BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sekarang ini banyak orang memerlukan informasi sebanyak
mungkin dalam waktu yang singkat, sehingga segala perubahan yang sangat cepat
dapat diketahui segera. Sebagai contoh dapat dilihat dari krisis ekonomi yang
sedang dialami sekarang ini, dari permasalahan ini harga selalu berubah dengan
cepat. Informasi semacam itu dapat segera diketahui baik dari media elektronik,
seperti televisi, radio, internet, atau media cetak seperti majalah, koran dan
sebagainya. Secara tidak langsung informasi tersebut dirasakan merupakan kebutuhan
utama. Salah satu penyampaian yang bertahan lama dan berjangkauan luas adalah
melalui bacaan. Oleh karena itu, kita dituntut untuk mempunyai kemampuan
membaca dan kemampuan-kemampuan penunjang lainnya, misalnya kemampuan
berbahasa.
Karena membaca kita dapat mengenal dunia baru disekitar
kita, bangsa lain, dan sebagainya. Membaca salah satu keterampilan dalam
berbahasa yang perlu diperhatikan.Terampil membaca menjadikan siswa memahami
dengan baik semua materi pelajaran yang diajarkan. Hal ini menandakan bahwa
pelajaran membaca pada bidang studi bahasa Indonesia harus mendapat perhatian
yang lebih besar.
B.
Ruang
Lingkup
1. Definisi
Membaca Cepat
2. Pengukuran
Membaca Cepat
3. Membaca
Ekstensif
4. Membaca
Intensif
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Membaca Cepat
Menurut Tampubolon (1990) Membaca cepat adalah membaca
yang mengutamakan kecepatan dengan tidak mengabaikan pemahamannya. Biasanya
kecepatan itu dikaitkan dengan tujuan membaca, keperluan, dan bahan bacaan. Artinya,
seorang pembaca cepat yang baik, tidak menerapkan kecepatan membacanya secara
konstan di berbagai cuaca dan keadaan membacanya. Penerapan kemampuan membaca
cepat itu disesuaikan dengan tujuan membacanya, aspek bacaan yang digali
(keperluan) dan berat ringannya bahan bacaan.
Membaca cepat menurut Nurhadi (2005) : Speed reading
atau membaca cepat adalah jenis membaca yang mengutamakan kecepatan untuk
mengelola secara cepat proses penerimaan informasi dengan tidak meninggalkan
pemahaman terhadap aspek bacaan.
Nurhadi juga mengungkapkan bahwa membaca cepat mengandung
berbagai implikasi seperti tujuan membaca, kebiasaan, penalaran, dan bahan
bacaan. Seorang pembaca cepat tidak berarti menerapkan kecepatan membaca yang
sama pada setiap keadaan, suasana, dan jenis bacaan yang dihadapinya Artinya,
seorang pembaca yang baik, tidak menerapkan kecepatan membacanya secara konstan
diberbagai cuaca dan keadaan membaca. Dalam membaca cepat pembaca mengutamakan
kecepatan namun tidak mengabaikan pemahaman tentang apa yang dibaca.
Menurut
Hernowo (2005) Membaca cepat adalah kegiatan merespon lambang-lambang
cetak atau lambang tulis dengan pengertian yang tepat dan cepat.
B. Pengukuran Membaca Cepat
Tampubolon (1990:7) menyatakan bahwa kemampuan membaca adalah
kecepatan dalam membaca disertai dengan pemahaman isi. Oleh karena itu,
kemampuan membaca dapat juga ditingkatkan dengan cara penguasaan
teknik-teknik membaca efisien dan efektif. Selain dari kecepatan membaca,
pemahaman juga harus diukur. Mengukur pemahan isi bacaan (PI) secara
keseluruhan dilakukan dengan cara menghitung persentase skor jawaban yang benar
atas skor jawaban ideal dari pertanyaan-pertanyaan tes pemahaman bacaan
tersebut. Prrosenya dapat digambarkan sebagai berikut:
Untuk mengukur KEM seseorang, kedua aspek tersebut
harus diintegrasikan. Menurut D.P. Tampubolon (1990), hal itu dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
KM = kemampuan membaca
KB = jumlah kata yang
terdapat dalam bacaan
SM = jumlah skor membaca
KPM = jumlah kata per menit
PI = persentase
pemahaman isi
Berbeda dengan Tampubolon, Harjasujana (1988) mengajukan rumus
kemampuan membaca sebagai berikut:
Keterangan:
p =
jumlah kata yang terdapat dalam bacaan
q =
jumlah waktu dalam hitungan detik
r =
jumlah jawaban yang benar (Samsu Somadoyo, 2011:55).
Kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi
bacaan. Cara mengukur kemapuan membaca ialah: Jumlah kata yang dapat di baca
permenit dikalikan dengan persentase pemahaman isi bacaan. Misalnya, jika yang
dapat Anda baca per menit adalah 200 kata, dan jawaban yang benar atas
pertanyaan-pertanyaan isi bacaan itu adalah 60%, maka kemampuan baca Anda
adalah 200 x 60% = 120 kpm (kata per menit). Jika diterima bahwa lulusan SLTA
diharapkan memiliki kecepatan membaca minimum 250 kata per menit dengan
pemahaman minimum 70%, maka kemampuan membca minimum lulusan SLTA ialah 250 x
70% = 175 kpm (Tampubolon, 1987:11).
Jika waktu baca Anda memakai ukur dalam sekon, maka cara
menghitung kemampuan membaca Anda adalah sebagai berikut: (Tampubolon,
1987:12).
“Nuttal (1982:37) menyatakan bahwa ketika seseorang membaca,
kemudian tidak memahami bahan bacaannya, maka kegiatan membaca yang dilakukan
tersebut akan tidak berarti apa-apa. Untuk itu, aspek yang penting dalam
kemampuan membaca seseorang adalah aspek pemahaman” (Samsu Somadoyo, 2011:54).
1.
Hakikat KEM
Masyarakat
beranggapan bahwa dengan membaca lambat pemahaman seseorang terhadap isi bacaan
akan semkin baik dan sebalinya, dengan membaca cepat pemahamn akan terhambat.
Tanggapan itu tentu saja tidak benar karena kegiatan memahami bacaan pada
hakikatnya sama saja dengan kegiatan memahami tuturan (pembicaraan), (Yeti Mulyati, 2003:1).
Proses memahami bacaan,
sama saja dengan memahami wicara (komunikasi alami). Agar kontras perbedaan
antara membaca lambat dan membaca cepat. Dan tanpa menyelesaikan membaca
kalimat pun, sebenarnya seseorang sudah dapat memahami ide penulis. Sebab,
rangkaian kalimat yang menghubungkan ide-ide pokok itu sebenarnya hanyalah alat
penyampaian ide pokok (R. Masri Sareb Putra, 2008:116-117).
2.
Pengertian KEM
KEM adalah kepanjangan dari kecepatan efektif
membaca, yakni perpaduan antarakemampuan motorik (gerak
mata) atau kemampuan visual dengan kognitif seseorang dalam membaca (Harjasuna
& Muliyati, 1987). Dengan kata lain, KEM juga merupakan perpaduan
antara rata-rata kecepatan membaca dengan ketepatan memahami isi bacaan (Yeti
Mulyati, 2003:2).
“Kemampuan membaca cepat
atau kecepatan membaca itu ditunjukkan oleh kemampuan membaca sejumlah kata
yang dibaca dalam satuan menit (kata per menit), yakni rata-rata tempo baca
untuk sejumlah kata tertntu dalam waktu tempuh baca tertentu.” (Yeti Mulyati,
2003:5).
Hubungan antara kecepatan
dan kemampuan membaca adalah jika seseorang yang kemampuan motoris sanggup
menggerakan mata membaca bahan bacaan 1.500 kata dalam tempo 5 menit, artinya
ia memiliki kecepatan membaca: 300 kata per menit (KPM).
Rumusan menghitung
kecepatan membaca:
a. Hitung berapa menit Anda
membaca.
b. Dalam rentang
waktu-membaca itu, berapa kata yang berhasil And abaca (kegiatan motoris mata)
c. Bagi jumlah kata yang And
abaca dengan waktu (menit), (R. Masri Sareb Putra, 2008:120).
3.
Cara Mengukur KEM
Seperti yang telah di
jelaskan diawal, KEM itu merupakan pepaduan antara kecepatan membaca dan
kemampuan memahami isi bacaan. Berpedoman kepada pengertian KEM, yakni
perpaduan antara kemampuan visual dan kemampuan kognisi. Misalnya, jika
seseorang dapat menjawab dengan benar tes pemahaman isi bacaan sebanyak 32 dari
sekor ideal 50, maka persentase pemahaman isi bacaan pembaca yang bersangkutan
adalah 64% (32/50 X 100%=64%).
Rumus KEM yang dapat
dipergunakan untuk menghitung dan menentukan KEM seseorang. Rumus tersebut antara lain:
KEM : K/Wm (60) x B/SM
= ... kpm
Keterangan:
KEM
: Kecepatan efektif membaca
K
: Jumlah kata yang dibaca,
singkatan, atau bilangan
dihitung
1 (satu) kata.
Wm
: Lama waktu tempuh membaca dengan
satuan menit.
B
: Skor atau nilai tes yang dijawab
dengan bena atau skor yang
diperoleh.
SI
: Skor atau nilai tes ideal atau
skor maksimal.
Kpm
: Kata per menit.
Misal : Si A mampu menjawab 8 pertanyaan dari 10
Pertanyaan yang
diajukan dan memperoleh skor 80,
skor maksimal 100. Waktu tempuh baca 120 detik.
Teks bacaan terdiri
dari 500 kata. Dengan data tersebut, kecepatan membaca A dapat dihitung seperti
berikut:
KEM : K/Wm x B/SI = ... kpm
: 500/2 x 80/100 = 200 kpm
Dari perhitungan
tersebut dapat diketahui bahwa kecepatan
membaca Si A 200 kata per menit.
Batas ideal KEM siswa SMP adalah 175 - 250
kata per menit/kpm.
Berbekal rumus
penghitungan KEM di atas, terdapat sejumlah persiapan yang harus dipersiapkan
untuk mengukur KEM, yaitu:
a.
Tes/wacana;
b.
Alat ukur waktu: jam tangan, stopwatch;
c.
Perangkat tes; dan
d.
Personal (petugas), (Yeti Mulyati, 2003:6-7).
“Menurut
Tarigan (1994:29), berdasarkan penelitian, pada umumnya, pembaca dewasa
memiliki kecepatan membaca yang berkisar antara 900-1000 kata per menit.” (Adi
Abdul Somad, Aminuddin, Yudi Irawan,2008:92).
C.
Membaca
Ekstensif
Membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya
meliputi sebanyak mungkin dalam waktu yang sesingkat mungkin. (Tarigan, 2008:
31)
Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan
secara luas. Luas berarti (1) bahan bacaan beraneka dan banyak ragamnya; (2)
waktu yang digunakan cepat dan singkat. Tujuan membaca ekstensif adalah sekadar
memahami isi yang penting dari bahan bacaan dengan waktu yang cepat dan
singkat.
Dalam Dictionary of Reading (1983:112) disebutkan membaca
ekstensif merupakan program membaca yang dilakukan secara luas. Para siswa
diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam hal memiliki baik jenis maupun
lingkup bahan-bahan bacaan yang dibacanya. Program membaca ekstensif ini sangat
besar manfatnya dalam memberikan aneka pengalaman yang sangat luas kepada para
siswa yang mengikutinya.
Karena membaca ekstensif merupakan program membaca
secara luas, maka implikasinya antara lain :
1. Pertama,
bahan-bahan bacaan, baik jenis teks maupun ragamnya haruslah
luas dan beraneka. Dengan demikian, siswa akan banyak memiliki kekuasaan dalam
melakukan pilihan terhadap bahan bacaan tersebut. Meskipun demikian, yang harus
diperhatikan oleh guru adalah faktor kesulitan dari bahan bacaan tersebut.
Jangan sampai bahan bacaan terlalu sulit untuk dicerna.
2. Kedua,
waktu yang diperguna untuk membaca pun harus sesingkat mungkin. Pada membaca
ekstensif pengertian atau pemahaman yang bertaraf relatif rendah sudah memadai.
Mengapa demikian? Karena dalam program membaca ekstensif tuntutan dan tujuannya
pun memang hanya sekedar untuk memahami isi yang penting saja dari bahan bacaan
yang dibaca tersebut dengan menggunakan waktu secepat mungkin. (Kholid Abdullah
Harras, 2012)
Membaca ekstensif dalam penggunaan secara umum bisa disebut
membaca cepat. Membaca cepat adalah kemampuan membaca dengan memperhatikan dan
tujuan membaca. Kecepatan membaca harus fleksibel, artinya kecepatan itu tidak
harus selalu sama, ada kalanya diperlambat karena bahan-bahan dan tujuan kita
membaca (Soedarso 2004:18).
1.
Tujuan
Membaca Ekstensif
a. Untuk
memahami isi yang penting dengan cepat, dengan demikian membaca efektif dapat
terlaksana.
b. Untuk
memahami isi buku secara cepat atau garis besarnya saja.
c. Untuk
memperoleh kesan umum dari suatu buku atau artikel.
d. Untuk
memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran.
2.
Jenis-Jenis Membaca Ekstensif
a. Membaca
Survey
Yang dimaksud survai adalah meninjau, meneliti,
mengkaji, dan cara membaca bagian-bagian tertentu dari sebuah buku.
Bagian-bagian buku yang disurvai adalah bagian awal, bagian isi, dan bagian
akhir. Bagian awal (preliminaries) yang disurvai meliputi halaman
judul, kata pengarang, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan abstrak
(bila ada). Pada halaman judul yang
disurvai adalah judul buku, pengarang, penerbit, tempat terbit, dan tahun
terbit. Bagian isi yang disurvai meliputi judul tiap bab, subjudul, bagan,
diagram, grafik, dan tabel (bila ada). Bagian akhir buku yang disurvai meliputi
simpulan, daftar pustaka, dan indeks (bila ada).
Tujuan
dilakukannya survai adalah untuk mengetahui anatomi buku, mutu buku, dan
gambaran umum isi buku. Anatomi buku merupakan bagian-bagian dari sebuah buku
yang umumnya meliputi bagian pendahuluan, isi, dan penutup. Tahap mensurvai
buku diperlukan untuk tahap berikutnya. Jika tidak melakukan survai, pembaca
tidak akan bisa membuat pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan isi buku.
Survai juga digunakan untuk mengetahui mutu buku. Buku yang bermutu baik akan
mengandung bagian-bagian buku yang lengkap. Bagian awal dari sebuah buku yang
lengkap terdiri atas halaman judul, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel,
daftar gambar, dan sari. Bagian isi dari sebuah buku yang baik adalah terdapat
bab, sub-sub bab, ringkasan yang tersusun secara sistematis. Bagian akhir dari
sebuah buku yang bermutu meliputi simpulan, daftar pustaka, dan indeks. Tujuan
lain dari mensurvai adalah untuk mengetahui gambaran umum sebuah buku secara
cepat. Dalam waktu yang singkat pembaca sudah dapat mengetahui buku yang
disurvai itu cocok atau tidak, mengandung informasi-informasi yang dibutuhkan
atau tidak. Jika jawabannya tidak, pembaca tidak perlu meneruskan ke tahap
berikutnya. Jika jawabannya ya, pembaca akan meneruskan kegiatan
membacanya pada tahap berikutnya.
b. Membaca
Sekilas
Membaca sekilas atau membaca Skimming adalah sejenis membaca
yang membuat mata bergerak dengan cepat melihat dan memperhatikan bahan
tertulis untuk mencari dan memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan
mendapatkan informasi secara cepat (Tarigan, 1990:32).
Soedarso (1998:32) mendefinisikan skimming sebagai
keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang
efisien. Ada tiga tujuan dalam membaca sekilas, yakni sebagai berikut:
1) Untuk
memperoleh suatu kesan umum dari suatu bacaan.
2) Untuk
menemukan hal tertentu dari suatu bacaan.
Skimming dalam bidang membaca merupakan sebuah istilah
salah satu teknik membaca ekstensif. Istilah lain
dari skimming adalah baca layap (Harjasujana dan Mulyati 1997:64),
sekilas (Tarigan 1994:30), dan selintas (Widyamartaya, 2004:44).
Sebenarnya pengertian dasar skimming adalah
terbang halaman demi halaman atau menjelajahi halaman demi halaman bacaan
secara cepat. Berdasarkan pengertian tersebut skimming adalah teknik
membaca dengan menjelajahi atau menyapu bacaan dengan cepat untuk memahami atau
menemukan hal-hal yang penting. Seorang pembaca yang menggunakan teknik ini
tidak lagi membaca kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan paragraf demi
paragraf, tetapi semua bagian bacaan yang ada pada sebuah halaman, ditatap
secara cepat.
Dalam menskim tidak hanya menjelajahi halaman demi
halaman secara cepat, tetapi juga ada yang dicari. Hal yang dicari adalah
hal-hal yang pokok atau penting, yaitu ide-ide pokok. Ide pokok tidak selalu
diawal paragraf, tetapi dapat juga terdapat ditengah, diakhir, atau diawal dan
diakhir. Untuk mencari ide-ide pokok pembaca tidak diperbolehkan membuang-buang
waktu. Ia diharapkan butuh waktu beberapa detik atau menit untuk menskim. Dalam
membaca dengan teknik skimming ada falsafah kerja yang dianut, yaitu
“Peras santannya, buang ampasnya atau petik intinya, tinggalkan yang
lainnya” (Karlin 1980:40).
c. Membaca
Dangkal
Membaca dangkal pada dasarnya merupakan kegiatan membaca
untuk memperoleh pemahaman yang dangkal atau tidak terlalu mendalam dari bahan
bacaan yang dibaca. Membaca jenis ini biasanya dilakukan bila pembaca bermaksud
untuk mencari kesenangan atau kebahagiaan. Oleh karena itu, jenis bacaannya pun
betul-betul merupakan jenis bacaan ringan.. Misalnya, majalah, novel, cerpen dan
sebagainya. Membaca dangkal ini dilakukan dengan santai.
Membaca dangkal (superficial reading) adalah sejenis
kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal atau tidak terlalu
mendalam dari bahan bacaan yang kita baca. Membaca intensif merupakan program
kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama. Membaca Dangkal (supervisal
reading).Membaca dangkal untuk mendapatkan pemahaman yang dangkal yang bersifat
lancer yang tidak mendalam bahasa bacaan. Membaca dangkal biasanya dilakukan
demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagiaan di waktu
senggang. Misalnya cerpen.
Membaca dangkal adalah salah satu jenis membaca ekstensif
yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran,
yang tidak mendalam dari suatu bacaan. Dengan kata lain membaca dangkal
merupakan kegiatan membaca yang dilihat dari segi hasil. Kegiatan membaca ini
biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan
yang mendatangkan kebahagian. Dalam membaca seperti ini tidak dituntut
pemikiran yang mendalam seperti halnya membaca karya-karya ilmiah.
3.
Teknik
Membaca Ekstensif
a. Teknik
baca-pilih (selecting) adalah membaca bahan bacaan atau bagian-bagian bacaan
yang dianggap mengandung informasi dibutuhkan. Dalam hal ini, pembaca hanya
memilih dan membaca bagian-bagian bacaan yang diperlukan saja.
b. Teknik
baca-lompat (skipping) adalah membaca dengan melakukan lompatan-lompatan
membaca. Maksudnya, bagian-bagian bacaan yang dianggap tidak sesuai dengan
keperluan atau sudah dipahami tidak dihiraukan.
c. Teknik
baca-layap (skimming) adalah membaca dengan cepat (sekilas) untuk memperoleh
gambaran umum isi buku atau bacaan lainnya secara menyeluruh. Teknik ini
digunakan untuk (1) mengenali topik bacaan; (2) mengetahui pendapat orang (opini);
(3) mengetahui bagian penting tanpa harus membaca seluruh bacaan.
d. Teknik
baca-tatap (scanning) adalah suatu teknik pembacaan sekilas cepat, tetapi
teliti. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi khusus dari bacaan.
Misalnya, untuk mencari nomor telepon, mencari makna kata dalam kamus, mencari
keterangan tentang istilah dalam ensiklopedi, mencari acara siaran televisi,
dan mengetahui daftar perjalanan.
4.
Hambatan-Hambatan
Yang Dapat Mengurangi Kecepatan Membaca
a. Vokalisasi
atau berguman ketika membaca
b. Membaca
dengan menggerakan bibir tetapi tidak bersuara
c. Kepala
bergerak searah tulisan yang dibaca
d. Subvokalisasi;
suara yang biasa ikut membaca di dalam pikiran kita
e. Jari
tangan selalu menunjuk tulisa yang sedang kita baca
f. Gerakan
mata kembali pada kata-kata sebelumnya
5.
Manfaat
Membaca Ekstensif
a. Memahami
bagian bacaan yang penting.
b. Mengetahui
gambaran umum isi buku.
c. Mengetahui
isi buku secara cepat.
d. Memperoleh
pemahaman secara dangkal.
e. Memperoleh
hal – hal yang baru.
f. Memperoleh
bahan yang diperlukan secara cepat.
6.
Karakteristik
Membaca Ekstensif
a. Membaca
sebanyak mungkin wacana tulis (dilakukan di luar kelas)
b. Topik
dan bentuk wacana yang dibaca bervariasi
c. Pembaca
memilih apa yang ingin dibaca (memperhatikan minat)
d. Tujuan
membaca berkaitan dengan kesenangan, memperkaya informasi, dan pemahaman umum
terhadap isi teks/wacana
e. Dalam
membaca ekstensif akan terjadi penguatan diri sendiri
f. Pembaca
membuat jurnal apa yang telah dibaca dan bagaimana komentar terhadap yang
dibaca
g. Bersifat
individual dan bersifat membaca senyap
h. Aspek
kebahasaan tidak menjadi penghalang pemahaman (bacaan dipilih)
i.
Kecepatan membaca
cukup (tidak cepat dan tidak lambat)
j.
Menggunakan teks yang tidak terlalu
sulit (hanya satu dua kata yang sulit
k. Pembaca tidak diberi tes sesudah membaca (pembaca hanya memberikan respons
personal/komentar terhadap apa yang dibaca)
l.
Membaca ekstensif membantu pembaca
untuk mengenali beberapa fungsi teks dan cara pengorganisasian teks
D.
Membaca Intensif
1.
Pengertian
Membaca intensif pada hakikatnya adalah
studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di
dalam kelas terhadap suatu bacaan (tugas ) yang pendek kira-kira dua sampai
empat halarnan setiap hari (Tarigan 1994 : 35).
Menurut Suyatmi dan Mujiyanto
(1989:85), membaca intensif ialah suatu aktivitas membaca yang sangat
membutuhkan kecermatan dan ketajaman pikir, merupakan kunci pemerolehan ilmu
pengetahuan.
Membaca intensif atau intensif
reading adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci
yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua
sampai empat halaman setiap hari. Kuesioner, latihan pola-pola kalimat,
latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte dan diskusi umum merupakan bagian
dari teknik membaca intensif. Teks-teks bacaan yang benar-benar sesuai dengan
maksud ini haruslah dipilih oleh sang guru, baik dari segi bentuk maupun dari
segi isinya. Para pelajar atau mahasiswa yang berhasil dalam tahap ini secara
langsung akan berhubungan dengan kualitas serta keserasian pilihan bahan bacaan
tersebut.
2.
Tujuan Membaca Intensif
Yaitu untuk mengembangkan keterampilan
membaca secara detail dengan menekankan pada pemahaman kata, kalimat,
pengembangan kosakata, dan juga pemahaman keseluruhan isi wacana.
Membaca intensif meliputi membaca
teks bacaan karya sastra, pemahaman buku karya sastra, kritis buku karya
sastra, artikel, iklan, grafik/tabel/bagan, buku biografi. Berikut adalah tujuan membaca intensif
a. Untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumentasi yang
lugas.
b.
Untuk memperoleh ide – ide yang
terdapat dalam suatu bacaan.
c.
Untuk mengetahui serta menelaah isi
suatu bacaan secara mendalam.
d.
Mempebanyak kata – kata yang dimiliki.
e.
Mengembangkan kosakata.
3.
Jenis-Jenis Membaca Intensif
a.
Membaca Teliti
Membaca ini bertujuan untuk memahami secara detail
gagasan yang terdapat dalam teks bacaan tersebut untuk melihat organisasi
penulisan atau pendekatan yang digunakan oleh si penulis. Pembaca dalam hal ini
selain dituntut untuk dapat mengenal dan menghubungkan kaitan anatara gagasan
yang ada, baik yang terdapat dalam kalimat maupun maupun dalam setiap paragraf.
Membaca teliti merupakan membaca yang dilakukan secara
seksama. menurut Tarigan (2008:40-41), dalam kegiatan membaca ini perlu
keterampilan-keterampilan berikut ini.
1)
Survei cepat untuk melihat organisasi dan pendekatan
umum.
2)
Membaca seksama dan membaca ulang
paragraf untuk menentukan kalimat judul dan perincian-perincian penting.
3)
Penemuan hubungan paragraf dengan
keseluruhan tulisan membaca teliti mencakup membaca paragraf dengan pengertian,
membaca pilihan yang lebih panjang, membuat catatan, dan menelaah tugas.
b. Membaca Pemahaman
Menurut Tarigan (1986:56) membaca pemahaman merupakan
sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma
kesastraan, resensi kritis, drama tulis, serta pola-pola fiksi.
Membaca pemahaman bersinonim dengan membaca dalam hati
(silent reading). Membaca pemahaman adalah membaca yang dilaksanakan
dengan tanpa mengeluarkan bersuara (yang terlibat hanyalah mata dan otak)
dengan tujuan untuk memahami makna yang terkandung dalam bacaan.
Berdasarkan cakupan bahan bacaan yang dibaca, membaca pemahaman
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu membaca intensif
(intensive reading) dan ekstensif (extensive reading) (Harras dan
Sulistianingsih 1998: 213). Menurut Broughtton (dalam Tarigan 1990), membaca
intensif dapat diklasifikasikan menjadi membaca telaah isi dan
telaah bahasa.
Membaca keterpahaman merupakan jenis kegiatan membaca
untuk memahami isi bacaan secara mendalam. Dalam hal ini pembaca dituntut untuk
mengetahui dan mengingat hal-hal pokok, serta perincian-perincian penting,
membaca pemahaman menuntut ingatan agar dapat memahami isi bacaan tersebut
secara mendalam dan menggunakannya dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat
Suhendar (1997:27) mengatakan bahwa “membaca pemahaman adalah membaca bahan
bacaan dengan menangkap pokok-pokok pikiran yang diungkapkan pengarang sehingga
kepuasan tersendiri setelah bacaan dibaca selesai”.
c. Membaca Kritis
Membaca kritis adalah sejemis membaca yang dilakukan
secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analisis, dan
bukan hanya mencari kesalahan.
Membaca kritis adalah jenis membaca yang dilakukan secara
bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluasi, analitis, dan bukan hanya
mencari kesalahan (Albert let a II 1961b:1)
1) Memahami maksud penulis
2) Memahami organisasi dasar tulisan
3) Dapat menilai penyajian penulis
4) Dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis bacaan sehari-hari.
d. Membaca Ide
Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang
bertujuan untuk mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat
dalam bacaan. Menurut Tarigan (1986:56) membaca idemerupakan kegitan membaca
yang bertujuan untuk mencari jawaban atau pertanyaan berikut dari suatu bacaan:
(a) mengapa hal itu merupakan judul atau topik yang baik; (b) masalah apa saja
yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan tersebut; (c) hal-hal apa yang dipelajari
dan yang dilakukan oleh sang tokoh.
Membaca ide adalah kegiatan pembaca yang ingin mencari,
memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. Kemudian
menurut Anderson (1972) sebagaimana dikutip oleh Tarigan (2008:117) membaca ide
merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan berikut dari suatu bacaan:
1) Mengapa hal itu merupakan judul atau topic yang baik.
2) Masalah apa saja yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan tersebut.
3) Hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh.
e. Membaca Bahasa Asing
Membaca bahasa asing pada tataran yang lebih rendah
umumnya bertujuan untuk memperbesar daya kata dan untuk mengembangkan kosakata,
dalam tataran yang lebih luas tentu saja bertujuan untuk mencapai kefasihan.
f. Membaca Sastra
Membaca sastra merupakan kegiatan membaca karya sastra,
baik dalam hubungannya dengan kepentingan apresiasi maupun dalam hubungannya
dengan kepentingan studi dan kepentingan pengkajian.
g. Membaca Literal, Kritis dan Kreatif
Membaca literal merupakan kegiatan membaca sebatas
mengenal dan menangkap arti yang tertera secara tersurat. Artinya pembaca hanya
berusaha menangkap informasi yang terletak secara literal dalam bacaan dan
tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam lagi, yakni makna yang
tersirat.
Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan
secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analisis, dan
bukan hanya mencari kesalahan belaka. Dengan membaca kritis pembaca akan dapat
mencamkan lebih lama terhadap apa yang dibacanya dan dia pun akan empunyai
kepercayaan diri yang lebih mantap daripada kalau dia membaca tanpa usaha
berpikir kritis.
Membaca kritis merupakan kegiatan membaca untuk
mendapatkan penilaian yang adil dan bijaksana. Menurut Harras (1998:45) untuk
dapat melakukan kegitan membaca kritis, ada empat macam persyaratan pokok,
yaitu: (1) pengetahuan tentang bidang ilmu yang disajikan dalam bahan bacaan
yang sedang dibaca; (2) sikap bertanya dan sikap menilai yang tidak tergesa-gesa;
(3) penerapan berbagai metode analisis yang logis atau penelitian ilmiah; (4)
tindakan yang diambil berdasarkan analisis atau pemikiran tersebut.
Membaca kreatif merupakan proses membaca untuk
mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang baru yang terdapat dalam bacaan
lewat jalan mengidentifikasi ide-ide yang menonjol atau mengkombinasikan
pengetahuan yang sebelumnya pernah didapatkan.
Dalam proses membaca kreatif, pembaca dituntut untuk
mencermati ide-ide yang dikemukakan oleh penulis kemudian membandingkannya
dengan ide-ide yang sejenis yang mungkin saja berbeda-beda, baik berupa
petunjuk, aturan, atau kiat-kiat tertentu. Selain itu, kemampuan membaca
kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca seseorang.
Menurut Harras (1998:49) pembaca dapat dikatakan pembaca
kreatif andaikan memenuhi kreteria berikut: (1) Kegiatan membaca tidak berhenti
sampai pada saat menutup buku; (2) mampu menerapkan hasil untuk kepentingan
hidup sehari-hari; (3) munculnya perubahan sikap dan tingkah laku setelah
proses membaca selesai; (4) hasil membaca berlaku sepanjang masa; (5) mampu
menilai secara kritis dan kreatif bahan-bahan bacaan; (6) mampu memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari berdasarkan hasil bacaan yang tekah dibaca.
4.
Karakteristik Membaca Intensif
a. Membaca untuk mencapai tingkat pemahaman yang tinggi dan dapat mengingat
dalam waktu yang lama,
b. Membaca secara detail untuk mendapatkan pemahaman dari seluruh bagian teks,
c. Cara membaca sebagai dasar untuk belajar memahami secara baik dan mengingat
lebih lama,
d. Membaca intensif bukan menggunakan cara membaca tunggal (menggunakan
berbagai variasi teknik membaca seperti scanning, skimming, membaca
komprehensif, dan teknik lain),
e. Tujuan membaca intensif adalah pengembangan keterampilan membaca secara
detail dengan menekankan pada pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata,
dan juga pemahaman keseluruhan isi wacana,
f. Kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa membaca kalimat-kalimat dalam
teks secara cermat dan penuh konsentrasi. Kecermatan tersebut juga dalam upaya
menemukan kesalahan struktur, penggunaan kosakata, dan penggunaan ejaan/tanda
baca,
g. Kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa untuk berpikir kritis dan
kreatif,
h. Kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa mengubah/menerjemahkan
wacana-wacana tulis yang mengandung informasi padat menjadi uraian (misalnya:
membaca intensif tabel, grafik, iklan baris, dan sebagainya)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hal yang terpenting pada saat membaca adalah konsentarasi.. Usahakan
untuk menciptakan suasana membaca yang menyenangkan. Suasana membaca yang
menenangkan adalah suasana yang tenang. Selain itu, hal yang tak kalah penting
untuk diperhatikan saat membaca adalah pemahaman terhadap isi. Jika saat
membaca menemukan istilah “asing”, sebaiknya kamu jangan berhenti membaca.
Teruskan membaca, tafsirkan makna kata “asing” berdasarkan konteks kalimat.
Hindari pula kebiasaan menunjuk kata yang kamu baca atau membaca kata per kata
dengan diikuti gerakan kepala (dari kiri kekanan). Sesungguhnya, yang
digerakkan saat membaca adalah bola mata, bukan kepala. Oleh karena itu,
teruslah melatih gerakan bola mata dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah
secara berulang-ulang.
B. Saran
Makalah ini penulis susun
berdasarkan literature yang penulis miliki. Mudah-mudahan tugas ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca . Jika dalam penulisan dan penyajian makalah ini
terdapat kesalahan kritik dan saran dari pembaca saya terima sebagai introfeksi
diri agar dalam pembuatan tugas selanjut nya bisa lebih di tingkat kan lagi dan
semua ini demi kesempurnaan kedepan nya.
DAFTAR PUSTAKA
Keke T. Aritonang, (2006), Meningkatkan
Kemampuan Siswa dalam Membaca Cepat, Jakarta: SMK 1 Penabur.
Nurhadi, (2005), Bagaimana Meningkatkan
kemampuan Membaca, Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Tarigan, Henry Guntur. (2008), Membaca
sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Usep Kuswari. Bahan Ajar Membaca Cepat.
UPI: FPBS.
Soedarsono.1993. Sistem Membaca Cepat
dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. Tampubolon, D.P. 1990. Kemampuan
Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien.Bandung : Angkasa. Tarigan,
Henry Guntur. 1983. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar