(MAKALAH)
Diajukan Untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Mengikuti Perkulihan Mata Kuliah Membaca
Dosen pengampu
Sofian Hadi, M.Pd
Disusun Oleh:
Naris Mulyono 14040010
Hengki Irawan 14040011
Runi Setiasih 14040019
Shendi Apriliawan W 14040035
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan kekuatan dan
ketabahan bagi hamba-Nya. Serta memberi ilmu pengetahuan yang banyak agar kita
tidakmerasa kesulitan. Shalawat serta salam tidak lupa kami sanjungkan kepada
Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan wahyu kepada hamba-Nya yang setia
sampai akhir zaman.
Makalah
yang berjudul “Membaca Pemahaman Kreatif” ini disusun sebagai salah satu tugas
mata kuliah Membaca. Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat bantuan
dan sumbangan pemikiran, serta dorongan dari berbagai pihak tetapi tidak luput
dari kendala yang begitu banyak.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi kami,
Aamin yarobbal’alamiin.
Pringsewu, Desember 2015
Penyusun
Kelompok 8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Membaca
kreatif
B. Ciri-ciri Membaca
Kreatif
C. Latihan-latihan
Membaca Kreatif
D. Tujuan Membaca
Kreatif
E. Manfaat Membaca
Kreatif
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Istilah
kreatif berarti tindak lanjut setelah seseorang melakukan kegiatan membacanya,
jika seseorang membaca lalu berhenti pada saat setelah ia menutup bukunya, maka
dirinya tidak dikatakan sebagai pembaca kreatif, sebaliknya jika membaca setelah
dia melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi peningkatan kehidupan baru dia
dikatakan sebagai pembaca yang kreatif (Nurhadi, 2004).
Dalam
membaca kreatif, membaca dituntut mencermati ide-ide yang dikemukakan penulis,
kemudian membanding-bandingkannya. Proses lebih penting dari kegiatan membaca
kreatif itu tidak sekedar menganggap makna dan maksud bahan bacaan, tetapi juga
menerapkan makna dan maksud bahan bacaan, tetapi bacaan di dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya kualitas hidupnya. Pembaca juga diharapkan dapat
melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi kepentingan kualitas hidupnya
berdasarkan informasi dari bacaan dengan menerapkan informasi diharapkan.
Kualitas hidup pembaca tidak akan terarah dan meningkat kalau ternyata begitu
selesai pembaca tidak ada tindak lanjutnya, berarti ia bukan pembaca kreatif.
Dalam hal ini, dalam diri seorang pembaca kreatif secara otomatis akan tampak
sejumlah kamajuan, baik dalam hal kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Dengan kata lain, tingkatan membaca kreatif lebih tinggi daripada membaca
literal, interpretatif maupun kritis.
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui
pengertian membaca pemahaman kreatif
2. Mengetahui
ciri-ciri membaca kreatif
3. Mengetahui
latihan-latihan membaca kreatif
4. Mengetahui tujuan membaca kreatif
5. Mengetahui manfaat membaca kreatif
C. Tujuan Penulisan
1. Agar
dapat memahami membaca pemahaman kreatif
2. Agar
dapat memahami ciri-ciri membaca kreatif
3. Agar dapat memahami latihan-latihan membaca
kreatif
4. Agar
dapat memahami tujuan membaca kreatif
5. Agar
dapat memahami manfaat membaca kreatif
BAB II
PEMBAHASAN
A Pengertian Membaca Kreatif
Membaca
kreatif yaitu proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan
yang terdapat dalam bacaan dengan cara mengidentifikasi ide-ide yang menonjol
atau mengombinasikan pengetahuan yang sebelumnyapernah didapatkan. Dalam hal
ini, setelah seorang pembaca menyelesaikan bacaannya ia tentu saja memiliki
daya inisiatif dan kreatif untuk mengembangkan pemahaman membacanya dengan
menghasilkan ide baru yang inovatif.
Istilah
kreatif berarti tindak lanjut setelah seseorang melakukan kegiatan membacanya,
jika seseorang membaca lalu berhenti pada saat setelah ia menutup bukunya, maka
dirinya tidak dikatakan sebagai pembaca kreatif, sebaliknya jika membaca
setelah dia melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi peningkatan kehidupan baru
dia dikatakan sebagai pembaca yang kreatif (Nurhadi, 2004).
Pratiwi
dan Subyantoro (2003) mengatakan bahwa membaca kreatif adalah tindakan
tertinggi dari kemampuan membaca seseorang dan kemampuan membaca kreatif,
artinya seseorang pembaca yang baik adalah membaca tidak hanya sekedar
menangkap makna tersurat (reading the lines), tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya
untuk kepentingan sehari-hari.
Unohamdi
mengatakan bahwa membaca kreatif adalah kegiatan yang tidak hanya sekedar
menangkap makna tersurat, makna antara baris tetapi juga mampu secara kreatif
menerapkan hasil membacanya untuk sehari-hari.
Dalam
membaca kreatif, membaca dituntut mencermati ide-ide yang dikemukakan penulis,
kemudian membanding-bandingkannya. Proses lebih penting dari kegiatan membaca
kreatif itu tidak sekedar menganggap makna dan maksud bahan bacaan, tetapi juga
menerapkan makna dan maksud bahan bacaan, tetapi bacaan di dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya kualitas hidupnya. Pembaca juga diharapkan dapat
melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi kepentingan kualitas hidupnya berdasarkan
informasi dari bacaan dengan menerapkan informasi diharapkan.
Kualitas
hidup pembaca tidak akan terarah dan meningkat kalau ternyata begitu selesai
pembaca tidak ada tindak lanjutnya, berarti ia bukan pembaca kreatif. Dalam hal
ini, dalam diri seorang pembaca kreatif secara otomatis akan tampak sejumlah
kamajuan, baik dalam hal kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dengan kata
lain, tingkatan membaca kreatif lebih tinggi daripada membaca literal,
interpretatif maupun kritis.
Menurut
burdansyah membaca kreatif adalah membaca yang tidak berhenti setelah bacaan
atau buku tuntas dibaca, dan masih ada proses tindak lanjut yang tujuan
akhirnya berupa peningkatan kualitas hidup dan tingkatan kulitas hidup yang
paling bermakna dalam kegiatan membaca adalah membaca kreatif.
Berdasarkan
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa membaca kreatif adalah sebuah
proses membaca yang tidak hanya menangkap suatu makna, tetapi setelah kita
membaca seorang harus dapat menerapkan dalam hal sehar-hari dan dapat
mengombinasikan pengetahuan yang sebelumnya pernah didapatkan.
B. Ciri-ciri Membaca
Kreatif
Menurut
Nurhadi (2004), sebagai seorang pembaca kreatif harus dapat memenuhi
kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Kegiatan
membaca tidak berhenti sampai pada saat menutup buku.
2. Mampu
menerapkan hasilnya untuk kepentingn hidup sehari-hari
3. Munculnya perubahan sikap dan tingkah laku
setelah proes membaca selesai.
4. Hasil membaca berlaku sepanjang masa.
5. Mampu
menilai membaca secara kritis dan kreatif bahan-bahan bacaan.
6. Mampu
memecahkan masalah kehidupn sehari-hari berdasarkan hasil bacaan yang dibaca.
Menurut
burdansyah, ada banyak hal yang akan terjadi pada seorang pembaca kreatif.
Beberapa diantaranya adalah:
1. Mampu
memilih atau menentukan bahwa bacaan yang tepat sesuai dengan kebutuhan atau
minatnya
2. Tampak
kemajuan dalam cara berpikir atau cara pandang terhadap suatu masalah
3. Terbentuk
kematangan dalam cara pandang, sikap, dan cara berpikir
4. Tampak
wawasan semakin jauh ke depan dan mampu membuat analisis sederhana terhadap
suatu persoalan
5. Ada
peningkatan dan prestasi atau profesionalisme kerja
6. Semakin
berpikir praktis dan pragmatis dalam segala persoalan.
C. Latihan-latihan
Membaca Kreatif
Membaca
kreatif perlu diadakan latihan serangkaian keterampilan. Beberapa latihan
tersebut adalah:
1. Keterampilan
mengikuti petunjuk dalam bacaan kemudian menerapkannya
2. Ketampilan
membuat resensi buku
3. Keterampilan memecahkan masalah sehari-hari
melalui teori yang disajikan dalam buku
4. Keterampialan
mengubah buku cerita prosa (cerpen, novel) menjadi bentuk naskah drama atau
sandiwara
5. Keterampilan
mengubah buku cerita prosa
6. Keterampilan
mementaskan naskah drama yang telah dibaca
7. Keterampilan
mengubah bentuk puisi menjadi prosa (cerpen atau novel)
8. Keterampilan
melakukan teori celup, misalnya setelah membaca cerpen, pembaca akan membuat
cerpen, dan lain-lain (Nurhadi, 2004)
Membaca
kreatif dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Menarik
kesimpulan dari fakta yang dibaca
2. Melanjutkan
pemikiran penulis
Membaca
kreatif yang bertujuan membaca untuk memahami pikiran pengarang beberapa
ketangkasan dan belajar (Nurhadi, 2004), yaitu:
1. Melihat
rencana pengarang
2. Mengerti
gagasan inti
3. Mengerti
fakta-fakta dan detail-detailyang penting
4. Menghubung-hubungkan
fakta-fakta dan merangkum apa yang dikatakan pengarang
5. Mendapatkan
kesan umum dari buku atau karangan
D. Tujuan Membaca
Kreatif
Membaca
kreatif bertujuan agar para siswa berkreasi dalam hal-hal dramatis, interpretasi
lisan atau musik, narasi pribadi, ekspresi tulis, dan ekspresi visual
Menurut
Tarigan (1994), membaca kreatif bertujuan sebagai berikut:
1. Dramatisasi
Butir
pertama pada kegiatan membaca kreatif adalah dramatisasi. Pada tahap pertama
para siswa dilatih memberikan ekspresi dramatik terhadap para tokoh serta
ide-ide yang telah mereka temui dalam bacaan mereka. Keterampilan ini
selanjutkan dikembangkan pada tahap kedua. Pada tahap ini siswa
mendramatisasikan tema-tema dari sastra dalam kaitannya dengan
pengalaman-pengalaman mereka sendiri atau situasi-situasi kontemporer. Pada
tahap berikutnya, para siswa diberi kesempatan untuk menggunakan ironi, parodi,
humor, dan aneka bentuk drama lainnya untuk mentransformasikan isi
penggalan-penggalan sastra ke dalam berbagai macam ekspresi, dalam hati, atau
sudut pandang. Sebagai suatu keseluruhan butir ini memberi kesempatan kepada
para siswa untuk mempersonalisasikan serta memberi ekspresi dramatik bertahap
apa yang telah mereka baca.
2. Interpretasi Lisan
atau Musik
Pada
tahap ini pertama dimulai dengan kegiatan-kegiatan yang menggunakan
bacaan-bacaan koor/ bersama secara sederhana diikuti oleh musik yang serasi
dengan bacaan itu sebagai sarana pembantu dalam menginterpretasikan sastra.
Pada tahap ke dua para siswa dilatih untuk memperbandingkan serta mengontraskan
aneka ragam penggalan sastra melalui penggunaan interpretasi-interpretasi lisan
dan musik. Pada tahap berikutnya, keterampilan ini diperhalus lagi, diisi para
siswa dilatih mengadakan eksperimen dengan penafsiran-penafsiran lisan dan
musik untuk mengubah suasana hati atau nada sastra (Otto& Chester dalam
Tarigan, 1994).
Agar
para siswa dapat dilatih menginterpretasikan sepenggal bacaan sastra dengan
tepat secara lisan dengan musik, maka para guru terlebih dahulu harus menguasai
teori musik ala kadarnya, terutama sekali mengenai nada dan tempo.
Dari
segi nada, maka pada umumnya musik dapat diklasifikasikan atas:
a.
Musik atau lagu minor
b.
Musik atau lagu mayor
ditinjau
dari segi tempo, maka pada umumnya lagu atau musik dapat kita klasifikasikan
atas:
a.
Tempo lambat
b.
Tempo sedang
c.
Tempo cepat
Agar
pelisan atau praktik vokal berhasil baik dalam menyajikan sebuah lagu atau
membaca indah sepenggal karya sastra, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dan dilatih dengan baik (Tarigan, 1994), yaitu:
a.
Membaca notasi
Para
siswa dilatih baik-baik agar dapat membaca notasi sesuatu lagu atau musik
dengan tepat
b.Pernapasan
dan sikap
Para
siswa dilatih dan disadarkan bahwa pada saat menyampaikan sesuatu lagu atau
melisankan suatu harga sastra, pernapasan dan sikap harus baik dan serasi
c.
Pemenggalan kalimat atas frasa (pharasering)
Para
siswa dilatih mengucap frasa-frasa yang tepat, sesuai dan serasi dengan
pernapasan. Siswa yang dapat menentukan tempat mengambil napas dalam bernyanyi
berarti siswa tersebut telah melihat dan menghayati frasa lagu tersebut.
c.
Pengucapan
Sewaktu
berbunyi, atau melisankan suatu karya sastra, ucapan harus tepat dan benar.
Salah pengucapan suatu kata, frasa, atau kalimat dapat mengubah arti atau
makna. Ucapan harus jelas. Dalam hal ini, terasa benar betapa pentingnya
pengetahuan mengenai fonetik dan fonologi.
3. Narasi Pribadi
Butir
ketiga dari pancauntai kegiatan membaca kreatif adalah narasi pribadi. Kegiatan
ini terutama sekali berhubungan dengan pengisahan cerita atau storytelling. Pada tahap pertama para
siswa diberi kesempatan untuk menciptakan dan menghubungkan cerita-cerita
berdasarkan alur, gagasan, ide, peristiwa, atau tokoh-tokoh dari bacaan mereka.
Pada tahap kedua, keterampilan itu selanjutnya dikembangkan dengan cara
mendorong cerita-cerita berdasarkan pengalaman-pengalaman mereka, tetapi
dirangsang oleh sesuatu yang berasal dari bacaan mereka. Kemudian, pada tahap
berikutnya para siswa membaca cerita-cerita, lalu menghubung-hubungkannya
setelah mengadakan perubahan-perubahan untuk mengubah beberapa aspek seperti
suasana hati, nada, dan dampak cerita.
Dengan
kegiatan ini para siswa dituntut banyak membaca cerita serta dapat menceritakannya
kembali dengan kata-kata sendiri, dengan gaya bahasanya sendiri (Tarigan,
1984). Dengan cara ini para guru dapat meningkatkan apresiasi sastra dan juga
memperkaya imajinasi para siswa. Agaknya tidaklah mustahil sama sekali bahwa
dengan upaya dan bimbingan yang intensif dari pihak guru, bakat terpendam yang
ada pada seorang siswa dapat tumbuh dengan subur serta membuahkan hasil yang
menggembirakan dalam dunia karang-mengarang, khususnya dalam bidang narasi.
Kian
banyak cerita yang dibaca oleh para siswa maka kian mantap pulalah pengertian
serta pemahaman mereka mengenai bentuk dan isi fiksi. Berdasarkan bentuknya
fiksi itu dapat kita bagi atas lima golongan, yaitu:
a.
Novel (istilah kita roman, dari bahasa Belanda)
b.
Noveltte (istilah kita novel, dari
bahasa Belanda novelelleyang ada
giliranya berasal dari bahasa Prancis nouvelle
yang berarti hal yang baru)
c. Short story (cerita pendek)
d. short short story (dapat kita namakan
cerita singkat)
e.
Vignette (dinamakan begitu karena
sangat singkat dan hanya memakan tempat sedikit, vignette (bahasa Prancis) berarti gambar kecil untuk hiasan yang
dalam bentuk mula-mula berupa cabang pohon anggur) (Notosusanto, dalam Tarigan,
1994).
Walaupun
dengan demikian ada pula yang membuatklasifikasi tersebut menjadi lebih
sederhana lagi, yaitu atas tiga jenis:
a.
Novel
b.
Novelet
c.
Cerita pendek
Di
samping berdasarkan bentuknya, fiksi pun dapat kita klasifikasikan berdasarkan
isinya. Klasifikasi berdasarkan isi ini hanyalah mungkin kalau kita telah
membaca fiksi itu, yaitu kalau kita telah mengetahui apa isinya, apa maksud dan
tujuannya. Berdasarkan isinya maka dapatlah kita bagi fiksi itu atas:
a.
Impresionisme
b.
Romantik
c.
Realisme
d.
Realisme sebenarnya
e.
Naturalisme
f.
Ekspresionisme
g.
Simbolisme
4. Ekspresi Tulis
Butir
keempat dari pancauntai kegitan membaca kreatif adalah ekspresi tulis. Kegiatan
ini terutama sekali direncanakan untuk memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengekspresikan diri mereka dalam karya tulis. Pada tahap pertama, para siswa
berlatih mempraktikkan ekspresi kreatif dengan cara menuliskan kembali
cerita-cerita yang telah mereka baca. Para siswa didorong serta diujarkan untuk
mengubah serta membentuk kembali peristiwa-peristiwa, tokoh-tokoh,
suasana-suasana hati atau gagasan-gagasan yang diambil dari cerita-cerita
aslinya, dan dengna demikian para siswa menciptakan versi mereka sendiri
(Tarigan, 1994).
Pada
tahap kedua, para siswa menulis cerita-cerita dan lakon-lakon asli yang menghubungkan
beberapa aspek sastra dengan pengalaman-pengalaman pribadi atau situasi-situasi
kontemporer.
Pada
tahap ketiga, ketermpilan tersebut ditingkatkan sera diperhalus dengan upaya
menyuruh serta mendorong para siswa menuliskan kembali pengalaman-pengalaman
sastra pilihan dengan cara megubah aspek-aspek yang ada kaitannya dengan
suasana hati, nada, gaya, mode, atau dampak cerita.
Dengan
upaya yang telah disebut diatas kita berharap agar keterampilan para siswa
berekspresi tulis dapat ditingkatkan, suatu keterampilan yang sangat bermanfaat
dalam lingkungan sehari-hari dalam masyarakat.
Dari
uraian sekilas tadi dapatlah kita pahami betapa eratnya hubungan antara membaca
dan menulis. Kian banyak bahan yang kita baca maka kian banyak pula hal-hal
yang dapat kita sampaikan, kita ekspresikan kepada orang lain, baik secara
lisan maupun secara tulisan, dengan kata lain, dengan cara banyak membaca maka
daya ekspresi kita, baik secara lisan maupun secara tulisan semakin meningkat
(Tarigan, 1994).
5. Ekspresi Visual
Butir
kelima dari untaian kegiatan membaca kreatif ini ekspresi visual. Kegiatan ini
bermula pada tahap pertama dengan cara menampakkan kegiatan-kegiatan yang
memberi kesempatan kepada para siswa untuk menciptakan suatu karya atau produk
visual, seperti suatu gambar atau model tanah liat, yang menggambarkan suatu
adegan, objek, tokoh, ataupun gaya yang berasal dari bacaan mereka.
Dalam
kegiatan-kegiatan pada tahap kedua, para siswa menciptakan gambaran-gambaran
visual yang menghubungkan beberapa aspek bacaan mereka dengan
pengalaman-pengalaman pribadi ataupun dengan situasi-situasi kontemporer.
Pada
tahap berikutnya, para siswa mengubah aspek-aspek bacaan mereka, misalnya
suasana hati, mode, dan dampak melalui gambaran-gambaran visual. Dengan latihan
yang intensif serta bimbingan yang baik dari pihak guru, maka keterampilan pada
siswa untuk berekspresi visualdapat kita tingkatkan dalam membaca kreatif ini.
Tanpa latihan yang intensif tidak dapat kita harapkan hasil yang memuaskan
(Tarigan,1994).
6. Aneka Tujuan
Menurut
Tarigan (1984) dengan kegiatan-kegiatan membaca kreatif ini ada beberapa tujuan
yang hendak kita capai. Tujuan-tujuan ini terbagi atas tiga tingkatan, seperti
tertera di bawah ini.
Tujuan
Tingkat A-C (kelas 1-2 Sekolah Dasar) adala agar para siswa dapat:
a.
Mendramatisasikan tokoh-tokoh, perasaan-perasaan dan gerakan-gerakan dari karya
sastra yang dibacanya
b.
Memberikan interpretasi-interpretasi lisan dan musik dari karya sastra yang
dibacanya
c.
Mengisahkan atau menuturkan cerita-cerita berdasarkan tokoh-tokoh atau tema-tem
dari karya sastra yang dibacanya
d.
Menulis (mendiktikan) cerita-cerita berdasarkan tokoh-tokoh atau tema-tema dari
karya sastra yang dibacanya
e.
Menciptakan gambaran visual dari suatu adegan, objek, tokoh, atau gagasan dari
karya sastra yang dibacanya
Tujuan
Tingkat D-E (kelas 3-4 Sekolah Dasar) adalah agar siswa dapat:
a.
Mendramatisasi tema-tema dari karya sastra dalam hubungannya dengan
pengalaman-pengalaman pribadi ataupun dengan situasi-situasi kontemporer
b.
Menyajikan interpretasi-interpretasi lisan dan musik dari karya sastra yang
dibacanya serta yang ada hubungnnya dengan itu
c.
Menciptakan cerita-cerita asli mengenai pengalaman-pengalaman pribadi ataupun
situasi-situasi kontemporer berdasarkan karya sastra
d.
Menulis cerita-atau lakon-lakon yang menghubungkan beberapa aspek sastra dengan
pengalaman-pengalaman pribadi ataupun situasi-situasi kontemporer
e.
Menciptakan gambaran-gambaran visual yang menerapkan tema-tema tertentu dari
karya sastra kepada pengalaman-pengalaman pribadi ataupun situasi-situasi
kontemporer.
Tujuan
Tingkat F-G (kelas 5-6 Sekolah Dasar) adalah agar para siswa dapat mampu:
a.
Memanfaatkan drama untuk mengubah isi sastra menjadi mode-mode, suasana-suasana
hati, atau sudut-sudut pandangan yang berbeda
b.
Mengubah mode, suasana hati, atau sudut pandangan sastra melalui
interpretasi-interpretasi lisan dan musik
c.
menciptakan cerita-cerita denga cara mentransformasikan atau mengubah mode,
suasana hati, atau sudut pandangan karya sastra yang dibacanya
d.
Menuliskan kembali sepenggal karya sastra dengan mengubah mode, suasana hati, atau
sudut pandangan seperlunya
e.
Menciptakan gambaran visual beberapa aspek sastra yang dibacanya yang
mengubanya menjadi mode, suasana hati, atau sudut pandangan yang berbeda dari
yang semula (Otto & Chester, 1976:167 dalam Tarigan, 1994).
E. Manfaat Membaca
Kreatif
Menurut
Burdansyah,membaca kreatif akan memberikan banyak manfaat dalam berbagai
bidang. Misalnya, wacana tentang siraman rohani, pemikiran para budayawan,
informasi cara merawat kesehatan tubuh, informasi tentang cara membuat makanan
atau barang. Ada juga yang memberikan informasi soal cara memanfaatkan lahan
milik kita, misalnya membudidayakan tanaman hias, tanaman obat, dan lain-lain.
Apabila anda tertarik untuk memelihara ternak atau tanaman, dari bukupun anda
dapat belajar cara merawatnya, memilih pupuk atau pakan yang diperlukan, dan
sebagainya. Pilihan lain untuk menambah pengetahuan antara lain, cara membuat
bangunan dan menata ruangan secara artistik, termasuk cara merenovasi suatu
bangunan agar terkesan lebih nyaman dan indah.
Contoh
konkret dari membaca kreatif adalah seorang mahasiswa/pembaca saat membaca
sebuah buku tidak akan berhenti di situ aja, tetapi ia selalu mencatat sesuatu
yang dianggap penting, menandai sesuatu yang dianggap sulit/asing, dan selalu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari serta meningkatkan bacaannya.
Pada
dasarnya seorang pembaca dituntut untuk mampu membaca kreatf. Membaca pada
tingakat ini adalah membaca tingkat tinggi karena untuk membaca kreatif si
pembaca harus memahami terlebih dahulu beberapa tingkat sebelumnya. Dalam hal ini,
si pembaca yang mampu memahami isi bacaan secara literal, interpretatif, dan
kritis, maka barulah ia dapat masuk ke dalam membaca kreatif. Disini seorang
pembaca kreatif tidak akan berhenti melakukan ativitas setelah ia selesai
membaca. Ia tidaklah serta merta mengakhiri kegiatan membacanya, melainkan ia
melakukan eksperimen terhadap apa yang dibacanya dan bahkan ia pun dapat
membuat tulisan dari hasil membacanya. Intinya oarang yang membaca kreatif, ia
tidak tinggal diam setelah selesai memaca. Ia akan kreatif melakukan berbagai
tindakan atas hasil membacanya baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Membaca
kreatif yaitu proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan
yang terdapat dalam bacaan dengan cara mengidentifikasi ide-ide yang menonjol
atau mengombinasikan pegetahuan yang sebelumnyapernah didapatkan. Dalam hal
ini, setelah seorang pembaca menyelesaikan bacaannya ia tentu saja memiliki
daya inisiatif dan kreatif untuk mengembangkan pemahaman membacanya dengan
menghasilkan ide baru yang inovatif.
Dalam
membaca kreatif, membaca dituntut mencermati ide-ide yang dikemukakan penulis,
kemudian membanding-bandingkannya. Proses lebih penting dari kegiatan membaca
kreatif itu tidak sekedar menganggap makna dan maksud bahan bacaan, tetapi juga
menerapkan makna dan maksud bahan bacaan, tetapi bacaan di dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya kualitas hidupnya. Pembaca juga diharapkan dapat
melakukan aktivtas yang bermanfaat bagi kepentingan kualitas hidupnya berdasarkan
informasi dari bacaan dengan menerapkan informasi diharapkan.
B. Saran
Mengharapkan
setiap pihak yang terlibat dalam pendidikan agar lebih berperan aktif dalam
pendidikan, agar jala menuju pendidikan yang dicita-citakan dapat segera
terwujud. Dan berusaha memulai hal-hal positif yang dapat membantu proses
pendidikan sedini mungkin atau secepat mungkin. Serta pendidikan jangan
dianggap sesuatu hal yang sepele tapi jadikanlah pedidikann tu sebagai
kewajiban kita sebagai anak bangsa yang harus kita laksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Nurhadi. 2004. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan
Membaca. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Pratiwi, dan Subyantoro. 2003. Membaca II. Jakarta
Universitas Terbuka.
Tarigan, H.G. 1982. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: IKIP-STIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar