Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Teori belajar bahasa
Dosen Pengampu : Rohmah Tussolekha, M.Pd
Disusun Oleh :
Ana Wahyu Kusniati (14040004)
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya diperuntukkan kepada Sang Maha Pencipta dan
Pemilik jiwa dan ruh seluruh makhluk dan telah menjadikan Muhammad, Rasulullah
saw sebagai teladan dan anutan bagi seluruh umat manusia di dunia dan akhirat.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi termulia, Muhammad
saw, segenap keluarganya, sahabat-sahabat; dan umat yang senantiasa memegang
teguh ajarannya sampai hari berbangkit. Penulis doakan semoga kita semua berada
dalam rahmat dan rhido-Nya, sehingga tak sedikitpun ruang dan waktu, melainkan
memberikan manfaat untuk ummat dalam keseharian kita, Amien.
Dengan terselesaikannya makalah yang berjudul “Pemerolehan dan Perkembangan
Bahasa” ini, tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Ibu Rohmah tussolekha, M.Pd selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Teori
belajar bahasa..
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan penulisan laporan berikutnya.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas amal baik yang telah
Bapak/Ibu/Saudara berikan, dan harapan penulis semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi semua pihak yang telah membaca laporan
ini.
Pringsewu, 06 maret
2015
Penulis
Ana Wahyu Kusniati
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ................................................................................. i
KATA
PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR
ISI .............................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang...........................................................................
1.2 Rumusan
Masalah .....................................................................
1.3 Tujuan .......................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Bahasa Anak
a. Hakikat Perkembangan Bahasa
b. Perkembangan Pragmatik
2.2 Perbedaan Bahasa Anak
Laki-laki dan Perempuan
2.3 Perkembangan Semantik dan
Proses Kognitif
2.4 Perkembangan Morfologis dan
Sintaksis
2.5 Perkembangan Fonologis
2.6 Perkembangan Membaca dan
Menulis
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...............................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pemerolehan
bahasa dan perkembangan bahasa anak mendasari kemampuan mengajarkan bahasa dan
sastra Indonesia kepada siswa di sekolah dasar terutama siswa di kelas rendah.
Karakteristik setiap anak tidak sama sehingga dengan mempelajari pemerolehan
dan perkembangan bahasa anak guru dapat mengatasi perbedaan perkembangan bahasa
pada siswanya.Siswa sekolah dasar pada umumnya berlatar belakang dwibahasa
bahkanmulti bahasa, sehingga dengan mempelajari materi pemerolehan dan
perkembangan bahasa anak, guru dapat benar-benar memahami konteks sosial budaya
lingkungan anak didiknya dan menghargai keragaman budaya tersebut.
Pemerolehan bahasa
dan perkembangan bahasa anak mendasari kemampuan mengajarkan bahasa dan sastra
Indonesia kepada siswa di sekolah dasar terutama siswa di kelas rendah.
Karakteristik setiap anak tidak sama sehingga dengan mempelajari pemerolehan
dan perkembangan bahasa anak guru dapat mengatasi perbedaan perkembangan bahasa
pada siswanya.
Siswa sekolah dasar pada umumnya berlatar belakang
dwi bahasa bahkan multi bahasa, sehingga dengan mempelajari materi pemerolehan
dan perkembangan bahasa anak, guru dapat benar-benar memahami konteks sosial
budaya lingkungan anak didiknya dan menghargai keragaman budaya tersebut. Dalam
bahasa anak pun terdapat perbedaan baik itu anak laki-laki dan anak perempuan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas ditemukan beberapa permasalahan,diantaranya:
1.
Apa yang
dimaksud dengan pemerolehan bahasa anak?
2.
Bagaimana
perkembangan bahasa anak?
3.
Apa saja ragam
pemerolehan bahasa anak?
4.
Apa saja
macam-macam perkembangan bahasa anak?
5.
Bagaimana
tahap-tahap prkembangan bahasa anak (membaca dan menulis)?
1.3
Tujuan
Dengan mempelajari materi pemerolehan dan perkembangan bahasa
anak,mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan hakikat pemerolehan bahasa anak.
2. Menjelaskan bagaimana perkembangan bahasa anak.
3. Menjelaskan ragam pemerolehan bahasa anak.
4. Menjelaskan macam-macam perkembangan bahasa anak.
5. Menjelaskan tahap-tahap perkembangan bahasa anak (membaca dan
menulis).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Bahasa Anak
a. Hakikat Perkembangan Bahasa
Anak –anak memperoleh komponen-komponen utama bahasa ibu mereka dalam
waktu yang relative singkat. Ketika mereka mulai bersekolah dan mempelajari
bahasa secara formal, mereka sudah mengetahui cara berbicara untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Mereka sudah mengetahui dan mengucapkan
sejumlah besar kata. Namun, perkembangan bahasa tidak berhenti ketika seorang
anak sudah mulai bersekolah atau ketika mereka sudah dewasa.
Proses perkembangan berlangsung sepanjang hayat. Pemerolehan bahasa anak
melibatkan dua keterampilan, yaitu kemampuanuntuk menghasilkan tuturan secara
spontan, dan kemampuan untuk memahami tuturan orang lain. Jika dikaitkan dengan
hal tersebut, maka yangdimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah proses
pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman ataupun pengungkapan
secara alami,tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal (Tarigan).
Ketika bayi mulai dapat mengucapkan beberapa kata, perkembangan bahasa
mereka juga memiliki ciri-ciri yang universal. Bentuk ucapan yang digunakan
hanya satu kata, kata-katanya sederhana yaitu yang mudah diucapkan dan memiliki
arti konkret. Kata-kata tersebut adalah nama benda-benda, kejadian, atau
orang-orang yang ada disekitar anak, misalnya mama, papa, meong, maem, dan
sebagainya. Perkembangan fonologis mulai tampak pada periode umur ini
demikian juga perkembangan semantik
yaitu pengenalan makna oleh anak.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
pemerolehan bahasa :
1. Berlangsung dalam situasi informal, anak-anak
belajar tanpa beban dan berlangsung di luar sekolah.
2. Pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran
formal di lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah atau kursus.
3. Dilakukan tanpa sadar atau secara spontan.
4. Dialami langsung oleh anak dan terjadi
dalam konteks berbahasa yang bermakna bagi anak.
Anak mulai dapat mengucapkan “ma, mimik”, maksudnya
“mama, saya minta minum”. Pada tahap dua kata ini anak mulai mengenal berbagai
makna kata tetapi tidak dapat menggunakan bentuk bahasa yang menunjukkan
jumlah, jenis kelamin, dan waktu terjadinya peristiwa. Selanjutnya anak-anak
mulai dapat membuat kalimat-kalimatpendek. Pada waktu mulai masuk sekolah taman
kanak-kanak, anak-anak telah memiliki sejumlah besar kosa kata. Mereka dapat
membuat pertanyaan, pernyataan negtif, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk
kalimat. Mereka memahami kosa kata lebih banyak. Mereka dapat begurau,
bertengkar dengan temannya dan berbicara dengan sopan dengan orang tua daan
guru mereka.
Selama periode sekolah dasar, anak-anak
dihadapkan pada tugas utama mempelajari bahasa tulis. Hal ini hamper tidak
mungkin kalau mereka belum menguasi bahasa lisan. Kemampuan mereka menggunakan
bahasa berkembang.
Pada masa perkembangan selanjutnya, yakni pada
usia remaja, terjadi perkembangan bahasa yang peting. Remaja menggunakan gaya
yang khas dalam berbahasa, sebagai bagian dari bentuknya identitas diri.
Akhirnya, pada usia dewasa terjadi
perbedaan-perbedaan yang sangat besar anatar individu yang satu dan yang lain
dalam hal perkembangan bahasanya. Hal ini bergantung pada tingkat pedidikan,
peranan dalam masyarakat, dan jenis pekerjaan.
Membaca dan menulis memerlukan perubahan
pokok dalam penggunaan bahasa. Bahasa buku atau teks menjadi lebih penting dari
pada bahasa untuk hubungan sosial dan hubungan antar pribadi. Anak dituntut
dapat menggunakan kata-kata dengan makna yang tepat. Anak-anak Indonesia yang
kebanyakan mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua mungkin tidak
mudah menghadapi hal ini.
Seperti telah dikemukakan didepan,
perkembangan bahasa yang paling jelas tampak pada periode umur sekolah ialah
perkembangan prakmatik dan semantik.
b.
Perkembangan
Pragmatik
Perkembangan pragmatik atau penggunaan bahasa merupakan
hal yang paling penting dalam bidang pertumbuhan bahasa pada periode usia
sekolah. Pada usia prasekolah anak belum memiliki keterampilan bercerita secara
sistematis.
Selama periode prasekolah, proses kognitif meningkat
sehingga memungkinkan anak menjadi komunikator yang lebih efektif. Anak-anak
mulai mengenal adanya berbagai pandangan mengenai suatu topik. Mereka dapat
mendeskripsikan sesuatu, tetapi deskripsi yang mereka buat lebih bersifat
personal dan tidak mempertimbangkan makna informasi yang disampaikannya bagi
pendengar. Perkembangan itu meliputi :
·
kemampuan membuat cerita, yang dialami anak-anak berumur lima dan enam
tahun. Kemampuan membuat cerita tersebut seharusnya sudah diperkenalkan pada
usia prasekolah, meskipun masih sangat sederhana, yakni selama kegiatan
mengasuh anak, bermain, dan membacakan cerita kepada anak-anak. Dengan
demikian, ketika memasuki sekolah dasar, anak-anak tidak merasa asing lagi
dengan keempat jenis cerita tersebut. Keempat jenis cerita tersebut ialah
cerita pengalaman bersama orang lain atau tentang yang dibaca, penjelasan
tentang kejadian, cerita pengalaman sendiri, dan cerita fiksi.
·
Perkembangan selanjutnya adalah perkembangan membuat
cerita, yang dialami oleh anak-anak berumur enam tahun. Anak-anak sudah dapat
bercerita sederhana tentang acara televisi atau film yang mereka lihat.
Kemudian, pada usia tujuh tahun anak-anak sudah dapat membuat yang agak padu.
Mereka sudah mulai dengan mengemukakan masalah, cara untuk mengatasi masalah,
dan cara penyelesain masalah tersebuat, meskipun belum jelas siapa yang
melakukannya. Pada usia delapan tahun, anka-anak menggunakan penanda awal dan
akhir cerita, misalnya “Akhirnya mereka hidup rukun”. Kemampua membuat alur
cerita yang agak jelas mulai di peroleh oleh anak-anak pada usia lebih dari
delapan tahun. Pada usia tersebut, barulah mereka dapat mengemukakan pelaku
yang mengatasi masalah dalam cerita.
2.2 Perbedaan Bahasa Anak Laki-laki dan Perempuan
Perbedaan ini dapat dilihat pada kosakata dan gaya bercerita yang
digunakan.
·
Penggunaan
Kosakata
Perbedaan kosakata yang digunakan oleh anak laki-laki dan perempuan
pada umumnya ada pada pilihan katanya. Pada umumnya anak perempuan menghindari
bahasa yang berisi umpatan dalam percakapan dan cenderung kata-kata lebih
sopan, misalnya silahkan, selamat jalan, dan lain-lain. Perbedaan yang cukup
besar juga dapat dilihat dari ekspresi emosional atau rasa sayang. Sedangkan
laki-laki cenderung menggunakan umpatan, misalnya sialan, bedebah, dan
sebagainya. Bahkan anak-anak kelas satu sekolah dasar sudah menunjukan adanya
perbedaan tersebut. Namun, baik anak laki-laki atau perempuan sama-sama
memperoleh pendidikan agama yang kuat, biasanya umpatan-umpatan itu tidak
digunakan.
·
Gaya bercerita
Wanita cenderung menggunakan cara-csra tidak lagsung dalam meminta
persetujuan dan lebih banyak mendengarkan, sedangkan laki-laki cenderung
memberitahu. Wanita menganggap bahwa perannya dalam percakapan adalah sebagai
fasilisator, sedangkan laki-laki sebagai pemberi informasi. Cara orang tua
berbicara dengan anak perempuan dan anak laki-laki mereka bervariasi. Ayah
lebih banyak menggunakan peritah ketika berbicara dengan anak laki-lakinya.
Ayah juga lebih banyak mengintrupsi pembicaraan anak perempuannya. Anak
laki-laki biasanya kurang banyak bercerita dan lebih banyak berbuat. Tindakan
(kadang kekerasan) dan perakapan digunakannya utuk berjuang agar tidak dikuasai
oleh anak lain atau kelompok lain. Sedangkan anak perempuan biasa berpasangan
dengan teman akrabnya, dan saling menceritakan rahasianya. Masalah-masalah
pribadinya dikemukakan kepada temannya dan temannya biasanya menyetujuinya
serta dapat memahami masalah tersebut.
2.3 Perkembangan Sematik dan Kognitif
Selama periode usia sekolah dan sampai dewasa, setiap individu
meningkatkan jumlah kosakata dan makna khas istilah. Dalam proses tersebut
seseorang menyusun kembali aspek-aspek kebahasaan yang telah dikuasainya.
Susunan baru yang dihasilkanya itu cerminan dalam cara seseorang menggunakan
kata-kata. Sebagai dampaknya ialah danya perkembangan penggunaan bahasa
figuratif atau kreativitas berbahasa yang cukup pesat. Keseluruhan proses
perkembangan semantik yang mulai pada tahun-tahun awal sekolah dasar ini dapat
dihubungkan dengan keseluruhan proses kognitif (Owens, 1992: 374).
Kita semua mengalami bahwa sepanjang hidup kita akan terus menambah
kata-kata baru yang kita peroleh dari mendengarkan atau membaca tulisan orang
lain. Penambahan kata tersebut memang tidak sama kecepatannya sepanjang hayat
kita, setelah berumur 70 tahun kecepatannya menurun.
·
Perkembangan
Kosakata
Selama periode usia sekolah dan dewasa, ada dua jenis penambahan
makna kata. Secara horizontal, anak-anak semakin mampu memahami dan dapat
menggunakan suatau kata dengan makna yang tepat. Dalam proses
mengedintifikasikan kata-kata baru atau mendefinisikan kata-kata lama (yang
sudah diketahui salah satu artinya) pada dasarnya anak membentuk makna. Makna
ini dibentuk kembali atau ditegaskan lewat penggunaan bahasa. Dikelas rendah
sekolah dasar juga terjadi perkembangan dalam penggunaan istilah-istilah yang
menyatajan tempat. Penggunaan istilah-istilah yang umum atau yang tidak
spesifik berkurang dan terjadi peningkatan penggunaan istilah-istilah yang
menunjukan tempat yang bersifat khas. Kemampuan anak membuat definisi sangat
dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya. Apabila anak banyak memperoleh
kesempatan untuk bercakap-cakap dengan orang tua atau saudara-saudaranya, dia
memperoleh kesempatan tantangan untuk menjelaskan maksudnya kepada orang lain.
Pengetahuan kosakata mempunyai kolerasi (hubungan) dengan kemampuan kebahasaan
secara umum. Anak menguasai banyak kosa kata lebih mudah memahami wacana. Anak
berumur lima tahun mendefinisikan suatu kata secara sempit sedangkan anak
berumur sebelas tahun membentuk definisi dengan menggabungkan makna-makna yang
telah diketahuinya. Dengan demikian definisinya menjadi lebih luas. Kemampuan
anak membuat definisi sangat dipegaruhi oleh pengalaman sebelumnya. Apabila
anak banyak memperoleh kesempatan untuk bercakap-cakap dengan orang tua atau
saudara-saudaranya, dia memperleh tantangan untuk menjelaskan maksudnya kepada
orang lain. Demikian juga kalau di sekolah anak banyak diberi kesempatan untuk
praktik berbahasa, anak akan dapat mengembangkan potensi berbahasanya dengan
baik, termasuk kemampuannya dalam membuat definisi. Pengetahuan kosakata
mempunyai korelasi (hubungan) dengan kemampuan kebahasaan secara umum. Anak
yang menguasai banyak kosakata lebih mudah memahami wacana.
·
Bahasa
Figuratif
Anak usia sekolah juga mengembangkan bahasa figuratif yang
memungkinkan penggunaan bahasa secara benar-benar kreatif. Bahasa figuratif
menggunakan kata-kata secara imajinatif, tidak secara literal, untuk
menciptakan kesan emosional atau imajinatif. Yang termasuk jenis bahasa
figuratif ialah ungkapan, metafora, kiasan, dan perbahasa. Anak-anak
persekolahan menciptakan banyak kiasan dan metafora. Namun, hal ini tidak
berarti bahwa mereka dapat menggunakan bahasa figuratif. Kreativitas berbahasa
pada anak-anak kecil disebabkan oleh ketidak tahuan atau keterbatasan
penguasaan bahasa. Setelah berumur lebih dari enam tahun, penggunaan metafora
secara spontan dalam percakapan menjadi semakin kurang. Dua kemungkinan sebab
penurunan penggunaan metafora ini, yang pertama anak telah memiliki sejumlah
kosakata dasar, yang kedua adanya latihan berbahasa berdasarkan kaidah bahasa
yang diberikan di sekolah membatasi kreativitas. Anak berumur 5 tahun sampai 7
tahun lebih suka menghubungkan dua istilah daripada menyamakannya. Anak berumur
6-7, atau 8 tahun menafsirkan peribahasa secara literal. Bentuk bahasa
figuratif yang terakhir adalah pribahasa, yakni pernyataan pendek yang sudah
dikenal yang berisi kebenaran yang terterima, pkiran yang berguna, atau
nasehat.
Contoh: Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna.
Menepuk air di
dulang, terpecik muka sendiri.
Anak berumur 6,7, atau 8 tahun menafsirkan pribahasa secara
literal. Perkembangan pemahaman berlangsung terus sampai pada periode adolesen
dan dewasa.ketepatan pemahaman ungkapan dan pribahasa meningkat secara
perlahan-lahan pada akhir masa kanak-kanak dan masa adolesen. Bahasa figuratif
lebih mudah dipahami dalam konteks dari pada secara terpisah oleh anak
adolesen. Makna bahasa figuratif disimpulkan pleh anak dari penggunaaan yang berulang-ulang
dalam konteks yang berbeda-beda.
2.4 Perkembangan Morfologi dan Sintaksis
Perkembangan bahasa pada
periode usia sekolah mencakup perkembangan secara serentak (simultan)
bentuk-bentuk sintaktik yang telah ada dan pemerolehan bentuk-bentuk baru. Anak
memperluas kalimat dengan menggunakan frase nomina dan frase verba.
Fungsi-fungsi kata ganti juga diperluas. Anak-anak memepelajari bentuk-bentuk
morfem mula-mula bersifat hafalan. Hal ini kemudian diikuti dengan membuat
kesimpulan secara kasar tengtang bentuk dan makna fonem. Akhirnya anak
membentuk kaidah. Proses yang rumit ini dimulai pada periode prasekolah dan
terus berlangsung sampai pada masa adolesen (masa remaja).
·
Perkembangan
frasen nomina dan verba
Anak-anak berumur 5 samai7 tahun menggunakan semua elemen nomina
dan verba tetapi serig meninggalkan elemen-elemen tersebut meskipun hal ini
diperlukan. Bahkan pada umur 7 tahun, mereka menghilangkan beberapa elemen
tetapi memperluas yang lain secara redundan (pengulangan yang tidak perlu).
Misalnya utuk menyebut “buku tukisku” hanya dikatakan “bukuku”,
sedangkan “pet” (jenis topi) disebut topi pet.
Bagi anak, bentuk-bentuk verbal lebih sulit dari pada bentuk-bentuk
nomina. Kesulitan ini mungkin berkaitan dengan berbagai peredaan bentuk kata
kerja yang menyatakan arti yng berbeda. Misalnya, kata ditulis, ditulisi,
dituliskan, dan bertuliskan memiliki arti yang berbeda.
Dalam memperlajari frase nomina, anak mempelajari penggunaan kata
ganti dan kata sifat. Susunan kata sifat juga perlu dipelajari, misalnya “bagus
sekali” , “sangat bagus”, “merah muda” dan sebagainya.
·
Bentuk-bentuk
kalimat
Anak-anak sering mengalami kesulitan membedakan bentuk pasif dan
aktif. Khususnya pengenalan bentuk pasif menimbulkan masalah bagi anak.
Anak-anak jarang menggunakan bentuk pasif. Bahkan orang dewasa pun tidak sering
menggunakan bentuk pasif. Hal ini berbeda dengan pemakai bahasa Melayu yang
lebih banyak menggunakan bentuk pasif
dari pada bentuk aktif.
Pada umumnya nak-anak mengenal bentuk pasif dari preposisi yang
digunakan. Ada tiga jenis bentuk pasif : 1. Dapat dibalik, 2. Tidak dapat
dibalik yang pelakunya berupa instrumen, dan 3. Tidak dapat dibalik yang
pelakunya berupa manusia.
Bentuk pasif yang dapat dibalik artinya objeknya dijadikan subjek
dan sebaliknya.
Anak-anak biasanya menggunakan bentuk pasif yang dapat dibalik dan
tidak dapat dibalik dalam jumlah yang seimbang. Namun anak-anak sering
mengalami kesulitan dalam membuat kalimat dan juga dalam menafsirkan kalimat
pasif yang dapat dibalik, kemudian menjelang berumur 8 tahun mereka mulai lebih
banyak menggunakan bentuk pasif yang tidak dapat dibalik. Penggunaan kata-kata
penghubung juga meningkatkan pada pada periode usia sekolah. Anak-anak dibawah
umur 11 tahun serig menggunakan kata ”dan” pada awal kalimat. Kata
penghubung yang menghubungkan klausa mulai sering digunakan pada umur 12 tahun.
Yang paling banyak digunakan adalah kata penghubung “karena”, “jika”
dan “supaya”.
Faktor-faktor pragmatik dapat juga mempengaruhi kata penghubug. Anak-anak
lebih tepat dalam memperkirakan makna yang disampaikan pembicara dengan
kalimat-kalimat yang memiliki hubungan positif. Karena itu kalimat dengan kata
sambung “karena” lebih mudah mereka pahami dari pada “meskipun”
2.5 Perkembangan Fonologis
Pada awal usia sekolah anak-anak sudah dapat mengucapkan semua bunyi bahasa. Namun, bunyi-bunyi
tertentu terutama yang berupa klaster masih sulit bagi mereka yang
mengucapkannya. Kompetensi fonemik tampak jelas dalam kemampuan anak mengenal
irama. Pada usia prasekolah anak-anak menjadi sensitif terhadap pola
fonetik dan sering membuat irama kata-kata dengan mengganti suatu bunyi
atau suku kata, sehingga mengucapkannya: dag, dig, dug atau ini ani, ini ima.
Sebelum masa usia sekolah anak-anak belum memahami dasar kesamaan bunyi , meskipun anak-anak
prasekolah mengetahui baha kata “sudah” berbeda dengan kata “mudah”, tetapi
berbeda dengan orang orang dewasa mereka tidak menyadari bahwa perebedaan
tersebut hanya pada fonem “s” dan “m” pada awal kata.
·
Perkembangan
Morfofonemik
Perubahan morfofonemik adalah modifikasi fonologis atau bunyi yang
terjadi apabila morfem-morfem
digabungkan.contoh cetak berubah menjadi cetakan (k diucap jelas). Sebelum usia
prasekolah, anak juga mempelajari konteks, perubahan vokal.
2.6 Perkembangan Membaca dan Menulis
a.
Perkembangan
Membaca
Sebagai
halnya berbicara, kemampuan awal dalam membaca mungkin diperoleh lewat
interaksi sosial tidak lewat pembelajaran formal. Dalam kegiatan membacakan
cerita yang dilakukan oleh orang tua, tampak baik orang tua maupun anak
berpartisipasi dalam kegiatan sosial Orang tua sebaiknya memperkenalkan
buku-buku cerita kepada anak sedini mungkin. Tentu saja bukun yang digunkan
adalah yang banyak gambarnya dan berwarna warni sehingga menarik perhatian
anak. Ada beberapa fase perkembangan membaca. Dalam frase pembaca, yang terjadi
sebelum umur 6 tahun, anak-anak mempelajario tentang huruf dan perbedaan angka
yang satu dengan yang lainnya. Pada
fase ke-1, yaitu sampai dengan kira-kira kelas dua, anak memusatkan pada
kata-kata lepas dalam sederhana supaya dapat membaca, anak perlu mengetahui
sistem tulisan, cara mencapai kelancaran membaca, terbebas dari kesalahan
pembaca Pada umur 7 atau 8 kebanyakan anak telah memperoleh pengetahuan tentang
huruf, suku kata dan kata yang diperlukan untuk dapat membaca pada fase ke-2,
kira-kira ketika berada dikelas tiga dan empat anak menganalisis kata-kata yang
tidak diketahuinya menggunakan pola tulisan dan kesimpulan yang didasarkan
konteksnya. Pada fase ke-3, dari kelas empat samapi dengan dua SLTP tampak
adanya perkembangan pesat dalam membaca yaitu tekanan membaca tidak lagi
pengenalan tulisan tetapi pada pemahaman . pada fase ke-4, yakni akhir SLTP
sampai dengan SLTA, remaja menggunakan keterampilan tingkat tinggi misalnya
inferensi(penyimpulan) dan pengenalan pandangan penilis untuk meningkatkan
pemahaman akhirnya pada fase ke-5, tingkat perguruan tinggiseterusnya, atau
orang dewasa dapat mengintegrasikan hal-hal yang dibaca dengan pengetahuan yang
dimilikinya dan menanggapi kritis materi.
b.
Perkembangan
Menulis
Ada
kesejajaran antara perkermbangan kemampuan membaca dan menulis. Pada umumnya
penulis yang baik adalah pembaca yang baik, demikian juda sebaliknya. Proses
menulis dekat dengan menggambar, dalam hal keduanya mewakili simbol tertentu.
Namun, menulis berbeda dengan menggambar dan hal ini diketahui oleh anak ketika
berumur 3 tahun.
Anak
anak mulai dengan meggambar, kemudian menulis”cakar ayam”, barulah membuat
bentuk-bentuk huruf. Mula-mula anak sekolah menulis , meskipun ia tidak
mengetahui nama-nama huruf. Anak mencoba menggunakan aturan dalam menulis dan
menulis dengan mencocokan bunyi dan tulisan. Bunyi-bunyi dalam nama huruf
dicocokan dengan bunyi-bunyi yang didengarnya.
Tahap-tahap
Perkembangan Bahasa Anak
1.
Tahap
Pralinguistik (masa Meraba) Pada tahap ini bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan
anak belum bermakna. Bunyi-bunyi itu memang telah menyerupai vokal atau
konsonan tertentu. Pada perkembangan bahasa anak terdapat beberapa fase yang
berlangsung sejak anak lahir sampai berumur 12 bulan.
a.
Pada umur 0-2
bulan anak hanya mengeluarkan bunyi-bunyi reflektif untuk menyatakan lapar,
sakit atau ketidaknyamanan.
b. Pada umur 2 – 5 bulan anak mulai mendekut dan
mengeluarkan bunyi bunyi vokal yang bercapur dengan bunyi-bunyi mirip konsonan.
c. Pada umur 4 – 7 bulan anak mulai mengeluarkan
bunyi agak utuh dengan durasi (rentang waktu) yang lebih lama.
d. Pada umur 6 – 12 bulan anak mulai
berceloteh.
Celotehannya berupa reduplikasi atau
pengulangan konsonan dan vokal yang sama
seperti ba ba ba, ma ma ma
2.
Tahap satu kata
Fase ini berlangsung ketika anak berusia 12 – 18 bulan. Pada masa ini anak
menggunakan satu kata yang memiliki arti yang mewakili keseluruhan idenya.
Tegasnya, satu kata meakili satu atau bahkan lebih frase atau kalimat. Oleh
karena itu frase ini disebut juga tahap holofrasis Contoh satu kata: mimi !(
sambil menunjuk cangkirnya), akut (sambil menunjukan laba-laba).
3. Tahap dua kata Fase ini berlangsung seaktu
nak berusia sekitar 18 – 24 bulan, pada masa ini, kosakata dan gramatika
berkembang dengan cepat. Anak-anak mulai menggunakan dua kata dalam berbicara.
Tuturnya mulai bersifat telegrafik. Artinya apa yang dituturkan anak hanyalah
kata-kata yang penting saja, seperti kata benda, kata sifat, dan kata kerja.
Kata kata yang tidak pebting seperti halnya kalau kita menulis telegram
dihilangkan. Contoh dua kata : bapak
ana! Mamah, makan!
4.
Tahap banyak kata Fase ini
berlangsung ketika anak berusia 3-5 tahun atau bahkan sampai mulai bersekolah.
Pada usia 3-4 tahun, tuturan anak mulai lebih panjang dan tatabahasanya lebih
teratur. Dia tidak lagi menggunakan hanya dua kata, tetapi tiga kata atau
lebih. Pada umur 5-6 tahun bahasa anak
telah menyerupai bahasa orang dewasa,
sebagian bear aturan gramatika telah dikuasainya dan pola bahasa serta
tuturannya semakin bervariasi. Pada tahap perkembangan bahasa yang
dipelajarinya berkembang pula penguasaan mereka atas system bahasa yang
dipelajarinya, system bahasa itu sendiri atas subsistem berikut:
1. Fonologi, yaitu pengetahuan tentang
pelafalan dan penggabungan bunyi-bunyi tersebut sebagai sesuatu yang bermakna
2. Gramatika (tata bahasa) yaitu pengetahuan
tentang aturan pembentukan unsure tuturan
3. Semantikleksikal(kosakata) yaitu
pengetahuan tentang kata untuk mengacu kepada sesuatu hal
4. Pragmatik, yaitu pengetahuan tentang penggunaan
bahasa dalam berbagai cara untuk berbagai keperluan. Sub-subsistem tersebut
diperoleh anak secara bersamaan dengan keterampilan berbahasanya itu sendiri.
BAB III
3.1 KESIMPULAN
Anak-anak memperoleh
komponen-komponen utama bahasa ibu mereka dalam waktu yang relative singkat.
Ketika mereka mulai bersekolah dan mempelajari bahasa secara formal, mereka
sudah mengetahui cara berbicara untuk berkomunikasi dengan orang lain. Mereka
sudah mengetahui dan mengucapkan sejumlah besar kata. Namun, perkembangan
bahasa tidak berhenti ketika seorang anak sudah mulai bersekolah atau ketika
mereka sudah dewasa.
Proses perkembangan berlangsung
sepanjang hayat. Pemerolehan bahasa anak melibatkan dua keterampilan, yaitu
kemampuan untuk menghasilkan tuturan secara spontan, dan kemampuan untuk
memahami tuturan orang lain.
Perkembangan pragmatik atau
penggunaan bahasa merupakan hal yang paling penting dalam bidang pertumbuhan
bahasa pada periode usia sekolah. Pada usia prasekolah anak belum memiliki
keterampilan bercerita secara sistematis.
Selama periode prasekolah, proses
kognitif meningkat sehingga memungkinkan anak menjadi komunikator yang lebih
efektif.
Perbedaan ini dapat dilihat pada
kosakata dan gaya bercerita yang digunakan.
·
Penggunaan
Kosakata
Perbedaan kosakata yang digunakan oleh anak laki-laki dan perempuan
pada umumnya ada pada pilihan katanya.
·
Gaya bercerita
Wanita cenderung menggunakan cara-csra tidak lagsung dalam meminta
persetujuan dan lebih banyak mendengarkan, sedangkan laki-laki cenderung
memberitahu.
Pada awal usia sekolah anak-anak sudah dapat mengucapkan semua bunyi bahasa. Namun, bunyi-bunyi
tertentu terutama yang berupa klaster masih sulit bagi mereka yang
mengucapkannya. Kompetensi fonemik tampak jelas dalam kemampuan anak mengenal
irama.
·
Perubahan
morfofonemik
adalah modifikasi fonologis atau bunyi yang terjadi apabila morfem-morfem digabungkan.contoh
cetak berubah menjadi cetakan (k diucap jelas).
Sebagai halnya berbicara, kemampuan awal dalam membaca mungkin
diperoleh lewat interaksi sosial tidak lewat pembelajaran formal. Dalam
kegiatan membacakan cerita yang dilakukan oleh orang tua, tampak baik orang tua
maupun anak berpartisipasi dalam kegiatan sosial Orang tua sebaiknya
memperkenalkan buku-buku cerita kepada anak sedini mungkin. Tentu saja bukun
yang digunkan adalah yang banyak gambarnya dan berwarna warni sehingga menarik
perhatian anak.
Ada kesejajaran antara perkermbangan kemampuan membaca dan menulis.
Pada umumnya penulis yang baik adalah pembaca yang baik, demikian juda
sebaliknya. Proses menulis dekat dengan menggambar, dalam hal keduanya mewakili
simbol tertentu. Namun, menulis berbeda dengan menggambar dan hal ini diketahui
oleh anak ketika berumur 3 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyanto widodo & Ali mustofa 2001. Diktat Teori Belajar
Bahasa.
Lampung : Unila.
Irindiyani.blogspot. com/2014/04/Perkembangan_bahasa_anak. Html;
diakses pada Jum’at tanggal 06 maret 2015 pukul 18.20.
www.academia.edu/4797479/_Bahasa_Indonesia_Pemrolehan_dan_Perkembangan_Bahasa_Anak. Diakses pada hari jum’at 06 maret 2015 pukul 17.19.
Broto,A.s. 1975. Membaca. Jakarta: Bina Bahasa.
Tarigan H.G.2011.Pengajaran pemerolehan bahasa Indonesia.
Bandung: Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar