MEMBACA
PEMAHAMAN KRITIS
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Membaca
Dosen Pengampu : Sofian Hadi, M.Pd.
Disusun oleh:
Kelompok 7
Prodi: Bahasa dan Sastra Indonesia
1.
ANA WAHYU KUSNIATI :
14040004
2.
INTAN SITI SOLEHA : 14040023
3.
YUSUF FEBRI SAPUTRA :
14040034
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Segala Puji bagi Allah yang telah
memberikan Kami kemudahan sehingga Kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat
pada waktu yang ditentukan. Tanpa pertolongan- Nya mungkin Penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikannya dengan baik. Tidak lupa Sholawat serta Salam
Senantiasa Tercurahkan Kepada Junjungan kita Nabi Agung, Nabi Muhammad saw,
yang telah membawa kita dari Zaman Jahiliah ke Zaman yang terang benderang ini.
Makalah
ini berisi pembahasa materi tentang “Membaca Pemahaman Kritis”.
Tidak lupa Kami mengucapkan
Terimakasih Kepada Dosen Pengampu yang telah membantu Kami dalam mengerjakan Makalah ini.
Kami juga mengucapkan Terimakasih Kepada Teman-teman Mahasiswa yang juga sudah
memberi Konstribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah
ini.
Semoga
Makalah ini dapat memberikan Pengetahuan yang lebih luas kepada Pembaca.Dalam hal ini, Penyusun membutuhkan Kritik dan
saran dari Pembaca yang bersifat membangun, guna Terciptanya Makalah yang lebih
baik di masa yang akan datang. Terimakasih.
Wassalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh.
Pringsewu,
November 2015
Penyusun
Kelompok 7
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................
C. Tujuan........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Membaca Kritis........................................................
B. Langkah-langkah Membaca Kritis.............................................
C. Proses Membaca Kritis...............................................................
D. Aneka Kemampuan untuk Meningkatkan Sikap
Kritis.............
E. Manfaat Membaca Kritis...........................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................
B. Saran .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata atau bahasa tulisan.
Suatu proses dimana kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat
dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata secara individual akan dapat
diketahui.
Dalam membaca dikenal jenis membaca telaah isi yang
memiliki pengertian membaca dengan cara meneliti bahan yang tersedia dengan
tidak mengesampingkan ketelitian, pemahaman, serta kekritisan dalam berfikir.
Membaca kritis sangat relevan dengan kehidupan kita sebagai pelajar yang
dituntut untuk menambah wawasan dan mengambangkan ilmu. Oleh sebab itu, belajar
ini tentu akan sangat bermanfaat karena kita akan dapat memanfaatkan hasil
pembacaan kita yang cermat dan matang. Berdasarkan hal itulah hakikat membaca
kritis ini merupakan kegiatan belajar yang penting dan wajib dikuasai oleh
pelajar. Melalui kegiatan belajar ini, kita sebagai pelajar dibekali dengan
kompetensi yang berkenaan dengan kemampuan untuk menerapkan metode membaca
kritis. Untuk menguasai kompetensi tersebut, kita wajib menjelaskan bagaimana
sebenarnya membaca kritis. Selain itu, lewat kegiatan belajar ini kita sebagai
mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan membaca kritis dengan langkah awal
menjelaskan pengertian membaca kritis, dan karakteristik membaca kritis.
Tentunya dapat membaca bacaan di atas
dengan cukup mudah, bukan? Akan tetapi, bagaimana dengan bacaan berikut ini:
Memangagaksulitmembacatulisaninikarenatan
-patitikdankomadanjugapastilamakelamaanand
apastijaditerbiasawalaupunjarangadaorangyangmembacasepertiini.
Bacaan ini mungkin agak sulit dari pada bacaan pertama
karena jarang menemukan tulisan tanpa
tanda baca, perbedaan huruf besar/kecil, dan tanpa spasi, seperti itu. Akan
tetapi, akhirnya kita tetap dapat membacanya bukan? Setelah kita membaca bacaan di atas, mungkin dalam diri kita
timbul pertanyaan “Apa maksud penulis?” jadi, sebenarnya, sewaktu membaca bahan
bacaan, dalam diri pembaca akan timbul pertanyaan, “Mengapa penulis menulis
seperti itu? Apa maksudnya? Dan sebagainya.” Jika itu yang terjadi pada Anda,
berarti Anda telah bersikap kritis terhadap bacaan dan penulisnya.
B. Rumusan masalah
1. Apakah membaca kritis itu?
2. Bagaimana Langkah-langkah membaca
Kritis itu ?
3. Bagaimana Proses Membaca Kritis itu?
4. Apasaja Aneka Kempuan untuk meningkatkn
sikap kritis?
5. Apasaja manfaat Membaca Kritis?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan
untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan membaca kritis, bagaimana
langkah-langkah membaca kritis, bagaimana proses membaca kritis, apa saja aneka
kemampuan untuk meningkatkan sikap kritis, serta apasaja manfaat dari membaca
kritis.
D.
Manfaat
Manfaat dari
penulisan makalah membaca pemahaman kritis yaitu;
1. Dapat mengetahui apa yang di maksud
dengan membaca kritis.
2. mengetahui langkah-langkah membaca
kritis.
3. Mengetahui proses membaca kritis.
4. Dapat mengetahui aneka kemampuan untuk
meningkatkan sikap kritis.
5. Mengetahui manfaat membaca kritis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Membaca Kritis
Membaca kritis
adalah cara membaca dengan melihat motif penulis, kemudian menilainya. Membaca
kritis berarti kita harus mampu membaca secara analisis dan dengan memberikan
suatu penilaian. Dalam hal ini, seorang pembaca harus mampu menganalisis dan
menilai apakah yang dibacanya itu bermanfaat atau tidak. Apabila hasil
penilaiannya terhadap isi bacaan tersebut sangat buruk berarti si pembaca tidak
perlu menyebarluaskan hasil bacaannya kepada orang. Hal itu cukup diketahui oleh si pembaca saja
dan bahkan ia dapat saja untuk tidak melanjutkan kegiatan membaca teks tersebut
karena dikhawatirkan memiliki dampak yang buruk bagi kepribadiannya.
Menurut Albert
(et al) sebagaimana dikutip oleh H.G. Tarigan (1982:89) membaca kritis adalah
sejenis kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati,
mendalam, evaluative, serta analitis, dan bukn hanya mencari kesalahan belaka.
Menurut Ahmad Slamet (dalam Harras, A Kholid1988:11.23) mengemukakan membaca
kritis merupakan suatu strategi membaca yang bertujuan untuk memahami isi
bacaan berdasarkan penilaiaan yang rasional lewat keterlibatan yang lebih
mendalam dengan pikiran penulis yang merupakan analisis yang dapat diandalkan.
Dengan membaca kritis pembaca akan dapat pula memahami lebih dalam apa yang
dibacanya, dan dia pun akan mempunyai kepercayaan diri yang lebih mantap
daripada kalau dia membaca tanpa usaha berpikir secara kritis. Oleh karena itu
menurutnya, membaca kritis harus menjadi ciri semua kegiatan membaca yang bertujuan
memahami isi bacaan sebaik-baiknya.
Harjasujana (dalam
Dalman 1988:11.23), mengemukakan bahwa membaca kritis merupakan suatu strategi
membaca yang bertujuan untuk memahami isi bacaan berdasarkan penilaian yang
rasional lewat keterlibatan yang lebih mendalam dengan pemikiran penulis yang
merupakan analisis yang dapat diandalkan.
Membaca kritis
meliputi penggalian lebih mendalam, upaya untuk menemukan bukan hanya mengenai
keseluruahan kebenaran mengenai apa yang ditulis, tetapi juga (dan inilah yang
lebih penting pada masa-masa selanjutnya) menemukan alas an-alasan mengapa sang
penulis mengatakan apa yang dilakukannya. Apabila seorang pembaca menemukan
bukan hanya apa yang dikatakan, tetapi juga mengapa hal itu dikatakan maka dia
sudah melakukan membaca kritis yang merujuk pada keterpahaman.
Dalam dunia akademik, kemampuan membaca kritis amat
penting untuk dikuasai terlebih bagi calon ahli hukum. Kemampuan ini akan
menjadi semakin relevan dan khas melekat pada para ahli hukum, ketika mereka
harus membaca dengan kritis berbagai sumber hukum primer semisal peraturan
perundang-undangan, putusan hakim atau arbiter, kontrak atau perjanjian. Cara
membaca kritis sumber hukum primer ini dimaksudkan untuk melatih ahli hukum
menemukan hukum (rules), dan bukan hanya menemukan sumber hukumnya saja. Teknik
ini yang nanti dikenal dengan nama teknik atau metode berpikir yuridik atau
teknik atau metode penemuan hukum. Tentang teknik berpikir yuridik yang
merupakan teknik membaca sumber hukum primer ini akan dibahas secara tersendiri
pada waktunya. Untuk tahap ini, akan dijelaskan terlebih dahulu teknik membaca
kritis sumber hukum sekunder seperti bahan pustaka berupa buku, artikel, berita,
kamus, dan sebagainya.
Dengan membaca
kritis pembaca akan dapat pula memahami apa yang dibacanya, dan dia pun akan
mempunyai kepercayaan diri yang lebih mantab dari pada kalau dia membaca tanpa
usaha berpikir secara kritis. Oleh karena itu, membaca kritis harus menjadi
ciri semua kegiatan membaca yang bertujuan memahami isi bacaan yang
sebaik-baiknya.
v Ciri Pembaca
Kritis:
1. Kegiatan
membaca yang dilakukan tidak berhenti sampai pada saat ia selesai membaca buku.
2. Ia mampu
menerapkan hasil membacanya untuk kehidupan sehari- hari.
3. Muncul
perubahan sikap serta tingkah laku setelah proses membaca dilakukan.
4. Hasil membaca
akan berlaku dan diingat sepanjang masa.
5. Mampu
menilai secara kritis dan kreatif bahan-bahan bacaannya.
6. Mampu
memilih atau menentukan bahan bacaan yang tepat sesuai dengan kebutuhan atau
minatnya.
7. Mampu
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari yang dihadapi dengan menggunakan
bacaan sebagai pegangan.
8. Tampak
kemajuan dalam cara berpikir atau cara pandang terhadap suatu masalah.
9. Terbentuk
kematangan dalam cara pandang, sikap, dan cara berpikir.
10. Tampak
wawasan semakin luas dan mampu membuat analisis sederhana terhadap suatu
persoalan.
11. Ada
peningkatan dalam prestasi atau profesionalisme kerja.
12. Semakin
berpikir praktis dan pragmatis dalam segala persoalan.
13. Mampu
membuat terobosan baru dalam memecahkan masalah.
14. Semakin
kuat dorongan untuk membaca dan mencari terus sumber- sumber baru.
15. Semakin
enak diajak bertukar pikiran atau pengalaman karena ia semakin kaya wawasan.
B. Langkah-langkah membaca kritis
Membaca kritis hanya dapat dilakukan terhadap bahan
pustaka non-fiksi. Bahan bacaan fiksi seperti cerpen, novel, atau komik, tentu
sulit bila harus dibaca dengan kritis, dan bahkan tidak ada alasan untuk
melakukannya sebab orang membaca pustaka itu hanya untuk kesenangan belaka.
Proses membaca kritis dapat dilakukan sebagai
berikut:
1.
Mengerti isi bacaan, yaitu
mengenali fakta-faktanya dan menginterpretasikan apa yang kita baca.
Maksudnya mengerti benar ide pokoknya,
mengetahui fakta-fakta dan detail pentingnya, kemudian dapat membuat kesimpulan
dan interpretasi dari ide-ide itu.
2.
Menguji sumber penulis;
Apakah sumbernya dapat dipercaya?
Apakah cukup akurat?
Apakah penulis kompeten dibidangnya?
Termasuk juga diuji pandangan dan tujuan serta
asumsi yang tersirat dalam penulisan untuk membedakan bahan yang disajikan sebagai
opini dan fakta.
3.
Ada interaksi antara penulis
dan pembaca;
Artinya, membaca tidak hanya mengerti maksud
penulis tetapi juga harus bias membandingkan dengan apa yang kita miliki serta
dari penulis-penulis lain.
4.
Menerima atau menolak
Bisa juga menunda penilaian terhadap apa yang
disajikan oleh penulis itu. Artinya kita boleh percaya, curiga, meragukan,
mempertanyakan atau tidak mempercayai. Jangan berkesimpulan bahwa sesuatu yang
tercetak itu mesti benar, mesti lengkap, dan dapat dipercaya. Sebagai pembaca
yang baik, kita harus dapat membuat penilaian untuk kita sendiri. Itu bias kita
buat dengan satu syarat, yaitu terbuka terhadap gagasan orang lain. Harjasujana
(dalam Dalman1988),
Lebih lanjut Harjasujana (dalam Dalman 1988:11.3)
mengatakan bahwa untuk dapat melakukan kegiatan membaca kritis, ada empat macam
persyratan pokok, yaitu:
a.
Pengetahuan tentang bidang
ilmu yang disajikan dalam bahan bacaan yang sedang dibaca.
b.
Sikap bertanya dan sikap
menilai yang tidak tergesa-gesa.
c.
Penerapan berbagai metode
analisis yang logis atau penelitian ilmiah
d.
Tindakan yang diambil
berdasarkan analisis atau pemikiran tersebut.
Apabila pembaca memiliki keempat persyaratan
pokok tersebut, maka seseorang pembaca kritis akan dapat menarik manfaat yang
sangat penting, antara lain:
a.
Pemahaman yang paham dan
keterlibatan yang padu sebagai hasil usaha menganalisis sifat-sifat yang
dimiliki oleh bahan bacaan.
b.
Kemampuan mengingat yang
lebih kuat sebagai hasil usaha memahami berbagai hubugan yang ada didalam bahan
bacaan itu sendiri dan hubungan antara bahan bacaan itu dengan bacaan lain atau
dengan pengalaman membaca.
c.
Kepercayaan terhadap diri
sendiri yang mantab untuk memberikan dukungan terhadap berbagai pendapat
tentang isi bacaan.
C. Proses Membaca Kritis
Ahmad Slamet
(dalam Harras, A Kholid1988) menyatakan dalam proses membaca kritis dikenal
tiga cara membaca, yaitu:
1.
Membaca pada baris, yakni
untuk mengikhtisarkan (meringkas) keseluruhan bacaan dan mengenal bagian-bagian
sebagai bahan pijakan yang kuat untuk memberikan penilaian terhadap isi bacaan
tersebut.
2.
Membaca diantara baris,
yakni menganalisis apa yang dimaksud oleh pengarang yang sesungguhnya,
khususnya yang tersirat.
3.
Membaca diluar baris, yakni
untuk mengevaluasi relevansi ide-ide yang dituangkan didalam bahasa bacaan
tersebut.
Kedua cara membaca diantara baris da membaca
diluar baris tersebut meliputi penggunaan empat macam cara, yakni dengan
menanyakan, menyimpulkan, menghubungkan, dan menilai atau menempatkan. Dengan
jalan bertanya, pembaca membuat sebuah dialog dengan pegarang; dia melacak
sebab-sebab yang menjadikan suatu ide tidak jelas, tidak runtut, ajeg, atau
tidak releven bahkan tidak dinyatakan sama sekali. Dengan jalan membuat
kesimpulan atau inferensi, pembaca dapat menampakkan berbagai asumsi dan implikasi
yang tersirat diantara baris. Pembaca sambil membaca membuat hubungan antara
pikiran yang satu dengan pikiran lainya yang diungkapkan dalam bacaan itu atau
pikiran-pikiran yang ada dalam karya tulisnya, ataupun dengan hal-hal yang
pernah dialaminya, akan dapat melahirkan dasar-dasar untuk membandingkan
bermacam-macam pendapat. Penggunaan teknik membaca kritis memberikan manfaat
berupa penilaian yang beralaskan serta pemahaman yang mantap sebagai akibat
keterlibatan yang mendalam dengan bahan bacaan.
Teknik membaca kritis juga dapat membebaska
orang dari cengkraman sikap berpikir yang sempit dan mengembangkan kemampuan
untuk melihat dan menghargai keindahan, keteraturan. Dan kebenaran, apa pun
yang membawa kepada kesempurnaan.
Dalam hal ini, dengan jalas menilai pembaca
akan sampai pada suatu pengambilan keputusan tentang nilai bahan bacaannya
berdasarkan ukuran-ukuran tertentu. Penggunaan teknik membaca kritis memberikan
manfaat berupa penilaan yang beralasan serta pemahaman yang mantap sebagai
akibat keterlibatan yang mendalam dengan bahan bacaan.
D. Aneka Kemampuan Untuk Meningkatkan Sikap Kritis
Nurhadi (dalam
Dalman2004: 145-181) memberikan jurus-jurus latihan untuk meningkatkan sikap
kritis sebagai berikut:
1.
Kemampuan mengingat dan
mengenali bahan bacaan
Artinya kemampuan-kemampuan yang termasuk
kemampuan mengingat dan mengenali ini meliputi:
·
Kemampuan menilai ide pokok paragraph;
·
Mengenali tokoh-tokoh cerita
beserta sifat-sifatnya;
·
Menyatakan kembali ide pokok
paragraph;
·
Menyatakan kembali gagasan
utama yang terdapat dalam bacaan;
·
Menyatakan kembali
perbandingan;
·
Unsur hubungan;
·
Sebab akibat;
·
Karakter tokoh dan
sejenisnya.
2.
Kemampuan
menginterpretasikan makna tersirat
Tidak semua gagasan yang terdapat dalam teks
bacaan itu dinyatakan secara tersurat atau eksplisit pada baris kata-kata atau
kalimat-kalimat. Sering juga, gagasan secara makna tersebut terkandung dibalik
baris kata-kata atau kalimat-kalimat tersebut, dan untuk menggalinya diperlukan
sebuah interpretasi dari pembacanya. Pembaca harus mampu menafsirkan ide-ide
pokok dan ide-ide penunjang yang secara eksplisit tidak dinyatakan oleh
pengarangnya, serta harus mampu membedakan fakta-fakta yang disajikan secara
kritis. Yang termasuk kemampuan ini antara lain:
·
Kemampuan menafsirkan ide
pokok paragraph;
·
Menafsirkan gagasan utama
bacaan;
·
Menafsirkan ide-ide
penunjang;
·
Membedakan fakta-fakta atau
detail bacaan;
·
Memahami secara kritis
hubungan sebab-akibat;
·
Memahami secara kritis
unsur-unsur perbandingan.
3.
Kemampuan mengaplikasi
konsep-konsep dalam bacaan
Seorang pembaca kritis tidak boleh berhenti
hanya sampai pada aktivitas menggali makna tersirat melalui pemahaman dan
interpretasi secara kritis saja, tetapi ia juga harus mampu menerapkan
konsep-konsep yang terjadi dalam bacaan ke dalam situasi baru bersifat
problematis. Kemampuan-kemampuan pada taraf ini meliputi:
·
Kemampuan mengikuti
petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam bacaan,
·
Menerapkan konsep-konsep
atau gagasan-gagasan utama bacaan kedalam situasi baru yang problematis,
·
Menunjukkan kesesuaian antara
gagasan utama dan situasi yang dihadapi.
4.
Kemampuan menganalisis isi
bacaan
Kemaman analisis adalah kemampuan pembaca
melihat komponen-komponen atau unsur-unsur yang membentuk sebuah kesatuan.
Sebagaimana kita ketahui, kesatuan dalam bacaan meliputi gagasan utama,
kesimpulan-kesimpulan, pernyataan-pernyataan, dan sebagainya.
Kemampuan-kemampuan in meliputi:
·
Kemampuan memberikan gagasan
utama bacaan,
·
Memberikan detail-detail
atau data-data penunjang,
·
Mengklasifikasi fakta-fakta,
·
Membandingkan antara gagasan
yang terdapat dalam bacaan,
·
Membandingkan karakteristik
tokoh yang terdapat dalam bacaan.
5.
Kemampuan membuat sitesis
Kemampuan membuat sintesi merupakan kemampuan
pembaca melihat kesatuan gagasan melalui bagian-bagiannya. Secara rinci
kemampuan tersebuat antara lain:
·
Kemampuan membuat kesimpulan
bacaan,
·
Mengorganisasikan gagasan
utama bacaan,
·
Mementukan tema karangan,
·
Menghubungkan data-data
sehingga diperoleh sebuah kesimpulan,
·
Membuat ringkasan atau
ikhtisar.
6.
Kemampuan menilai isi bacaan
Kemampuan menilai bacaan ini merupakan
kemampuan tertinggi pada tingkat intelektual seorang pembaca. Karena ia tidak
begitu saja mempercayai terhadap apa-apa saja yang dibacanya, sebelum dilakukan
proses pengkajian terlebih dahulu. Secara rinci kemampuan yang menyangkut sikap
kritis dalam menilai bacaan, terutama terhadap aspek isi dan penggunaan bahasa
dalam karangan ini meliputi:
·
Kemampuan menilai kebenaran
gagasan utama ide pokok pragraf atau bacaan secara keseluruhan,
·
Kemampuan menilai dan
menentukan bahwa pernyataan adalah fakta atau sekedar sebuah opini saja,
·
Kemampuan menilai dan
menentukan apakah sebuah bacaan diangkat berdasarkan realitas atau hanya
didasarkan atas fantasi pengarangnya saja,
·
Kemampuan menentukan tujuan
pengarang dalam menulis karangannya.
E. Manfaat Membaca Kritis
Membaca kritis merupakan proses atau kegiatan
membaca dengan cara memahami teks untuk kemudian dianalisis dan nilai kelayakan
teks tersebut. Dalam hal ini, seorang pembaca harus kritis terhadap teks yang
dibacanya. Menurut Ahmad Slamet (dalam Harras, A Kholid1988:11.3) seorang
pembaca kritis akan dapat menarik manfaat yang sangat penting, antara lain:
1.
Pemahaman yang mendalam dan
keterlibatan yang padu sebagai hasil usaha menganalisis sifat-sifat yang
dimiliki oleh bacaan.
2.
Kemampuan mengingat yang
lebih kuat sebagai hasil usaha memahami berbagai hubungan yang ada didalam
bahan bacaan itu sendiri dan hubungan antara bahan bacaan itu dengan bacaan
lain atau dengan pengalaman membaca.
3.
Kepercayaan terhadap diri
sendiri yang mantap untuk memerikan dukungan terhadap berbagai pendapat tentang
isi bacaan.
Sedangkan menurut
Nurhadi (dalam Dalman 2004), beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari
para pembaca kritis adalah sebagai berikut:
Pertama, haruslah
dipahami benar-benar bahwa membaca kritis meliputi penggalian lebih dalam
dibawah ermukaan, upaya untuk menemukan bukan hanya keseluruhan kebenaran
mengenai apa yang dikatakan, tetapi juga menemukan alasa-alasan mengapa seorang
penulis mengatakan apa yang dilakukannya. Apabila seorang pembicara menemukan
bukanlah hanya apa yang dikatakan, tetapi juga mengapa hal itu dikatakan, dia
sudah mengarah yang paham.
Kedua, membaca kritis
merupakan modal utama bagi para mahasiswa untuk mencapai kesuksesan dalam
studinya. Mortimer Adler (dalam Nurhadi, 2004) dalam bukunya ’’How to read a
book” mengatakan:
Kalau kita mengingat
serta merenungkan pria dan wanita secara umum, dan terpisah dari profesi atau
kedudukan mereka, hanya terdapat satu situasi ketika mereka hamper selalu
berusaha menaikan derajat mereka sendiri. Yaitu berusaha membaca lebih baik
dari yang biasa mereka lakukan.
Apabila mereka
sedang berpacaran dan membaca sepucuk surat cinta, mereka membacanya dengan
seksama dan peuh perhatian. Mereka membaca tiap kata dengan tiga cara, mereka
membaca keseluruhan yang berkenaan dengan bagian-bagian dan setiap bagian
dipandang dari segi keseluruhan.
Pada dasarnya,
dalam membaca kritis, pembaca sangat sensitif terhadap konteks dan
kedwimaknaan, terhadap sindiran dan pengertian, terhadap asumsi dan implikasi,
mereka memahami serta merasakan warna kata-kata, bentuk frasa-frasa, dan bobot
kalmat, bahkan mereka mungkin sangat memperhatikan tanda-tanda baca. Dengan
kata lain, pada tahap membaca kritis ini seorang pembaca selain mampu memahami
isi bacaan secara literal dan interpretative, pembaca juga mampu memahami isi
bacaan secara kritis. Artinya, pembaca disini dituntut untuk menganalisis atau
menelaah secara medalam dan mengevaluasi isi teks yang dibacanya. Dengan
demikian, mereka pun menerapkan membaca kritis.
Pada umumnya,
membaca kritis menuntut para pembaca agar:
a.
Memahami maksud penulis;
b.
Memahami organisasi dasar
tulisan;
c.
Dapat menilai penyajian
penulis atau pengarang;
d.
Dapat menerapkan
prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari;
e.
Meningkatkan minat baca,
kemampuan baca, dan berpikir kritis;
f.
Mengetahui prinsip-prinsip
pemilihan bahan bacaan;
g.
Membaca majalah atau
publikasi-publikasi periodik yang serius.
Kemampuan membaca
menuntut seseorang untuk berpikir secara kritis. Kemampuan membaca dan berpikir
secara kritis juga menuntut agar kita sadar akan sikap-sikap serta
prasangka-prasangka kita sendiri, dan unsur-unsur lain dalam latar belakang
pribadi kita yang mungkin memengaruhi kegiatan membaca dan berpikir kita.
Misalnya jika ayah kita adalah seorang buruh, seorang pedagang, atau seorang
ahli mungkin saja mempuyai sikap-sikap tertentu terhadap organisasi buruh atau
serikat pekerja yang akan mencegah pembicaraan kita mengenai pemogokan yang
mengancam dengan suatu cara yang objektif. Hampir topik yang kontroversial,
setiap masalah yang sedang diperdebatkan, akan menantang atau meragukan
kemampuan kita menjadi objektif.
Sebagai warga
negara atau mahasiswa yang bertanggung jawab, kita perlu sadar akan
prasangka-prasangka sert sikap-sikap kita yang tidak masuk akal.Memang tidaklah
mungkin, kita hidup tanpa memiliki perangkat gagasan-gagasan terhadap sejumlah
masalah, yang penting adalah bahwa kita menyadari minat-minat pribadi kita
sendiri dan prasangka-prasangka kita sendiri, dan bahwa kita tidak
membiarkannya turut campur tangan pada kemampuan kita membaca dan berpikir
kritis secara inteligen dan kritis.
v Contoh atau Ilustrasi Membaca Pemahaman
Kritis
Perhatikan
pernyataan di bawah ini!
1.
Karena diketahui
hasilnya sangat efektif, maka cara memperoleh (acquiring) bahasa seperti
diadopsi ke dalam pembelajaran (learning) bahasa. Munculah cara pembelajaran
kontekstual, di mana materi bahasa dirakit dalam suatu konteks, dipilih sesuai
dengan tingkat keseringan kemunculannya, dan dipilih berdasarkan konteks
fungsional. Itulah sebabnya, pemilihan materi bahasa harus juga mendasarkan
faktor sosiolinguistik dan pragmatik. Faktor sosiaolinguistik menentukan
pilihan-pilihan variasi sosiolinguistik: siapa mitra bicara, dalam konteks apa
berbicara, saluran apa yang dipilih, tujuan apa yang dicapai. Faktor pragmatik
menentukan pilihan-pilihan variasi kebahasaan berdasarkan tingkat keresmian
komunikasi.
Contoh di atas,
menggambarkan betapa pentingnya membaca secara kritis. Ketika si pembaca tidak
mencermati dengan saksama apakah ia mampu membuat keputusan, simpulan, atau
penilaian? Tentu sulit bukan? Oleh karena itu membaca kritis membutuhkan
konsentrasi.
2.
Pengalaman
mengajar beberapa tahun yang lalu, pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa
asing tidak perlu diajarkan dengan metode diskusi. Belajar bahasa Indonesia
sangatlah mudah dipelajari, cukup dengan belajar melalui buku saja.
Cobalah berpikir sejenak setelah membaca ilustrasi di atas! Anda akan
menjawab”Belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing tidak mungkin hanya
dengan menggunakan buku saja, tetapi harus dilatih dengan cara lain, misalnya
berdiskusi. Materi diskusi dapat dikaitkan dengan lingkungan keluarga. Pada
pelaksanaan diskusinya antara lain terdapat kegiatan seseorang ditunjuk
menyajikan apa yang ditulis oleh orang tersebut. Sebelumnya karangan yang
disusunnya dibagikan kepada teman-temannya, dan kepada guru atau instrukturnya.
Ilustrasi di atas adalah kasus sederhana yang menggambarkan bahwa
kajian kritis perlu dilakukan dalam menghadapi suatu masalah. Kita harus
bersikap kritis terhadap data yang ada, termasuk kesimpulan yang disajikan.
Sikap “kritis” diperlukan agar dapat mengambil suatu kesimpulan yang tepat dan
akurat.
BAB III
PENUTUP
Membaca kritis
adalah cara membaca dengan melihat motif penulis, kemudian menilainya. Membaca
kritis berarti kita harus mampu membaca secara analisis dan dengan memberikan
suatu penilaian. Membaca kritis merupakan proses/kegiatan membaca dengan cara
memahami teks untuk kemudian dianalisis dan nilai kelayakan teks tersebut. Dalam
hal ini, seorang pembaca harus mampu menganalisis dan menilai apakah yang
dibacanya itu bermanfaat atau tidak. Apabila hasil penilaiannya terhadap isi
bacaan tersebut sangat buruk berarti si pembaca tidak perlu menyebarluaskan
hasil bacaannya kepada orang. Membaca kritis hanya dapat dilakukan terhadap bahan
pustaka non-fiksi. Bahan bacaan fiksi seperti cerpen, novel, atau komik, tentu
sulit bila harus dibaca dengan kritis, dan bahkan tidak ada alasan untuk
melakukannya sebab orang membaca pustaka itu hanya untuk kesenangan belaka. Dengan membaca
kritis pembaca akan dapat pula memahami apa yang dibacanya, dan dia pun akan
mempunyai kepercayaan diri yang lebih mantab dari pada kalau dia membaca tanpa
usaha berpikir secara kritis. Oleh karena itu, membaca kritis harus menjadi
ciri semua kegiatan membaca yang bertujuan memahami isi bacaan yang
sebaik-baiknya. Kita juga dapat mengetahui langkah-langkah dalam membaca
kritis, mengetahui bagaimana proses membaca kritis, aneka kemampuan dalam
meningkatkan kemampuan membaca kritis, dan mengetahui manfaat membaca kritis.
B.
Saran
Untuk menjadi seseorang yang mampu
membaca secara kritis tentunya kita harus mengetahu bagaimana cara, dan teknik
membaca kritis itu sendiri. Untuk itu penulis menyarankan agar proses membaca
kita mampu dikembangkan secara baik, dan kita mampu mengembangkan apa
fakta-fakta yang terdapat dalam sebuah bacaan yang kita banca, untuk itu
mengetahui pengertian, cara atau teknik serta pemahaman tentang membaca kritis
sangat diperlukan dalam pembeajaran, terkhusus untuk mahasiswa yang memang
dituntut untuk terus serta mampu membaca secara kritis.
DAFTAR PUSTAKA
Dalman. 2013. Keterampilan Membaca. Jakarta: PT.
Raja Gravindo Persada.
Harras, Kholid A. 1999. Membaca 1. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tarigan, Henry Guntur. 2008.
Membaca. Bandung: Angkasa Bandung.
http://www.ipawonogiri.com/2010/08/berpikir-kritis-dan-membaca-kritis.html.
(dikutip Pukul 06:08 03/11/15).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar