Problematika
Peserta didik (Stres dan Kenakalan remaja)
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu : Bapak Sofiyan Akbar Budiman, M.Pd
Disusun oleh:
Kelompok 10
Prodi: Bahasa dan Sastra Indonesia
1.
ANA WAHYU KUSNIATI :
14040004
2.
RAHMAD MAHARDIKA :
14040017
3.
MARLIANA :
14040018
4.
FITRIYAH :
14040036
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2015
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi allahyang telah memberikan kemudahan sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepatpada waktunya. Tanpa pertolongan-
Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Sholawat
dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi
Muhammad SAW.
Makalah
ini memuat materi tentang Problematika Peserta didik (Stres dan Kenakalan
remaja).
walaupun makalah ini kurang
sempurna dan memerlukan perbaikan tetapi juga
memiliki
detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Pada kesempatan ini
penyusun mengucapkan terimakasih kepada Bapak sofyan akbar budiman M,Pd. yang
telah membimbing dalam pembuatan makalah ini. Penyusun mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan
makalah ini. Meskipun penyusun telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan penyusun,tidak menutup mata bahwa masih terdapat kesalahan dan kekurangan.Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sangat kami harapkan. guna terciptanya makalah yang lebih baik di masa yang
akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Pringsewu, Maret 2015
Penyusun
kelompok 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekolah
mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan dan perkembangan peserta
didik. Sekolah dipandang dapat memenuhi beberapa kebutuhan peserta didik dan
menentukan kualitas kehidupan mereka di masa depan. Tetapi pada saat yang sama,
sekolah ternyata juga dapat menjadi sumber masalah, yang pada gilirannya memicu
terjadinya stres di kalangan peserta didik. Sekolah menjadi sumber utama bagi
anak selain dalam keluarga. Hal ini disebabakan waktu anak lebih bnayak
dihabiskan di sekolah. Disekolah anak merupakan anggota dari suatu masyarakat
kecil dimana terdapat tugas-tugas yang harus diselesaikan, orang-orang yang
perlu dikenal dan mengenal diri mereka, serta peraturan yang menjelaskan dan
membatasi perilaku, perasaan dan sikap mereka. Peristiwa-peristiwa hidup yang
dialami anak sebagai anggota masyarakat kecil yang bernama sekolah ini tidak
jarang menimbulkan perasaan stres dalam diri mereka. Masa-masa sekolah
merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi anak tetapi disisi lain mereka
dihadapkan pada banyajk tuntutan dan perubahan cepat membuat mereka mengalami
masa-masa penuh stres. Mereka dihadapkan pada pekerjaan rumah yang banyak,
perubahan kurikulum yang berlangsung dengan cepat, batas waktu tugas dan ujian,
kecemasan dan kebingungan dalam menentukan pilihan karier dan program
pendidikan lanjutan, membagi waktu untuk mengerjakan PR, olahraga, hobi, daqn
kehidupan sosial. Tidak jarang, mereka juga harus berhadapan dengan situasi
konflik dengan orang tua, teman-teman, dan saudara-saudara, tuntutan untuk
mengatasi suasana hati tak dapat diramalkan, perhatian tentang penampilan,
pencekcokan dengan kelompok sebaya, termasuk menangani percintaan dan dorongan
seksual. Masalah keuangan, seperti halnya dengan isu-isu tentang alkohol dan
obat-obatan juga merupakan sumber kecemasan dikalangan remaja. Bahkan
belakangan ini kekerasan didalam dan disekitar sekolah telah menjadi suatu
ketakutan baru untuk menghantui anak remaja. Lebih dari semua tuntutan
tersebut, mereka juga harus berhadapan dengan perubahan fisik dan emosional
yang cepat dan perubahan emosional.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
fenomena stress sekolah dalam perkembangan peserta didik?
2.
Bagaimana
konsep stress dalam sekolah?
3.
Apa sumber
stress di sekolah?
4.
Apa dampak
stress sekolah?
5.
Bagaimana Upaya
mengatasi problem stress sekolah yang dialami peserta didik?
6.
ApaPengertian
Kenakalan Remaja?
7.
ApaPenyebab
Kenakalan Remaja?
8.
ApaSolusi
Kenakalan Remaja?
1.3
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui bagaimana fenomena stress di sekolah dalam perkembangan peserta
didik.
2.
Agar dapat
mengetahui konsep stress di sekolah.
3.
Agar dapat
mengetahui sumber stress di sekolah.
4.
Agar dapat
mengetahui apa dampak stress di sekolah.
5.
Agar mengetahui
Upaya mengatasi problem stress sekolah yang dialami peserta didik.
6.
Agar dapat
mengetahui Pengertian Kenakalan Remaja.
7.
Agar mengetahui
Penyebab Kenakalan Remaja.
8.
Agar dapat
mengetahui bagaimana Solusi Kenakalan Remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. fenomena stress sekolah dalam perkembangan peserta didik.
Sekolah mempunyai arti yang sangat
penting bagi kehidupan dan perkembangan peserta didik. Sekolah dipandang dapat
memenuhi beberapa kebutuhan peserta didik dan menentukan kualitas kehidupan
mereka di masa depan. Tetapi pada saat yang sama, sekolah ternyata juga menjadi
sumber masalah, yang pada gilirannya memicu terjadi stress dikalangan peserta
didik. Hal ini seharusnya dapat dimengerti, sebab anak banyak menghabiskan
waktunya di sekolah. Di sekolah anak merupakan anggota dari suatu masyarakat
kecil dimana terdapat tugas-tugas yang harus diselesaikan, orang-orang yang
perlu dikenal dan mengenal diri mereka, serta peraturan yang menjelaskan dan
membatasi perilaku, perasaan dan sikap mereka. Peristiwa-peristiwa hidup yang
dialami anak sebagai anggota masyarakat kecil yang bernama sekolah ini tidak
jarang menimbulkan perasaan stress dalam diri mereka.Setres sekolah adalah
kondisi setres atau perasaan tidak nyaman yang dialami oleh siswa akibat adanya
tuntutan sekolah yang dinilai menekan, sehingga memicu terjadinya ketegangan
fisik, psikologis, dan perubahan tingkah laku, serta dapat mempengaruhi
prestasi belajar mereka. Stress siswa bersumber dari berbagai tuntutan sekolah.
Sekolah merupakan sebuah system social (social system) dengan struktur
organisasi yang kompleks. Bahkan, Arends (1998) secara tegas mengatakanbahwa
sekolah dalam banyak hal memiliki kesamaan dengan organisasi-organisasi lain
yang ada dalam masyarakat. Sebagai sebuah organissi yang kompleks, sekolah
memiliki sejumlah norma, nilai, peraturan, dan tuntutan yang harus dipenuhi
oleh para anggotanya, termasuk oleh siswa. Ketidakmampuan siswa menyesuaikan
diri dengan berbagai tuntutan sekolah tersebut akan memicu terjadinya stress.
(Kiselica, dkk, 1994 dalam Desmita, 2010, 292) Stress biasanya muncul atau
terlihat padasituasi serta keadaan yang kompleks, dimana menurut suatu individu
anak, dan muncul situasi-situasi yang tidak jelas. Jika dilihat dari dari
konteks akademik, stress muncul ketika terlalu banyak tuntutan oleh pendidik
yang tidak dapat dipahami dan dimengerti anak. Karena anak cenderung lebih suka
melakukan apa yang diinginkannya tanpa memikirkan orang lain. Misalnya karena
tuntutan beban tugas yang tinggi, kesukaran pada tugas tinggi, fasilitas
sekolah yang kurang memandai untuk anak dapatmengoptimalkan bakatnya, atau
bahkan otiritas guru, pihak sekolah maupun teman-temannya. Juga dapat pula
karena keadaan sekolah maupun lingkungannya, seperti panas, bising, bau, dan
lain-lain. Namun perlu dipahami bahwa stress sekolah tidak sepenuhnya bermakna
negative, melainakan juga bermakna positif bagi remaja, dalam artian dapat
sebagai tantangan untuk mengatasinya. Stress yang bermakna positif ini tidak
membahayakan, malah sebaliknya diperlukan untuk meningkatkan kualitas diri dan
perstasi belajar.
Dari urain diatas dipahami bahwa
kondisi stress yang dialami siswa akibat berbagai tuntutan sekolah, tidak
sepenuhnya berdampak positif. Dampak negative atau positf dari fenomena sekolah
ini, tergantung pada derajat stress yang mereka alami. Apabila stress sekolah
yang dialami remaja berada pada taraf yang tinggi atau sangat serius, maka
kemungkinan akan membawa dampak negative bagi perkembangannya. Sebaliknya,
apabila stress sekolah yang dialami siswa berada pada taraf moderat, maka dapat
berdampak positif. Tinggi,moderat atau rendahnya derajat stress yang dialami
oleh remaja akibat berbagai tuntutan sekolah, sangat bergantung pada nilai
kognitif mereka, yaitu proses mental yang berlangsung terus menerus untuk
menginterpretasikan bebagai situasi dalam interaksinya dengan individu. Siswa
yang menilai tuntutan sekolah selagi hal yang sangat menekan, akan menunjukkan
adanya derajat stress yang tinggi. Siswa yang menilai tuntutan sekolah itu
sebagai kondisi yang tidak membahayakan, akan menunjukkan derat stress yang
rendah. Tetapi, apabila siswa menilai tuntutan sekolah sebagai tantangan untuk
dapat meningkatkan kualitas dirinya, akan menunjukkan derajat stress yang
moderat. Agar siswa dapat menyikapi stress sekolah yang positf, menurut
Anderson dan Haslam (1994), sekolah dituntut untuk dapat merancang dan
melaksanakan program-program intervensi dan pelatihan stress pada siswa.
(Desmita, 2010;300)
2.2 Konsep stres disekolah
Konsep
school stress belakangan ini mulai diminati oleh sejumlah peneliti psikologi
dan pendidikan untuk memahami kondisi stres yang dialami disekolah.Kemudian
para peneliti mengembangkan konsep yang menggambarkan kondisi stres yang
dialami oleh siswa akibat tuntutan sekolahnya,yaitu school stress.
Verna,dkk(2002)mendefinisikan
scool stress sebagai akibat dari tuntutan sekolah,yaitu stress siswa yang
bersumber dari tuntutan sekolah.Tuntutan yang dimaksud yaitu lebih menfokuskan
pada tuntutan tugas-tugas sekolah dan tuntutan dari guru.
Desmita(2005)mendefinisikan
stress sekolah sebagai ketegangan emosional yang muncul dari
peristiwa-peristiwa kehidupan disekolah,dan perasaan terancamnya keselamatan
atau harga didi siswa,sehingga memunculkan reaksi-reaksi fisik,psikologis dan
tingkah laku yang berdampak pada penyesuaian psikologis dan prestasi akademis.
2.3
Sumber problem
stres sekolah
Sebagaimana telah dijelaskan diatas
bahwa stres siswa bersumber dari berbagai tuntutan sekolah. Sekolah merupakan
sebuah sistem sosial dengan struktur organisasi yang kompleks. Arends
(1998) secara tegas mengatakan bahwa
sekolah dalam banyak hal memiliki kesamaan dengan organisasi-organisasi lain
yang ada dalam masyarakat. Sebagai sebuah organisasi sosial yang kompleks,
sekolah memiliki sejumlah norma, nilai, peraturan, dan tuntutan yang harus
dipenuhi oleh para angootanya, termasuk oleh siswa. Sistem norma, nilai,
peraturan, dan tuntutan sekolah tersebut mempunyai dampak yang besar terhadap
penyesuaian akademik dan sosial siswa (Brand, dkk., 2003). Ketidak mampuan
siswa menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan sekolah tersebut akan memicu
terjadinya stres. Dengan demikian dapat dipahami bahwa stres yang dialami oleh
siswa bersumber dari berbagai tuntutan sekolah. Desmita (2005) Mengidentifikasi
adanya empat tuntutan sekolah yang dapat menjadi sumber stres bagi siswa, yaitu
phyysical demands, task demands role demands, dan interpersonal demands.
Desmita(2005)mengidentifikasikanada 4 tuntutan sekolah yang dapat menjadi
sumber stres, yaitu :
1. Physical demands (tuntutan fisik)
Physical demands maksudny adalah stress siswa yang bersumber dari lingkungan
fisiksekolah.
2. Task demands(tuntutan tugas) Adanya
tuntutan tugas sekolah ini di satu sisi merupakan aktivitas sekolah yang sangat
bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan siswa, Namun disisi lain tidak jarang
tuntutan tugas tersebut menimbulkan perasaan tertekan dan kecemasa
3. Role demands(tuntutan peran) Tuntutan
peran secara tipikal berkaitan dengan harapan tingkahlaku yang dikomunikasikan
oleh pihak sekolah, orangtua dan masyarakat kepada siswa. Harapan peranini
dapat menjadi salahsatu sumber stress bagi siswa,terutama ketika ia merasa
tidak mampu memenuhi harapan-harapan peran tersebut.
4. Interpersonal demands(tuntutan interpersonal)
Rice(1999) secara garis besa membedakan menjadi 2 tipologi sumber stress
sekolah:
a.personal
social stressor, adalah stress siswa yang bersumber dari diri dan
lingkungan sosial
b.akademik
stressor, adalah stress siswa yang bersumber dari proses belajar mengajar atau
hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar. Stress yang dialami oleh
siswa biasanya juga disebabkan oleh:
·
Tekanan orang
tua
·
Tekanan guru
·
Tekanandarisesamsiswa
·
Tekanandaridirisendiri
2.4.
Dampak stress sekolah
Stres
sekolah mempunyai dampak terhadap kehidupan pribadi anak, baik secara fisik, psikologis
maupun secara psikososial. Anak yang mengalami tingkat stress tinggi dapat
menimbulkan kemunduran prestasi, perilaku maladaptif, dan berbagai problem
psikososiallainya. Sedang anak yang mengalami tingkat stress sedang malah dapat
meningkatkan kesadaran, kesiapan dan prestasi.
2.5.Upaya
mengatasi problem stress sekolah yang dialami peserta didik
Dalam upaya
menanggulangi atau menangani kondisi stress peserta didik, sekolah sebagai
institusi pendidikan mempunyai peran yang sangat penting. Berikut ini akan
dikemukakan beberapa upaya yang dapatdilakukan guru dalam mengatasi stress yang
dialami peserta didik:
1.
Menciptakan
iklim sekolah yang kondusif
Sejumlah pemikir
dan praktisi dunia pendidikan kontemporer (seperti,hanuhek,1995,Bobbi de
porter,2001,Hoy dan miskel,2001,sockney,2004 )menyarankan kepada pihak sekolah
agar mampu menciptakan iklim sekolah sehat dan menyenangkan, yang memungkinkan
siswa dapat menjalin interaksi sosial secara memadai di lingkungan sekolah.
Iklim sekolah yang sehat, disamping dibutuhkan untuk membangkitkan motivasi
belajar siswa, juga diperlukan untuk mengantisipasi timbulnya perasaan tidak
nyaman dan stress dalam diri siswa, yang pada giliranya akan mempengaruhi
prestasi belajar mereka.
2.
Melaksanakan
program pelatihan penanggulangan stress
Kondisi stress
yang dialami peserta didik disekolah dapat diatasi oleh guru dengan melaksanakan
program pelatihan inokulasi stress. Inokulasi stress merupakan salah satu
strategi atau tekhnik kognitif-perilaku dalam program-program terapi konseling.
Dengan pemberian inokulasi stress, memungkinkan peserta didik untuk menghadapi
situasi-situasi yang stress full disekolah dengan cara-cara penanganan yang
lebihrasional. Disamping itu, melalui training inokulasi stress, peserta didik
juga dapat meningkatkan ketrampilan-ketrampilan penyesuaian psikososial, hingga
lebih mampu menjalin hubungan interpersonal secara memuaskan.
3.
Mengembangkan
resiliensi peserta didik
Resiliensi
merupakan kemampuan atau kapasitas insani yang dimiliki peserta didik yang
memungkinkanya untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan
menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi-kondisi yang tidak
menyenangkan atau bahkan mengubah kondisi kehidupan yang menyengsarakan menjadi
suatuhal yang wajar untuk diatasi.
2.6 Pengertian
Kenakalan Remaja
Akhir-akhir ini
di beberapa media masa sering kita membaca tentang perbuatan kriminalitasyang
terjadi di negeri yang kita cintai ini. Ada anak remaja yang meniduri ibu
kandungnya sendiri,perkelahian antar pelajar, tawuran, penyalahgunaan narkoba
dan minum-minuman keras danmasih banyak lagi kriminalitas yang terjadi di
negeri ini. Kerusakan moral sudah merebak diseluruh lapisan masyarakat, mulai
dari anak-anak sampai orang dewasa serta orang yang sudahlanjut usia.
Termasuk yang
tidak luput dari kerusakan moral ini adalah remaja. Para ahli
pendidikansependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada
usia tersebut,seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum
cukup matang untukdapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi dan
pencarian jati diri, yang karenanyasering melakukan perbuatan-perbuatan yang
dikenal dengan istilah kenakalan remaja.Kenakalan remaja meliputi semua
perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidanayang dilakukan oleh
remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang
disekitarnya. Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat
secara khusussejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile
court) pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat. Beberapa ahli mendefinisikan
kenakalan remaja ini sebagai berikut:
1. Kartono,
ilmuwan sosiologiKenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah juvenile delinquencymerupakan gejala patologis sosial pada remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaiansosial. Akibatnya, mereka mengembangkan
bentuk perilaku yang menyimpang".
2. Santrock
"Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang
tidakdapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal."
2.7 Penyebab
Kenakalan Remaja
Ulah para
remaja yang masih dalam tarap pencarian jati diri sering sekali
mengusikketenangan orang lain. Kenakalan-kenakalan ringan yang mengganggu
ketentraman lingkungansekitar seperti sering keluar malam dan menghabiskan
waktunya hanya untuk hura-hura sepertiminum-minuman keras, menggunakan
obat-obatan terlarang, berkelahi, berjudi, dan lain-lainnyaitu akan merugikan
dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain yang ada disekitarnya.Cukup banyak
faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja. Berbagai faktor
yangada tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor
eksternal. Berikut inipenjelasannya secara ringkas:
1. Faktor
Internal
a. Krisis
identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri
remaja memungkinkan terjadinya dua bentukintegrasi. Pertama, terbentuknya
perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua,tercapainya identitas
peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masaintegrasi
kedua.b. Kontrol diri yang lemahRemaja yang tidak bisa mempelajari dan
membedakan tingkah laku yang dapat diterima denganyang tidak dapat diterima
akan terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telahmengetahui
perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol
diriuntuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
a. Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang
dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku
‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku
tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku
sesuai dengan pengetahuannya.
2. Faktor
Eksternal
Kurangnya
perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang orang tua.
Keluarga
merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagiperkembangan
anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa
padaperkembangan anak. Karena itu baik-buruknya struktur keluarga dan
masyarakat sekitarmemberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian
anak. Factor eksternal meliputi:
a. Keluarga
Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota
keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif
pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan
anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi
anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
b. Teman sebaya yang kurang baik
c.
Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang
sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba,
Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak
dapat diungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang. Dan
saya pun pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri ketika sebuah anak
kelas satu SMA di kompelks saya, ditangkap/diciduk POLISI akibat menjadi
seorang bandar gele, atau yang lebih kita kenal dengan ganja.
Hal ini semua bisa terjadi karena adanya faktor-faktor kenakalan
remaja berikut:
– kurangnya kasih sayang orang tua.
– kurangnya pengawasan dari orang tua.
– pergaulan dengan teman yang tidak sebaya.
– peran dari perkembangan iptek yang berdampak negatif.
– tidak adanya bimbingan kepribadian dari sekolah.
– dasar-dasar agama yang kurang
– tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya
– kebasan yang berlebihan
– masalah yang
dipendam
2.8 Solusi
Kenakalan Remaja
Dari berbagai faktor dan permasalahan yang
terjadi di kalangan remaja masa kinisebagaimana telah disebutkan di atas, maka
tentunya ada beberapa solusi yang tepat dalampembinaan dan perbaikan remaja
masa kini. Kenakalan remaja dalam bentuk apapunmempunyai akibat yang negatif
baik bagi masyarakat umum maupun bagi diri remaja itu sendiri.Tindakan
penanggulangan kenakalan remaja dapat dibagi dalam:
1. Tindakan
Preventif
Usaha
pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum dapat dilakukan melalui cara
berikut:
a. Mengenal dan
mengetahui ciri umum dan khas remaja
b. Mengetahui
kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja.
Kesulitan-kesulitan mana saja yang biasanya menjadi sebab timbulnya pelampiasan
dalam bentukkenakalan.
Usaha pembinaan
remaja secara khusus dapat dilakukan melalui:
1. Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu
menyelesaikan persoalan yangdihadapinya.
2. Memberikan
pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilanmelainkan
pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan
etiket.
3. Menyediakan
sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal demi perkembanganpribadi
yang wajar.
4. Memberikan
wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.
5. Memperkuat
motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan merangsang hubungansosial
yang baik.
6. Mengadakan
kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan mengemukakanpandangan dan
pendapat para remaja dan memberikan pengarahan yang positif.
7. Memperbaiki
keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat dimana
banyak terjadi kenakalan remaja.Sebagaimana disebut di atas, bahwa keluarga
juga mempunyai andil dalam membentuk pribadiseorang remaja. Jadi untuk memulai
perbaikan, maka harus mulai dari diri sendiri dan keluarga.Mulailah perbaikan
dari sikap yang paling sederhana, seperti selalu berkata jujur meski
dalamgurauan, membaca doa setiap melakukan hal-hal kecil, memberikan bimbingan
agama yangbaik kepada anak dan masih banyak hal lagi yang bisa dilakukan oleh keluarga.
Memang tidakmudah melakukan dan
membentuk keluarga yang baik, tetapi semua itu bisa dilakukan denganpembinaan
yang perlahan dan sabar.Dengan usaha pembinaan yang terarah, para remaja akan
mengembangkan diri dengan baiksehingga keseimbangan diri yang serasi antara
aspek rasio dan aspek emosi akan dicapai.Pikiran yang sehat akan mengarahkan
para remaja kepada perbuatan yang pantas, sopan dan bertanggung jawab yang
diperlukan dalam menyelesaikan kesulitan atau persoalan masing-masing.
2. Tindakan Represif
Usaha
menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan
mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran. Dengan adanya sanksi
tegas
pelaku
kenakalan remaja tersebut, diharapkan agar nantinya si pelaku tersebut “jera”
dan tidak
berbuat hal yang menyimpang lagi.
Oleh karena itu, tindak lanjut harus ditegakkan melalui pidana atau hukuman
secara langsung bagi yang melakukan kriminalitas tanpa pandang bulu. Sebagai
contoh, remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku dalam
keluarga. Disamping itu perlu adanya semacam hukuman yang dibuat oleh orangtua
terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga. Pelaksanaan tata
tertib harus dilakukan dengan konsisten. Setiap pelanggaran yang sama harus
dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak dan kewajiban anggota keluarga
mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur. Di lingkungan sekolah,
kepala sekolahlah yang berwenang dalam pelaksanan hukuman terhadap pelanggaran
tata tertib sekolah. Dalam beberapa hal, guru juga berhak bertindak. Akan
tetapi hukuman yang berat seperti skorsing maupun pengeluaran dari sekolah
merupakan wewenang kepala sekolah. Guru dan staf pembimbing bertugas
menyampaikan data mengenaipelanggaran dan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran
maupun akibatnya. Pada umumnya tindakan represif diberikan dalam bentuk
memberikan peringatan secara lisan maupun tertulis kepada pelajar dan orang
tua, melakukan pengawasan khusus oleh kepala sekolah dan tim guru atau
pembimbing dan melarang bersekolah untuk sementara waktu (skors) atau
seterusnya tergantung dari jenis pelanggaran tata tertib sekolah.
3. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi
Tindakan ini dilakukan setelah tindakan
pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkah laku
pelanggar remaja itu dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi
melalui pembinaan secara khusus yang sering ditangani oleh suatu lembaga khusus
maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tuntutan yang diterima peserta didik disekolah dan
juga tekanan dari lingkungan dapat menimbulkan stress pada peserta didik.Stres
yang dialami peserta didik akan berdampak terhadap pada kehidupan
pribadinya,baik secara fisik,psikologis maupun psikososial.Untuk mengantisipasi
terjadinya stress yang berkepanjangan yang pada giliranya akan mengganggu
prestasi akademiknya.Pihak sekolah diharapkan dapat mencegah dan mengatasi
problem stress sekolah yang dialami peserta didik.
Di sekolah anak merupakan anggota
dari suatu masyarakat kecil dimana terdapat tugas-tugas yang harus
diselesaikan, orang-orang yang perlu dikenal
dan mengenal diri mereka, serta peraturan yang menjelaskan dan membatasi
perilaku, perasaan dan sikap mereka.
Kenakalan
Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency
merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk
pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang
menyimpang.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik,
Bandung:Remaja Rosdakarya
Karton, Kartini.1984. Psikologi Umum. Bandung: Alumni
Ali, Muhammad. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi
Aksara
http://kegiatandunia.blogspot.com/2015/03/perkembangan-peserta-didik-problem.htm(Dikutip
pada tanggal 19 maret 2015 pukul 14:25 WIB)
http//kumpulan.info/keluarga/anak/40.anak/275-mengatasi-stres
sekolah (Dikutip pada tanggal 19 maret 2015 pukul 14:45 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar