BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan
sekarang ini tingkat minat membaca semakin menurun. Penurunan tersebut juga
diimbangi oleh menurunnya tingkat pemahaman siswa tentang apa yang dibaca.
Akibatnya semakin sedikit ilmu pengetahuan yang didapatkan siswa. Membaca
merupakan suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti atau
makna yang terkandung didalam bahan tulis. Membaca pemahaman adalah suatu
proses memperoleh makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman
yang telah dimiliki oleh pembaca dan dihubungkan dengan isi bacaan. Sedangkan
pembelajaran adalah upaya pembelajaran atau membelajarkan siswa.
B. Ruang Lingkup
1.
Pengertian Membaca Interpretatif
2.
Tujuan Membaca Interpretatif
3.
Aneka Tujuan Membaca Interpretatif
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Membaca Interpretatif
Membaca
interpretatif bertujuan agar para siswa mampu menginterpretasi atau menafsirkan
maksud pengarang, apakah karangan itu fakta atau fiksi, sifat-sifat tokoh,
reaksi emosional, gaya bahasa dan bahasa kiasan, serta dampak-dampak
cerita tersebut terhadap pembaca.
B. Tujuan Membaca Interpretatif
1. Maksud
Pengarang
Seorang pengarang menulis
sesuatu utuk dibaca orang lain. Pengarang sebenarnya mempunyai maksud tertentu
dengan karya itu, oleh sebab itu perlu kita ketahui terlebih dahulu ragam-ragan
tulisan.
Secara garis besarnya karya
tulis dapat berupa Narasi, Deskrepsi, Persuasi, Eksposisi(tarigan)
a.
Tulisan Bernada Akrab
Tulisan
ini bersifat pribadi yaitu suatu bentuk tulisan yang memberikan sesuatu yang
paling menyenangkan dalam perjalanan diri penulis. Peranan yang paling penting
dari tulisan pribadi adalah nilai yang terkandung didalamnya. Penulis akan
lebih sadar akan kehidupan itu sebab pikiran-pikiran mengenai kehidupan telah
dilestarikan kedalam kata-kata. Tulisan pribadi dapat berbentik buku harian(diary)
catatan harian (jurnal), cerita tak resmi, surat, dan puisi.
Tulisan
pribadi ditandai oleh:
1)
Bahasa yang alamiah, wajar, biasa, sederhana.
2)
Ujaran yang normal, lincah, kalimat yang
biasa dipakai sehari-hari.
Karena
bebas dari sifat keresmian, maka tulisan pribadi harus:
1)
Hidup, bersemangat
2)
Lincah, cermelang
3)
Menarik, memikat, mempesona
4)
Menyegarkan
Tulisan
pribadi dapat berbentuk:
1)
Buku harian, catatan harian
2)
Cerita Biografi
3)
Lelucon Otobiografi
4)
Esai pribadi
b.
Tulisan Bernada Penerangan
Tulisan
bernada penerangan bersifat informatif dan membuahkan tulisan yang bersifat
deskriptif, bersifat memerikan. Memerikan berarti melukiskan, memaparkan
adanya, tanpa menambahi mengurangi keadaan sebenarnya. Karya ini bertujuan
mengajak para pembaca bersama-sama menikmati, merasakan,memahami dengan
sebaik-baiknya obyek,adegan, pribadi, atau suasana hati yang dialami penulis.
Deskrepsi atau pemerian bermaksud menjelaskan, menerangkan ,minat pembaca.
Dilihat
dari bentuknya maka karya tulis pemerian dapat dibagi atas:
1) pemerian
faktual
2) pemerian
pribadi
c.
Tulisan Bernada Penjelasan
Tulisan
yangbernada penjelasan disebut tulisan penyingkapan berbeda dari tulisan yang
bernada penerangan,karena tujuannya tidak hanya menceritakan, memeriakan,ataupun
meyakinkan tetapi justru menjelaskan sesuatu pada pembaca.
d.
Tulisan Bernada Mendebat
Pengarang
menggunakan nada debat atau argumentasi maka hasilnya karya tulis persuasive.
Persuasive bertujuan meyakinkan pembaca. Untuk mencapai tujuan itu dituntut
beberapa kualitas:
1) Tulisan
persuasif harus jelas dan tertib.
2) Tulisan
persuasif harus hidup dan bersemangat.
3) Tulisan
persuasif harus beralasan kuat, mempunyai argument-argumen yang logis.
4) Tulisan
persuasif harus bersifat dramatik
e.
Tulisan Bernada Mengkritik
Tulisan
yang bernada mengkritik bertujuan menilai atau mengevaluasi karya sastra, agar
dapat membawa kritik yang baik. Banyak orang berprasangka jelek terhadap karya
sastra. Analisis kritia kita maksudkan suatu upaya yang memacu pada pembuatan pertimbangan
atau pengambilan keputusan evaluasi yang dilakukan secara matang, teliti, dan
tidak berat sebelah. Tanpa membaca karya sastra, tidak mungkin membiat analisis
kritis yang memuaskn. Kegiatan diskusi sastra secara analisis dapat
meningkatkan keterampilan membaca dan menulis.
f.
Tulisan Bernada Kewenangan
Tulisan
bernada kewenangan atau otoritatif menghasilkan karya ilmiah. Tujuan karya
ilmiah yanga bernada otoritatif ini ialah mencapai suatu gelar tertentu. Secara
garis besar ada tiga jenis karya ilmiah, dengan masing-masing kewenangan
tertentu:
1)
Skripsi untuk mencapai sarjana muda
2)
Tesis untuk mencapai gelar sarjana
3)
Disertasi untuk mencapai gelar doktor
Tahap
yang dilalui tulisan ilmiah sebagai berikut:
1)
Memilih topik
2)
Membaca pendahuluan
3)
Menentukan bibliografi pendahuluan
4)
Membuat kerangka pendahuluan..
5)
Membuat catatan
6)
Menyusun kerangka akhir
7)
Menyusun naskah pertama
8)
Mengadakan revisi
9)
Menyusun naskah akhir
10) Mengoreksi
cetakan percobaan
11) mencetak
karya tersebut (Adelstein dan Prival,1976;521; klammer; 1978;83)
2. Fakta
atau fiksi
Membaca interpretatif adalah mengenal
perbedaan antara fakta dan fiksi. Pasda tahap pertma, konsep-konsep fantasi dan
realitas diperkenalkan dan dijelasakan dengan ilustrasi, kontras serta
membedakan kedua tipe sastra tersebut. Pada tahap kedua, para siswa diajarkan
perbedaan anatara fiksi dan non-fiksi dan diterangkan cara-cara menggunakan
sumber-sumber eksternal untuk menentukan realitas orang, tempat dan
peristiea-peristiwa dalam cerita.
Dalam penulisan cerita fiksi perlu
diperhatikan prinsip-prinsip teknis sebagai berikut :
a.
Permulaan dan eksposisi
b.
Pemerian dan latar
c.
Suasana
d.
Pilihan dan saran
e.
Saat penting
f.
Klimaks
g.
Konflik
h.
Komplikasi
i.
Pola atau model
j.
Kesudahan, kesimpulan
k.
Tokoh dan aksi
l.
Pusat minat
m.
Pusat tokoh
n.
Pusat narasi
o.
Jarak skala
p.
Langkah (Brooks and Wareen ; 1959 :644-8)
Khusus bagi fiksi cerita pendek, maka
unsur-unsur berikut ini harus dimiliki :
a.
Tema
b.
Plot, perangkap atau konflik dramatic
c.
Pelukisan watak
d.
Ketegangan dan pembayangan
e.
Kesegaran dan suasana
f.
Sudut pandang (point of view)
g.
Focus terbatas dan kesatuan (lubis, 1960 :
14).
3. Sifat-sifat
tokoh
Membaca interpretatif adalah keterampilan
menafsirkan sifat-sifat, ciri-ciri tokoh atau karakter. Kata ciri, sifat atau disini mengandung pengertian yang mengacu
kepada jenis-jenis karakteristik luar yang kongkrit yang mencerminkan
kebiasaan, tingkah laku sehari-hari yang bersifat refleksi, tidak menunjukan
kecendrungan yang mengandung motifasi tertentu. Ciri-ciri seorang tokoh berdasar
tindakan atau tingkah lakunya itu mungkin saja dipengaruhi oleh sifat-sifat
yang dimilikinya. Berupaya mengenali sifat-sifat tokoh, menemukan peristiwa
atau kejadian yang dapat menunjang pendapat mereka dan membuat ramalan-ramalan
mengenai tingkah laku tokoh-tokoh tertentu berdasarkan pengetahuan mereka
mengenai sifat-sifat para tokoh tersebut (Otto & Chester, 1976 : 159).
Bobot hakikat kemanusian diekspresikan
sebagai :
a.
Kebutuhan-kebutuhan akan hubungan
b.
Transendens (berpisah dari orang lain dan benda)
c.
Identitas (mengenali atau mengetahui)
d. Kerangka acuan (mempunyai
cara yang stabil)
Berdasarkan klasifikasi ciri-cirinya, maka
setiap pribadi mempunyai orientasi tertentu diantaranya sebagai berikut :
a.
Orientasi reseptif (menerima apa saja)
b.
Orientasi eksploitatif ( Orientasi yang
bersifat memeras, mengisap)
c.
Orientasi penimbunan (orientasi yang bersifat
menumpik, menimbun)
d.
Orientasi perdagangan
e.
Orientasi produktif
4. Reaksi
Emosional
Kegiatan membaca interpretative adalah
melatih keterampilan menafsirkan reaksi emosional Sesutu karya tulis. Disini
dipusatkan pada dua aspek reaksi emosional, yaitu :
a.
Reaksi omosional sang pembaca pada anbea tipe
karya sastra
b.
Reaksi-reaksi omosional terhadap para tokoh
di dalam karya sastra.
Mengenal reaksi-reaksi emosional para tokoh
dalam cerita-cerita yang mereka baca serta menentukan persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan antara reaksi-reaksi para tokoh fiktif itu dengan
reaksi-reaksi mereka sendiri. Emosi mempengaruhi kita dalam kehidupan, baik
dalam penyesuaian diri secara perorangan maupun secra kelompok. Mengenai hal
ini ada bebrapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
a.
Emosi dapat menambah kesenangan terhadap
pengalaman sehari-hari
b.
Emosi mempersiapkan tubuh kita untuk peran
tertentu
c.
Emosi dapat bertindak sebagai suatu bentuk
komunikasi
d.
Emosi dapat mengganggu kegiatan-kegiatan
mental
e.
Emosi dapat bertindak sebagai sumber-sumber
penilaian sosial dan penilaian diri sendiri
f.
Emosi mempengaruhi interaksi sosial
g.
Emosi meninggalkan dampaknya pada ekspresi
wajah dan mimik
Ciri-ciri khas emosi-emosi tersebut atara
lain :
a.
Emosi biasanya kuat, hebat berapi-api
b.
Emosi sering-sering kelihatan muncul
c.
Emosi biasanya bersifat sementara atau tidak
kekal
d.
Response-responsi mencerminkan kepribadian
e.
Emosi sering berganti kekuatan
f.
Emosi dapat ditemukan dengan gejala-gejala
tingkah laku
5. Gaya Bahasa
Keterampilan dan kemampuan
menafsirkan gaya bahasa dan bahasa kias merupakan butir kelima dari
kegiatan membaca interpretatif. Bahasa diperluas dengan cara memperkenalkan
makna-makna konotatif dan denotative eufenisme dan pola-pola bahasa
sehari-hari. Melalui penganalisisan karya tulis orang lain dan karya kreatif
mereka sendiri. Maka para siswa belajar memahami serta memanfaatkan bahasa
imajinatif dengan lebih baik.
Bahasa adalah suatu sarana interaksi social,
fungsi utamanya adalah kominikasi, korelasi psikologis sesuatu bahasa adalah
kompetesi atau kemampuan komunikasi, kemampuan melaksanakan interaksi social
dengan bantuan bahasa. (Dik, 1979 : 5).
Aspek retoris lainya dari peranan penulisan
cerita adalah penggunaan bahasa untuk menciptakan suatu nada atau suasana
persuasuif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan
interaksi antar sesama tokoh. Kemampuan penulis mempergunakan bahasa secara
cermat dan tepat guna akan dapat menjelmakan suatu suasana yang berterus-terang
atau satiris, simpatik atau menjengkelkan, objektif atau emosional.
Kegunaan lain dari bahasa adalah untuk
menandai tema seseorang tokoh. Para peulis dapat memanfaatkanbahasa
untuk menghasilkan efek misik yang serupa itu dengan cara menyuruh seseorang
tokoh agak sering mengulangi suatu frase yang ingin diperkenalkan. Keterampilan
sang pengarang memanfaatkan bahasa untuk menciptakan nada dan suasana yang
tepat guna, dapat memukau para pembaca. Berbagai gaya bahasa dapat
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan sang pengarang, antara lain :
a.
Aliterasi (pengulangan bunyi-bunyi yang sama)
b.
Antanaklasis (pengulangan kata yang sama
dengan makna yang berbeda)
c.
Antitesis (perbandingan dua buah kata yang berantonom,
berlawanan makna)
d.
Kiasmus (pengulangan serta infersi hubungan
antara dua kata dalam kalimat)
e.
Oksimoron (pembentukan suatu hubungan
sintaksis antara dua buah antonm)
f.
Paralipsis (suatu rumusan yang dipergunakan
untuk mengumumkan bahwa seseorang tidak mengatakan yang tidak dikatakanya dalam
kalimat itu sendiri)
g.
Paronomasia (penjajaran kata-kata yang
bersamaan bunyi tetapi berbeda makna)
h.
Silepsis (penggunan sebuah kata yang
mempunyai lebih dari satu makna dan berpartisipasi dalam lebih dari satu kontruksi
sintaksis)
i.
Zeugma (koordinasi keterbatasan dua kata yanf
mempunyai makna yang berbeda)
6. Dampak
Cerita
Kegiatan membaca interpretatif menyangkut
masalah dampak cerita cerita, suatu keterampilan meramalkan aneka dampak yang
mungkin dihasilkan oleh sesuatu cerita. Keterampilan utama yang dituntut disini
adalah keterampilan meramalan dalam pelbagai tahap yang terdapat dalam cerita
apa yang terjadi berikutnya dan membimbing anak-anak untuk menyadari bahwa
dalam setiap situasi tertentu mungkin saja terkandung sejumlah dampak yang
masuk akal.
Biasanya setiap cerita dapat dibagi
atas lima bagian, yaitu :
a.
Situasi (pengarang mulai melikiskan suatu
keadaan atau situasi)
b.
Generating circumstances (peristiwa yang
bersangkutpaut, yang berkait-kaitan mulai bergerak)
c.
Rising action (keadaan mulai memuncak)
d.
Climax (peristiwa-peristiwa mulai memuncak)
e.
Denoument (pengarang memberikan pemecahan
soal dari semua peristiwa)
Pengartian setiap jenis tersebut adalah
sebagai berikut :
a.
Alur gerak
Dalam
bahasa inggis alur gerak ini disebut the
action plot. Alur disusun disekitar suatu masalah dan pemecahannya. Alur
ini terutama sekali sering pada sastra popular, sastramassa.
b.
Alur pedih
Disebut
the pathetic plot dalam bahasa
inggris.Serangkaian musibah menimpa seorang pelaku utama yag cantik atau
ganteng tetapi lemah. Cerita ini berakhir dengan kesedihan, kepedihan dan
menimbulkan rasa kasihan dari para pembaca. Alur seperti ini umumnya terdapat
pada novel-novel naturalis abad 19.
c. Alur
tragis atau the tragic plot
Sang
pelaku utama, yang masih anteng dalam beberapa hal bertanggungjawab terhadap
kemalangan yang menimpa dirinya sendiri, tetapi dia tidak mengetahui hal ini
sejak semula. Karenanya, para pembaca mengalami kataris, rasa terharu.
d.
Alur penghukuman atau the punitive
plot
Dalam
alur ini sang pelaku utama tidak dapat menarik rasa simpati para pembaca,
walaupun dia sebenarnya mengagumkan dalam bebrapa hal. Cerita berakhir dengan
kegagalan sang pelaku utama.
e.
Alur sinis
Seorang
tokoh utama, tokoh ini yang jahat memperoleh kekayaan pada akhir cerita, yang
justru sepantasnya medapat hukuman.
f.
Alur sentimental
Seorang
tokoh utama yang sering kali lemah mengalami serentetan kemalangan, tetapi
justru memperoleh kemenangan atau kejayaan pada akhir cerita.
g.
Alur kekaguman atau the admiration plot
Tokoh
utama yang kuat, gagah dan bertanggungjawab atas tindakan-tidakannya, mengalami
serangkaian mara bahaya.
h.
Alur kedewasaan atau the maturing plot
Tokoh
utama yang memang ganteng dan menarik justru tidak berpegalaman dan bersifat
kekanak-kanakan.
i.
Alur perbaikan atau the relform pot
Tokoh
utama sendiri bertanggung jawab penuh atas kemalangan-kemalangan yang
mengganggu keriernya.
j.
Alur pengujian atau the testing plot
Tokoh
utama ini sendiri meninggaalkan serta mengingkari cita-citanya sendiri.
k.
Alur pendidikan atau the education plot
Dalam
alur ini terdapat perbaikan atau peningkatan tokoh utama. Alur ini agak mirip
dengan alur kedewasaan, tetapi dalam hal ini perubahan batiniah tidak
mempengaruhi prilaku sang tokoh.
l.
Alur penyingkapan rahasia atau revelation plot
Pada
mulanya tokoh utama tidak mengetahui kondisinya sendiri. Lama kelamaan dalam
proses jalannya cerita, sang tokoh dapat menyingkapi rahasia pribadinya
sendiri.
m. Alur
perasaan sayang atau the effective
plot
Sikap
dan keyakinan tokoh utama berubah, tetapi falsafah hidupnya tidak berubah
n. Alur
kekecewaan atau disillusionment plot
Sang
tokoh kehilangan idamanya dan jatuh kedalam jurang keputusasaannya. Pada akhir
cerita, pembaca hanya sebentar saja bersimpati kepadanya, selanjutnya diliputi
kekecewaan.
C. Aneka Tujuan Membaca Interpretatif
Menurut Otto & Chester
(dalam Tarigan, 1982:82) Dalam kegiatan membaca interpretatif ada
beberapa tujuan yang hendak dicapai, tujuan itu terbagi atas tiga tingkatan,
yaitu :
Tujuan
tingkat A-C (kelas 1-2 Sekolah Dasar) adalah agar para siswa dapat
:
1.
Mempertimbangkan, memikirkan maksud dan
tujuan sang pengarang.
2.
Memperhatikan realitas atau fantasi,
3.
Memperhatikan sifat-ifat dan motif-motif para
tokoh,
4.
Memperhatikan reaksi-reaksi emosional,
5.
Memperhatikan tamsil-tamsil yang berhubungan
dengan pancaindra .
6.
Meramalkan pengaruh, akibat, atau
dampak-dampak cerita.
Tujuan
tingkat D - E (kelas 3-4 Sekolah Dasar) adalah agar para siswa dapat :
1.
Menentukan tujuan dan sikap sang pengarang.
2.
Menetapkan fakta atau fiksi.
3.
Menentukan sifat-sifat dan
perubahan-perubahan para tokoh.
4.
Memperhatikan reaksi-reaksi emosional para
tokoh.
5.
Memperhatikan gaya bahasa, bahasa kias yang
terdapat pada bacaan.
6.
Meramalkan pengaruh atau dampak-dampak
cerita.
Tujuan
tingkat F-G (kelas 5-6 Sekolah Dasar) adalah agar para siswa dapat atau mampu :
1.
Mempertimbangkan, memikirkan pendapat sang
penulis.
2.
Menentukan unsur-unsur fakta dalam fiksi
3.
Menentukan serta memperbandingkan
sifat-sifat, sikap-sikap, perubahan-perubahan dan motif-motif para tokoh.
4.
Mengenali reaksi-reaksi emosional para tokoh
(serta menentukan yang mana yang dianggap paling sesuai dan serasi).
5.
Memperhatikan penggunaan kata-kata yang
bermakna konotatif dan denotatif.
6.
Meramalkan dampak-dampak bahan bacaan ( Otto
& Chester, 1976 : 166).
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Membaca
interpretatif bertujuan agar para siswa mampu menginterpretasi atau menafsirkan
maksud pengarang, apakah karangan itu fakta atau fiksi, sifat-sifat tokoh,
reaksi emosional, gaya bahasa dan bahasa kiasan, serta dampak-dampak
cerita tersebut terhadap pembaca.
B. Saran
Mahasiswa
hendaknya perlu mendalami lebih jauh mengenai ketrampilan dalam mambaca,
terlebih mengenai membaca pemahaman interpretative.
DAFTAR
PUSTAKA
H.Dalman, .2013.Keterampilan Membaca. RajaGrafindo
Persada : Jakarta.
Tarigan,H.G.1982. Membaca sebagai suatu ketrampilan
Berbahasa: Bandung:IKIP – STIA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar