c. Menulis ekspresif
Menulis ekspresif adalah mengungkapkan pikiran dan atau perasaan kedalam suatu bentuk tulisan, sehingga dapat difahami oleh orang lain yang sebahasa. Menulis ekspresif disebut juga mengarang atau komposisi.
Kesulitan menulis ekspresif mungkin yang terlalu banyak yang dialami baik oleh anak maupun oleh orang dewasa. Agar dapat menulis ekspresi seseorang harus terlebih dulu memiliki kemampuan berbahasa ujaran, membaca, mengeja, menulis dengan jelas, dan memahami berbagai aturan yang berlaku bagi suatu jenis penulisan.
D. Kesulitan Berbicara
Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan
melalui bahasa lisan untuk mencapai tujuan tertentu. Beberapa konsep dasar
berbicara harus dipahami oleh pengajar sebelum mengajarkan berbicara kepada
siswanya. Terdapat lima konsep, yakni: penyimak, pembicaraan, media, sarana,
dan pembicara (Iskandarwassid, 2008).
a.
Strategi Pembelajaran
Keterampilan Berbicara
Strategi kompetensi disebut juga dengan strategi
komunikasi ataucommunication strategies(Thornburry, 2006: 29).
Ada beberapa hal yang yang harus diperhatikan dalam
strategi komunikasi yakni:
- Menggunakan kata-kata yang banyak/tidak langsung (tidak to the point)
- Pembentukan kata baru (pilihan kata yang baru)
- Mengubah kata-kata baru agar lebih dikenal (penyerapan kata asing),
contoh: karpet.
- Menggunakan kata yang saling berhubungan atau kata-kata alternatif
(Menyederhanakan kata-kata yang masih khusus). Contoh: meja kerja
- Menggunakan kata-kata yang umum atau sudah dikenal.
- Menggunakan ekspresi atau alih kode, contoh:menggunakan bahasa jawa
karma pada orang yang lebih tua.
- Menggunakan gerak tubuh atau mimik untuk meyakinkan maksud yang kita
inginkan.
Terdapat beberapa aktivitas yang mempermudah seorang
siswa untuk belajar keterampilan berbicara, seperti mengubah topik, merespon
atau menolak atau dapat dikenal dengan Awareness-Raising Activities.
untuk itu ada beberapa hal yang perlu dilakukan yakni:
1) Attention (memperhatikan)
2) Noticing ( mengenali)
3) Understanding (memahami)
Strategi pembelajaran berbicara merujuk pada prinsip
stimulus- respons, yakni memberi dan menerima informasi. Rancangan program
pengajaran untuk mengembangkan keterampilan berbicara antara lain:
a) Aktivitas mengembangkan keterampilan bicara
secara umum
b) Aktifitas mengembangkan bicara secara khusus
untuk membentuk model diksi da ucapan, dan mengurangi penggunaan bahas
nonstandard
c) Aktifitas mengatasi masalah yang meminta
perhatian khusus:
- Peserta didik menggunakan bahasa ibunya sangat dominan
- peserta didik yang mengalami problema kejiwaan, pemalu dan tertutup
- Peserta didik yang menderita hambatan jasmani yang berhubungan dengan
alat-alat bicaranya.
Program pengajaran keterampilan berbicara harus mampu
memberikan kesempatan kepada setiap individu mempunyai tujuan yang
dicita-citakan. Tujuannya, meliputi:
1) Kemudahan berbicara
2) Kejelasan
3) Bertanggung jawab
4) Membentuk pendengaran yang
kritis
5) Membentuk kebiasaan
Pemilihan strategi atau gabungan metode dan teknik
pembelajaran terutama didasarkan pada tujuan dan materi yang telah ditetapkan
pada satuan-satuan kegiatan belajar. Dalam hal tersebut keterlibatan
intelektual peserta didik dapat dilatihkan dalam kegiatan antara lain: bermain
peran, berbagai bentuk diskusi, wawancara, bercerita, pidato, laporan lisan,
membaca nyaring, merekam bicara, bermaian drama.
b.
Teknik-teknik Pembelajaran
Keterampilan Berbicara
1) Berbicara terpimpin
- Frase dan kalimat
- Satuan paragraph
- Dialog
- Pembacaan puisi
2) Berbicara semi terpimpin
- Reproduksi cerita
- Cerita berantai
- Menyusun kalimat dalam pembicaraan
- Melaporkan isi bacaan secara lisan
3) Berbicara bebas
- Diskusi
- Drama
- Wawancara
- Berpidato
- Bermain peran
Berdasarkan tingkatatan berbicara, teknik pembelajaran
untuk
- tingkat pemula dapat digunakan:
Ulang ucap, lihat ucap, permainan kartu kata,
wawancara, permainan memori, reka cerita gambar, biografi, manajemen kelas,
bermain peran, permainan telepon, dan permainan alfabet.
- Tingkat menengah
Dramatisasi, elaborasi, reka derita gambar, biografi,
permainan memori, wawancara, permainan kartu kata, diskusi, permainan telepon,
percakapan satu pihak, pidato pendek, parafrase, melanjutkan cerita, permainan
alfabet.
- Tingkat yang paling tinggi
Dramatisasi, elaborasi, reka cerita gambar, biografi,
permainan memori, diskusi, wawancara, pidato, melanjutkan cerita, talk show,
parafrase, dan debat.
D.
Menyimak
Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan yang amat
fungsional dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dengan keterampilan menyimak
dan berbicara kita dapat memperoleh dan menyampaikan informasi. Kegiatan
menyimak dan berbicara tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu, siswa dituntut
untuk mampu menyimak dan berbicara dengan baik.
Menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang pertama kali dikuasai oleh
manusia sebelum menguasai keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. Ahli
perkembangan anak menyatakan bahwa ketika anak baru lahir, komunikasi pertama
yang dikuasainya adalah mendengarkan. Anak mendengar ibunya mendendangkan lagu,
mendengar ibunya menimang-nimangnya, juga mendengar ibunya berbicara dengan
ayahnya atau dengan orang lain. Setelah itu anak mulai menirukan ucapan -
ucapan yang biasa diucapkan orang dewasa di sekitarnya.
Tujuan pembelajaran menyimak ialah memperkaya kosakata anak sehingga
membantu siswa ketika belajar membaca dan menulis. Ada juga beranggapan bahwa
“mendengar” atau “menyimak” adalah suatu yang bersifat refleksif seperti hanya
dengan “bernafas”. Jadi menyimak adalah sesuatu yang sudah dengan sendirinya
berjalan, bergerak, dan tidak perlu diajarkan. Namun dipihak lain, juga
mengemukakan pendapat, menyimak perlu diajarkan karena tanpa kemampuan menyimak
tidak akan mungkin di peroleh keterampilan yang lain. Menyimak pada dasarnya
adalah keterampilan dasar yang mendasari keterampilan yang lain (membaca,
menulis, berbicara).
a. Langkah-Langkah
Kegiatan Pembelajaran Menyimak
Langkah-langkah
dalam pelajaran menyimak sebagai berikut :
1. Menentukan
makna
Hal ini penting
karena tanpa adanya penjelasan guru, mungkin siswa tidak akan menangkap dan
memahami apa yang didengarnya.
2. Memperagakan
ekspresi
Setelah guru
menentukan makna, maka diulang beberapa kali. Pertama guru berada di depan
kelas, dan selanjutnya bergerak ke kiri dan ke kanan agar semua siswa dapat
melihatnya.
3. Menyuruh
mengulangi
Siswa menirukan apa yang disebutkan
oleh guru sambil melakukan suatu gerak atau menunjuk suatu gambar.
4. Memberikan
latihan ekstensif
Guru dapat menggunakan berbagai cara
misalnya, dengan drill (mengulangi kata dan ekspresi yang telah diajarkan dalam
situasi yang terbatas, dan dengan kata serta struktur yang terbatas).
b. Strategi
Pembelajaran Menyimak
Ada beberapa strategi pembelajaran yang menjadi alternatif pilihan guru
untuk mengajarkan menyimak, yaitu :
1. Strategi
Pertanyaan dan Jawaban (PJ).
Strategi ini merupakan strategi yang paling sederhana dalam KBM menyimak.
Tahap-tahapan kegiatannya adalah :
1) Guru mengemukakan judul bahan
simakan.
2) Guru mengajukan pertanyaan berkenaan
dengan isi simakan yang akan dibicarakan.
3) Guru membacakan materi simakan.
Pembacaan dapat dilakukan perbagian dengan diselingi pertanyaan atau dibacakan
secara keseluruhan secara langsung.
4) Setelah materi simakan selesai
dibacakan guru memberi kesempatan kepada siswa menanyakan hal-hal yang belum
dipahami.
5) Guru mengadakan tanya-jawab dengan
siswa.
6) Siswa mengemukakan kembali informasi
yang telah diperoleh, (bisa secara tertulis atau lisan).
2. Strategi
Kegiatan Menyimak Secara Langsung/KML atau DLA (Direct Listening Activities)
Tahapan-tahapan
kegiatannya, adalah:
1) Guru mengemukakan tujuan
pembelajaran, membacakan judul teks simakan, bertanya jawab dengan siswa
tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul bahan simakan sebagai upaya untuk
pembangkitan skemata siswa. Selanjutnya guru mengemukakan hal-hal pokok yang
perlu dipahami siswa dalam menyimak.
2) Guru meminta siswa mendengarkan
materi simakan yang dibacakan oleh guru.
3) Guru melakukan tanya jawab tentang
isi simakan. Pertanyaan tidak selalu harus diikat oleh pertanyaan yang terdapat
dalam buku. Guru hendaknya menambahkan pertanyaan yang dikaitkan dengan konteks
kehidupan siswa atau masalah lain yang aktual.
4) Guru memberikan
latihan/tugas/kegiatan lain yang berfungsi untuk mengembangkan keterampilan
siswa dalam menyimak.
3. Strategi
Menyimak dan Berpikir Langsung/MBL atau DLTA (Direct Listening Thinking
Activities)
BAB III
PEMBAHASAN
A . Penyusunan Penelitian
Tema : Siswa kelas V SD N 1 Batutegi yang kesulitan dalam belajar membaca, menulis, berbicara dan menyimak.
Tujuan :
ü
Mengamati perilaku siswa kelas VbSD N 1 Batutegi yang kesulitan dalam belajar membaca, menulis, berbicara dan menyimak.
ü
Mengetahui perilaku siswa ketika belajar di Sekolah dan mengalami kesulitan dalam belajar membaca, menulis, berbicara dan menyimak.
Target Person :
Siswa kelas Vb SD N 1 Batutegi yang mengalami
kesulitan dalam belajar membaca, menulis, berbicara dan menyimak.
Waktu : Pagi Hari di Sekolah ketika proses
belajar mengajar berlangsung.
IDENTITAS NARASUMBER
1. Anak
Berkesulitan Belajar Membaca
- Identitas
Anak
Nama
: Anggi Heriyanti
Tempat, Tanggal
Lahir : Sigerning, 04 Agustus 2002
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Sigerning Kelurahan Sinar Sikampung, Kecamatan Air
Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Kelas
: Vb
Sekolah
: SDN 1 Batutegi
- Identitas Orang Tua
Nama
- Ayah : Edi Heriyanto
- Ibu : Novita Endarwati
Pekerjaan
- Ayah : Petani
- Ibu
: Ibu rumah
tangga
Alamat
: Sigerning Kelurahan Sinar Sikampung, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten
Tanggamus, Lampung.
2.Anak Berkesulitan Belajar Menulis
- Identitas
Anak
Nama
: Nurinsani
Tempat, Tanggal
Lahir : Sigerning, 21 Juni 2002
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Sigerning Kelurahan Sinar Sikampung, Kecamatan Air
Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Kelas
: Vb
Sekolah
: SDN 1 Batutegi
- Identitas Orang Tua
Nama
1.
Ayah :
Supian
2.
Ibu :
Kuniah
Pekerjaan
- Ayah : Petani
- Ibu
: Ibu rumah
tangga
Alamat
: Sigerning Kelurahan Sinar Sikampung, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten
Tanggamus, Lampung.
Anak
Berkesulitan Belajar Berbicara
- Identitas
Anak
Nama
: Fatma Intan Yunita Sari
Tempat, Tanggal
Lahir : Sinar Maju 14 Agustus 2002
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Sinar Maju Kelurahan Batutegi, Kecamatan Air
Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Kelas
: Vb
Sekolah
: SDN 1 Batutegi
- Identitas Orang Tua
Nama
- Ayah : Sutomo
- Ibu : Suparmi
Pekerjaan
- Ayah : Petani
- Ibu
: Ibu rumah
tangga
Alamat
: Sinar Maju Kelurahan Batutegi, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten
Tanggamus, Lampung.
Anak
Berkesulitan BelajarMenyimak
- Identitas Anak
Nama
: Dwi Angga Setiawan
Tempat, Tanggal
Lahir : Talang Padang 05 Oktober 2003
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Tambah Rejo Kelurahan Batutegi, Kecamatan Air
Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Kelas
: Vb
Sekolah
: SDN 1 Batutegi
- Identitas Orang Tua
Nama
Ayah : Sadikun
Ibu :Susilawati
Pekerjaan
- Ayah : Petani
- Ibu
: Ibu rumah
tangga
Alamat
: Tambah Rejo Kelurahan Batutegi, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten
Tanggamus, Lampung.
IDENTIFIKASI
MASALAH
v Permasalahan Pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas V SD N 1 Batutegi
1. Siswa di SD N 1 Batutegi kelas Vb ada beberapa anak yang tidak konsentrasi pada saat
pembelajaran berlansung, pada saat pembelajaran berlansung siswa terlalu hiperaktif sehingga ada yang bermain dan berbicara mengakibatkan konsentrasi belajar menjadi tidak stabil atau tidak optimal .
2. Di SDN 1 Batutegi ada siswa yang belum bisa menulis, membaca, dan berbicara dengan baik dan benar, seperti ketika membaca buku-buku cerita dan buku-buku bacaan yang tulisannya masih sederhana masih banyak siswa yang belum bisa menulisnya dengan baik dan rapih, tulisan yang ditulis oleh beberapa anak di SD N 1 Batutegi masih belum rapih, dan masih menulis semaunya, belum bias menempatkan dimana harus menggunakan huruf kapital dan menggunakan tanda baca yang benar serta sesuai. Dan ketika membacanya,anak-anak yang belum mampu untuk membaca dengan baik dan benar sesuai dengan EYD, intonasi yang digunakan pun belum sesuai. Dan ketika di suruh memperkenalkan diri dan menyebutkan sesuatu
dengan menggunakan bahasa Indonesia banyak anak yang masih kaku atau masih kurang dalam penggunaan bahasa Indonesianya .
3. Di SDN 1 Batutegi kelas Vbada anak yang terlihat kurang minatnya dalam belajar menyimak, kemudian ada beberapa siswa di kelas Vb yang kurang minat dalam belajar membaca, menulis, berbicara.
Proses kegiatan belajar pada pembelajaran bahasa Indonesia ada beberapa siswa yang kurang minatnya dalam belajar sehingga hal ini menyebabkan proses pembelajaran tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
4. Di SDN 1 Batutegi kelas Vb banyak yang belum lancar dalam menggunakan atau berbicara menggunakan bahasa Indonesia walaupun guru sudah melakukan dan menggunakan berbagai strategi, akan tetapi banyak siswa yang belum lancar menggunakan bahasa Indonesia. Pada saat belajar atau diberi tugas oleh gurunya saja mereka menggunakan bahasa Indonesia, mereka tidak menerapkan nya diluar jam pelajaran. Dan bahkan didalam kelas pun mereka masih kerap berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah, bukan bahasa Indonesia. Hal ini lah yang menyebabkan banyak siswa yang masih kaku dalam mengguakan bahasa Indonesia .
5. Kurangnya motivasi beberapa siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas Vb ini menyebabkan proses belajar mengajar tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran .
1. Siswa di SD N 1 Batutegi kelas Vb ada beberapa anak yang tidak konsentrasi pada saat
pembelajaran berlansung, pada saat pembelajaran berlansung siswa terlalu hiperaktif sehingga ada yang bermain dan berbicara mengakibatkan konsentrasi belajar menjadi tidak stabil atau tidak optimal .
2. Di SDN 1 Batutegi ada siswa yang belum bisa menulis, membaca, dan berbicara dengan baik dan benar, seperti ketika membaca buku-buku cerita dan buku-buku bacaan yang tulisannya masih sederhana masih banyak siswa yang belum bisa menulisnya dengan baik dan rapih, tulisan yang ditulis oleh beberapa anak di SD N 1 Batutegi masih belum rapih, dan masih menulis semaunya, belum bias menempatkan dimana harus menggunakan huruf kapital dan menggunakan tanda baca yang benar serta sesuai. Dan ketika membacanya,anak-anak yang belum mampu untuk membaca dengan baik dan benar sesuai dengan EYD, intonasi yang digunakan pun belum sesuai. Dan ketika di suruh memperkenalkan diri dan menyebutkan sesuatu
dengan menggunakan bahasa Indonesia banyak anak yang masih kaku atau masih kurang dalam penggunaan bahasa Indonesianya .
3. Di SDN 1 Batutegi kelas Vbada anak yang terlihat kurang minatnya dalam belajar menyimak, kemudian ada beberapa siswa di kelas Vb yang kurang minat dalam belajar membaca, menulis, berbicara.
Proses kegiatan belajar pada pembelajaran bahasa Indonesia ada beberapa siswa yang kurang minatnya dalam belajar sehingga hal ini menyebabkan proses pembelajaran tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
4. Di SDN 1 Batutegi kelas Vb banyak yang belum lancar dalam menggunakan atau berbicara menggunakan bahasa Indonesia walaupun guru sudah melakukan dan menggunakan berbagai strategi, akan tetapi banyak siswa yang belum lancar menggunakan bahasa Indonesia. Pada saat belajar atau diberi tugas oleh gurunya saja mereka menggunakan bahasa Indonesia, mereka tidak menerapkan nya diluar jam pelajaran. Dan bahkan didalam kelas pun mereka masih kerap berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah, bukan bahasa Indonesia. Hal ini lah yang menyebabkan banyak siswa yang masih kaku dalam mengguakan bahasa Indonesia .
5. Kurangnya motivasi beberapa siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas Vb ini menyebabkan proses belajar mengajar tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran .
v Solusi Pembelajaran Bahasa Indonesia
di Kelas Vb SDN 1 Batutegi
1. Solusi dalam permasalahan pertama ini mengenai ketidak konsentrasian anak dalam belajar bahasa Indonesia di SDN 1 Batutegi.Guru memperhatikan semua siswa, kalau ada yang tidak konsentrasi kelihatannya dalam belajar terutama pada pelajaran bahasa Indonesia guru memberikan teguran dan peringatan, misalnya : ada seorang siswa yang kerjaannya hanya bermain,bengong, berbicara,tidak memperhatikan guru saat pelajaran berlansung, agar hal ini tidak menggangu konsentrasi siswa yang lain.
2. Solusi mengenai banyaknya siswa kelas Vb SDN 1 Batutegi yang belum bisa membaca, menulis, berbicara.Setelah melakukan interview cara mengatasi permasalahan di atas guru memberikan buku-buku pelajaran, guru juga memberitahukan siswa dimana letak
kesalahan dalam penulisannya. Guru juga memberikan tugas menulis dan membaca agar siswa bisa melatih diri tidak hanya di skolah saja, tapi siswa juga bisa belajar di rumah karena kalau tidak diberikan tugas seperti ini siswa tidak akan mau belajar, terlebih-lebih anak seusia ini (SD).
3. Solusi permasalahan ke-tiga yang diberikan oleh guru setelah saya melakukan interview, guru menyediakan atau menggunakan bahan ajar yang dianggap menarik minat siswa untuk membaca, menulis dan berbicara.
4. Dalam permasalahan ke-empat ini ,guru menyuruh siswa untuk bercerita didepan kelas tentang dongeng atau cerita yang sudah dibacanya, dan guru menyuruh siswa untuk menceritakan tentang cita-cita nya dan sebagainya.Dalam hal ini disamping melatih siswa untuk berbicara juga melatih siswa untuk membaca.
5. Dalam permasalahn ke-lima ini, guru memberikan motivasi siswa agar dapat berperilaku
aktif dalam belajar . Guru membuat siswa senyaman mungkin, ketika guru memberikan materi pelajaran atau pertanyaan kepada siswa jangan sekali-kali mengatakan SALAH jika siswa meakukan kesalahan atau menjawab salah. Guru cukup mengatakan “ jawabannya kurang tepat ” atau kata-kata yang lainnya” agar tidak melemahkan keinginan dan semangat siswa untuk menjawab pertanyaan yang di berikan oleh guru. Sehingga siswa dapat menggali lagi pengetahuan mereka sampai mereka bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
1. Solusi dalam permasalahan pertama ini mengenai ketidak konsentrasian anak dalam belajar bahasa Indonesia di SDN 1 Batutegi.Guru memperhatikan semua siswa, kalau ada yang tidak konsentrasi kelihatannya dalam belajar terutama pada pelajaran bahasa Indonesia guru memberikan teguran dan peringatan, misalnya : ada seorang siswa yang kerjaannya hanya bermain,bengong, berbicara,tidak memperhatikan guru saat pelajaran berlansung, agar hal ini tidak menggangu konsentrasi siswa yang lain.
2. Solusi mengenai banyaknya siswa kelas Vb SDN 1 Batutegi yang belum bisa membaca, menulis, berbicara.Setelah melakukan interview cara mengatasi permasalahan di atas guru memberikan buku-buku pelajaran, guru juga memberitahukan siswa dimana letak
kesalahan dalam penulisannya. Guru juga memberikan tugas menulis dan membaca agar siswa bisa melatih diri tidak hanya di skolah saja, tapi siswa juga bisa belajar di rumah karena kalau tidak diberikan tugas seperti ini siswa tidak akan mau belajar, terlebih-lebih anak seusia ini (SD).
3. Solusi permasalahan ke-tiga yang diberikan oleh guru setelah saya melakukan interview, guru menyediakan atau menggunakan bahan ajar yang dianggap menarik minat siswa untuk membaca, menulis dan berbicara.
4. Dalam permasalahan ke-empat ini ,guru menyuruh siswa untuk bercerita didepan kelas tentang dongeng atau cerita yang sudah dibacanya, dan guru menyuruh siswa untuk menceritakan tentang cita-cita nya dan sebagainya.Dalam hal ini disamping melatih siswa untuk berbicara juga melatih siswa untuk membaca.
5. Dalam permasalahn ke-lima ini, guru memberikan motivasi siswa agar dapat berperilaku
aktif dalam belajar . Guru membuat siswa senyaman mungkin, ketika guru memberikan materi pelajaran atau pertanyaan kepada siswa jangan sekali-kali mengatakan SALAH jika siswa meakukan kesalahan atau menjawab salah. Guru cukup mengatakan “ jawabannya kurang tepat ” atau kata-kata yang lainnya” agar tidak melemahkan keinginan dan semangat siswa untuk menjawab pertanyaan yang di berikan oleh guru. Sehingga siswa dapat menggali lagi pengetahuan mereka sampai mereka bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
v Solusi Pembelajaran Bahasa Indonesia yang
Belum diterapkan disini Menurut Saya Adalah Sebagai Berikut :
1) Dalam meningkatkan konsentrasi anak dalam belajar bahasa Indonesia guru mengadakan atau menggunakan suatu media untuk membuta anak fokus dalam belajar, dan media yang hendak digunakan guru disini adalah media gambar, tapi media yang digunakan itu tidak keluar dari materi yang diajarkan .Dengan begitu konsentrasi anak akan tetap stabil, dan anak juga tidak akan bosanuntuk belajar bahasa Indonesia .
2) Pada permasalahan ke dua solusi yang tepat menurut saya adalah guru membimbing siswa yang dianggapnya masih belum bisa membaca dan menulis. Guru juga membuatkan kelompok atau menggunakan metode diskusi dengan teman-temannya, yaitu dengan cara membagi siswa yang belum bisa membaca dengan yang sudah bisa membaca,begitu juga dengan siswa yang belum bisa menulis.
3) Pada permasalahan ketiga ini solusi yang harus diterapkan guru adalah guru menggunakan suatu media dalam mejelaskan, misalnya pada saat guru akan menjelaskan bentuk gajah itu seperti apa maka guru memperlihatkan gambar gajah, atau ketika guru menceritakan suatu cerita guru membawakan buku bacaan tentang cerita itu. Denga hal ini siswa akan semangat dalam belajar bahasa Indonesia.
4) Dalam permasalahan ke empat ini guru menyuruh siswa untuk berdialog atau bercerita tentang apa saja dengan menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini akan melatih siswa agar tidak kaku dalam menggunakan bahasa Indonesia.
1) Dalam meningkatkan konsentrasi anak dalam belajar bahasa Indonesia guru mengadakan atau menggunakan suatu media untuk membuta anak fokus dalam belajar, dan media yang hendak digunakan guru disini adalah media gambar, tapi media yang digunakan itu tidak keluar dari materi yang diajarkan .Dengan begitu konsentrasi anak akan tetap stabil, dan anak juga tidak akan bosanuntuk belajar bahasa Indonesia .
2) Pada permasalahan ke dua solusi yang tepat menurut saya adalah guru membimbing siswa yang dianggapnya masih belum bisa membaca dan menulis. Guru juga membuatkan kelompok atau menggunakan metode diskusi dengan teman-temannya, yaitu dengan cara membagi siswa yang belum bisa membaca dengan yang sudah bisa membaca,begitu juga dengan siswa yang belum bisa menulis.
3) Pada permasalahan ketiga ini solusi yang harus diterapkan guru adalah guru menggunakan suatu media dalam mejelaskan, misalnya pada saat guru akan menjelaskan bentuk gajah itu seperti apa maka guru memperlihatkan gambar gajah, atau ketika guru menceritakan suatu cerita guru membawakan buku bacaan tentang cerita itu. Denga hal ini siswa akan semangat dalam belajar bahasa Indonesia.
4) Dalam permasalahan ke empat ini guru menyuruh siswa untuk berdialog atau bercerita tentang apa saja dengan menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini akan melatih siswa agar tidak kaku dalam menggunakan bahasa Indonesia.
5) Dalam permasalahan ke lima ini
solusi menurut saya dengan guru memberikannya
hadiah, tepuk tangan, puji-pujian kepada siswa yang bisa menjawab pertanyaan yang diberikanmaka siswa akan termotivasi untuk menjawab pertanyan yang akan diberikan tersebut. Ketika siswa bisa menjawb pertanyaan yang diberikan hendaknya guru memperlihatkan ekspresinya, dengan begitu siswa akan termotivasi dalam menjawab pertanyaan yang diberikan tersebut .
hadiah, tepuk tangan, puji-pujian kepada siswa yang bisa menjawab pertanyaan yang diberikanmaka siswa akan termotivasi untuk menjawab pertanyan yang akan diberikan tersebut. Ketika siswa bisa menjawb pertanyaan yang diberikan hendaknya guru memperlihatkan ekspresinya, dengan begitu siswa akan termotivasi dalam menjawab pertanyaan yang diberikan tersebut .
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PSTAKA
Abdulrahman Mulyono, (1999),Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Gorys, Keraf, (1991), Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.
Iskandarwassid, Sunendar Dadang, (2009), Strategi Pembelaaran bahasa.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset.
Makalah Ini Disusun
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir
Mata
Kuliah Psikologi Belajar Bahasa
Dosen pengampu : Dessy Saputry S.pd,M.Hum
Disusun Oleh :
Ana Wahyu Kusniati NPM (14040004)
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ................................................................................. i
KATA
PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI
.............................................................................................. iii
A.
Latar Belakang ................................................................................
B.
Rumusan Masalah............................................................................
C.
Tujuan .............................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tinjauan
Pustaka..............................................................................
B.
Pembahasan
a.
Narasumber
b.
Jenis
kesulitanbelajar
c.
Cara
meremidi
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan .....................................................................................
B.
Saran ...............................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi allahyang telah memberikan kemudahan
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepatpada waktunya. Tanpa
pertolongan- Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan
baik. Sholawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini
memuat materi tentang “Penelitian
terhadap Kesulitan
Belajar
Membaca,
Menulis,
Berbicara, dan Menyimak“.
walaupun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan
perbaikan tetapi juga
memiliki detail
yang cukup jelas bagi pembaca.
Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dessy Saputry S.pd,M.Hum yang telah
membimbing dalam pembuatan makalah ini. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan makalah ini. Meskipun penulis telah berusaha semaksimal mungkin
sesuai dengan kemampuan penulis,tidak menutup mata bahwa masih terdapat kesalahan dan kekurangan.Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. guna
terciptanya makalah yang lebih baik di masa yang akan datang.Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh.
Pringsewu, 07 Desember 2014
Penulis
Ana Wahyu
Kusniati
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala
usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan
belajar. Masalah belajar yang terjadi dikalangan murid sering kali terjadi dan
menghambat kelancaran proses belajar siswa. Kondisi tertentu itu dapat
berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat
juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat
saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau
cerdas.
Bahasa
Indonesia adalah pelajaran yang harus diajarkan kepada anak karena
bahasa Indonesia merupakan bahasa Nasional dan pemersatu seluruh masyarakat di
Indonesia. Maka dari itu belajar membaca, menulis, berbicara dan menyimak bahasa Indonesia
yang baik dan benar harus kita terapkan bagi anak-anak dasar dari usia 6-12 tahun (SD).
Belajar membaca,menulis, berbicara dan menyimak merupakan salah satu dasar yang
harus dimiliki atau dikuasai oleh siswa agar proses pembelajaran bisa berlangsung dengan
baik dan dengan belajar membaca, menulis,berbicara dan menyimak anak bisa mengerti pada
pelajaran yang lainnya. Dalam pelajaran menulis, membaca, berbicara, dan menyimak sering kali guru mendapatkan kesulitan dalam menyampaikan suatu pelajaran karena kurangnya minat
dari siswa dan strategi guru dalam melaksanakan peroses belajar mengajar. Kesulitan guru dalam menyampaikan pelajaran materi menulis, membaca. Maka, pada pembelajaran bahasa indonensia di SD N 1 Batutegi siswa kelas V B, Saya Manemukan masalah dalam belajar,membaca, menulis, menyimak dan berbicara.
Keterangan yang saya dapatkan dari guru,bahwa guru sudah melakukan,menerapkan cara danstrategi mengajar seperti memberikan buku bacaan tentang dongeng, cerita buku-buku pelajarandan menjelaskan dengan gambar yang dianggap guru akan bisa
menarik (menstimulus)minat anak, selain dengan menerapkan strategi, metode diatas
guru juga membimbing mereka dalam belajar menulis dan membaca, agar mau menulis
dan membaca,akan tetapi siswa masih juga kurang dalam membaca dan menulisnya.
bahasa Indonesia merupakan bahasa Nasional dan pemersatu seluruh masyarakat di
Indonesia. Maka dari itu belajar membaca, menulis, berbicara dan menyimak bahasa Indonesia
yang baik dan benar harus kita terapkan bagi anak-anak dasar dari usia 6-12 tahun (SD).
Belajar membaca,menulis, berbicara dan menyimak merupakan salah satu dasar yang
harus dimiliki atau dikuasai oleh siswa agar proses pembelajaran bisa berlangsung dengan
baik dan dengan belajar membaca, menulis,berbicara dan menyimak anak bisa mengerti pada
pelajaran yang lainnya. Dalam pelajaran menulis, membaca, berbicara, dan menyimak sering kali guru mendapatkan kesulitan dalam menyampaikan suatu pelajaran karena kurangnya minat
dari siswa dan strategi guru dalam melaksanakan peroses belajar mengajar. Kesulitan guru dalam menyampaikan pelajaran materi menulis, membaca. Maka, pada pembelajaran bahasa indonensia di SD N 1 Batutegi siswa kelas V B, Saya Manemukan masalah dalam belajar,membaca, menulis, menyimak dan berbicara.
Keterangan yang saya dapatkan dari guru,bahwa guru sudah melakukan,menerapkan cara danstrategi mengajar seperti memberikan buku bacaan tentang dongeng, cerita buku-buku pelajarandan menjelaskan dengan gambar yang dianggap guru akan bisa
menarik (menstimulus)minat anak, selain dengan menerapkan strategi, metode diatas
guru juga membimbing mereka dalam belajar menulis dan membaca, agar mau menulis
dan membaca,akan tetapi siswa masih juga kurang dalam membaca dan menulisnya.
Kesulitan dalam
belajar ini merupakan suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai
adanya faktor-faktor tertentu. Misalnya
siswa kurang bisa memahami materi yang dipelajari,merasa cepat malas atau jenuh
dalam belajar. Jika hal tersebut dibiarkan, maka akan mempengarui prestasi
siswa tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana langkah atau tindakan
jika anak didik yang kurang
kosentrasinya ketika belajar bahasa Indonesia di SDN 1 Batutegi.
kosentrasinya ketika belajar bahasa Indonesia di SDN 1 Batutegi.
2. Bagaimanakah solusi yang tepat
terhadap siswa atau siswi yang belum
bisa membaca, munulis, berbicara dan menyimak.
bisa membaca, munulis, berbicara dan menyimak.
3. Bagaimanakah solusinya jika siswa
yang kurang minatnya dalam belajar
membaca,menulis, berbicara, dan menyimak.
membaca,menulis, berbicara, dan menyimak.
4. Bagaimanakah strategi yang
digunakan jika siswa belum lancar dalam
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
5. Bagaimanakah cara untuk mengatasi
jika siswa yang kurang motivasinya
dalam belajar bahasa Indonesia.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui langkah dan tindakan yang dilakukan guru untuk mengoptimalkan atau membuat siswa konsentrasi dalam menerima pelajaran bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui solusi yang tepat yang harus diterapkan pada siswa atau siswi yang belum bisa atau lancar dalam menulis, membaca, berbicara, dan menyimak.
3. Untuk mengetahui solusi atau cara yang digunakandalam mengatasi siswa yang kurang minatnya dalam belajar membaca,menulis, berbicara, dan menyimak.
4. Untuk mengetahui strategi yang digunakanjika siswa belum lancar dalam menggunakan bahasa Indonesia .
5. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi anak didik yang kurang motivasinya dalam belajar bahasa Indonesia .
dalam belajar bahasa Indonesia.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui langkah dan tindakan yang dilakukan guru untuk mengoptimalkan atau membuat siswa konsentrasi dalam menerima pelajaran bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui solusi yang tepat yang harus diterapkan pada siswa atau siswi yang belum bisa atau lancar dalam menulis, membaca, berbicara, dan menyimak.
3. Untuk mengetahui solusi atau cara yang digunakandalam mengatasi siswa yang kurang minatnya dalam belajar membaca,menulis, berbicara, dan menyimak.
4. Untuk mengetahui strategi yang digunakanjika siswa belum lancar dalam menggunakan bahasa Indonesia .
5. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi anak didik yang kurang motivasinya dalam belajar bahasa Indonesia .
6. Untuk
memenuhi salah satu tugas akhir mata kuliah psikologi belajar bahasa.
1.4 Manfaat Penelitian
1.Dapat mengetahui langkah-langkah serta tindakan dalam mengoptimalkan konsentrasi siswa dalam menerima pelajaran bahasa Indonesia.
2. Dapat mengetahui solusi yang digunakan untuk siswa yang belum bisa membaca, menulis,lancar berbicara dan menyimak.
3. Dapat mengetahui cara untuk mengatasi siswa yang kurang minatnya dalam belajar membaca, menulis,berbicara, dan menyimak.
4. Dapat mengetahui strategi yang digunakan jika siswa belum lancar dalam menggunakan bahasa Indonesia .
5. Dapat mengetahui cara mengatasi anak didik yang kurang motivasinya dalam belajar bahasa Indonesia .
1.Dapat mengetahui langkah-langkah serta tindakan dalam mengoptimalkan konsentrasi siswa dalam menerima pelajaran bahasa Indonesia.
2. Dapat mengetahui solusi yang digunakan untuk siswa yang belum bisa membaca, menulis,lancar berbicara dan menyimak.
3. Dapat mengetahui cara untuk mengatasi siswa yang kurang minatnya dalam belajar membaca, menulis,berbicara, dan menyimak.
4. Dapat mengetahui strategi yang digunakan jika siswa belum lancar dalam menggunakan bahasa Indonesia .
5. Dapat mengetahui cara mengatasi anak didik yang kurang motivasinya dalam belajar bahasa Indonesia .
BAB II
PEMBAHASAN
A.
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai
dengan hambatan-hambatan tertentu, dalam mencapai tujuan belajar. Kondisi ini
ditandai kesulitan dalam tugas-tugas akademik, baik disebabkan oleh
problem-problem neurologis, maupun sebab-sebab psikologis lain, sehingga
prestasi belajarnya rendah, tidak sesuai dengan potensi dan usaha yang
dilakukan.
Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam berbagai
jenis manifiestasi tingkah laku (bio-psikososial) baik secara langsung
atau tidak, bersifat permanen dan berpotensi menghambat berbagai tahap
belajar siswa.
Dari sejumlah pendapat di atas, kesulitan belajar mempunyai pengertian yang
luas dan terjabarkan dalam istilah-istilah, seperti:
a) Learning Disorder (ketergantungan belajar), adalah keadaan di
mana proses belajar siswa terganggu, karena timbulnya respons yang
bertentangan. Pada dasarnya siswa, yang mengalami gangguan belajar seperti ini,
prestasi belajarnya tidak terganggu, akan tetapi proses belajarnya yang terlambat,
oleh adanya respon-respon yang bertentangan. Dengan demikian, hasil belajar
yang dicapai akan lebih rendah dari potensi yang dimiliki.
b) Learning Disabelities (ketidakmampuan belajar), adalah ketidakmampuan
seorang siswa, yang mengacu kepada gejala di mana siswa tidak mampu
belajar (menghindari belajar), sehingga hasil belajarnya di bawah potensi
intelektualnya.
c) Learning Disfunction (ketidak_fungsian belajar), adalah gejala di
mana proses belajar tidak berfungsi dengan baik, meskipun pada dasarnya
tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat dria atau
gangguan-gangguan psikologis yang lainnya.
d) Under Achiever (pencapaian randah), yang mengacu kepada anak-anak
atau siswa yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi
prestasi belajarnya tergolong rendah. Terbukti, pada hasil belajar (sekolah)
yang buruk.
e) Slow Learner (lambat belajar), adalah siswa yang lambat
dalam proses balajarnya, sehingga membutuhkan waktu lebih lama,
dibandingkan dengan anak-anak yang lain memilih taraf potensial intelektual
yang sama.
2.1.1 Strata Jenis
Kesulitan Belajar
Mengenali kesulitan belajar jelas berbeda dengan mendiagnosis penyakit
cacar air atau campak. Cacat air dan campak tergolong penyakit dengan gejala
yang dapat dikenali dengan mudah. Berbeda dengan kesulitan belajar (learning
disorder) yang sangat rumit dan meliputi begitu banyak kemungkinan
penyebab, gejala-gejala, perawatan, serta penanganan. Kesulitan belajar yang
memiliki beragam gejala ini, sangatlah sulit untuk didiagnosis dan dicari
penyebab secara pasti. Hingga saat ini belum ditemukan obat atau perawatan yang
sanggup menyembuhkan mereka sepenuhnya.
Faktor hereditas (genetik) dan lingkungan (environmental)
siswa, sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajarnya. Artinya,
potensi intelligensi, bakat, minat, motivasi, kurikulum, kualitas dan model
pembelajaran guru, turut memberikan andil bagi keberhasilan anak didiknya di
sekolah.
2.1.1 Macam-macam Kesulitan
Belajar Siswa
Tidak semua kesulitan dalam proses belajar dapat disebut learning
disorder. Sebagian anak atau siswa mungkin hanya mengalami kesulitan dalam
mengembangkan bakatnya. Kadang-kadang, seseorang memperlihatkan ketidak wajaran
dalam perkembangan alaminya, sehingga tampak seperti penderita berkesulitan
belajar, namun ternyata hanyalah keterlambatan dalam proses pendewasaan diri
saja. Sebenarnya, para ahli telah menentukan kriteria-kriteria pasti dimana
seseorang dapat dinyatakan sebagai penderita kesulitan belajar.
Kriteria yang harus dipenuhi sebelum seseorang dinyatakan menderita
kesulitan belajar, tertuang dalam sebuah buku petunjuk yang berjudul DSM (Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorder). Diagnosis yang didasarkan pada
DSM umumnya dilakukan ketika individu mengajukan perlindungan asuransi
kesehatan dan layanan perawatan. Wood (2005), menyebutkan kesulitan belajar
dapat dibagi menjadi tiga kategori besar, diantaranya:
a. Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa
b. Permasalahan dalam hal kemampuan akademik
c. Kesulitan lainnya, yang mencakup kesulitan dalam mengordinasi gerakan
anggota tubuh serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua kategori
di atas.
Masing-masing kategori itu mencakup pula kesulitan-kesulitan lainnya yang
lebih spesifik, dan pada makalah ini akan dipaparkan tentang kesulitan belajar
membaca (disleksia).
3.1 Kesulitan Belajar Membaca(Disleksia)
Istilah disleksia berasal dari bahasa Yunani, yakni dys yang berarti sulit
dalam dan lex berasal dari legein, yang artinya berbicara. Jadi secara harfiah,
disleksia berarti kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol
tulis. Kelainan ini disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menghubungkan antara
lisan dan tertulis, atau kesulitan mengenal hubungan antara suara dan kata
secara tertulis.
Bryan & Bryan (dalam Abdurrahman, 1999: 204), menyebut disleksia
sebagai suatu sindroma kesulitan dalam mempelajarikomponen-komponen kata dan
kalimat, mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat dan dalam belajar
segala sesuatau yang berkenaan dengan waktu, arah dan masa. Sedangkan, menurut
Lerner seperti di kutip oleh Mercer (1979: 200), mendefinisikan kesulitan
belajar membaca sangat bervariasi, tetapi semuanya menunjuk pada adanya
gangguan fungsi otak.
Pada kenyataannya, kesulitan membaca dialami oleh 2-8% anak sekolah dasar.
Sebuah kondisi, dimana ketika anak atau siswa tidak lancar atau ragu-ragu dalam
membaca; membaca tanpa irama (monoton), sulit mengeja, kekeliruan
mengenal kata; penghilangan, penyisipan, pembalikan, salah ucap, pengubahan
tempat, dan membaca tersentak-sentak, kesulitan memahami; tema paragraf atau
cerita, banyak keliru menjawab pertanyaan yang terkait dengan bacaan; serta
pola membaca yang tidak wajar pada anak.
Gejala disleksia, anak memiliki kemampuan membaca di bawah kemampuan
yang seharusnya dilihat dari tingkat inteligensia, usia dan pendidikannya. Hal
ini dikarenakan keterbatasan otak mengolah dan memproses informasi tersebut. Disleksia
merupakan kesalahan pada proses kognitif anak ketika menerima informasi saat
membaca buku atau tulisan.
Jika pada anak normal kemampuan membaca sudah muncul sejak usia enam atau
tujuh tahun, tidak demikian halnya dengan anak disleksia. Sampai usia 12
tahun kadang mereka masih belum lancar membaca. Kesulitan ini dapat terdeteksi
ketika anak memasuki bangku sekolah dasar.
a. Ciri-ciri disleksia:
Ø
Sulit mengeja dengan benar. Satu
kata bisa berulangkali diucapkan dengan bermacam ucapan.
Ø
Sulit mengeja kata atau suku kata
yang bentuknya serupa, misal: b-d, u-n, atau m-n.
Ø
Ketika membaca anak sering sala1h melanjutkan ke paragraph
berikutnya atau tidak berurutan.
Ø
Kesulitan mengurutkan huruf-huruf
dalam kata.
Ø
Kesalahan mengeja yang dilakukan
terus-menerus. Misalnya kata pelajaran diucapkan menjadi perjalanan.
Banyak faktor yang menjadi penyebab disleksia antara lain genetis, problem
pendengaran sejak bayi yang tidak terdeteksi sehingga mengganggu kemampuan
bahasanya, dan faktor kombinasi keduanya. Namun, disleksia bukanlah kelainan
yang tidak dapat disembuhkan. Hal paling penting adalah anak disleksia harus
memiliki metode belajar yang sesuai. Karena pada dasarnya setiap orang memiliki
metode yang berbeda-beda, begitupun anak disleksia.
Kesulitan membaca pada anak penderita disleksia tentu saja akan berpengaruh
pada kemampuannya memahami mata pelajaran yang lain. Dalam pelajaran
matematika, misalnya, anak akan kesulitan memahami symbol-simbol. Karena anak
yang mengalami disleksia, akan berpengaruh ke seluruh aspek kehidupannya.
Kadang-kadang dalam berbicara pun maksud mereka sulit dipahami.
b.
Cara belajar siswa didik disleksia
- Adanya komunikasi dan pemahaman yang sama mengenai anak disleksia
antara orang tua dan guru
- Anak duduk di barisan paling depan di kelas
- Guru senantiasa mengawasi / mendampingi saat
anak diberikan tugas, misalnya guru meminta dibuka halaman 15, pastikan
anak tidak tertukar dengan membuka halaman lain, misalnya halaman 50
- Guru dapat memberikan toleransi pada anak
disleksia saat menyalin soal di papan tulis sehingga mereka mempunyai waktu
lebih banyak untuk menyiapkan latihan (guru dapat memberikan soal dalam
bentuk tertulis di kertas)
- Anak disleksia yang sudah menunjukan usaha
keras untuk berlatih dan belajar harus diberikan penghargaan yang sesuai
dan proses belajarnya perlu diseling dengan waktu istirahat yang cukup.
- Melatih anak menulis sambung sambil
memperhatikan cara anak duduk dan memegang pensilnya. Tulisan sambung
memudahkan murid membedakan antara huruf yang hampir sama. Guru dan orang
tua perlu melakukan pendekatan yang berbeda ketika belajar matematika
dengan anak disleksia, kebanyakan mereka lebih senang menggunakan sistem
belajar yang praktikal.
- Aspek emosi. Anak disleksia dapat menjadi
sangat sensitif, terutama jika mereka merasa bahwa mereka berbeda
dibanding teman-temannya dan mendapat perlakukan yang berbeda dari
gurunya. Lebih buruk lagi jika prestasi akademis mereka menjadi demikian
buruk akibat perbedaan yang dimilikinya tersebut. Kondisi ini akan membawa
anak menjadi individu dengan self-esteem yang rendah dan tidak
percaya diri. Jangan sekali-sekali membandingkan anak
disleksia dengan temannya, atau dengan saudaranya yang tidak disleksia.
C.
Menulis
Terdapat banyak definisi tentang menulis. Lerner (1985:413) mengemukakan bahwa menulis adalah menuangkan ide ke dalam satu bentu visual. Soemarmo markam (1989: 7) menjelaskan bahwa menulis adalah mengungkapkan bahasa dalam bentuk simbol gambar. Menulis adalah suatu aktivitas kompleks, yang mencakup gerakan lengan, tangan, jari dan mata secara terintegrasi. Menulis juga terkait dengan pembahasan bahasa dan kemampuan berbicara. Tarigan (1986 : 21) mendefinisikan menulis sebagai melukiskan lambang-lambang grafis dari bahasa yang difahami oleh penulisnya maupun orang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut. Menurut poteet seperti dikutip oleh Hargrove dan Poteet (1984:239) menulis merupakan penggambaran visual tentang pikiran, perasaan dan ide dengan mengunakan simbol – simbol sistem bahsa penulisannya untuk keperluan komunikasi atau catatan.
Dari definisi tentang menulis yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa :
a. Menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi.
b. Menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide ke dalam bentuk lambang – lambang bahasa grafis.
c. Menulis dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi.
Terdapat banyak definisi tentang menulis. Lerner (1985:413) mengemukakan bahwa menulis adalah menuangkan ide ke dalam satu bentu visual. Soemarmo markam (1989: 7) menjelaskan bahwa menulis adalah mengungkapkan bahasa dalam bentuk simbol gambar. Menulis adalah suatu aktivitas kompleks, yang mencakup gerakan lengan, tangan, jari dan mata secara terintegrasi. Menulis juga terkait dengan pembahasan bahasa dan kemampuan berbicara. Tarigan (1986 : 21) mendefinisikan menulis sebagai melukiskan lambang-lambang grafis dari bahasa yang difahami oleh penulisnya maupun orang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut. Menurut poteet seperti dikutip oleh Hargrove dan Poteet (1984:239) menulis merupakan penggambaran visual tentang pikiran, perasaan dan ide dengan mengunakan simbol – simbol sistem bahsa penulisannya untuk keperluan komunikasi atau catatan.
Dari definisi tentang menulis yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa :
a. Menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi.
b. Menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide ke dalam bentuk lambang – lambang bahasa grafis.
c. Menulis dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi.
a.
Kesulitan
Belajar Menulis
Seperti telah dikemukakan, bahwa pelajaran menulis mencakup menulis dengan tangan atau menulis permulaan, mengeja, dan menulis ekspresif.
a. Menulis Dengan Tangan Atau Menulis Permulaan.
Menurut lerner (1985 :402) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk menulis, antara lain :
a) Motorik
b) Perilaku
c) Persepsi
d) Memori
e) Kemampuan melaksanakan cross modal
f) Penggunaan tangan yang dominan
g) Kemampuan memahami insting.
Anak yang perkembangan motoriknya belum matang akan mengalami kesulitan dalam menulis : tulisannya tidak jelas, terputus-putus, tidak mengikuti garis. Anak yang hiperaktif atau anak yang perhatiannya mudah teralihkan, dapat menyebabkan pekerjaannya terhambat termasuk pekerjaan menulis. Anak yang terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis. Jika persepsi visualnya terganggu, anak mungkin akan kesulitan untuk membedakan bentuk – bentuk huruf.yang hampir sama seperti \d\ dan \b\, \p\ dengan \q\, \h\ dengan \n\ atau \m\ dengan \w\.. jika persepsi auditori yang terganggu, mungkin anak akan mengalami kesulitan untuk menulis kata-kata ynag diucapkan oleh guru. Gangguan memori juga dapat dijadikan sebagai penyebab terjadinya kesulitan belajar menulis karena anak tidak mampu mengingat apa yang akan ditulis. Jika gangguan menyangkut ngatan visual, maka anak akan sulit untuk mengingat huruf atau kata, dan jika gangguan tersebut menyangkut memori auditori anak akan mengalami kesulitan menulis kata-kata yang baru diucapkan oleh guru.
Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia. Disgrafia menunjukkan kepada ketidak ampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol - simbol matematika. Kesulitan belajar menulis sering terkait dengan cara anak memegang pensil. Ada 4 macam cara anak memegang pensil yang dapat dijadikan sebagai petunjuk bahwa anak berkesulitan menulis, yaitu ; sudut pensil terlalu besar, sudut pensil terlalu kecil, menggenggam pensil dan menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret.
b. Menulis Mengeja.
Mengeja adalah suatu bidang yang tidak memungkinkan adanya kratifitas atau berfikir defergen. Hanya ada satu pola susuan huruf – huruf untuk suatu kata yang dapat dianggap benar, tidak ada kompromi. Sekelompok huruf yang sama akan memiliki makna yang berbeda jika disusun secara berbeda. Kelompok huruf \b\, \i\, dan \u\ misalnya, dapat disusun menjadi ibu, ubi, bui dan iub; tiga susunan pertama mengandung makna yang berbeda sedang susunan terakhir tidak mengandung makna. oleh karena itu, mengeja pada hakekatnya memproduksi urutan huruf yang benar baik dalam bentuk ucapan atau tulisan dari suatu kata.
Seperti telah dikemukakan, bahwa pelajaran menulis mencakup menulis dengan tangan atau menulis permulaan, mengeja, dan menulis ekspresif.
a. Menulis Dengan Tangan Atau Menulis Permulaan.
Menurut lerner (1985 :402) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk menulis, antara lain :
a) Motorik
b) Perilaku
c) Persepsi
d) Memori
e) Kemampuan melaksanakan cross modal
f) Penggunaan tangan yang dominan
g) Kemampuan memahami insting.
Anak yang perkembangan motoriknya belum matang akan mengalami kesulitan dalam menulis : tulisannya tidak jelas, terputus-putus, tidak mengikuti garis. Anak yang hiperaktif atau anak yang perhatiannya mudah teralihkan, dapat menyebabkan pekerjaannya terhambat termasuk pekerjaan menulis. Anak yang terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis. Jika persepsi visualnya terganggu, anak mungkin akan kesulitan untuk membedakan bentuk – bentuk huruf.yang hampir sama seperti \d\ dan \b\, \p\ dengan \q\, \h\ dengan \n\ atau \m\ dengan \w\.. jika persepsi auditori yang terganggu, mungkin anak akan mengalami kesulitan untuk menulis kata-kata ynag diucapkan oleh guru. Gangguan memori juga dapat dijadikan sebagai penyebab terjadinya kesulitan belajar menulis karena anak tidak mampu mengingat apa yang akan ditulis. Jika gangguan menyangkut ngatan visual, maka anak akan sulit untuk mengingat huruf atau kata, dan jika gangguan tersebut menyangkut memori auditori anak akan mengalami kesulitan menulis kata-kata yang baru diucapkan oleh guru.
Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia. Disgrafia menunjukkan kepada ketidak ampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol - simbol matematika. Kesulitan belajar menulis sering terkait dengan cara anak memegang pensil. Ada 4 macam cara anak memegang pensil yang dapat dijadikan sebagai petunjuk bahwa anak berkesulitan menulis, yaitu ; sudut pensil terlalu besar, sudut pensil terlalu kecil, menggenggam pensil dan menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret.
b. Menulis Mengeja.
Mengeja adalah suatu bidang yang tidak memungkinkan adanya kratifitas atau berfikir defergen. Hanya ada satu pola susuan huruf – huruf untuk suatu kata yang dapat dianggap benar, tidak ada kompromi. Sekelompok huruf yang sama akan memiliki makna yang berbeda jika disusun secara berbeda. Kelompok huruf \b\, \i\, dan \u\ misalnya, dapat disusun menjadi ibu, ubi, bui dan iub; tiga susunan pertama mengandung makna yang berbeda sedang susunan terakhir tidak mengandung makna. oleh karena itu, mengeja pada hakekatnya memproduksi urutan huruf yang benar baik dalam bentuk ucapan atau tulisan dari suatu kata.
Menurut lerner (1979: 191), ada dua
cara untuk mengajarkan mengeja , yaitu:
(1). Mengeja melalui pendekatan
linguistik.
(2). Mengeja melalui pendekatan kata-kata. Pendekatan
linguistik menekankan pada atura-aturan dalam bahasa sehingga harus
memperhatikan fonologi, morfologi, sintaksis, atau pola-pola kata. Untuk
mengajarkan “au” misalnya, guru dapat memberikan kata-kata seperti “kerbau”atau
“pisau”. Mengeja melalui pendekatan kata-kata dilakukan karena huruf-huruf yang
sama pada berbagai kata dapat berubah bunyi. Pendekatan ini sesui untuk bahasa
inggris sedangkan untuk bahasa indonesia kurang diperlukan.dalam bahasa
indonesia bunyi huruf relatif tetap dan karena itu pengajaran mengeja melalui
pendekatan linguistik dirasakan lebih tepat.
c. Menulis ekspresif
Menulis ekspresif adalah mengungkapkan pikiran dan atau perasaan kedalam suatu bentuk tulisan, sehingga dapat difahami oleh orang lain yang sebahasa. Menulis ekspresif disebut juga mengarang atau komposisi.
Kesulitan menulis ekspresif mungkin yang terlalu banyak yang dialami baik oleh anak maupun oleh orang dewasa. Agar dapat menulis ekspresi seseorang harus terlebih dulu memiliki kemampuan berbahasa ujaran, membaca, mengeja, menulis dengan jelas, dan memahami berbagai aturan yang berlaku bagi suatu jenis penulisan.
D. Kesulitan Berbicara
c. Menulis ekspresif
Menulis ekspresif adalah mengungkapkan pikiran dan atau perasaan kedalam suatu bentuk tulisan, sehingga dapat difahami oleh orang lain yang sebahasa. Menulis ekspresif disebut juga mengarang atau komposisi.
Kesulitan menulis ekspresif mungkin yang terlalu banyak yang dialami baik oleh anak maupun oleh orang dewasa. Agar dapat menulis ekspresi seseorang harus terlebih dulu memiliki kemampuan berbahasa ujaran, membaca, mengeja, menulis dengan jelas, dan memahami berbagai aturan yang berlaku bagi suatu jenis penulisan.
D. Kesulitan Berbicara
Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan
melalui bahasa lisan untuk mencapai tujuan tertentu. Beberapa konsep dasar
berbicara harus dipahami oleh pengajar sebelum mengajarkan berbicara kepada
siswanya. Terdapat lima konsep, yakni: penyimak, pembicaraan, media, sarana,
dan pembicara (Iskandarwassid, 2008).
a.
Strategi Pembelajaran
Keterampilan Berbicara
Strategi kompetensi disebut juga dengan strategi
komunikasi ataucommunication strategies(Thornburry, 2006: 29).
Ada beberapa hal yang yang harus diperhatikan dalam
strategi komunikasi yakni:
- Menggunakan kata-kata yang banyak/tidak langsung (tidak to the point)
- Pembentukan kata baru (pilihan kata yang baru)
- Mengubah kata-kata baru agar lebih dikenal (penyerapan kata asing),
contoh: karpet.
- Menggunakan kata yang saling berhubungan atau kata-kata alternatif
(Menyederhanakan kata-kata yang masih khusus). Contoh: meja kerja
- Menggunakan kata-kata yang umum atau sudah dikenal.
- Menggunakan ekspresi atau alih kode, contoh:menggunakan bahasa jawa
karma pada orang yang lebih tua.
- Menggunakan gerak tubuh atau mimik untuk meyakinkan maksud yang kita
inginkan.
Terdapat beberapa aktivitas yang mempermudah seorang
siswa untuk belajar keterampilan berbicara, seperti mengubah topik, merespon
atau menolak atau dapat dikenal dengan Awareness-Raising Activities.
untuk itu ada beberapa hal yang perlu dilakukan yakni:
1) Attention (memperhatikan)
2) Noticing ( mengenali)
3) Understanding (memahami)
Strategi pembelajaran berbicara merujuk pada prinsip
stimulus- respons, yakni memberi dan menerima informasi. Rancangan program
pengajaran untuk mengembangkan keterampilan berbicara antara lain:
a) Aktivitas mengembangkan keterampilan bicara
secara umum
b) Aktifitas mengembangkan bicara secara khusus
untuk membentuk model diksi da ucapan, dan mengurangi penggunaan bahas
nonstandard
c) Aktifitas mengatasi masalah yang meminta
perhatian khusus:
- Peserta didik menggunakan bahasa ibunya sangat dominan
- peserta didik yang mengalami problema kejiwaan, pemalu dan tertutup
- Peserta didik yang menderita hambatan jasmani yang berhubungan dengan
alat-alat bicaranya.
Program pengajaran keterampilan berbicara harus mampu
memberikan kesempatan kepada setiap individu mempunyai tujuan yang
dicita-citakan. Tujuannya, meliputi:
1) Kemudahan berbicara
2) Kejelasan
3) Bertanggung jawab
4) Membentuk pendengaran yang
kritis
5) Membentuk kebiasaan
Pemilihan strategi atau gabungan metode dan teknik
pembelajaran terutama didasarkan pada tujuan dan materi yang telah ditetapkan
pada satuan-satuan kegiatan belajar. Dalam hal tersebut keterlibatan
intelektual peserta didik dapat dilatihkan dalam kegiatan antara lain: bermain
peran, berbagai bentuk diskusi, wawancara, bercerita, pidato, laporan lisan,
membaca nyaring, merekam bicara, bermaian drama.
b.
Teknik-teknik Pembelajaran
Keterampilan Berbicara
1) Berbicara terpimpin
- Frase dan kalimat
- Satuan paragraph
- Dialog
- Pembacaan puisi
2) Berbicara semi terpimpin
- Reproduksi cerita
- Cerita berantai
- Menyusun kalimat dalam pembicaraan
- Melaporkan isi bacaan secara lisan
3) Berbicara bebas
- Diskusi
- Drama
- Wawancara
- Berpidato
- Bermain peran
Berdasarkan tingkatatan berbicara, teknik pembelajaran
untuk
- tingkat pemula dapat digunakan:
Ulang ucap, lihat ucap, permainan kartu kata,
wawancara, permainan memori, reka cerita gambar, biografi, manajemen kelas,
bermain peran, permainan telepon, dan permainan alfabet.
- Tingkat menengah
Dramatisasi, elaborasi, reka derita gambar, biografi,
permainan memori, wawancara, permainan kartu kata, diskusi, permainan telepon,
percakapan satu pihak, pidato pendek, parafrase, melanjutkan cerita, permainan
alfabet.
- Tingkat yang paling tinggi
Dramatisasi, elaborasi, reka cerita gambar, biografi,
permainan memori, diskusi, wawancara, pidato, melanjutkan cerita, talk show,
parafrase, dan debat.
D.
Menyimak
Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan yang amat
fungsional dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dengan keterampilan menyimak
dan berbicara kita dapat memperoleh dan menyampaikan informasi. Kegiatan
menyimak dan berbicara tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu, siswa dituntut
untuk mampu menyimak dan berbicara dengan baik.
Menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang pertama kali dikuasai oleh
manusia sebelum menguasai keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. Ahli
perkembangan anak menyatakan bahwa ketika anak baru lahir, komunikasi pertama
yang dikuasainya adalah mendengarkan. Anak mendengar ibunya mendendangkan lagu,
mendengar ibunya menimang-nimangnya, juga mendengar ibunya berbicara dengan
ayahnya atau dengan orang lain. Setelah itu anak mulai menirukan ucapan -
ucapan yang biasa diucapkan orang dewasa di sekitarnya.
Tujuan pembelajaran menyimak ialah memperkaya kosakata anak sehingga
membantu siswa ketika belajar membaca dan menulis. Ada juga beranggapan bahwa
“mendengar” atau “menyimak” adalah suatu yang bersifat refleksif seperti hanya
dengan “bernafas”. Jadi menyimak adalah sesuatu yang sudah dengan sendirinya
berjalan, bergerak, dan tidak perlu diajarkan. Namun dipihak lain, juga
mengemukakan pendapat, menyimak perlu diajarkan karena tanpa kemampuan menyimak
tidak akan mungkin di peroleh keterampilan yang lain. Menyimak pada dasarnya
adalah keterampilan dasar yang mendasari keterampilan yang lain (membaca,
menulis, berbicara).
a. Langkah-Langkah
Kegiatan Pembelajaran Menyimak
Langkah-langkah
dalam pelajaran menyimak sebagai berikut :
1. Menentukan
makna
Hal ini penting
karena tanpa adanya penjelasan guru, mungkin siswa tidak akan menangkap dan
memahami apa yang didengarnya.
2. Memperagakan
ekspresi
Setelah guru
menentukan makna, maka diulang beberapa kali. Pertama guru berada di depan
kelas, dan selanjutnya bergerak ke kiri dan ke kanan agar semua siswa dapat
melihatnya.
3. Menyuruh
mengulangi
Siswa menirukan apa yang disebutkan
oleh guru sambil melakukan suatu gerak atau menunjuk suatu gambar.
4. Memberikan
latihan ekstensif
Guru dapat menggunakan berbagai cara
misalnya, dengan drill (mengulangi kata dan ekspresi yang telah diajarkan dalam
situasi yang terbatas, dan dengan kata serta struktur yang terbatas).
b. Strategi
Pembelajaran Menyimak
Ada beberapa strategi pembelajaran yang menjadi alternatif pilihan guru
untuk mengajarkan menyimak, yaitu :
1. Strategi
Pertanyaan dan Jawaban (PJ).
Strategi ini merupakan strategi yang paling sederhana dalam KBM menyimak.
Tahap-tahapan kegiatannya adalah :
1) Guru mengemukakan judul bahan
simakan.
2) Guru mengajukan pertanyaan berkenaan
dengan isi simakan yang akan dibicarakan.
3) Guru membacakan materi simakan.
Pembacaan dapat dilakukan perbagian dengan diselingi pertanyaan atau dibacakan
secara keseluruhan secara langsung.
4) Setelah materi simakan selesai
dibacakan guru memberi kesempatan kepada siswa menanyakan hal-hal yang belum
dipahami.
5) Guru mengadakan tanya-jawab dengan
siswa.
6) Siswa mengemukakan kembali informasi
yang telah diperoleh, (bisa secara tertulis atau lisan).
2. Strategi
Kegiatan Menyimak Secara Langsung/KML atau DLA (Direct Listening Activities)
Tahapan-tahapan
kegiatannya, adalah:
1) Guru mengemukakan tujuan
pembelajaran, membacakan judul teks simakan, bertanya jawab dengan siswa
tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul bahan simakan sebagai upaya untuk
pembangkitan skemata siswa. Selanjutnya guru mengemukakan hal-hal pokok yang
perlu dipahami siswa dalam menyimak.
2) Guru meminta siswa mendengarkan
materi simakan yang dibacakan oleh guru.
3) Guru melakukan tanya jawab tentang
isi simakan. Pertanyaan tidak selalu harus diikat oleh pertanyaan yang terdapat
dalam buku. Guru hendaknya menambahkan pertanyaan yang dikaitkan dengan konteks
kehidupan siswa atau masalah lain yang aktual.
4) Guru memberikan
latihan/tugas/kegiatan lain yang berfungsi untuk mengembangkan keterampilan
siswa dalam menyimak.
3. Strategi
Menyimak dan Berpikir Langsung/MBL atau DLTA (Direct Listening Thinking
Activities)
BAB III
PEMBAHASAN
A . Penyusunan Penelitian
Tema : Siswa kelas V SD N 1 Batutegi yang kesulitan dalam belajar membaca, menulis, berbicara dan menyimak.
Tujuan :
ü
Mengamati perilaku siswa kelas VbSD N 1 Batutegi yang kesulitan dalam belajar membaca, menulis, berbicara dan menyimak.
ü
Mengetahui perilaku siswa ketika belajar di Sekolah dan mengalami kesulitan dalam belajar membaca, menulis, berbicara dan menyimak.
Target Person :
Siswa kelas Vb SD N 1 Batutegi yang mengalami
kesulitan dalam belajar membaca, menulis, berbicara dan menyimak.
Waktu : Pagi Hari di Sekolah ketika proses
belajar mengajar berlangsung.
IDENTITAS NARASUMBER
1. Anak
Berkesulitan Belajar Membaca
- Identitas
Anak
Nama
: Anggi Heriyanti
Tempat, Tanggal
Lahir : Sigerning, 04 Agustus 2002
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Sigerning Kelurahan Sinar Sikampung, Kecamatan Air
Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Kelas
: Vb
Sekolah
: SDN 1 Batutegi
- Identitas Orang Tua
Nama
- Ayah : Edi Heriyanto
- Ibu : Novita Endarwati
Pekerjaan
- Ayah : Petani
- Ibu
: Ibu rumah
tangga
Alamat
: Sigerning Kelurahan Sinar Sikampung, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten
Tanggamus, Lampung.
2.Anak Berkesulitan Belajar Menulis
- Identitas
Anak
Nama
: Nurinsani
Tempat, Tanggal
Lahir : Sigerning, 21 Juni 2002
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Sigerning Kelurahan Sinar Sikampung, Kecamatan Air
Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Kelas
: Vb
Sekolah
: SDN 1 Batutegi
- Identitas Orang Tua
Nama
1.
Ayah :
Supian
2.
Ibu :
Kuniah
Pekerjaan
- Ayah : Petani
- Ibu
: Ibu rumah
tangga
Alamat
: Sigerning Kelurahan Sinar Sikampung, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten
Tanggamus, Lampung.
Anak
Berkesulitan Belajar Berbicara
- Identitas
Anak
Nama
: Fatma Intan Yunita Sari
Tempat, Tanggal
Lahir : Sinar Maju 14 Agustus 2002
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Sinar Maju Kelurahan Batutegi, Kecamatan Air
Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Kelas
: Vb
Sekolah
: SDN 1 Batutegi
- Identitas Orang Tua
Nama
- Ayah : Sutomo
- Ibu : Suparmi
Pekerjaan
- Ayah : Petani
- Ibu
: Ibu rumah
tangga
Alamat
: Sinar Maju Kelurahan Batutegi, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten
Tanggamus, Lampung.
Anak
Berkesulitan BelajarMenyimak
- Identitas Anak
Nama
: Dwi Angga Setiawan
Tempat, Tanggal
Lahir : Talang Padang 05 Oktober 2003
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Tambah Rejo Kelurahan Batutegi, Kecamatan Air
Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Kelas
: Vb
Sekolah
: SDN 1 Batutegi
- Identitas Orang Tua
Nama
Ayah : Sadikun
Ibu :Susilawati
Pekerjaan
- Ayah : Petani
- Ibu
: Ibu rumah
tangga
Alamat
: Tambah Rejo Kelurahan Batutegi, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten
Tanggamus, Lampung.
IDENTIFIKASI
MASALAH
v Permasalahan Pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas V SD N 1 Batutegi
1. Siswa di SD N 1 Batutegi kelas Vb ada beberapa anak yang tidak konsentrasi pada saat
pembelajaran berlansung, pada saat pembelajaran berlansung siswa terlalu hiperaktif sehingga ada yang bermain dan berbicara mengakibatkan konsentrasi belajar menjadi tidak stabil atau tidak optimal .
2. Di SDN 1 Batutegi ada siswa yang belum bisa menulis, membaca, dan berbicara dengan baik dan benar, seperti ketika membaca buku-buku cerita dan buku-buku bacaan yang tulisannya masih sederhana masih banyak siswa yang belum bisa menulisnya dengan baik dan rapih, tulisan yang ditulis oleh beberapa anak di SD N 1 Batutegi masih belum rapih, dan masih menulis semaunya, belum bias menempatkan dimana harus menggunakan huruf kapital dan menggunakan tanda baca yang benar serta sesuai. Dan ketika membacanya,anak-anak yang belum mampu untuk membaca dengan baik dan benar sesuai dengan EYD, intonasi yang digunakan pun belum sesuai. Dan ketika di suruh memperkenalkan diri dan menyebutkan sesuatu
dengan menggunakan bahasa Indonesia banyak anak yang masih kaku atau masih kurang dalam penggunaan bahasa Indonesianya .
3. Di SDN 1 Batutegi kelas Vbada anak yang terlihat kurang minatnya dalam belajar menyimak, kemudian ada beberapa siswa di kelas Vb yang kurang minat dalam belajar membaca, menulis, berbicara.
Proses kegiatan belajar pada pembelajaran bahasa Indonesia ada beberapa siswa yang kurang minatnya dalam belajar sehingga hal ini menyebabkan proses pembelajaran tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
4. Di SDN 1 Batutegi kelas Vb banyak yang belum lancar dalam menggunakan atau berbicara menggunakan bahasa Indonesia walaupun guru sudah melakukan dan menggunakan berbagai strategi, akan tetapi banyak siswa yang belum lancar menggunakan bahasa Indonesia. Pada saat belajar atau diberi tugas oleh gurunya saja mereka menggunakan bahasa Indonesia, mereka tidak menerapkan nya diluar jam pelajaran. Dan bahkan didalam kelas pun mereka masih kerap berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah, bukan bahasa Indonesia. Hal ini lah yang menyebabkan banyak siswa yang masih kaku dalam mengguakan bahasa Indonesia .
5. Kurangnya motivasi beberapa siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas Vb ini menyebabkan proses belajar mengajar tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran .
1. Siswa di SD N 1 Batutegi kelas Vb ada beberapa anak yang tidak konsentrasi pada saat
pembelajaran berlansung, pada saat pembelajaran berlansung siswa terlalu hiperaktif sehingga ada yang bermain dan berbicara mengakibatkan konsentrasi belajar menjadi tidak stabil atau tidak optimal .
2. Di SDN 1 Batutegi ada siswa yang belum bisa menulis, membaca, dan berbicara dengan baik dan benar, seperti ketika membaca buku-buku cerita dan buku-buku bacaan yang tulisannya masih sederhana masih banyak siswa yang belum bisa menulisnya dengan baik dan rapih, tulisan yang ditulis oleh beberapa anak di SD N 1 Batutegi masih belum rapih, dan masih menulis semaunya, belum bias menempatkan dimana harus menggunakan huruf kapital dan menggunakan tanda baca yang benar serta sesuai. Dan ketika membacanya,anak-anak yang belum mampu untuk membaca dengan baik dan benar sesuai dengan EYD, intonasi yang digunakan pun belum sesuai. Dan ketika di suruh memperkenalkan diri dan menyebutkan sesuatu
dengan menggunakan bahasa Indonesia banyak anak yang masih kaku atau masih kurang dalam penggunaan bahasa Indonesianya .
3. Di SDN 1 Batutegi kelas Vbada anak yang terlihat kurang minatnya dalam belajar menyimak, kemudian ada beberapa siswa di kelas Vb yang kurang minat dalam belajar membaca, menulis, berbicara.
Proses kegiatan belajar pada pembelajaran bahasa Indonesia ada beberapa siswa yang kurang minatnya dalam belajar sehingga hal ini menyebabkan proses pembelajaran tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
4. Di SDN 1 Batutegi kelas Vb banyak yang belum lancar dalam menggunakan atau berbicara menggunakan bahasa Indonesia walaupun guru sudah melakukan dan menggunakan berbagai strategi, akan tetapi banyak siswa yang belum lancar menggunakan bahasa Indonesia. Pada saat belajar atau diberi tugas oleh gurunya saja mereka menggunakan bahasa Indonesia, mereka tidak menerapkan nya diluar jam pelajaran. Dan bahkan didalam kelas pun mereka masih kerap berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah, bukan bahasa Indonesia. Hal ini lah yang menyebabkan banyak siswa yang masih kaku dalam mengguakan bahasa Indonesia .
5. Kurangnya motivasi beberapa siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas Vb ini menyebabkan proses belajar mengajar tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran .
v Solusi Pembelajaran Bahasa Indonesia
di Kelas Vb SDN 1 Batutegi
1. Solusi dalam permasalahan pertama ini mengenai ketidak konsentrasian anak dalam belajar bahasa Indonesia di SDN 1 Batutegi.Guru memperhatikan semua siswa, kalau ada yang tidak konsentrasi kelihatannya dalam belajar terutama pada pelajaran bahasa Indonesia guru memberikan teguran dan peringatan, misalnya : ada seorang siswa yang kerjaannya hanya bermain,bengong, berbicara,tidak memperhatikan guru saat pelajaran berlansung, agar hal ini tidak menggangu konsentrasi siswa yang lain.
2. Solusi mengenai banyaknya siswa kelas Vb SDN 1 Batutegi yang belum bisa membaca, menulis, berbicara.Setelah melakukan interview cara mengatasi permasalahan di atas guru memberikan buku-buku pelajaran, guru juga memberitahukan siswa dimana letak
kesalahan dalam penulisannya. Guru juga memberikan tugas menulis dan membaca agar siswa bisa melatih diri tidak hanya di skolah saja, tapi siswa juga bisa belajar di rumah karena kalau tidak diberikan tugas seperti ini siswa tidak akan mau belajar, terlebih-lebih anak seusia ini (SD).
3. Solusi permasalahan ke-tiga yang diberikan oleh guru setelah saya melakukan interview, guru menyediakan atau menggunakan bahan ajar yang dianggap menarik minat siswa untuk membaca, menulis dan berbicara.
4. Dalam permasalahan ke-empat ini ,guru menyuruh siswa untuk bercerita didepan kelas tentang dongeng atau cerita yang sudah dibacanya, dan guru menyuruh siswa untuk menceritakan tentang cita-cita nya dan sebagainya.Dalam hal ini disamping melatih siswa untuk berbicara juga melatih siswa untuk membaca.
5. Dalam permasalahn ke-lima ini, guru memberikan motivasi siswa agar dapat berperilaku
aktif dalam belajar . Guru membuat siswa senyaman mungkin, ketika guru memberikan materi pelajaran atau pertanyaan kepada siswa jangan sekali-kali mengatakan SALAH jika siswa meakukan kesalahan atau menjawab salah. Guru cukup mengatakan “ jawabannya kurang tepat ” atau kata-kata yang lainnya” agar tidak melemahkan keinginan dan semangat siswa untuk menjawab pertanyaan yang di berikan oleh guru. Sehingga siswa dapat menggali lagi pengetahuan mereka sampai mereka bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
1. Solusi dalam permasalahan pertama ini mengenai ketidak konsentrasian anak dalam belajar bahasa Indonesia di SDN 1 Batutegi.Guru memperhatikan semua siswa, kalau ada yang tidak konsentrasi kelihatannya dalam belajar terutama pada pelajaran bahasa Indonesia guru memberikan teguran dan peringatan, misalnya : ada seorang siswa yang kerjaannya hanya bermain,bengong, berbicara,tidak memperhatikan guru saat pelajaran berlansung, agar hal ini tidak menggangu konsentrasi siswa yang lain.
2. Solusi mengenai banyaknya siswa kelas Vb SDN 1 Batutegi yang belum bisa membaca, menulis, berbicara.Setelah melakukan interview cara mengatasi permasalahan di atas guru memberikan buku-buku pelajaran, guru juga memberitahukan siswa dimana letak
kesalahan dalam penulisannya. Guru juga memberikan tugas menulis dan membaca agar siswa bisa melatih diri tidak hanya di skolah saja, tapi siswa juga bisa belajar di rumah karena kalau tidak diberikan tugas seperti ini siswa tidak akan mau belajar, terlebih-lebih anak seusia ini (SD).
3. Solusi permasalahan ke-tiga yang diberikan oleh guru setelah saya melakukan interview, guru menyediakan atau menggunakan bahan ajar yang dianggap menarik minat siswa untuk membaca, menulis dan berbicara.
4. Dalam permasalahan ke-empat ini ,guru menyuruh siswa untuk bercerita didepan kelas tentang dongeng atau cerita yang sudah dibacanya, dan guru menyuruh siswa untuk menceritakan tentang cita-cita nya dan sebagainya.Dalam hal ini disamping melatih siswa untuk berbicara juga melatih siswa untuk membaca.
5. Dalam permasalahn ke-lima ini, guru memberikan motivasi siswa agar dapat berperilaku
aktif dalam belajar . Guru membuat siswa senyaman mungkin, ketika guru memberikan materi pelajaran atau pertanyaan kepada siswa jangan sekali-kali mengatakan SALAH jika siswa meakukan kesalahan atau menjawab salah. Guru cukup mengatakan “ jawabannya kurang tepat ” atau kata-kata yang lainnya” agar tidak melemahkan keinginan dan semangat siswa untuk menjawab pertanyaan yang di berikan oleh guru. Sehingga siswa dapat menggali lagi pengetahuan mereka sampai mereka bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
v Solusi Pembelajaran Bahasa Indonesia yang
Belum diterapkan disini Menurut Saya Adalah Sebagai Berikut :
1) Dalam meningkatkan konsentrasi anak dalam belajar bahasa Indonesia guru mengadakan atau menggunakan suatu media untuk membuta anak fokus dalam belajar, dan media yang hendak digunakan guru disini adalah media gambar, tapi media yang digunakan itu tidak keluar dari materi yang diajarkan .Dengan begitu konsentrasi anak akan tetap stabil, dan anak juga tidak akan bosanuntuk belajar bahasa Indonesia .
2) Pada permasalahan ke dua solusi yang tepat menurut saya adalah guru membimbing siswa yang dianggapnya masih belum bisa membaca dan menulis. Guru juga membuatkan kelompok atau menggunakan metode diskusi dengan teman-temannya, yaitu dengan cara membagi siswa yang belum bisa membaca dengan yang sudah bisa membaca,begitu juga dengan siswa yang belum bisa menulis.
3) Pada permasalahan ketiga ini solusi yang harus diterapkan guru adalah guru menggunakan suatu media dalam mejelaskan, misalnya pada saat guru akan menjelaskan bentuk gajah itu seperti apa maka guru memperlihatkan gambar gajah, atau ketika guru menceritakan suatu cerita guru membawakan buku bacaan tentang cerita itu. Denga hal ini siswa akan semangat dalam belajar bahasa Indonesia.
4) Dalam permasalahan ke empat ini guru menyuruh siswa untuk berdialog atau bercerita tentang apa saja dengan menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini akan melatih siswa agar tidak kaku dalam menggunakan bahasa Indonesia.
1) Dalam meningkatkan konsentrasi anak dalam belajar bahasa Indonesia guru mengadakan atau menggunakan suatu media untuk membuta anak fokus dalam belajar, dan media yang hendak digunakan guru disini adalah media gambar, tapi media yang digunakan itu tidak keluar dari materi yang diajarkan .Dengan begitu konsentrasi anak akan tetap stabil, dan anak juga tidak akan bosanuntuk belajar bahasa Indonesia .
2) Pada permasalahan ke dua solusi yang tepat menurut saya adalah guru membimbing siswa yang dianggapnya masih belum bisa membaca dan menulis. Guru juga membuatkan kelompok atau menggunakan metode diskusi dengan teman-temannya, yaitu dengan cara membagi siswa yang belum bisa membaca dengan yang sudah bisa membaca,begitu juga dengan siswa yang belum bisa menulis.
3) Pada permasalahan ketiga ini solusi yang harus diterapkan guru adalah guru menggunakan suatu media dalam mejelaskan, misalnya pada saat guru akan menjelaskan bentuk gajah itu seperti apa maka guru memperlihatkan gambar gajah, atau ketika guru menceritakan suatu cerita guru membawakan buku bacaan tentang cerita itu. Denga hal ini siswa akan semangat dalam belajar bahasa Indonesia.
4) Dalam permasalahan ke empat ini guru menyuruh siswa untuk berdialog atau bercerita tentang apa saja dengan menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini akan melatih siswa agar tidak kaku dalam menggunakan bahasa Indonesia.
5) Dalam permasalahan ke lima ini
solusi menurut saya dengan guru memberikannya
hadiah, tepuk tangan, puji-pujian kepada siswa yang bisa menjawab pertanyaan yang diberikanmaka siswa akan termotivasi untuk menjawab pertanyan yang akan diberikan tersebut. Ketika siswa bisa menjawb pertanyaan yang diberikan hendaknya guru memperlihatkan ekspresinya, dengan begitu siswa akan termotivasi dalam menjawab pertanyaan yang diberikan tersebut .
hadiah, tepuk tangan, puji-pujian kepada siswa yang bisa menjawab pertanyaan yang diberikanmaka siswa akan termotivasi untuk menjawab pertanyan yang akan diberikan tersebut. Ketika siswa bisa menjawb pertanyaan yang diberikan hendaknya guru memperlihatkan ekspresinya, dengan begitu siswa akan termotivasi dalam menjawab pertanyaan yang diberikan tersebut .
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PSTAKA
Abdulrahman Mulyono, (1999),Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Gorys, Keraf, (1991), Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.
Iskandarwassid, Sunendar Dadang, (2009), Strategi Pembelaaran bahasa.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar