Jumat, 06 Oktober 2017

KLAUSA


(MAKALAH)
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Mata Kuliah Tata Bahasa Baku BI 2


Disusun Oleh
Kelompok 3





SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu membantu perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.
Dalam penulisan ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada hingganya kepada rekan dan teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya. Hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, Amin.

Pringsewu,  Maret 2017



Penulis
Kelompok 3


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................     i
KATA PENGANTAR......................................................................................    ii
DAFTAR ISI......................................................................................................   iii

BAB I PENDAHULUAN
        A.Latar Belakang.........................................................................................    1 
        B. Rumusan Masalah ...................................................................................    1
        C. Tujuan......................................................................................................    1 

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengantar.................................................................................................    2
B. Hakikat Klausa.........................................................................................    2
C. Unsur-unsur Klausa..................................................................................    4
D. Jenis Klausa............................................................................................. 12

BAB III PENUTUP
        A. Kesimpulan.............................................................................................. 18 
        B. Saran........................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA









BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya.Tanpa bahasa tidak diketahui bagaimana arti dari klausa sebenarnya. Klausa ialah satuan gramatikal, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek (S) dan predikat (P), dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana dkk, 1980:208). Klausa ialah unsur kalimat, karena sebagian besar kalimat terdiri dari dua unsur klausa (Rusmaji, 113). Unsur inti klausa adalah S dan P. Namun demikian, S juga sering juga dibuangkan. misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat dari penggabungan klausa dan kalimat jawaban.

B.     Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.   Apakah yang dimaksud dengan klausa?
2.   Apa saja unsur-usur klausa?
3.   Apa saja jenis-jenis klausa?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditemukan, makalah ini bertujuan untuk:
1. mengetahui apa yang dimaksud dengan klausa
2.   mengetahui apa saja unsur-usur klausa
3.   mengetahui apa saja jenis-jenis klausa







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengantar
Pemaharnan  akan  klausa  sebagai  salah  satu  satuan  sintaktis, memberikan dasar yang mendalam tentang seluk beluk kalimat. Sebagai satuan sintaktis, klausa berbeda dengan satuan-satuan sintaktis yang lain, balk strukturnya maupun hubungan, serta jenisnya. Hal ini perlu dipahami lebih lanjut dalam rangka mendalami seluk beluk kalimat. Dengan mempelajari klausa diharapkan diperoleh pemahaman yang benar tentang konsep dan jenis klausa.

B.     Hakikat Klausa
Klausa merupakan  satuan gramatik yang terdiri atas subjek dan predikat, baik disertai objek, pelengkap, dan keterangan maupun tidak (Ramlan melalui Sukini, 2010:41). klausa juga merupakan salah satu satuan sintaktis. Sebagai suatu satuan gramatikal klausa disusun oleh kata atau frase, dan yang memiliki satu predikat. Pada umumnya klausa menjadi konstituen kalimat. Sekurang-kurangnya klausa memiliki satu subyek dan satu predikat, dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.

Di dalam konstruksi klausa itu ada komponen, baik berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat, dan yang lain berfungsi sebagai subyek, obyek, maupun keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam kontruksi klausa ini, hadirnya fungsi subyek dapat dikatakan bersifat wajib, sedangkan fungsi lainnya bersifat tidak wajib, yaitu seperti objek dan keterangan.

Di atas telah dijelaskan bahwa klausa berpotensi menjadi kalimat. Hal ini disebabkan di dalam konstruksi klausa sudah terdapat unsur inti kalimat, yaitu fungsi subyek dan predikat yang harus hadir dalam konstruksi klausa. Perhatikan contoh berikut :
(371) Ali membaca buku itu        
(372) Ali dan Ani membaca buku itu      
(373) Ali mahasiswa        
(374) Ali pemberani         
(375) Ali melihat Ani datang       

Kontruksi (371),Ali sebagal subyek, membaca sebagai predikat. Pada konstruksi (372) subyek adalah Ali dan Ani, predikatnya adalah membaca. Untuk konstruksi (373) All sebagai subyek, dan mahasiswa sebagai predikat. Untuk konstruksi (374) subyek nya adalah All, dan predikatnya pemberani, sedangkan konstruksi (375) yaitu Alimelihat dan Anidatang,           yang masing-masing terdiri dari All Subjek, melihat predikat. Ani subjek dan dating predikat.

Dapat dinyatakan bahwa konstruksi (371), (372), (373), dan (374), masing-masing adalah sebuah klausa, karena memiliki dua unsur wajib yaitu S dan P. Sedangkan untuk konstruksi (375) terdiri dari dua klausa, karena memiliki dua rangkaian unsur wajib yatu S   P dan S   P.

Klausa-klausa di atas, dapat menjadi kalimat, jika ke dalam klausa itu diberikan intonasi final, atau jika dalam tulisan, kalimat itu dimulai dengan huruf besar dan diakhiri dengan titik. Jika dibandingkan dengan kalimat, perbedaannya adalah bahwa klausa merupakan ujaran yang belum selesai, jadi  masih  merupakan  bagian dari  suatu ujaran yang belum selesai, sedangkan kalimat merupakan ujaran yang sudah selesai.

Ada  juga  terdapat  gabungan  kata  yang  mirip dengan  klausa. Gabungan kata ini adalah frase. Tentu di antara gabungan kata yang membentuk konstruksi frase,  dengan gabungan kata yang membentuk konstruksi klausa, terdapat perbedaan struktur internnya.
Perbedaan antara klausa dengan kalimat, dan klausa dengan frase, dapat dicermati dari contoh berikut.
(376) Ali membaca buku itu        
(377) Ali membaca buku itu        
(378) Sabun mandi
(379) Ali mandi    

Konstruksi (376) dan konstruksi (377), berbeda dalam hal (376) adalah klausa, dan (377) adalah kalimat. Konstruksi (376) memiliki dua unsur wajib, yaitu S dan P,  namun bukan merupakan ujaran yang selesai.  Untuk konstruksi (377), terdapat juga dua unsur wajib yaitu S dan P, dan sudah merupakan ujaran yang selesai.

Konstruksi (378) berbeda dengan konstruksi (379), dalam (378) adalah frase dan (379) klausa. Konstruksi (378) termasuk frase karena tidak memiliki predikat atau tidak berkonstruksi predikat. Sebaliknya konstruksi (379) adalah klausa, karena memiliki predikat, atau berkonstruksi predikatif.

C.    Unsur-unsur Klausa
Secara umum unsur-unsur klausa dibedakan atas unsur inti dan unsur bukan inti. Yang tergolong unsur inti klausa adalah S dan P. Subjek adalah bagian klausa yang berwujud nomina atau frase nominal yang menandai apa yang  dinyatakan  oleh  pembicara.  Predikat  ialah  bagian  klausa  yang menandai apa yang dinyatakan oleh pembicara tentang subjek. Predikat dapat berwujud nomina, verba, ajektiva, numeralia, pronominal, atau frase preposisional.
Subjek dan predikat dibedakan menurut hal-hal berikut:
(1)   Urutan
Dalam klausa subjek mendahului predikat
(2)   Ciri morfologi
Predikat (yang terletak dibelakang subjek) sering ditandal oleh afiks seperti me- dan ber- (dalam hal predikat verbal)
(3)   Ketakrifan leksem
Subjek diisi oleh leksem yang takrif, sedangkan predikat (terutama predikat nominal) oleh leksem tidak takrif.
Dalam klausa berikut ketiga hal di atas dapat ditelusuri (380) Moh Ali petinju. Moh Ali adalah subjek dan petinju adalah predikat. Memperhatikan urutannya S terletak di depan P, atau S mendahului P. Subjek klausa di atas yaitu Moh. Ali termasuk leksem yang takrif.

Sebaliknya apabila konstruksi (380) itu dibalik menjadi (381) Petinju Moh Ali konstruksi   (381) ini bukanlah klausa. Kata petinju bukan nomina takrif, dan agar dapat menduduki fungsi S (subjek), kata petinju harus diikuti demontrativa itu, sehingga menjadi (382) Petinju itu Moh Ali.

Objek adalah unsur klausa, yang dibedakan atas objek langsung dan objek tak langsung. Objek langsung adalah nomina atau frase nominal yang melengkapi verba transitif yang dikenai oleh perbuatan yang dinyatakan oleh predikat verba atau yang ditimbulkan sebagai hasil perbuatan yang terdapat dalam predikat verbal. Selanjutnya objek langsung masih dibedakan atas objek (langsung) afektif dan objek (langsung) afektif. Objek (langsung) afektif adalah objek langsung yang dikenai oleh perbuatan yang terdapat dalam predikat verbal, tetapi tidak merupakan hasil perbuatan itu.
Contoh:
(383)    Mereka menyampuli surat
Kata surat dalam (383) di atas adalah objek   (langsung) afektif, karena langsung dikenali oleh perbuatan yang terdapat dalam predikat verbal yaitu menyampuli.

Objek (langsung) efektif di lain pihak adalah objek (langsung) yang ditimbulkan sebagai hasil perbuatan yang terdapat dalam predikat verbal.
           
Contoh:
(384)    Mereka menulis surat
Kata surat dalam (384) berbeda dengan surat dalam (383). Dalam
(383)    surat dikenai pekerjaan, sedangkan surat pada (384) sebagai hasil pekerjaan.

Objek tak langsung adalah nomina atau frase nomina yang menyertai verba transitif dan menjadi penerima atau diuntungkan oleh perbuatan yang terdapat dalam predikat verbal.

Contoh:
(385)  Ibu membuat Susi baju, atau
 (386)  Ibu membuat baju untuk Susi:
Pada (385) Maupin (386) Susi adalah objek tak langsung, sedangkan baju baik (385) maupun (386) adalah objek langsung.
Unsur klausa yang lain adalah pelengkap (komplemen) ialah nomina,
frase nominal, ajektiva, atau frase ajektival yang merupakan bagian predikat verbal yang menjadikannya predikat yang lengkap.
Contoh:
(387) la menjadi guru
(388)  Uangnya bertambah banyak
(389) Pak Ali menganggap Susi patung yang bisu (390) Saya dianggap sepi

Kata guru pada (387), banyak pada (388), dan patung yang bisu pada(389),  serta  sepi  pada(390)  adalah  pelengkap (komplemen)  karena
merupakan bagian dari predikat verbal masing-masing konstruksi klausa (387), (388), (389), dan (390).
Selanjutnya pelengkap masih dapat dibedakan berdasarkan hubungan di antara pelengkap dan subjek atau objek.

(1)        Pelengkap subjek
(391)    Ia menjadi guru
(guru, pelengkap subjek).
(2)        Pelengkap objek
(392)    Pak Ali mengganggap Budi patung yang bisu
            (patung yang bisu, pelengkap objek)
(3)        Pelengkap pelaku, yakni bagian klausa berupa nomina atau frase nominal yang melengkapi predikat verba pasif dan secara semantik merupakan pelaku.

Contoh:
(393)    Roti saya dimakan Ali
All pada (393) sebagai pelengkap pelaku
(4)        Pelengkap musabab, yaitu bagian klausa berupa nomina atau frase
nominal yang melengkapi verba pasif berkonsfiks ke-an yang bermakna menderita; atau nomina atau frase nominal yang melengkapi verba berstruktur ber v  kan.
Contoh:
(394) Adik kehilangan uang
(395) la bermandikan keringat
Uang pada (394) melengkapi kehilangan, sedangkan keringat pada (395) melengkapi bermandikan.
Sementara itu sedara semantis Adik dan ia, berperan sebagai penderita.
(5)   Pelengkap hiponimi, adalah bagian klausa berupa nomina atau frase        nominal yang secara semantis merupakan spesifikasi dari nemina yang terdapat dalam predikatnya.
Contoh;
(396) Wartawan bersenjatakan pena
(397) Negara RI berdasarkan Pancasila
(398) la tidur berselimutkan embun
Pena pada (396), Pancasila pada(397), dan embun pada (398) melengkapi predikat verba dengan nominal, dan merupakan spesifikasi dari verba denominal itu.

(6)   Pelengkap resiprokal, yakni bagian klausa yang berupa nomina atau frase nominal yang melengkapi verba resiprokal.

Contoh:
(399) Irak pernah berperang dengan Kuwait
Kuwait adalah pelengkap resiprokal. Karena melengkapi verba resiprokal berperang dalam (399) di atas.

(7)   Pelengkap pemeri, yakni bagian klausa yang berupa ajektiva, frase ajektival, numeralia, atau frase numeralia yang memerikan numeralia
dalam predikatnya.
Contoh;
(400) Tuti bersuami kaya laC i gagah (401) la Beruang banyak
kata kaya Iagi  gagah merupakan pemerian terhadap predikat bersuami pada (400).
Kata banyak pada (401) merupakan pemerian terhadap predikat beruang.
Selain subjek, predikat, objek, dan pelengkap ada juga unsur klausa yang penting, yaitu keterangan. Keterangan ini merupakan bagian klausa, namun bukan bagian inti klausa, melainkan bagian luar inti, yang berfungsi untuk meluaskan atau membatasi makna subjek atau predikat. Berikut dijelaskan secara singkat semua keterangan yang terdapat dalam bahasa Indonesia.
(1)        Keterangan  akibat,  adalah  bagian  klausa yang  merupakan akibat
            terjadinya predikat.
                        Contoh:
(402)    Penjahat itu ditembak mati polisi
Mati adalah keterangan akibat, sebab menyatakan akibat terjadinya predikat yaitu ditembak
(2)        Keterangan  alasan  ialah  bagian  klausa  yang  menyatakan alasan
            terjadinya predikat.
Contoh:
(403)    Berdasarkan pertimbangan itu is tidak jadi datang.
Berdasarkan pertimbangan itu, adalah keterangan alasan pada (403), karena menyatakan alasan terjadinya predikat, yaitu tidak jadi datang.
(3)        Keterangan alat adalah bagian klausa yang berupa nomina atau frase nominal yang menyatakan alat yang dipakai untuk melakukan tindakan yang dinyatakan oleh predikat.

Contoh:
(404)    Ali memotong rumput dengan gunting
Gunting merupakan keterangan alat yang menyatakan alat yang dipakai untuk melakukan kegiatan, yaitu memotong.
(4)        Keterangan  asal   ialah  bagian  klausa  yang  menyatakan  bahan
terbentuknya predikat.

Contoh;
(405)    Piring besar ini terbuat dari logam
Dari logam, adalah keterangan asal, yang menyatakan bahan terjadinya predikat, yaitu terbuat.
(5)        Keterangan kualitas, ialah bagian klausa yang menyatakan bagiamana atau dalam kaitan apa predikat.
Contoh;
(406) la berjalan lambat
(407) Mereka bekerja seperti kuli lambat pada (406) menyatakan keadaan predikat yaitu berjalan. Sedangkan kuli menerangkan bagaimana predikat pada (407) yaitu bekerja.
(6)        Keterangan kuantitas, adalah bagian klausa yang mengatakan jumlah derajat, keterangan atau perbandingan antara predikat dan yang lain.
Contoh:
(408)    Wajah kedua anak itu seperti pinang dibelah dua
Seperti pinang dibelah dua, menyatakan perbandingan dengan predikat.
(7)        Keterangan modalitas, adalah bagian klausa yang mengungkapkan kepastian, kemungkinan, harapan, kesangsian, atau kebalikan dari itu semua.

Contoh:
(409)    Mustahil pamanmu datang malam begini
Mustahil  pada            (409)  mengungkapkan  ketidakpastian  bagi predikat
(8)        Keterangan perlawanan ialah bagian klausa yang menyatakan keadaan atau peristiwa yang bertentangan dengan apa yang disebut predikat
(410)    Meskipun hujan deras, la pergi juga ke sekolah. Keterlawanan kalimat di atas di nyatakan oleh konjungi meskipun juga.
(9)        Keterangan peserta ialah bagian klausa yang berupa nomina atau frasenominal yang ikut serta melakukan tindakan yang dinyatakan oleh predikat.
Contoh:
(411)    Kakek pergi ke kantor bersama nenek, dalam (411) adalah keterangan peserta
(10)      Keterangan perwatakan adalah bagian klausa yang mengadakan batas-batas predikat.
Contoh:
(412)    la dengan gembira menceritakannya lebih jauh lagi
Lebih jauh lagi, dalam (412) adalah keterangan perwatakan
(11)      Keterangan  objek,  adalah bagian klausa yang memerinci atau
memerikan objek.
Contoh:
(413)    la mencari suami yang gagah dan perkasa.
Gagah dan perkasa, adalah keterangan objek Yaitu menerangkan sifat suami
(12)      Keterangan sebab adalah bagian klausa yang menyatakan apa yang
            menjadi sebab terjadinya predikat.

Contoh:
(414)    la tidak lulus ujian karena malas.
            karena malas, adalah keterangan sebab, dan (415) diatas
(13)      Keterangan  subjek,  adalah bagian subjek yang merinci atau memperluas subjek itu sendiri.
Contoh:
(416)    Guru baru itu sangat rajin
baru itu pada (416) merupakan keterangan subjek yaitu guru
(14)      Keterangan syarat adalah bagian klausa yang harus ada untuk
            mencapai apa yang dinyatakan dalam predikat.
Contoh:
(417)    Kalau tidak hujan, is pasti datang
Kalau tidak hujan, adalah menyatakan syarat yang dinyatakan oleh predikat, yaitu datang
(15)      Keterangan tempat ialah bagian klausa yang menyatakan tempat
terjadinya predikat, yakni yang berkaitan dengan tempat asal, arah, atau tempat yang ditinggalkan.
Contoh:
(418)    Ia belajar di kamar depan
(419)    la pulang dari sekolah
(420) Ayah pergi ke kantor
Di kamar (418), dari sekolah (419), dan ke kantor (420), adalah keterangan tempat, karena menyatakan tempat (arah) terjadinya predikat.
(16)      Keterangan tujuan adalah bagian klausa yang menyatakan apa yang
dituju oleh predikat
Contoh:
(421)    la bekerja keras demi untuk menghidupi keluargannya
(422)    Rakyat berjuang untuk mencapai kemerdekaan
(423)    Mereka masuk hutan untuk mendapatkan benda ajaib untuk menghidupi keluarga (423), untuk mencapai kemerdekaan (422), dan untuk mendapatkan benda ajaib, adalah keterangan tujuan, karena menyatakan apa yang dituju oleh predikat.
(17)      Keterangan waktu ialah bagian klausa yang mengatakan bahwa waktu terjadinya predikat, yakni yang berhubungan dengan bilamana, berapa lama, jangka Iamanya, beberapanya, sejak dan sampai kapan.
Contoh:
(424)    Kemarin sore Gunung itu meletus
(425)    Sejak pagi Merapi memuntahkan lahar
(426)    Minggu depan mereka pergi ke Menado (427) Selama tiga bulan is mengikuti penataran
Kemarin sore (424), sejak pagi (425), minqqu dean (426), dan selama  tiga  bulan (427)  adalah  keterangan waktu karena menyatakan waktu terjadinya prdikat.

D.    Jenis Klausa
Klausa dapat dibedakan berdasarkan antara lain: strukturnya, kelas kata yang menduduki fungsi P, dan ada tidaknya bentuk negatif pada P.
1.      Berdasarkan strukturnya klausa dibedakan atas klausa bebas dan klausa terikat klausa memiliki unsur-unsur yang ada dalam klausa bebas paling sedikit adalah S dan P.
contoh:
(428) Badan orang itu sangat besar (429) ayahku sedang tidur
(430) Kakakku gagah perkas
(431) Para tamu duduk di ruang depan
konstruksi        (428),   (429),   (430), dan (431), adalah klausa bebas, karena tiap konstruksi tersebut memiliki unsur yang lengkap yaitu S dan P, dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat, apabila kepada tiap konstruksi itu diberikan inotasi final, terutama kalimat mayor.
Klausa terikat adalah klausa yang memiliki struktur tidak lengkap.Unsur yang ada dalam klausa ini mungkin hanya subjek saja, mungkin hanya objeknya saja, atau hanya berupa keterangan saja. Contoh:
(432)    Tadi malam
Konstruksi "tadi malam" pada            (432) bisa menjadi jawaban untuk kalimat Tanya: "kapan ibu pulang?"
(433)    Memotong kain
Konstruksi "memotong kain" pada(433), bisa menjadi jawaban atas kalimat tanya: "Apa Yang dilakukan ibu dikamar?"
Dalam realisasi ujaran klausa terikat biasanya dapat dikenali dengan adanya konjungsi subordinatif di depannya.
Contoh:
(434)    Ketika mereka sedang makan dia datang
(435)    Kalau diizinkan oleh ayah saya akan ikut ibu.
Ketika mereka sedang makan pada (434) dan kalau diizinkan oleh ayah  pada (435),  adalah klausa terikat yang didahului oleh konjugsi subordinatif  yaitu ketika untuk (434) dan kalau untuk (435).
2.      Berdasarkan kategori kata pengisi predikat, klausa dapat dibedakan atas nominal, klausa nominal, klausa verbal, klausa ajektival, klausa adverbia dan klausa preposisional.
a.   Klausa Nominal
Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase nominal.
Contoh:
(436) Ayahku purnawirawan ABRI
(437) Kakakku pengusaha angkutan di kota itu
(438) tetangaanya karyawan Bank Bumi Daya
(439) Ricky dan Resky juara Jepang terbuka
(440) Ricky dan Resky juara ganda terbuka

Konstruksi (436), (437), (438), (439), dan (440) masing-masing adalah klausa nomina; karena predikatnya kategori nomina. Untuk (437) predikatnya adalah  pengusaha  angkutan  adalah  kelas kata nomina,  untuk             (438) predikatnya adalah karyawan Bank Bumi Daya adalah frase nominal. Untuk (453) predikatnya adalah purnawirawan ABRI, sedangkan untuk (439) dan (440) predikatnya kedua-duanya frase nominal, yaitu Juara Jean terbuka dan juara ganda terbuka
b.   Klausa Verbal
Klausa verbal adalah klausa yang prdikatnya kategori verbal atau frase
verbal.
Contoh:
(441) Adik mandi
(442) Budi menari
(443) Kerbau itu berlari (444) Matahari itu terbit
(445) Nenek menangis

Konstruksi (441), (442), (443), (444) dan (445) adalah klausa-klausaverbal, karena predikat klausa-klausa tersebut adalah berkategori verbal, yaitu mandi, mencari, berlari, terbit, dan menangis.

c.    Klausa Ajektifal
Klausa ajektival adalah klausa yang predikatnya berkategori ajetif baik berupa kata maupun frase. Contoh:
(446) Ibu guru itu cantik sekali
(447) Air sungai itu sangat kotor
(448) Bangunan sekolah itu sudah rusak (449) Jembatan itu sangat kokoh
(450) Langit itu sangat jernih
Cantik sekali (446), sangat kotor (447), sudah rusak  (448), sangatkokoh (449), dan sangat jernih (450), adalah predikat ajektifal, karena berkategori ajektif. Oleh karena itu konstruksi (446), (447), (448), dan (449) termasuk klausa ajektiva.
d.   Klausa Adverbial
Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau
frase adverbial.
Contoh:
(451)      larinya teramat sangat
Teramat sangat adalah predikat yang terdiri dari kata adverbial. Oleh karena itu konstruksi (451) merupakan klausa adverbial.

e.   Klausa Preposional
Klausa preposisional adalah klausa yang predikatnya berupa frase yang kategorinya berkategori preposisi.
Contoh  :
(452) Ayah di kamar
(453) Ibu dari Medan
(454) Kakek ke pasar pagi
(455) Beras itu dari Solo
(456) Kredit itu untuk para petani
Predikat dari (452) adalah di kamar, dan untuk predikat (453), (454),
(455) dan (456) berturut-turut adalah dari Medan, ke pasar, dan dari Solo.

f.   Klausa Nemurial
Klausa numerial adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau
frase numeralia.

Contoh:
(457) Gajinya sepuluh juta setahun (458) Anaknya empat orang
(459) Rumahnya tiga buah
(460) Sawahnya empat hektar
(461) Uang simpanannya seratus juta

Konstruksi (457), (458), (459), (460) dan (461) di atas termasuk klausa numerial, karena predikatnya, yaitu sepuluh juta, empat orang, tiga buah, dan empat hektar, semuanya berkategori numeralia.

3.      Berdasarkan  ada  tidaknya  bentuk  negatif pada predikat, klausa
dibedakan atas klausa positif dan klausa negatif.
a.            Klausa Positif
Klausa positif yaitu klausa yang tidak memiliki kata-kata yang menyatakan negatif.
Contoh:
(462)      Mereka diliputi oleh perasaan gembira
(463)      Mertua itu sudah dianggap sebagai orang tuanya (464) Wajah mereka merah padam
(465)      Dia teman akrab saya
Dan predikat konstruksi (462), (463), (464) dan (465) di atas, yaitu perasaan gembira, dianggao sebagai akrab.
b.           Klausa Negatif
Klausa negatif adalah klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara gramatik menegatifkan Predikat (P). Kata-kata yang mengatakan negatif antara lain: tidak, tak, tiada, bukan, belum, dan jangan.
Contoh:
(466)      Dia tidak naik kelas (467) Mereka tidak bekerja
(468)      Orang tuanya tidak dirumah (469) Anaknya tak mau belajar
(470)      Kecantikannya tak terpelihara
(471)      Musuh itu tiada berdaya
(472)      Mereka tiada berdaya
(473)      Orang itu bukan tetangga saya (474) Dia bukan pegawai negeri
(475)      Kami belum berangkat
(476)      la belum tua benar
(477)      Jangan ke pasar dahulu
Klausa-klausa di atas adalah termasuk klausa negatif. Hal ini dapat  dicermati  clan  digunakannya bentuk-bentuk negasi yang mendahului setiap predikatnya.




















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pemaharnan  akan  klausa  sebagai  salah  satu  satuan  sintaktis, memberikan dasar yang mendalam tentang seluk beluk kalimat. Sebagai satuan sintaktis, klausa berbeda dengan satuan-satuan sintaktis yang lain, baik strukturnya maupun hubungan, serta jenisnya. Hal ini perlu dipahami lebih lanjut dalam rangka mendalami seluk beluk kalimat. Dengan mempelajari klausa diharapkan diperoleh pemahaman yang benar tentang konsep dan jenis klausa.
Telah dijelaskan bahwa klausa adalah salah satu satuan sintaktis. Sebagai suatu satuan gramatikal klausa disusun oleh kata atau frase, dan yang memiliki satu predikat. Pada umumnya klausa menjadi konstituen kalimat. Sekurang-kurangnya klausa memiliki satu subyek dan satu predikat, dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.

B.     Saran
Klausa merupakan suatu pembelajaran yang amat penting bagi kita semua terutama untuk mahasiswa program studi bahasa dan sastra Indonesia. Untuk itu disarankan untuk mahasiswa agar lebih giat lagi dalam pembelajaran mengenai klausa. Karena dengan mempelajari klausa akan mempernudah kita dalam menentukan klausa dalam sebuah kalimat.









DAFTAR PUSTAKA

Achmad HP. (2002). Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Manasco Offset.

Sukini. (2010). Sintaksis Sebuah Panduan Praktis. Surakarta: Yuma Pustaka.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar